Makalah Problem Supervisi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH PROBLEM SUPERVISI PENDIDIKAN Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Supervisi Pendidikan Dosen Pengampu : Faizal Amir, M.Pd



Disusun Oleh : 1. Ade royani 2. Ibrohim 3. Arismanto 4. Irma pitriyani Kelompok 7



MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH BUNTET PESANTREN CIREBON 2021/2022



Kata Pengantar Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Problem Supervisi Pendidikan ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas di mata kuliah Supervisi Pendidikan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Problem Supervisi Pendidikan bagi para pembaca dan juga bagi penyusun. Semoga makalah ini dapat di pergunakan sebagai salah satu acuan atau petunjuk maupun pedoman bagi yang membaca makalah ini. Kami menyadari, bahwa makalah yang kami buat masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.



Cirebon, Juni 2021



Penyusun



i



DAFTAR ISI Kata Pengantar.............................................................................................................. i Daftar Isi....................................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang.................................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah............................................................................................. 2 C. Tujuan Pembahasan.......................................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Supervisi Pendidikan...................................................................... 3 B. Permasalahan Pelaksanaan Supervisi Pendidikan di Sekolah.......................... 4 C. Alternative Pemecahan Permasalahan Pelaksanan Supervisi Pendidikan di Sekolah...................................................................................... 7 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan....................................................................................................... 10 DAFTAR PUSTAKA



ii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen untuk mencapai tujuan pendidikan. Salah satu komponen yang berperan penting adalah pengawasan sekolah atau yang biasa disebut dengan supervisi pendidikan. Supervisi pendidikan dalam pengertian secara makro adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana membina sumber daya manusia yang ada pada pelaksana pendidikan (guru) untuk ditata sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sesuai kesepakatan bersama dan dijalankan oleh supervisor pendidikan (pengawas dan kepala sekolah). Penataan dalam hal ini mengandung makna mengawasi, memimpin, membina, atau mengontrol sumber daya yang meliputi perencanaan,pengamatan, pengawasan, dan pembinaan (Rahmat, 2013). Dalam melaksanakan tugasnya, pengawas dan kepala sekolah bertindak sebagai supervisor mempunyai beberapa tanggung jawab yakni berkewajiban melaksanakan pembinaan administrasi sekolah yang bertujuan menciptakan situasi belajar mengajar menjadi lebih baik dan melaksanakan supervisi pendidikan yakni supervisi akademik sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan supaya guru-guru termotivasi dalam menjalankan tugas-tugas dan mampu membimbing peserta didik menjadi lebih baik (Rahmat, 2013). Perkembangan supervisi dewasa ini lebih menekankan kepada upaya guru untuk



mengembangkan



kualitas



pembelajarannya



melalui



pengembangan



keprofesionalan 2 berkelanjutan. Sehubungan perkembangan pengetahuan dan teknologi yang berkembang pesat dalam waktu yang sangat singkat, supervisi dengan jumlah yang sangar terbatas dan dengan kemampuan yang variatif sehingga tidak mampu melayani kebutuhan supervisi guru dalam jumlah yang besar. Guru perlu berinisiatif menganalisis kualitas pembelajaran dan menemukan permasalahan untuk diupayakan peningkatan kualitasnya secara berkelanjutan. Supervisor lebih berperan sebagai fasilitator untuk terjadinya pengembangan keprofesionalan guru secara berkelanjutan tersebut. Disamping itu menumbuhkan motivasi guru yang sangat tinggi untuk selalu meningkatkan keprofesionalannya (Sabandi, 2013) Dalam pelaksanaan tugasnya sebagai supervisor, pengawas dan kepala sekolah mengalami beberapa kendala. pandangan guru terhadap supervisi cenderung negatif yang mengasumsikan bahwa supervisi merupakan model pengawasan terhadap guru dengan menekan kebebasan guru untuk menyampaikan pendapat. Hal ini dapat dipengaruhi sikap 1



