Makalah Seminar Kasus PPOK [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH SEMINAR KASUS “CHRONIC OBSTRUCTIVE PULMONARY DISEASE” STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH



DISUSUN OLEH : RESHA OKTAVIANI R.



I4B018029



AFIF GILANG P.



I4B018030



SUKMAWATI CITA L.



I4B0180



EMILIA EKA P.



I4B018038



ALIYATUL AENI



I4B018040



KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM PROFESI NERS PURWOKERTO 2018



LATAR BELAKANG



Penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) merupakan salah satu dari kelompok penyakit tidak menular yang telah menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya usia harapan hidup dan semakin tingginya paparan faktor risiko, seperti faktor pejamu yang diduga berhubungan dengan kejadian PPOK, semakin banyaknya jumlah perokok, khususnya pada kelompok usia muda, serta pencemaran udara di dalam ruangan maupun di luar ruangan dan di tempat kerja (Mangunnegoro, 2003). Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) ditandai dengan obstruksi jalan nafas yang ireversibel dan peningkatan usaha bernapas (Ward, 2007). Menurut WHO 2014, data di dunia pada tahun 2007 menunjukkan bahwa PPOK mengenai 210 jiwa, dan penyakit ini merupakan penyebab kematian ke 5 pada tahun 2002 dan akan meningkat menjadi ke 4 pada tahun 2030. Diperkirakan jumlah penderita PPOK di Cina tahun 2006 mencapai 38,1 juta penderita, di Jepang sebanyak 5 juta penderita dan Vietnam sebanyak 2 juta penderita. Sedangkan di Indonesia diperkirakan terdapat sekitar 4,8 juta penderita PPOK. Gejala klinis pada PPOK antara lain batuk, produksi sputum, sesak nafas dan keterbatasan aktivitas. Faktor patofisiologi yang berkontribusi dalam kualitas dan intensitas sesak nafas saat melakukan aktivitas pada pasien PPOK antara lain kemampuan mekanis dari otot-otot inspirasi, meningkatnya volume restriksi selama beraktivitas, lemahnya fungsi otot-otot inspirasi, meningkatnya kebutuhan ventilasi relatif, gangguan pertukaran gas, kompresi jalan nafas dinamis dan faktor kardiovaskuler. Oleh karena itu pasien PPOK cenderung menghindari aktivitas fisik sehingga pasien mengurangi aktivitas sehari-hari yang akhirnya akan menyebabkan immobilisasi, hubungan pasien dengan lingkungan dan sosial menurun sehingga kualitas hidup menurun (Khotimah, 2013). Dalam penatalaksanaan penderita PPOK, disamping pemberian terapi secara farmakologis dan penghentian merokok juga diperlukan terapi non farmakologis yaitu rehabilitasi paru. Salah satu rehabilitasi paru yaitu dengan fisioterapi dan menggunakan teknik respiratory muscle exercises. Rehabilitasi paru pada penderita PPOK merupakan pengobatan standar yang bertujuan untuk mengontrol, mengurangi gejala dan meningkatkan kapasitas fungsional secara optimal sehingga pasien dapat hidup mandiri dan berguna bagi masyarakat (Ikalius, 2010)



ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn M DENGAN PPOK A. Pengkajian Tanggal : Rabu, 17 Oktober 2018 Jam : 18.30 1. Identitas Klien Nama Umur Jenis Kelamin Pendidikan Pekerjaan Alamat No RM Diagnosa Medis



: Tn. M : 68 tahun : Laki-laki : SD : Petani : Klahan Rt/Rw: 01/04 :475xxx : PPOK



2. Riwayat Kesehatan a. Keluhan utama Klien mengeluhkan nyeri pada perut kanan bagian bawah. P: Tidak bisa buang air kecil, buang air besar, dan flatus Q: Nyeri seperti ditusuk R: Perut kanan bagian bawah (kuadran 3) S: Skala nyeri 8



