Makalah Pinang [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Makalah Teknik Pengolahan Tanaman Perkebunan



PENYEBARAN PINANG DI ACEH Disusun Oleh : Kelompok 3 Faisal Basyir Fazzatul Rahmi Dian Fitriani Agustina Rahma Dewi Hairatun Al Hulil Akbar Ade Fahmi Miswar Rahmad



PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA DARUSSALAM BANDA ACEH 2015



BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pinang (Areca catechu) adalah sejenis palma yang tumbuh di daerah Pasifik, Asia dan Afrika bagian Timur. Jenis buah ini yang di dunia Barat dikenal dengan betel nut, terutama ditanam untuk dimanfaatkan bijinya. Biji pinang diperoleh dari buah pinang yang telah dikupas. Biji pinang dikenal sebagai salah satu campuran makan sirih. Selain itu, biji pinang dapat dijadikan bahan campuran permen, dimanfaatkan sebagai zat pewarna merah alami, dan diekstrak zat-zat antioksidan alami yang menguntungkan seperti tanin. Pinang banyak terdapat di Indonesia baik di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Di Indonesia biji pinang tersebut tidak secara umum digunakan oleh masyarakat atau dengan kata lain hanya sebagian kecil saja yang mengkonsumsi pinang tersebut sebagai bahan campuran sirih. Dibeberapa negara terutama negara-negara Asia Selatan seperti India, Pakistan, Bangladesh, Nepal, dan Maldivas banyak masyarakatnya mengkonsumsi pinang sebagai kebutuhan sehari-hari. Dibeberapa negara Eropa seperti Inggris pinang dibutuhkan guna memenuhi permintaan masyarakat Asia Selatan yang tinggal di Negara tersebut. Di Jerman, Belgia, Belanda, Korea Selatan, dan China digunakan untuk bahan baku farmasi. Berdasarkan data-data yang ada pinang asal Indonesia sangat diminati atau dengan kata lain 80% kebutuhan dunia akan pinang dipenuhi dari Indonesia. Dengan demikian ekspor pinang merupakan suatu peluang usaha yang sangat menjanjikan karena permintaan yang sangat tinggi disertai dengan berlimpahnya bahan baku yang ada. Di Indonesia, selain untuk konsumsi lokal, pinang merupakan salah satu komoditas ekspor yang produksinya meningkat setiap tahun. Indonesia menjadi produsen utama pinang dunia pada tahun 2006 dengan ekspor mencapai 100.000 ton. Permintaan ekspor biji pinang muda lebih besar daripada permintaan untuk biji pinang tua. Harga jual biji pinang muda juga lebih mahal dibanding harga jual biji pinang tua. Dengan begitu banyak manfaat dan prospek yang sangat besar dalam industri pinang, maka dari itu perlu rasanya dilakukan peninjauan yang rinci dan mendalam mengenai pinang yang ditinjau



dari segala aspek dan bidang terkait. Maka dengan ini penulis membuat sebuah makalah dengan judul Pinang sebagai salah satu tugas wajib dan sekaligus penulis memaparkan secara tuntas pandangan dari sektor perkebunan mengenai Pinang. 1.2. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan Makalah Pinang ini yang pertama adalah sebagai tugas Mata Kuliah Teknik Pengolahan Tanaman Hasil Perkebunan dan yang kedua sebagai bahan bacaan untuk pembaca yang diharapkan dapat bermanfaat dan berguna bagi setiap pembaca yang membutuhkan data lengkap mengenai Pinang.



BAB II. PEMBAHASAN 2.1. Pinang (Areca catechu) Pinang merupakan tumbuhan tropika yang ditanam untuk mendapatkan buahnya dan keindahannya sebagai hiasan taman. Tingginya antara 10 hingga 30 m dan meruncing di bagian pucuk, ukuran melintang batang pokok 15 cm hingga 20 cm. Di bagian jemala (crown) pokok ini berbentuk bulat dan berwarna hijau semasa muda dan apabila masak ia menjadi kuning dan merah. Pinang (Areca catechu) adalah sejenis palma yang tumbuh di daerah Pasifik, Asia dan Afrika bagian timur (Syamsuhidayat dan Hutapea,1991). Pinang termasuk jenis tanaman yang sudah dikenal luas di masyarakat karena secara alami penyebarannya cukup luas di berbagai daerah. Ada beberapa jenis pinang diantaranya pinang biru, pinang hutan, pinang irian, pinang kelapa, dan pinang merah. Salah satu jenis pinang yang sudah dikenal masyarakat adalah pinang sirih yang memiliki sifat-sifat sebagai berikut: 1. Pohon tumbuh satu – satu, tidak berumpun seperti jenis palem umumnya. 2. Batang lurus agak licin tinggi dapat mencapai 25 cm. 3. Diameter batang atau jarak antar-ruas batang sekitar 15 cm 4. Garis lingkaran batang tampak jelas. 5. Bentuk buah bulat telur, mirip telur ayam, dengan ukuran sekitar 3,5-7,7 cm serta berwarna hijau waktu muda dan merah jingga atau merah kekuningan saat masak tua (Syukur, 2009). Klasifikasi Pinang (Areca catechu) Kingdom