supervisor seperti sikap otoriter, hanya mencari kesalahan guru dan menganggap lebih dari guru karena jabatannya. Dan juga guru senior cenderung menganggap supervisi merupakan kegiatan yang tidak perlu karena menganggap bahwa telah memiliki kemampuan dan pengalaman yang lebih.(Gunawan Imam, n.d.). Hal ini menjadi problem bagi supervisor untuk melakukan pengawasan kepada guru karena tidak mendapat respon dari guru tersebut. Seharusnya guru sangat antusias dalam untuk di supervisi agar guru dapat meningkatkan keprofesionalannya dan juga dapat meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih baik lagi sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai secara maksimal. Oleh karena itu, dalam makalah ini penulis akan menyampaikan bagaimana alternatif dalam memecahkan masalah dalam pelaksanaan supervisi pendidikan terkait dengan sumber daya guru tersebut. B. Rumusan Masalah 1. Apa Pengertian Supervisi Pendidikan? 2. Apa saja Problem Pelaksanaan Supervisi Pendidikan? 3. Bagaimana alternatif untuk memecahkan masalah dalam pelaksanaan supervisi pendidikan terhadap sumber daya guru di sekolah ? C. Tujuan Pembahasan 1. Untuk mengetahui pengertian supervisi pendidikan 2. Untuk mengetahui problem supervisi pendidikan 3. Untuk mengetahui alternatif dalam memecahkan masalah supervisi pendidikan



2



BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Supervisi Pendidikan Dilihat dari sudut pandang etimologi supervisi berasal dari kata super dan vision yang masing-masing kata itu berarti atas dan penglihatan. Jadi secara etimologis, supervisi adalah penglihatan dari atas. Pengertian itu merupakan arti kiasan yang menggambarkan suatu posisi dimana yang melihat berkedudukan lebih tinggi dari pada yang dilihat. Hal ini dapat diartikan bahwa kegiatan supervisi dilakukan oleh atasan kepada bawahan. Pelaksanaan supervisi atau pengawasan di setiap organisasi memiliki peran yang cukup penting. Manullang (2005: 173) mendefinisikan pengawasan sebagai Suatu proses untuk menerapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya dan bila perlu mengoreksi dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula. Supervisi dilakukan di setiap lini organisasi, termasuk organisasi di dalam ranah pendidikan, salah satunya adalah sekolah. Kepala sekolah merupakan atasan di dalam lingkungan sekolah. Dimana seorang kepala sekolah memiliki peran strategis dalam memberi bantuan kepada guru-guru dalam menstimulir guru-guru kearah usaha mempertahankan suasana belajar mengajar yang lebih baik. E. Mulyasa (2004: 111), Supervisi sesungguhnya dapat dilaksanakan oleh kepala sekolah yang berperan sebagai supervisor. Pelaksanaan proses pembelajaran di kelas tidak selamanya memberikan hasil yang sesuai dengan yang diinginkan, ada saja kekurangan dan kelemahan yang dijumpai dalam proses pembelajaran, maka untuk memperbaiki kondisi demikian peran supervisi pendidikan menjadi sangat penting untuk dilaksanakan. Pelaksanaan supervisi bukan untuk mencari kesalahan guru tetapi pelaksanaan supervisi pada pendidikan dasarnya adalah proses pemberian layanan bantuan kepada guru untuk memperbaiki proses belajar mengajar yang dilakukan guru dan meningkatkan kualitas hasil belajar. Menurut E. Mulyasa (2004), untuk mengetahui sejauh mana guru mampu melaksanakan pembelajaran, secara berkala kepala sekolah perlu melaksanakan kegiatan supervisi, salah satunya yang dapat dilakukan melalui kegiatan kunjungan kelas untuk mengamati proses pembelajaran secara langsung, terutama dalam pemilihan dan penggunaan metode, media yang digunakan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Pada hakeketnya, tujuan akhir dari kegiatan supervisi 3