T: Nyeri hilang timbul b. Riwayat Penyakit Sekarang Klien mengatakan bahwa tidak dapat buang air kecil, buang air besar dan flatus sejak 5 hari yang lalu. Kemudian pada Rabu tanggal 17 Oktober 2018 pagi, klien merasa sangat nyeri dan akhirnya datang pertama kali memeriksakan diri ke Puskesmas Banjarsari. Dari Puskesmas, klien kemudian dirujuk ke RSUD Banyumas. Klien sampai di IGD RSUD Banyumas pada pukul 8.30 pagi dan ditransfer ke ruang Teratai RSUD Banyumas. c. Riwayat Penyakit Dahulu Klien mengatakan bahwa menderita ashma selama satu tahun dan rutin kontrol ke poli paru RSUD Banyumas tiap 1 bulan. Klien pernah dirawat di Rumah Sakit sebelumnya, yaitu pada tahun 2017 karena operasi prostat dan 3 bulan yang lalu karena ashma dan sakit perut. d. Riwayat Penyakit Keluarga Klien mengatakan bahwa memiliki riwayat penyakit ashma dari kedua orangtuanya, namun untuk penyakit menurun lain seperti hipertensi dan Diabetes Mellitus, klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang terkena penyakit tersebut. 3. Pola Kesehatan Fungsional a. Persepsi Kesehatan dan Pola Manajemen Kesehatan DS : Klien mengatakan bahwa klien mengetahui kondisi penyakitnya dan apabila sakit, klien memeriksakan kondisi kesehatannya ke dokter atau puskesmas. Klien juga sering mengonsumsi obat warung untuk menghilangkan nyeri maupun ketika sesak nafas karena ashma. Klien tidak memeriksakan kondisi kesehatannya seperti cek tekanan darah secara rutin, klien hanya cek tekanan darah ketika kontrol ke Rumah Sakit, namuan klien secara rutin kontrol ke poli paru untuk mengecek kondisi ashma klien. Klien mengatakan sudah berhenti merokok sejak 20 tahun yang lalu dan tidak meminum minuman beralkohol. b. Pola Nutrisi Metabolik DS : Sebelum sakit, klien mengeluh tidak nafsu makan selama 3 hari sebelum dirawat di Rumah Sakit. Klien hanya makan bubur sumsum satu porsi karena merasa lelah jika mengunyah terlalu lama. Klien biasanya makan tidak teratur, 1-2 kali, klien biasanya mengonsumsi nasi, sayur, dan lauk dengan porsi sedikit. Klien biasanya minum 7-8 gelas air putih sehari dan satu gelas teh manis satu kali sehari. Klien tidak mengonsumsi vitamin atau suplemen. Saat di Rumah Sakit, klien hanya makan sebanyak satu sendok dan minum air putih sebanyak 4-5 gelas. Klien tidak ada masalah pada mulut dan gigi, tidak ada kesulitan menelan, serta tidak memakai gigi palsu. c. Pola Eliminasi DS: Sebelum sakit, klien mengatakan buang air kecil (BAK) 4-5 kali sehari dengan warna urin kuning dan buang air besar (BAB) sehari sekali. Namun sudah 5 hari klien mengeluh tidak dapat BAK, BAB, dan flatus sehinggga perut terasa sakit. Klien masih mampu mengontrol keinginan untuk miksi dan defekasi serta tidak mengeluh nyeri ketika BAK maupun BAB. Saat di Rumah Sakit, klien belum BAK, BAB, dan belum flatus. DO: Klien tidak terpasang kateter urin, klien tidak mengeluarkan keringat yang berlebihan. d. Pola Aktivitas Latihan DS: Sebelum sakit, klien mengatakan sudah 10 tahun yang lalu klien hanya berbaring di tempat tidur dan hanya mobilisasi ketika akan mandi atau aktivitas di toilet karena jika klien berjalan dua langkah saja maka nafas terasa sesak dan merasa sangat lelah. Klien juga sudah sangat jarang berolahraga. Saat di Rumah Sakit, klien hanya berbaring dan terkadang duduk di tempat tidur. Gambaran level melakukan aktivitas sehari-hari:



Aktivitas



0



1



2



3



4



Makan Berpakaian Mandi Memasak Berbelanja Berdandan Toileting Mobilitas Umum Bangun dan berbaring Menata rumah Keterangan: 0= Mampu Penuh 1= Memerlukan alat bantu 2= Memerlukan bantuan dan supervisi orang lain 3= Memerlukan bantuan dan supervisi dari oranglain serta alat bantu 4= Sepenuhnya dibantu e. Pola Istirahat Tidur DS: Klien mengatakan bahwa sebelum sakit biasanya tidur dari pukul 10 malam dan bangun tidur pukul 4 pagi. Klien jarang mengalami mimpi buruk dan tidak memerlukan obat obatan untuk dapat memperlancar tidur, namun sudah 3 hari klien mengeluh tidak bisa tidur karena sesak nafas. Klien hanya tidur sekitar 2 jam pada siang hari. Saat di Rumah Sakit, klien mengeluhkan tidak bisa tidur karena sesak nafas dan nyeri pada perut. f. Pola Kognitif Persepsi DS: Keluarga klien mengatakan bahwa klien mengalami penurunan pendengaran dan penglihatan. Klien mengatakan telinga kanan sulit untuk mendengar. Sudah satu tahun klien menderita katarak pada mata sebelah kiri. Klien memeriksakan penglihatannya terahir kali pada tahun 2017. Keluarga klien juga mengatakan bahwa klien tidak mengalami penurunan daya ingat dan saat mengambil keputusan biasanya bersama-sama dengan keluarga. DO: Klien tidak menggunaka kacamata atau alat bantu pendengaran. Namun klien terlihat kesulitan dalam mendengar. g. Pola Konsep Diri-Persepsi Diri DS: Klien mengatakan bahwa menerima kondisi sakitnya saat ini. Klien mengatakan juga bahwa sebelum sakit klien merupakan sosok yang mandiri dan pekerja keras, perubahan yang dirasakan setelah sakit adalah saat ini lebih membutuhkan bantuan dan dukungan keluarga. Setelah sakit, klien , merasakan sedikit cemas terhadap penyakitnya namun klien dan keluarga tetap optimis dengan berusaha untuk mengobati penyakit klien di Rumah Sakit supaya mendapat pelayanan yang tepat. h. Pola Peran Hubungan DS: Klien tinggal bersama istri dan 2 anaknya, yaitu anak kedua dan anak terahirnya. Klien mengatakan bahwa hubungan antar anggota keluarga terjalin dengan baik dan harmonis. Hubungan klien dengan



tetangga juga terjalin dengan baik. Selama ini klien mengatakan bahwa tidak ada masalah besar dalam keluarga ataupun dengan teman di lingkungan rumah, klien juga tidak merasa kesepian. Genogram: x



Keterangan:



X



= Laki-laki



= Garis pernikahan



= Perempuan = Meninggal



= Garis keturunan = Tinggal serumah



= Pasien i. Pola Seksualitas DS: Klien mengatakan bahwa memiliki 5 orang anak, 2 anak perempuan dan 3 anak laki-laki. Klien merupakan anak ke 5 dari 9 bersaudara. j. Pola Toleransi Stress Koping DS: Klien mengatakan bahwa sebelum sakit tidak mengalami stress atau tekanan yang berat. Setelah dirawat di Rumah Sakit, klien sedikit cemas dengan kondisi kesehatannya. Strategi koping atau solusi klien ketika sedang mengalami stress atau masalah yaitu dengan banyak berdoa supaya hati menjadi lebih tenang. k. Pola Nilai Keyakinan DS: Klien mengatakan bahwa agama adalah hal yang penting dalam hidup karena tujuan hidup adalah menjalankan tuntunan agama dengan baik. Sebelum sakit klien mengatakan bahwa aktivitas ibadahnya lancar, setelah dirawat di Rumah Sakit klien mengatakan bahwa aktivitas ibadahnya menjadi terganggu.



4. PEMERIKSAAN FISIK a. b. c. d.



Keadaan Umum : Baik Kesadaran : Compos mentis GCS : E4 M5 V6 = 15 Tanda – tanda vital - Tekanan darah : 90/60 mmHg - Nadi : 100 x/menit - Respiratory Rate : 32x/menit - Suhu : 36,7 ℃ - TB : - BB : - IMT : e. Pemeriksaan Mata Inspeksi : Tidak ada radang pada kelopak mata, bentuk mata simetris, reflek kedip baik, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor, gerakan mata nystagmus. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan f. Pemeriksaan Hidung