: Plantae (tumbuhan)



Divisi



: Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)



Kelas



: Liliopsida (monokotil)



Ordo



: Arecales



Family



: Arecaceae



Genus



: Areca



Spesies



: Areca catechu L



Nama Daerah Jawa



: Pinang, jambe (Banyuwangi), jambe (Sunda), wohan



Kalimantan : Gahat, gehat, kahat, taan, pinang Maluku



: Bua, hua, soi, hualo, hual, soin, palm



Sumatera



: Pineng, pineung (Aceh), pinang (Gayo), batang mayang (Karo), pining (Toba), batang pinang (Minangkabau)



Sulawesi 2.2.



: Mamaan, nyangan, luhuto, luguto, poko rapo, amongon



Ciri-ciri Pinang 1. Akar : Berakar serabut, putih kotor 2. Batang : Batang tegak lurus tinggi 10-30 m, bergaris tengah 15 cm, tidak bercabang dengan bekas daun yang lepas. Pembentukan batang baru terjadi setelah 2 tahun dan berbuah pada umur 5-8 tahun tergantung keadaan tanah. 3. Daun : Daun majemuk menyirip tumbuh berkumpul di ujung batang membentuk roset batang. Pelepah daun berbentuk tabung, panjang 80 cm, tangkai daun pendek. Panjang helaian daun 1-1,8 m, anak daun mempunyai panjang 85 cm, lebar 5 cm, dengan ujung sobek dan bergigi. 4. Bunga : Tongkol bunga dengan seludang panjang yang mudah rontok, keluar dari bawah roset daun, panjang sekitar 75 cm, dengan tangkai pendek bercabang rangkap. Ada 1 bunga betina pada pangkal, di atasnya banyak bunga jantan tersusun dalam 2 baris yang tertancap dalam alur. Bunga jantan panjang 4 mm, putih kuning, benang sari 6. Bunga betina panjang sekitar 1,5 cm, hijau, bakal buah beruang satu. 5. Buah : Buahnya buah buni, bulat telur sungsang memanjang, panjang 3,5- 7 cm, dinding buah berserabut, bila masak warnanya merah oranye. Buahnya berkecambah setelah 1,5 bulan da 4 bulan kmudian mempunyai jambul daun-daun kecil yang belum terbuka. 6. Biji : Biji satu, bentuknya seperti kerucut pendek dengan ujung membulat, pangkal agak datar dengan suatu lekukan dangkal, panjang 15-30 mm, permukaan luar berwarna kecoklatan sampai coklat kemerahan, agak berlekuk-lekuk menyerupai jala dengan warna yang lebih muda. Pada bidang irisan biji tampak perisperm berwarna coklat tua



dengan lipatan tidak beraturan menembus endosperm yang berwarna agak keputihan (Syukur, 2009). 2.3. Manfaat pinang Tanaman pinang dapat dijadikan tanaman pagar, penghijauan, bahan bangunan,



dan



hiasan,



bagian-bagian



tanamannya



sangat



berkhasiat



menyembuhkan beberapa penyakit. Pinang terutama ditanam untuk dimanfaatkan bijinya, yang di dunia Barat dikenal sebagai betel nut. Biji ini dikenal sebagai salah satu campuran orang makan sirih, selain gambir, dan kapur. Daun pinang mengandung minyak atsiri yang dapat mengobati gangguan radang tenggorokan, pangkal tenggorokan, dan pembuluh broncial. Pucuk daun muda yang rasanya pahit pun dapat dijadikan obat nyeri otot. Selain obat, daun pinang dijadikan sebagai pupuk hijau. Pelepah pinang dapat dipakai sebagai bahan baku pembungkus makanan, seperti pembungkus gula merah, gula aren, atau gula tebu. Batang berguna sebagai bahan bangunan, jembatan, dan saluran air. Bahkan, setiap tahun pada perayaan hari kemerdakaan, batang pinang dipakai sebagai tiang untuk lomba panjat pinang. Tanamannya sendiri dapat dipakai untuk mencegah terjadinya erosi atau longsor pada tanah miring. Sabut buah pinang mengandung sabut dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuatan kuas gambar atau kuas alis mata. Sabut pinang rasanya hangat dan pahit, digunakan untuk gangguan pencernaan, sembelit dan edema. Biji berguna untuk bahan makanan, bahan baku industri seperti perwarna kain, dan obat. Seperti juga pelepah pinang, biji pun perlu pengolahan untuk mendapatkan produk-produk tersebut. Biji pinang sebagai penyusun ramuan obat sudah masuk ke dalam daftar prioritas WHO (Word Health Organization) yang bernaung dibawah PBB. Biji pinang ini dimanfaatkan sebagai obat sejak ribuan tahun sebelum masehi,terutama di Mesir. Hingga kini, ada sekitar 23 negara yang menggunakan biji pinang sebagai obat cacing, eksim, sakit gigi, flu, luka, kudis, difteri, nyeri haid, mimisan.Air rebusan dari biji pinang digunakan untuk mengatasi penyakit seperti haid dengan darah berlebihan, hidung berdarah (mimisan), koreng, borok, bisul, eksim, kudis, difteri, cacingan (kremi, gelang, pita, tambang), mencret dan disentri oleh masyarakat desa Semayang Kutai



Kalimatan Timur. Selain itu digunakan juga untuk mengatasi bengkak karena retensi cairan (edema), rasa penuh di dada, luka, batukberdahak, diare, terlambat haid, keputihan, beri-beri, malaria, memperkecil pupil mata. Biji dan kulit biji bagian dalam dapat juga digunakan untuk menguatkan gigi goyah, bersama-sama dengan sirih. Air rendaman biji pinang muda digunakan untuk obat sakit mata oleh suku Dayak Kendayan, di Kecamatan Air Besar Kalimantan Barat. Sementara bagi masyarakat Papua umumnya, pinang muda digunakan bersama dengan buah sirih untuk menguatkan gigi. Selain sebagai obat penguat gigi, masyarakat pesisir pantai desa Assai dan Yononi, yang didiami oleh suku Menyah, Arfak, Biak dan Serui (Papua), biji pinang muda digunakan sebagai obat untuk mengecilkan rahim setelah melahirkan oleh kaum wanita dengan cara memasak buah pinang muda tersebut dan airnya diminum selama satu minggu. 2.4. Penyebaran dan Produksi Pinang Ekspor biji pinang dari Sumatra Utara terus mengalami penurunan hingga September 2009 sebesar 30,77 % bila dibanding periode yang sama tahun lalu. Data dari Subdinas Perdagangan Luar Negeri, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumatera Utara (Disperindagsu), menunjukkan penurunan tersebut terjadi sejak pelabuhan di Mumbai India sebagai negara terbesar pengimpor biji pinang harus pindah. Sejak pelabuhannya dipindahkan pada akhir 2008 yang lalu, ekspor biji pinang tidak pernah mengalami kenaikan. Itu mereka lakukan dengan alasan untuk melindungi pemasaran dalam negeri, India juga membuat kampanye negatif tentang kualitas biji pinang dari Indonesia, termasuk Sumut, yang disebutkan tidak higienis hingga dapat menyebabkan kanker gusi. Berdasarkan data Surat Keterangan Asal (SKA) Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumatra Utara (Disperindagsu), volume ekspor biji pinang periode Januari - September 2009 mencapai 8,364 ton dengan nilai US$4,098 juta (Disperindagsu, 2009). Sampai saat ini sentra tanaman pinang di Indonesia adalah di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Penyebarannya meliputi Aceh, Riau, Sumatera Utara, dan Kalimantan Barat. Dengan terus meningkatnya permintaan pasar untuk ekspor, membuka peluang pengembangan di wilayah Indonesia lainnya. Untuk mendukung pengembangan komoditi pinang maka salah satu yang dibutuhkan adalah ketersediaan benih unggul. Hal ini bisa diperoleh melalui serangkaian