pendidikan adalah untuk memperbaiki guru dalam hal proses belajar mengajar agar tercapai kualitas proses belajar mengajar dan meningkatkan kualitas hasil belajar siswa. Oleh karena itu, sebelum mendalami kajian akan supervisi pendidikan, perlu diketahui terlebih dahulu mengenai definisi/ pengertian tentang supervisi pendidikan. Berikut pendapat para ahli mengenai pengertian supervisi pendidikan. Sergiovanni dalam Made Pidarta (1999: 2) mengemukakan pernyataan bahwa: 1. supervisi lebih bersifat proses daripada peranan 2. supervisi adalah suatu proses yang digunakan oleh personalia sekolah yang bertanggungjawab terhadap aspek-aspek tujuan sekolah dan yang bergantung secara langsung kepada para personalia yang lain, untuk menolong mereka menyelesaikan tujuan sekolah itu. Kepala sekolah sebagai supervisor dapat melakukan supervisi secara efektif antara lain melalui diskusi kelompok, kunjungan kelas, pembicaraan individual, dan simulasi pembelajaran. (E. Mulyasa, 2004: 113). Dari beragam pendapat mengenai teknik supervisi pada dasarnya mempunyai kesamaan dan semuanya itu erat sekali hubungan dalam rangka upaya pemberian bantuan terhadap guru agar dapat meningkatkan profesionalismenya sehingga akan mampu mencapai tujuan pendidikan. B. Permasalahan Pelaksanaan Supervisi Pendidikan di Sekolah. Dalam melaksanakan supervisi kepala sekolah pasti menghadapi kendalakendala. Hal ini sesuai dengan yang telah disampaikan oleh Direktorat Tenaga Kependidikan Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional (2007), Para kepala sekolah baik suka maupun tidak suka harus siap menghadapi problema dan kendala dalam melaksanakan supervisi pendidikan. Berdasarkan kajian teori yang penulis lakukan dapat diketahui bahwa kendala supervisi pendidikan yang sangat umum terjadi di lapangan adalah kurangnya motivasi dari para guru ketika mendapat supervisi. Hal tersebut terjadi dikarenakan adanya anggapan yang telah melekat dalam diri guru bahwa supervisi hanyalah kegiatan yang semata-mata untuk mencari-cari kesalahan. Kendala-kendala dalam pelaksanaan supervisi pendidikan ada banyak, diantaranya : 1. Kompleksitas tugas manajerial seorang kepala sekolah. Program kegiatan supervisi pendidikan tidak dapat dilakukan oleh kepala sekolah seorang diri. Kompleksitas tugas manajerial kepala sekolah mengakibatkan seorang kepala sekolah tidak dapat menangani sendiri pelaksanaan supervisi



4



pendidikan,



khususnya



supervisi



yang



lebih



menekankan



pada



aspek



pembelajaran. 2. Kurangnya persiapan dari guru yang disupervisi. Kondisi ini dapat diartikan bahwa motivasi guru untuk disupervisi dinilai masih kurang, hal tersebut dikarenakan masih melekatnya anggapan dari para guru bahwa supervisi sematamata hanyalah kegiatan untuk mencari-cari kesalahan. Meskipun pelaksanaan supervisi pendidikan dilakukan dengan pemberitahuan terlebih dahulu kepada guru yang akan mendapat supervisi, masih saja para guru yang akan disupervisi belum mempersiapkan diri secara matang. 3. Unsur subjektifitas guru supervisor dirasa masih tinggi. Unsur subjektifitas dari supervisor yang ditunjuk oleh kepala sekolah dirasa masih tinggi. Keadaan ini terjadi dikarenakan kegiatan supervisi pendidikan tidak dilakukan sendiri secara langsung oleh kepala sekolah, tapi oleh guru-guru yang dianggap telah senior oleh kepala sekolah. Dimana masing-masing guru tersebut memiliki kepribadian yang berbeda-beda dan prinsip supervisi maupun teknik supervisi yang saling berbeda pula. 4. Sering terjadi pergantian kepala sekolah Terjadinya pergantian kepala sekolah mengakibatkan jalannya pelaksanaan supervisi pendidikan menjadi tesendat-sendat, kurang lancar, dan dinilai kurang rutin/ kontinyu. 5. Sarana dan prasarana yang terbatas setiap proses belajar mengajar yang berhubungan dengan masalah sarana dan prasarana, seorang guru pasti merasakan ketidak nyamanan dalam menyampaikan materi pelajaran. Karena sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor utama lancarnya pelaksanaan supervisi pendidikan dalam meningkatkan profesionalisme guru. 6. Kurangnya disiplin guru Masalah yang menyangkut faktor disiplin. hal ini sering dilakukan oleh beberapa tenaga pengajar terutama disiplin waktu hal ini menimbulkan kelas menjadi tidak kondusif sehingga siswa tidak tau apa yang harus dilakukan selain bermain di dalam kelas sambil menunggu guru yang memiliki jadwal pada hari itu ia akan datang atau karena tidak belum ada kejelasan. 7. Masih kurangnya pengetahuan guru tentang pengelolaan proses belajar mengajar yang efektif seorang guru dintuntut agar mampu melaksanakan belajar mengajar yang efektif sehingga suasana kelas menjadi kondusif. 5



