Makalah. Ppok Rivisi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.K DANGAN PPOK EKSARBASI DI RUANG RAFLESIA RSUD REJANG REBONG



Disusun Oleh : 1. Agnes Feronika



(P00320121001)



2. Aris Peransiska



(P00320121008)



3. Bayu Prayuda



(P00320121009)



4. Della Parwati



(P00320121014)



5. Fhazllahtul Zhorrayah



(P00320121021)



6. Klara Lova Kontesa



(P00320121027)



7. M Zacky Andira



(P00320121030)



8. Noviyen



(P00320121036)



9. Ranita Safitri



(P00320121041)



10. Shintiya Anggraini



(P00320121047)



11. Wahyuni



(P00320121054) Dosen Pengajar:



Chandra Buana,MPH



KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLTEKKES KEMENKES BENGKULU JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN T.A. 2022/2023



KATA PENGANTAR



Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayahNya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami bisa menyelesaikan makalah mata kuliah “KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I (KMB I)”. Shalawat serta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-Qur’an dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia. Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I (KMB). Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada bapak Chandra buana .MPH selaku dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini. Kami menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.



Curup.13



Desember



2022



Kelompok I



2



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR..............................................................................................i DAFTAR ISI............................................................................................................ii BAB I.......................................................................................................................1 1.1 Latar Belakang...............................................................................................4 1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................5 1.3 Tujuan.............................................................................................................6 BAB II......................................................................................................................8 2.1 Definisi Suhu..................................................................................................8 2.2 Klasifikasi.......................................................................................................8 2.3 Patofisiologi....................................................................................................9 2.4 WOC.............................................................................................................11 2.5 Komplikasi ....................................................................................................9 2.6 Pemeriksaan Menunjang..............................................................................13 2.7 Penatalaksanaan............................................................................................14 BAB III..................................................................................................................17 TINJAUAN KASUS..........................................................................................17 3.1 Pengkajian....................................................................................................17 3.2 Hasil Pemeriksaan Fisik Umum...................................................................17 3.3 Pemeriksaan Penunjang................................................................................17 3.4 Analisis Data................................................................................................26 3.5 Diagnosa.......................................................................................................27 3.6 Intervensi......................................................................................................27 3.7 Implementasi................................................................................................29 3.8 Evaluasi........................................................................................................34 BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN.................................................................25 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................56



3



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit pada saluran pernapasan, yang dapat mengakibatkan hambatan aliran udara dengan manifestasi sesak napas dan gangguan oksigenasi jaringan serta diikuti dengan



adanya



obstruksi



jalan



napas



yang



sifatnya



menahun,



berkurangnya kapasitas kerja, dan kekambuhan yang sering terjadi berulang menyebabkan menurunnya kualitas hidup penderita (Khasanah et al., 2013). Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) merupakan penyakit yang umum, dapat dicegah dan diobati, penyakit yang ditandai dengan gejala pernapasan yang persisten dan keterbatasan aliran udara karena jalan napas dan / atau kelainan alveolar biasanya disebabkan oleh pajanan partikel yang signifikan atau gas berbahaya (Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease, 2017). Menurut Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (2017) Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) saat ini merupakan penyebab utama keempat kematian di dunia, namun diproyeksikan menjadi ke-3 penyebab utama kematian pada tahun 2020. Lebih dari 3 juta orang meninggal karena COPD pada tahun 2012 terhitung 6% dari semua kematian secara global. Prevalensi morbiditas dan mortalitas terkait PPOK telah meningkat dari waktu ke waktu. Terdapat 600 juta orang menderita PPOK di dunia dengan 65 juta orang menderita PPOK derajat sedang hingga berat (WHO, 2015). Berdasarkan Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukan prevalensi PPOK di Indonesia sebesar 3,7% dan lebih tinggi pada laki-laki sebesar 4,2% sedangkan pada perempuan 3,3%. Pravelensi PPOK tertinggi terdapat di Nusa Tenggara Timur (10,0%), diikuti Sulawesi Tengah (8,0%), Sulawesi



4



Barat dan Sulawesi Selatan masing-masing (6,7%), serta prevalensi penyakit PPOK khususnya di Provinsi Bali mencapai 3,5% (Riskesdas, 2013). Data rekam medik ruang IGD RSUD Sanjiwani Gianyar pada tahun 2020 rata-rata jumlah kasus PPOK 97 kasus, tahun 2021 dalam 4 bulan terakhir yaitu terdapat 8 kasus (Rekam Medik RSUD Sanjiwani Gianyar, 2021). Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) merupakan salah satu dari kelompok penyakit yang tidak menular akan tetapi menjadi masalah kesehatan masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya usia angka harapan hidup dan semakin tingginya pajanan faktor resiko, seperti jumlah perokok yang semakin meningkat, dan juga pencemaran udara didalam ruangan maupun diluar ruangan (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2015). Penyebab salah satu dari PPOK adalah asap tembakau (perokok aktif), perubahan gaya hidup karena pembangunan ekonomi juga mempengaruhi peningkatan penggunaan tembakau di negara-negara berpenghasilan tinggi. Kematian karena PPOK terus meningkat dari tahun ke tahun (WHO, 2015). Masalah utama dan juga alasan paling sering yang menyebabkan penderita PPOK mencari pengobatan adalah sesak napas dan batuk yang diderita yang bersifat persisten dan progresif (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2015). Karakteristik PPOK adalah kecenderungan untuk eksaserbasi. Eksaserbasi PPOK didefinisikan sebagai peristiwa akut yang ditandai dengan semakin memburuknya kondisi penyakit pasien dari kondisi sebelumnya dan menyebabkan perubahan dalam pengobatannya (Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease, 2017). Menurut Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (2015) PPOK dengan eksaserbasi akut ditandai dengan batuk atau sesak bertambah, sputum bertambah dan sputum berubah warna. PPOK biasanya dialami oleh usia dewasa menengah dan lansia dan sangat terkait dengan kebiasaan merokok karena rokok mengandung bahan kimia yang mengiritasi jalan nafas, merangsang inflamasi dan kerusakan jaringan. Merokok menyebabkan aktivitas dari silia mengalami penurunan dan perkembangan sel goblet menjadi tidak



5



normal, mengakibatkan peningkatan produksi mukus yang berlebih dan mempersempit jalan nafas, apabila produksi mukus berlebihan karena kondisi abnormal (karena infeksi, gangguan fisik, dan kimiawi) di membran mukosa akan menyebabkan terjadinya penumpukan mucus (Kristanti & Nugroho, 2011) . Penumpukan mucus terjadi karena terhambatnya pembersihan mukosiliar dan berkurangnya epitel bersilia yang membersihkan mucus yang disebabkan oleh asap rokok sehingga mengakibatkan bersihan jalan nafas menjadi tidak efektif (Ikawati, 2016). Dampak yang dapat terjadi dari bersihan jalan nafas tidak efektif adalah pasien dapat mengalami kesulitan bernapas dan gangguan pertukaran gas yang terjadi di paru-paru dan akan mengakibatkan sesak, kelelahan, sianosis, apatis dan merasa lemah (Oemiati, 2013). Berdasarkan penelitian oleh Marpaung (2017) keluhan utama yang paling banyak dirasakan oleh pasien PPOK adalah batuk kronik disertai berdahak kronik dan sesak nafas, proporsi keluhan yang ditemukan pada pasien PPOK yaitu pasien mengeluh batuk sejumlah 91%, berdahak sebanyak 65%. Penderita PPOK mengeluarkan dahak hampir setiap hari (5,4 %), mengeluh berdahak yang lamanya kurang lebih 1 bulan (3,5 %), dan mengalami batuk kronik disertai dahak minimal 3 bulan/ tahun (1,3 %) (Tana et all., 2016) B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penulisan ini adalah “Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronis di Ruang SARAF RSUD Rejang Lebong C. Tujuan 1. Tujuan umum Secara umum penulisan ini bertujuan untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronis di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD Sanjiwani Gianyar. 2.



Tujuan khusus



6



a. Mendeskripsikan pengkajian asuhan keperawatan pada pasien PPOK b. Mendeskripsikan diagnosis keperawatan pada pasien PPOK c. Mendeskripsikan perencanaan keperawatan pada pasien PPOK d.



Mendeskripsikan



implementasi



asuhan keperawatan



yang



dilakukan pada pasien PPOK e. Mendeskripsikan evaluasi asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien PPOK f.



Menganalisa pemberian fisioterapi dada pada pasien PPOK



D. Manfaat a. Hasil penulisan studi kasus ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman terhadap asuhan keperawatan pasien PPOK sehingga perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang optimal pada pasien. b. Hasil penulisan studi kasus ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada institusi pelayanan kesehatan dalam memberikan standar asuhan keperawatan yang optimal terhadap pasien PPOK.



7



BAB II KONSEP TEORI



2.1. Definisi Penyakit paru-paru Obstruksi kronis PPOK merupakan penyakit dikarenakan hambatan pada saluran napass yang tidak sempurna revesible ppok juga merupakan penyakit respiratori yang menghambat pada saluran kenapa pas Progresif serta berhubungan dengan respon inflamasi paru terhadap partikel atau gas beracun dan berbahaya (Ridho , 2017 ). PPOK adalah penyakit yang dicirikan oleh keterbatasan aliran udara yang tidak dapat pulih sempurna keterbatasan aliran udara biasanya bersifat Progresif dan dikaitkan dengan respon inflamasi paru yang abnormal terhadap Particle atau gas berbahaya yang menyebab penyempitan jalan nafas hipersekresi mucus Dan perubahan pada sistem pembuluh darah paru penyakit lain seperti Kistik fibrosis bronkiektasis dan asma yang sebelumnya diklasifikasiakan dalam jenis COPD kini diklasifikasikan paru kronis meskipun gejala tumpang Tindih dengan COPD lain. Merokok singaret , polusi udara dan Pajanan di tempat kerja ( batu bara , katun biji bijian padi ) merupakan faktor penting yang menyebabkan terjadinya copd Yang dapat terjadi dalam Rentang waktu 20 -30 tahun ( Suddrth, 2015 ) 2.2 Tanda dan gejala Tanda dn gejala akan mengarah pada dua tipe: 1.Mempunyai gambaran klinik dominant kearah bronchitis kronis(blue bloater) 2.Mempunyaigambaran klinik kearah emfisema ( pink puffers) Tanda dan gejalanya adalah sebagai berikut: 1. Kelemahan badan 2. Batuk



8



3. Sesak nafas 4. Sesak nafas saat aktivitas dan nafas bunyi 5. Mengi atau wheezing 6. Ekspirasi yang memanjang 7. Bentuk dada tong ( Barrel cest) pada penyakit lanjut. 8. Penggunaan otot bantu pernapasan 9. Suara nafas melemah 10. Kadang ditemukan pernapasan paradoksal 11. Edema kaki,asites dan jari tabuh. 2.3 Etiologi Penyebab dari timbulnya penyakit Penyakit Paru Obstruksi Kronik berdasarkan (Djojodibroto, 2016): a. Merokok merupakan penyebab PPOK terbanyak (95% kasus) di negara berkembang. Perokok aktif dapat mengalami hipersekresi mucus dan obstruksi jalan napas kronik. Sejumlah zat iritan yang ada di dalam rokok menstimulasi produksi mucus berlebih, batuk, merusak fungsi silia, menyebabkan inflamasi, vserta kerusakan bronkiolus dan dinding alveolus (Elsevier). 2.4 Patofisiologi Hambatan aliran udara merupakan perubahan fisiologi utama pada PPOK yang diakibatkan oleh adanya perubahan yang khas pada saluran nafas bagian proksimal, perifer, parenkim dan vaskularisasi paru yang dikarenakan adanya suatu inflamasi yang kronik dan perubahan struktural pada paru. Terjadinya peningkatan penebalan pada saluran nafas kecil dengan peningkatan formasi folikel limfoid dan deposisi kolagen dalam dinding luar saluran nafas mengakibatkan restriksi pembukaan jalan nafas. Lumen saluran nafas kecil berkurang akibat penebalan mukosa yang mengandung eksudat inflamasi, yang meningkat sesuai beratsakit. Dalam keadaan normal radikal bebas dan antioksidan berada dalam keadaan seimbang.Apabila terjadi gangguan



9



keseimbangan maka akan terjadi kerusakan di paru. Radikal bebas mempunyai peranan besar menimbulkan kerusakan sel dan menjadi dasar dari berbagai macam penyakit paru. Pengaruh gas polutan dapat menyebabkan



stress



oksidan,



selanjutnya



akan



menyebabkan



terjadinya peroksidasi lipid. Peroksidasi lipid selanjutnya akan menimbulkan kerusakan sel daninflamasi. Proses inflamasi akan mengaktifkan sel makrofag alveolar, aktivasi sel tersebut akan menyebabkan dilepaskannya faktor kemotataktik neutrofil seperti interleukin 8 dan leukotrien B4, tumuor necrosis factor (TNF), monocyte chemotactic peptide (MCP)-1 dan reactive oxygen species (ROS). Faktorfaktor tersebut akan merangsang neutrofil melepaskan protease yang akan merusak jaringan ikat parenkim paru sehingga timbul



kerusakan



dinding



alveolar



dan



hipersekresi



mukus.



Rangsangan sel epitel akan menyebabkan dilepaskannya limfosit CD8, selanjutnya terjadi kerusakan seperti proses inflamasi. Pada keadaan normal terdapat keseimbangan antara oksidan dan antioksidan. Enzim NADPH yang ada dipermukaan makrofag dan neutrofil akan mentransfer satu elektron ke molekul oksigen menjadi anion super oksida dengan bantuan enzim superoksid dismutase. Zat hidrogen peroksida (H2O2) yang toksik akan diubah menjadi OH dengan menerima elektron dari ion feri menjadi ion fero, ion fero dengan halida akan diubah menjadi anion hipohalida (HOCl). Pengaruh radikal bebas yang berasal dari polusi udara dapat menginduksi batuk kronisse hingga percabangan bronkus lebih mudah terinfeksi. Penurunan fungsi paru terjadi sekunder setelah perubahan struktur saluran napas. Kerusakan struktur berupa destruksi alveol yang menuju ke arah emfisema karena produksi radikal bebas yang berlebihan oleh leukosit dan polusidan asap rokok. Muttaqin (2008),



10



2.5 Woc Rokok , Polusi, Etiologi



PPOK



Perubahan Anatomis Parenkin Paru



Inflamasi



Sputum



Batuk



Bersihan jalan nafas tidak efektif



Pembesaran Hati



Leukosit



Hipertropi kelenjar mukosa



Imun



Peneyempitan saluran udara secara periodik Kuman patogen dan endogen di fagosit makrofag



Ekpansi paru



Suplai o2 tidak adekuat



Sesak nafas



Anoreksia



Hipoksia Ketidakseimban gan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh 11



Intoleransi aktivitas



Pola nafas tidak efektif



Gangguan pola tidur



2.6 Komplikasi Komplikasi Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) menurut Irman Soemantri (2009) : 1. Hipoksemia Hipoksemia didefinisikan sebagai penurunan nilai PaO2 < 55 mmHg, dengan nilai saturasi okesigen awalnya klien akan mengalami perubahan mood, penurunan konsentrasi, dan menjadi pelupa. Pada tahap lanjut akan timbul sianosis 2. Asidosis Respiratori Timbul akibat dari peningkatan nilai PaCO2 (hiperkapnea). Tanda yang muncul antara lain nyeri kepala, fatgue, letargi, dizzines, dan takipnea 3. Asidosis Respiratori Timbul akibat dari peningkatan nilai PaCO2 (hiperkapnea). Tanda yang muncul antara lain nyeri kepala, fatgue, letargi, dizzines, dan takipnea Terbatasnya aliran akan menyebabkan peningkatan kerja otot napas dan timbulnya dispnea. 4. Gagal jantung Teutama kor pulmonal (gagal jantung kanan akibat penyakit paru), harus diobservasi terutama pada klien dengan dispnea berat. Komplikasi ini sering kali berhubungan dengan bronkitis kronis, tetapi klien dengan emfisema berat juga dapat mengalami masalah ini. 5. Kardiak Disritmia Timbul karena hipoksemia, penyakit jantung lain, efek obat atau asidosis respiratori 6. Status Asmatikus



12



Merupakan komplkasi mayor yang berhubungan dengan asma bronkial. Penyakit ini sangat berat, potensial mengancam kehidupan, dan sering kali tidak berespon terhadap terapi yang biasa diberikan. Penggunaan otot bentu pernapasan dan distensi vena leher sering kali terlihat pada klien dengan asma. 2.7 Pemeriksaan Penungjang Menurut perasetyo ( 2020 ) pemeriksaan pada pasien PPOK melalui beberapa pemeriksaan untuk menemukan diagnosa : 1.) uji faal paru Uji faal paruh dengan sprometri bertujuan untuk menenangkan diagnosa mengobservasi perkembangan penyakit dan menentukan pronoksa pemeriksaan digunakan untuk melihat secara objektif adanya observasi saluran napas dan berbagi tingkat spirometri digunakan untuk mengukur volume maksimal Udara yang dikeluarkan setelah inspirasi maksimal atau disebut forced vital capacity ( FVC ). Spirometri



merupakan



pemeriksaan



penunjang



definitif



untuk



diagnosis ppok rasiko pengukuran FEV FVC