Inspeksi



: Bentuk simetris, tidak ada secret, tidak ada polip, fungsi hidung baik, terdapat pernapasan cuping hidung, tidak ada obstruksi dan inflamasi. Terpasang nasal kanul. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba masa. g. Pemeriksaan Telinga Inspeksi : Telinga Luar: daun teling simetris, telinga dalam tidak ada serumen, tidak ada benda asing maupun peradangan. Palpasi : telinga luar tidak ada nyeri tekan dan kelenturan kartilago baik. h. Pemeriksaan Mulut dan Faring Inspeksi : Bibir tidak sumbing, warna bibir tidak sianosis, bibir simetris dan lembab. Tidak ditemukan adanya pembengkakan pada bibir. Terdapat gigi berlubang, plak gigi sedikit kotor, gusi tidak berdarah, tidak ada radang tonsil, lidah tidak kotor. i. Pemeriksaan Leher Inspeksi : Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan tidak ada masa, leher simetris. Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan pembengkakan trakea. j.



k.



l.



Pemeriksaan Dada Inspeksi : Dada simetris namun tulang dada tampak menonjol, terdapat retraksi dinding dada, tidak ada lesi. Dada tampak merah bekas kerokan. Penggunaan otot bantu pernapasan saat bernapas terlihat meninggikan bahu, retraksi fosa supraklavikula Auskultasi : Terdapat bunyi napas wheezing, bunyi nafas pendek, ekspirasi mengi (emfisema), frekuensi pernapasan cepat. Palpasi : Tidak ada krepitasi dan nyeri tekan. Perkusi : Perkusi Hipersonor Pemeriksaan Jantung Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak Auskultasi : Normal sinus rytm (S1 Lub, S2 Dub), Frekuensi cepat Palpasi : Point maximal impuls teraba, teratur dan tidak terlalu kuat Perkusi : Bunyi pekak Pemeriksaan Abdomen Inspeksi : Bentuk abdomen kanan lebih menonjol, warna kulit tidak kemerahan dan tidak ada lesi, terdapat luka bekas operasi Trans Uretral Resection Prostate (TURP) di abdomen kanan bawah atau right iliac region. Auskultasi : Bising usus 8x/menit Palpasi : tidak asites, terdapat nyeri tekan pada right lumbar region Perkusi : timpani



m. Pemeriksaan Ekstremitas Inspeksi : Tidak ada edema, gerakan ekstremitas aktif, jari jari normal tidak sianosis, bentuk kaki normal, tidak ada luka, tidak ada nyeri tekan. n. Pemeriksaan Genitalia Inspeksi : Tidak ada lesi, warna kulit tidak kemerahan, tidak terpasang kateter tidak keluar cairan Palpasi : Tidak ada nyeri tekan o. Pemeriksaan Anus Inspeksi : Tidak ada hemoroid, tidak ada fistula, tidak ada laserasi 5. Pemeriksaan Penunjang Telah dilakukan pemeriksaan darah tanggal 17 Oktober 2018 Pemeriksaan Hasil Satuan Darah Lengkap Otomatis



Nilai Normal



Hemoglobin Hematokrit Eritrosit Leukosit Trombosit MCV MCH MCHC RDW Neutrofil Limfosit Monosit Eosinofil Basofil



12 35 4,34 7,82 214 80,7 27,7 34,3 12,3 73,23 15,63 7,045 2,995 1,104



10^6 / uL 10^3 / uL 10^3 / uL fL pg % % % % % % %



13,2 – 17,3 39,6 – 51,9 4,5 – 6,5 3,7 – 10,1 150 – 450 81 - 96 27 – 31,2 31, 8 – 35,4 11,5 – 14,5 39,3 – 73,7 18 – 48,3 4,4 – 12,7 0,6 – 7,3 0-1,7



KIMIA BUN SGOT (AST) SGPT (ALT) Kreatinin



16 46 33 0,79



mg / dL u /L u/L mg / dL



7 -18 0 - 50 0 - 50 0,6 – 1,3



/ mL



6. Radiologi Telah dilakukan pemeriksaan radiologi tanggal 17 Oktober 2018 Thorax AP : Tampak infiltrat di perihiler dan paracentral Sinus dan diafragma dalam batas normal Besar cor / CTR > 0,56 Mediastinum normal Systema tulang intak Kesan : Cardiomegali Pneumonia Tanggal