Dari beberapa kendala pelaksanaan supervisi di atas, dapat dikategorikan dalam dua aspek, yaitu struktur dan kultur. Pada aspek struktur birokrasi pendidikan di Indonesia ditemukan kendala antara lain sebagai berikut : Pertama, secara legal yang ada dalam nomenklatur adalah jabatan pengawas bukan supervisor. Hal ini mengindikasikan paradigma berpikir tentang pendidikan yang masih dekat dengan era inspeksi. Kedua, lingkup tugas jabatan pengawas lebih menekankan pada pengawasan administrasti yang dilakukan oleh kepala sekolah dan guru. Asumsi yang digunakan adalah apabila administrasinya baik, maka pengajaran di sekolah tersebut juga baik. Inilah asumsi yang keliru. Ketiga, rasio jumlah pengawas dengan sekolah dan guru yang harus dibina/diawasi sangat tidak ideal. Di daerah-daerah luar pula Jawa misalnya, seorang pengawas harus menempuh puluhan bahkan ratusan kilo meter untuk mencapai sekolah yang diawasinya; dan Keempat, persyaratan kompetensi, pola rekrutmen dan seleksi, serta evaluasi dan promosi terhadap jabatan pengawas juga belum mencerminkan perhatian yang besar terhadap pentingnya implementasi supervisi pada ruh pedidikan, yaitu interaksi belajar mengajar di kelas. Pada aspek kultural dijumpai kendala antara lain : Pertama, para pengambil kebijakan tentang pendidikan belum berpikir tentang pengembangan budaya mutu dalam pendidikan. Apabila dicermati, maka mutu pendidikan yang diminta oleh customers sebenarnya justru terletak pada kualitas interaksi belajar mengajar antara siswa dengan guru. Hal ini belum menjadi komitmen para pengambil kebijakan, juga tentu saja para leksana di lapangan. Kedua, nilai budaya interaksi sosial yang kurang positif, dibawa dalam interaksi fungsional dan professional antara pengawas, kepala sekolah dan guru. Budaya ewuhpakewuh, menjadikan pengawas atau kepala sekolah tidak mau masuk terlalu jauh pada wilayah guru. Ketiga, budaya paternalistik, menjadikan guru tidak terbuka dan membangun hubungan professional yang akrab dengan kepala sekolah dan pengawas. Guru menganggap mereka sebagai atasan sebaliknya pengawas menganggap kepala sekolah dan guru sebagai bawahan. Inilah yang menjadikan tidak terciptanya rapport atau kedekatan hubungan yang menjadi syarat pelaksanaan supervisi. Dari berbagai kendala diatas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa kendala-kendala supervisi oleh kepala sekolah dalam penerapan kurikulum di sekolah adalah kendala yang berasal dari dalam diri kepala sekolah itu sendiri/ kendala internal dan kendala yang berasal dari luar diri kepala sekolah/ kendala eksternal. Kendala internal tersebut adalah kompleksitas tugas manajerial seorang kepala sekolah. Sedangkan kendalakendala eksternalnya meliputi: kurangnya persiapan dari guru yang disupervisi, unsur 6



subjektifitas guru supervisor dirasa masih tinggi, dan sering terjadi pergantian kepala sekolah. C. Alternatif Pemecahan Permasalahan Pelaksanaan Supervisi Pendidikan di Sekolah. Oemar Hamalik mengatakan (1992:67) supervisi nampaknya menjadi penentu yang utama untuk memutuskan kurikulum, menyeleksi pola-pola organisasi sekolah, fasilitas belajar, dan menilai proses pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu diperlukan solusi yang tepat agar apa yang menjadi tujuan utama dari pelaksanaan supervisi pendidikan oleh kepala sekolah dalam penerapan kurikulum di sekolah dapat sepenuhnya tercapai. Kepala sekolah selaku supervisor pendidikan yang memiliki otoritas tertinggi di sekolah harus mengupayakan beberapa cara dalam mengatasi kendala-kendala dalam pelaksanaan supervisi, antara lain: 1. Dilakukan pendelegasian wewenang oleh kepala sekolah kepada guru-guru senior. Pelaksanaan supervisi terutama pada aspek pembelajaran tidak dapat dilakukan seorang diri oleh kepala sekolah tanpa bantuan dari orang lain. Oleh karena itu, kepala sekolah yang notabene pimpinan sekolah yang memiliki otoritas tertinggi memiliki keleluasaan untuk melakukan delegasi wewenang. Kegiatan supervisi pada aspek pembelajaran dapat dilimpahkan kepada guru yang dianggap senior berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Kriteria guru senior yang dipilih adalah dilihat dari masa kerja, prestasi kerja, kompetensi, dan kualifikasinya, misal guru yang bergelar S2. Kegiatan supervisi oleh guru supervisor terhadap rekannya sering disebut dengan pembimbingan teman sejawat dalam kegiatan belajar mengajar. 2. Pemberian motivasi kepada para guru akan pentingnya supervisi pendidikan. Kurangnya persiapan dari guru dalam pelaksanaan supervisi, lebih diakibatkan karena kuranganya motivasi dari dalam guru sendiri akan pentingnya supervisi pendidikan. Motivasi yang minim itu juga disebabkan kerena anggapan yang telah melekat dalam diri guru bahwa supervisi hanyalah kegiatan yang semata-mata untuk mencari-cari kesalahan. Pemberian motivasi dapat dilakukan melalui beberapa cara diantaranya dengan menyelipkan pengarahan atau motivasi pada saat rapat guru, lokakarya, atau bahkan secara langsung dengan individunya.



7



3. Pembinaan oleh kepala sekolah kepada guru-guru senior yang ditunjuk sebagai supervisor dan membentuk tim penilai supervisi. Kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah dalam KTSP adalah keterbatasan waktu dan tenaga dari kepala sekolah apabila kepala sekolah melakukan kegiatan supervisi pendidikan seorang diri. Oleh karena itu, kepala sekolah menunjuk guru-guru yang dianggap telah senior untuk membantunya melakukan supervisi pendidikan. Namun dalam prakteknya masih terdapat beberapa guru senior kurang paham akan prinsip-prinsip yang harus diterapkan dalam pelaksanaan supervisi pendidikan. Sehingga dalam pelaksanaannya unsur subjektifitas



cenderung masih tinggi. Oleh karena itu kepala sekolah perlu memberi motivasi maupun pengarahan kepada para guru supervisor yang isinya mengenai perlunya menerapkan prinsip-prinsip supervisi pendidikan dan pembentukan tim penilai supervisi yang terdiri dari 2 (dua) atau 3 (tiga) orang yang tujuannya tidak lain adalah untuk menetralisir unsur subjektifitas yang terjadi oleh guru yang berperan supervisor. 4. Dilakukan koordinasi secara intens kepada seluruh elemen sekolah. Pergantian kepala sekolah sebanyak empat kali dalam lima tahun menjadi kendala yang cukup fatal bagi pengelolaan dan kemajuan sekolah. Hal tersebut berdampak pula pada rutinitas kegiatan supervisi pendidikan. Upaya dari kepala sekolah untuk mensikapi keadaan tersebut adalah dengan melakukan koordinasi secara intensif kepada seluruh elemen sekolah, termasuk koordinasi yang baik antara guru supervisor dengan guru yang akan mendapat supervisi. 5. Mengupayakan sarana dan prasarana yang memadai Sarana dan prasarana merupakan sesuatu yang penting disemua tempat kegiatan belajar mengajar, karena itu, dalam rangka mensukseskan program pengajaran yang efektif tidak terlepas dari sarana dan prasarana yang memadai. seorang guru akan lebih semangat dengan situasi dan kondisi fasilitas sarana dan prasarana yang sudah lengkap. Sarana dan prasarana adalah suatu perlengkapan/ peralatan yang harus dimiliki oleh setiap sekolah pada umumnya. sedangkan prasarana mengikuti sarana. Dalam



rangka



peningkatan



profesionalisme



guru,



sarana



seperti



perpustakaan yang merupakan tempat menggali pengetahuan yang seluas-luasnya



8



dan seorang guru akan merasa lebih mudah dalam mencari buku pegangan mengajar. Kaitannya dengan upaya peningkatan profeasionalisme guru, sarana merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, karena sarana itu pendukung lancarnya PBM. 6. Menerapkan disiplin terhadap tata tertib guru Disiplin merupakan ketaatan dan ketepatan pada suatu aturan yang dilakukan secara sadar tanpa adanya dorongan atau paksaan pihak lain atau suatu keadaan dimana sesuatu itu berada dalam tertib, teratur dan semestinya serta tiada suatu



pelanggaran-pelanggaran



baik



secara



langsung



maupun



tidak



langsungAdapun faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penerapan kedisiplinan yaitu faktor kepribadian, dan lingk



9



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Supervisi pendidikan adalah sebuah usaha untuk mengevaluasi kinerja seorang guru, baik dalam segi pembelajarannya ataupun motivasi terhadap guru tersebut. Kendala-kendala supervisi oleh kepala sekolah dalam penerapan kurikulum di sekolah adalah kendala yang berasal dari dalam diri kepala sekolah itu sendiri/ kendala internal dan kendala yang berasal dari luar diri kepala sekolah/ kendala eksternal. Kendala internal tersebut adalah kompleksitas tugas manajerial seorang kepala sekolah. Sedangkan kendala-kendala eksternalnya meliputi: kurangnya persiapan dari guru yang disupervisi, unsur subjektifitas guru supervisor dirasa masih tinggi, dan sering terjadi pergantian kepala sekolah. Beberapa permasalahan dalam pelaksanan supervise di sekolah diantaranya: 1. Kompleksitas tugas manajerial seorang kepala sekolah 2. Kurangnya persiapan dari guru yang disupervisi 3. Unsur subjektifitas dirasa masih tinggi 4. Sering dilakukan pergantian kepala sekolah 5. Sarana dan prasarana yang terbatas 6. Kurangnya disiplin guru 7. Masih kurangnya pengetahuan guru tentang pengelolaan proses belajar mengajar yang efektif. Sedangkan alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut antara lain: 1. Dilakukan pendelegasian wewenang oleh kepala sekolah kepada guru-guru senior 2. Pemberian motivasi kepada para guru akan pentingnya supervisi pendidikan 3. Dilakukan pembinaan oleh kepala sekolah kepada guru-guru senior yang ditunjuk sebagai supervisor dan membentuk tim penilai supervise 4. Dilakukan koordinasi secara intens kepada seluruh elemen sekolah 5. Mengupayakan sarana dan prasarana yang memadai 6. Menerapkan disiplin terhadap tata tertib guru 7. Mengadakan evaluasi ketenagaan



10



DAFTAR PUSTAKA DirektoriatTenaga Kependidikan Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan. 2007. Naskah Materi Diklat Pembinaan Kompetensi untuk Calon Kepala Sekolah/ Kepala Sekolah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Enco Mulyasa. 2004. Menjadi Kepala Sekolah Profesional Dalam konteks Menyukseskan MBS dan KBK, Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset. Made Pidarta. 1999. Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Manullang. 2005. Dasar-dasar Manajemen. Yogyakarta : UGM University Press. Oemar Hamalik. 1992. Administrasi dan Supervisi Pengembangan Kurikulum. Bandung : CV. Mandar Maju. Rembangy, Mushtofa. 2010. Pendidikan Transformatif. Yogyakarta: Teras.



iii