kegiatan pemuliaan tanaman. Salah satu diantaranya adalah kegiatan eksplorasi, untuk mempelajari keragaman genetik, sekaligus mengumpulkan bahan tanaman sebagai materi pemuliaan tanaman (Pandin dan Rompas, 1994). Sampai dengan tahun 2006 Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain Manado telah melakukan eksplorasi di Bengkulu, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Daerah Istimewa Aceh, dan Kalimantan Selatan. Akses pinang asal pulau Sumatera memiliki keragaman yang cukup tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan pengelompokan dan jarak genetik antar aksesi pinang berdasarkan karakter vegetative dan generatif (Miftahorrachman, 2006). 2.5. Panen dan Pasca Panen Pinang 1. Panen dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : 



Panen buah masak penuh



Panen dapat dilakukan pada buah yang menjelang masak atau sudah masak. Tanda buah siap panen adalah warna kulit berwarna kuning atau kemerahan. Panen dapat dilakukan setiap hari dengan menggilir beberapa kelompok tanaman. Pada skala usaha luas 1 ha, panen dapat diatur sekali sebelum produksi rata-rata 400 kg biji pinang kering buah yang di panen harus dalam kondisi kuning.  Panen buah muda Pinang kacung dipanen saat buah masih berwarna hijau tua atau berumur antara7 - 8 bulan. Biasanya buah yang dipanen cara seperti ini, dalam proses pasca panen melalui perebusan sehingga buah akan mengeras dan tidak mudah terserang hama/penyakit. 2. Penanganan pasca panen Sesudah di panen buah dibelah menjadi dua tujuannya adalah agar buah cepat kering, setelah buah terbelah semua segera dikeringkan dengan panas sinar matahari, setelah kering buah yang masih mempunyai kulit tadi di cungkil setelah itu buah dijemur kembali selama 50 jam. Penjemuran berlangsung selama 4 hari secara berturut-turut. Setelah kering biji pinang dapat dikemas dalam karung plastik untuk dijual atau disimpan dalam gudang.



2.6. Hasil Produk dari pinang 1. Serbuk Buah Pinang Serbuk buah pinang merupakan hasil dari pengeringan buah pinang muda selama dua hari di bawah sinar matahari terik. Setelah dikeringkan, biji pinang dihaluskan lalu dikemas dalam kemasan yang kedap udara.



Khasiat utama serbukbuah pinang adalah sebagai :  Menjaga kesehatan mulut Serbuk buah pinang secukupnya dimasukkan ke dalam satu gelas air lalu dipakai untuk berkumur-kumur. Lakukan ini selama 2x sehari.  Mengatasi Kudis Buatlah adonan dengan bahan serbuk buah pinang dicampurkan dengan air kapur sirih hingga adonan berbentuk bubur. Oleskan adonan ini pada area yang terkena kudis secara rutin setiap hari.  Mengobati luka bakar Cukup taburkan serbuk buah pinang secara merata ke area luka bakar secara rutin setiap pagi dan malam hari. 2. Pinang Kering Iris Hasil Olahan



Proses



pengolahan



menggunakan dilakukan



oleh



peralatan ahli



pinang canggih



terlatih



yang



iris serta telah



berpengalaman. Menghasilkan karya pinang iris yang pasti berbeda rasa serta aroma yang diminati penikmat pinang olahan tersebut.



Pinang iris keriting Rp 10.000/ kg



Pinang Iris kering campur Rp 17.000/ kg 2.7. Teori Pemasaran Produksi dan pemasaran mempunyai ketergantungan yang erat. Produksi yang meningkat tanpa didukung oleh sistem pemasaran yang dapat menampung hasil dengan tingkat harga yang layak tidak akan berlangsung lama, malah pada waktunya ia akan menurun karena pertimbangan untung rugi usaha tani (Haerah, 1979). Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dengan mana seorang atau sekelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran produk dan nilai. Defenisi ini didasarkan pada konsep inti berikut yaitu kebutuhan, keinginan dan permintaan (Kotler dan Philip, 2000). Secara umum pemasaran dianggap sebagai proses aliran barang yang terjadi



dalam pasar. Dalam pemasaran ini barang-barang mengalir dari produsen sampai kepada konsumen akhir yang disertai penambahan guna dan bentuk melalui proses pengelolahan, guna tempat melalui proses pengangkutan dan guna waktu melalui proses penyimpanan. Dalam pemasaran terdapat empat prinsip dasar yang terdiri 4P, yaitu: 1. Product (produk) 2. Price (harga) 3. Place (tempat) 4. Promotion (promosi) (Sudiyono, 2004) Pemasaran merupakan hal yang sangat penting setelah selesainya proses pertanian. Kondisi pemasaran menimbulkan suatu siklus atau lingkaran pasar suatu komoditas. Bila pemasaran tidak baik mungkin disebabkan karena daerah produsen terisolasi, tidak ada pasar, rantai pemasaran terlalu panjang atau hanya ada satu pembeli. Kondisi ini merugikan pihak produsen. Hal ini berarti efesiensi dibidang pemasaran masih rendah. Sistem pemasaran dikatakan efesien bila: 1. Mampu menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen kepada konsumen dengan biaya serendah-rendahnya. 2. Mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen terakhir kepada semua pihak yang terlibat dalam kegiatan produksi dan pemasaran barang (Daniel, 2002). 2.8. Harga Jual Pinang 1. Langkahan, Aceh Utara Harga komoditas pinang kering di Aceh Utara mulai meningkat. Naiknya harga pinang ini terjadi sejak awal Januari 2015. Saat ini harga pinang kering mencapai Rp 10.000 perkilogram. Di Kecamatan Langkahan, pedalaman Kabupaten Aceh Utara, hampir 80 persen masyarakatnya menggantungkan hidup dari berkebun dan bertani. Mulai dari kakao, pinang, jeruk nipis dan lainnya. Pada tanggal 25 Januari 2015 harga pinang basah di tingkat petani saat ini Rp 6.500 per kilogram, sedangkan pinang kering utuh mencapai Rp 10.000 per kilogramnya.



Sebelumnya dua pekan lalu harga pinang basah masih sekitar Rp 4.500 per kilogram. Sementara pinang kering Rp 7.500 per kilogramnya. Meski harga sedang melonjak, saat ini petani kesulitan mendapatkan pinang dengan kualitas yang baik. Pasalnya, banjir besar beberapa waktu lalu merusak kebun pinang warga. Sehingga jika pun masih tersisa, kualitasnya menjadi kurang baik akibat busu. Para petani pinang di Langkahan, rata-rata menjual langsung hasil kebunnya ke Kecamatan Tanah Jambo Aye atau Lhoksukon. Namun ada juga yang menjual ke pengepul pinang yang datang, tapi harganya relatif lebih murah. 2. Cot Girek, Aceh Utara Harga pinang Cot Girek Lama, Kecamatan Cot Girek, Aceh Utara14 Februari 2015 di tingkat petani di Aceh Utara anjlok. Pinang yang tengah memasuki masa panen raya jeblok hingga Rp 3.500 per kilogram (kg). Pinang kering pada petani Rp 10.500 dan basah Rp 6.500 per kg. Sepuluh hari sebelumnya, harga pinang kering Rp 13.000 dan basah Rp 8.500 per kg.Penyebab pinang anjlok diperkirakan kondisi tersebut lantaran Cot Girek sedang panen raya pinang. Dimana pinang basah rata-rata mencapai 20 ton per minggu pada masa panen raya. Berdasarkan data statistik perkebunan rakyat Aceh Utara 2013 yang diterbitkan pada 2014, produksi pinang mencapai 7.747 ton dari luas lahan 12.267 hektar (Ha) dengan jumlah petani 18.293 kepala keluarga (KK). 2.9.



Peraturan Menteri Pertanian Tentang Pinang



Aturan kebijakan pemerintah dalam 10 tahun terakhir yang mendukung pinang peraturan menteri pertanian Republik Indonesia Nomor 129/PERMENTAN/OT.140/11/2014, Tentang Pedoman teknis pembangunan kebun sumber benih pinang di Indonesia.



BAB III. PENUTUP 3.1. Kesimpulan Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa: 1. Tanaman pinang memiliki banyak manfaat seperti dijadikan sebagai tanaman pagar karena pohonnya yang tinggi dan kuat, sebagai obat radang tenggorokan, bahan baku pembuatan kuas dan lain sebagainya. 2. Sentra produksi pinang di Indonesia terletak di Pulau Sumatra dan Kalimantan. Penyebarannya meliputi Aceh, Riau, Sumatra Utara dan Kalimantan Barat. 3. Produksi panen buah masak penuh, pada luas 1 ha menghasilkan produksi ratarata 400 kg/Biji. Panen buah muda dipanen pada saat buah masih bewarna hijau tua. 4. Masalah ‘Tengkulak’ dalam proses pemasaran pinang di Aceh menjadi masalah hingga saat ini. 3.2.



Saran



1. Harapannya kaum akademisi menjadi tumpuan utama dalam hal sosialisasi pinang di Aceh, khususnya yang berkaitan dengan harga jual. 2. Penelitian-penelitian yang berkaitan dengan tanaman pinang semakin digalakkan, khususnya oleh mahasiswa untuk mengahasilkan kualitas pinang terbaik.



DAFTAR PUSTAKA Miftahorrahman, 2006. Diversitas GenetikTujuh Aksesi Plasma Nutfah Pinang (Areca cacethu L) asal Pulau Sumatera. Jurnal Penelitian Tanaman Industri, Pontianak. Pandin, S.D dan Rompas, T., 1994. Karakteristik Tanaman Pinang di Bengkulu, Sumatera Selatan, Sumatera Barat dan Sumatera Utara. Jurnal penelitian Pinang. Syamsyudin, S.S dan Hutapea, J.R., 1991. Inventaris Tanaman Obatan Indonesia: Jilid I. Balitbangkes Depkes RI, Jakarta. Syukur, C., 2005. Tanaman Obat dan Khasiatanya. Erlangga, Jakata.



LAMPIRAN Tabel 1. Sebaran Luas Pinang di Aceh



Sumber: Badan Pusat Statistik, 2015 (Data diolah)



Luas Lahan Pinang di Aceh tahun 2013 Kota Subulussalam 498 Kota Sabang 148 Kota Lhokseumawe 207 Kota Langsa 104 Kabupaten Simeulue



1951



Kabupaten Pidie Jaya 1515 Kabupaten Pidie 2426 Kabupaten Naganraya 550 Kabupaten Gayolues 203 Kabupaten Bireuen kABUPATEN



7779



Kabupaten Bener Meriah 216 Kabupaten Aceh Utara Kabupaten Aceh Timur Kabupaten Aceh Tenggara 439



12267 2693



Kabupaten Aceh Tengah 124 Kabupaten Aceh Tamiang 925 Kabupaten Aceh Singkil727 Kabupaten Aceh Selatan 1532 Kabupaten Aceh Jaya820 Kabupaten Aceh Besar 1590 Kabupaten Aceh Barat Daya745 Kabupaten Aceh Barat 594 0



2000



4000



6000



LUAS lahan (HA)



Grafik 1 Luas lahan pinang di Aceh



8000



10000



12000



14000



Tabel 1. Sebaran Luas Pinang di Aceh



Tabel 2. Luas Produksi Pinang di Aceh NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 11 1 2 1 3 1 4 1 5 1 6 1 7 1 8 1 9 2 0 2 1 2 2



Daerah Aceh Utara Pidie Bireun Aceh timur Aceh tengah Aceh tenggara Aceh barat Aceh Barat Daya Aceh Besar Aceh Jaya Aceh Selatan Aceh singkil Aceh Tamiang Bener Meriah Gayo Lues Nagan Raya Pidie Jaya Simeulu Langsa Lhokseumawe Subulussalam Sabang



Produksi Produksi Produksi Produksi Produksi Produksi 2013 2012 2011 2010 2009 2008 (Ton) (Ton) (Ton) (Ton) (Ton) (Ton) 6.921 6.813 7.747 7.223 7.223 6.823 1.083 1.083 1.083 848 1.083 1.101 11.273 11.694 11.676 7.337 7.337 5.651 1.604 1.610 1.652 1.639 1.637 790 77 76 76 41 41 41 334



338



338



283



283



326



247



237



291



261



262



172



175



424



431



431



708



411



1.554



1.554



1.530



478



478



524



302



357



348



441



441



410



375



365



355



335



335



336



529



522



513



553



253



566



450



548



407



900



590



863



14



11



10



77



23



28



87



68



68



62



62



11



225



225



228



233



233



93



678



632



403



913



382



978



264



246



236



350



304



467



86



65



64



66



169



94



87



86



72



84



70



142



468



530



464



464



376



11



18



18



66



18



18



Peta 1. Aceh Utara



Peta 2.



Bireun



Peta 3. Aceh Barat



Peta 5. Nagan Raya 6. Sabang



Peta 4. Pidie



Peta