Nama Obat



Sediaan



Dosis



Fungsi



40 mg



Jalur Masuk Intravena



17 Oktober 2018



Omeprazol



Ampul



Ambroxol



Tablet



3 x 40 mg



Oral



Pengencer dahak



Salbotamol



Sirup



3 x 10 ml



Oral



Menghilangkan gejala sesak napas



Ranitidin



Ampul



3 x 2 ml



Intravena



Menghambat sekresi asam lambung



Fartison



Vial



1 x 100 mg



Intravena



Mengatasi alergi



Cefriaxon



Vial



3 x 10 ml



Intravena



Antibiotik



Menurunkan kadar asam lambung



7. Analisis Data Data fokus DS : P: Tidak bisa buang air kecil, buang air besar, dan flatus Q: Nyeri seperti ditusuk R: Perut kanan bagian bawah (kuadran 3) S: Skala nyeri 8 T: Nyeri hilang timbul



Etiologi



Masalah



Agens cedera biologis(penyakit)



Nyeri Akut (00132)



Prioritas Diagnosa



DO : Ekspresi wajah nyeri, Kurang konsentrasi DS : Pasien mengatakan sesak Hiperventilasi saat duduk dan berjalan



Ketidakefektifan Pola Napas (00032)



DO : Dispnea RR : 32 X/menit Penggunaan otot bantu pernapasan Pernafasan cuping hidung DS : Pasien mengatakan belum flatus, belum BAB, dan BAK. Pasien mengatakan nyeri pada perut kanan bawah



8.



Intoleransi makanan



Disfungsi Motilitas Gastrointesti nal (00196)



1) Ketidakef ektifan Pola Napas berhubungan dengan sindrom hipoventilasi 2) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (proses penyakit) 3) Disfungsi motilitas gastrointestinal berhubungan dengan intoleransi makanan



DO : Bising usus : 8x / menit



9. Rencana Keperawatan No 1



Diagnosa Keperawatan Ketidakefektifan Pola Napas berhubungan dengan sindrom hipoventilasi



Tujuan NOC : Status pernapasan (0415) Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan terjadi perubahan pada pola napas dengan kriteria hasil : Indikator RR Irama pernapasan Saturasi oksigen Keterangan : a. RR



Awal Tujuan 2 5 2 5 4



5



Intervensi NIC : Monitor Pernapasan (3350) 1. Observasi frekuensi, irama, dan kedalaman napas 2. Observasi pola napas (bradypnea, takipnea, hiperventilasi) 3. Observasi perubahan saturasi oksigen 4. Auskultasi suara nafas pasien 5. Catat pergerakan dada dan penggunaan otot aksesoris pernapasan 6. Palpasi untuk



2



Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (proses penyakit)



1= 36-40x/menit 2= 31-35 x/menit 3= 26-30x/menit 4= 21-25x/menit 5= 16-20x/menit b. Irama Pernapasan 1= Tiap 1 detik 2= Tiap 1,75-2 detik 3= Tiap 2,1-2,4 detik 4= Tiap 2,5-2,9 detik 5= Tiap 3 detik c. Saturasi Oksigen 5= 95-100 % 4= 90-94 % 3= 85-89 % 2=80-84 % 1= 75-79%



menentukan ekspansi paru 7. Posisikan pasien semi fowler 8. Edukasi pasien mengenai posisi di tempat tidur supaya sesak nafas berkurang 9. Kolaborasi pemberian terapi pernapasan (nebulizer, oksigen)



NOC : Tingkat Nyeri Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan tingkat nyeri pasien menurun dengan kriteria hasil :



NIC : Manajemen Nyeri (1400) 1. Kaji nyeri secara menyeluruh (PQRST) 2. Observasi tandatanda nonverbal dari ketidaknyamanan 3. Tentukan adanya gangguan nafsu makan, aktivitas, dan istirahat dari adanya nyeri 4. Kaji faktor-faktor yang dapat memperparah nyeri 5. Berikan injeksi analgesik; ketorolac 6. Ajarkan pasien dan keluarga tentang teknik relaksasi napas dalam dan genggam jari 7. Dukung pasien dan keluarga untuk kooperatif dengan tindakan 8. Pantau skala nyeri pasien 9. Dukung pasien untuk makan dan istirahat yang cukup NIC: Latihan Saluran Cerna (0440)



Indikator Awal Tujuan Tekanan 4 5 darah Melaporkan 2 5 nyeri Keterangan : - Tekanan darah 1: