Makalah Psikologi Pendidikan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

INTELEGENSI Makalah Ini Di Susun Guna Untuk Mata Kuliah Psikologi Pendidikan



Disusun Oleh : Kelompok 4



Taufik



(1830202307)



Siti Rahma



(1830202301)



Widia Anggita



(1830202318)



Dosen Pengampu : ROMLI, M.Pd



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGRI RADEN FATAH PALEMBANG 2019



BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Manusia adalah makhluk yang paling sempurna diantara makhluk-makhluk ciptaan Allah SWT di bumi ini. Diberinya daya cipta, rasa dan karsa yang memungkinkan manusia untuk berbuat lebih besar dari pada otak mereka yang kecil. Kekuatan berpikir itulah yang sering disebut-sebut dengan itelegnsi. Manusia yang mempunyai intelegnsi yang tinggi, tentulah mereka lebih unggul daripada manusia yang memiliki intelegnsi yang rendah. Intelegensi merupakan kemampuan yang dibawa sejak lahir, bukan timbul secara tiba-tiba. Yang memungkinkan seseorang berbuat suatu dengan cara tertentu. Intelegnsi juga dapat dipahami sebagai kemampuan yang bersifat umum untuk mengadakan penyesuaian terhadap suatu situasi atau masalah.1 Intelegensi merupakan salah satu konsep yang dipelajari dalam psikologi. Pada hakekatnya, semua orang sudah merasa memahami makna intelegensi. Sebagian orang berpendapat bahwa intelegensi merupakan hal yang sangat penting dalam berbagai aspek kehidupan. Intelegensi erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Banyak problem-problem manusia yang berhubungan dengan intelegensi. Dalam dunia pendidikan pun, intelegensi merupakan hal yang sangat berkaitan. Seolaholah intelegnsi merupakan penentu keberhasilan untuk mencapai segala suatu penentu keberhasilan dalam semua bidang kehidupan.



B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian intelegensi ? 2. Bagaimana sejarah pengukuran intelegensi ? 3. Apa saja ciri-ciri dari intelegensi ? 4. Apa saja teori intelegensi ? 5. Bagaimana perkembangan intelegensi itu ? 6. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan intelegensi ? 1



http://jurnaldikbud. Kemdikbud.go.id/index.php/jpnk/article/download/479/322, diakses tanggal 29 september 2019 pukul. 02.13 wib.



2



7. bagaimana pengaruh intelegensi terhadap keberhasilan belajar ?



C. Tujuan Masalah 1. Untuk mengetahui pengertian dari intelegensi 2. Untuk mengetahui sejarah pengukuhan intelegensi itu sendiri 3. Untuk mengetahui ciri-ciri dari intelegensi 4. Untuk mengtahui teori yang digunakan dalam intelegensi 5. Untuk mengetahui perkembangan intelegensi tersebut 6. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan dari intelegensi 7. Untuk mengetahui pengaruh intelegensi terhadap keberhasilan belajar



3



BAB II PEMBAHASAN



A. Pengertian Intelegnsi Istilah intelegensi berasal dari kata latin “intelligere”



yang berarti



menghubungkan atau menyatukan satu sama lain (to organize, to relate, to bind together) (Walgito, 1997). Dalam bahasa Arab, intelegensi disebut dengan addzaka yang berarti pemahaman, kecepatan, dan kesempurnaan sesuatu. Dalam arti, kemampuan (al-qudrah) dalam memahami sesuatu secara cepat dan sempurna (Murad, dalam Mujib dan Mudzakir, 2002). Intelegensi Intelegensi sering diartikan dengan kecerdasan. Istilah “cerdas” sendiri sudah lazim dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari. Bila seseorang tahu banyak hal, mampu belajar cepat, serta berulang kali dapat memilih tindakan yang efektif dalam situasi yang rumit, maka disimpulkan bahwa ia orang yang cerdas. Meski fenomena yang dipelajari sama, namun para psikologi yang mempelajari intelegensi memberikan pengertian yang berbeda-beda.2 Dalam perkembangan ilmu psikologi sampai tahun 1970 hingga 1980 an, upaya beberapa ahli untuk memahami intelegensi ini beragam. Para ahli menyampaikan pendapat mengenai definisi intelegensi secara berbeda-beda. Menurut Wechsler (1975) hal tersebut terjadi karena intelegensi merupakan suatu konsep yang kompleks; suatu kesatuan yang terdiri dari sejumlah kemampuan atau kapasitas pikiran. Untuk memperoleh pengertian yang lebih luas dan lebih jelas tentang intelegensi, berikut ini akan dikemukakan beberapa pengertian yang dirumuskan oleh para ahli.3 A. Menurut Alfred Binet Binet (8 Juli 1857 – 18 Oktober 1911) dikenal sebagai pelopor dalam menyusun tes intelegensi. Ia menyatakan bahwa intelegensi mempunyai tiga aspek kemampuan, yaitu:



2



Nyayu Khodijah, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2017), hlm. 89 Mif Baihaqi, Pengantar Psikologi Kognitif, (Bandung: PT Refika Aditama, 2016), hlm.



3



158



4



a. Directions, kemampuan untuk memusatkan pada suatu masalah yang harus dipecahkan. b. Adaption, kemampuan untuk mengadakan adaptasi terhadap masalah yang dihadapinnya atau fleksibel dalam menghadapi masalah. c. Criticism, kemampuan untuk mengadakan kritik, baik terhadap masalah yang dihadapi maupun terhadap dirinya sendiri. B. Menurut Louis Leon Thurstone Thurstone (29 Mei 1887 – 30 September 1955) mengemukakan teori multifaktor yang meliputi 13 faktor. Diantara ketiga belas faktor tersebut, ada tujuh faktor yang memaparkan faktor dasar (primer abilities), yaitu: a. Verbal comprehension (V), kecakapan untuk memahami pengertian yang diucapkan dengan kata-kata. b. Word fluency (W), kecakapan dan kefasihan menggunakan kata-kata. c. Number (N), kecakapan untuk memecahkan masalah matematika (penggunaan angka-angka atau bilangan). d. Space (S), kecakapan tilikan ruang, sesuai dengan bentuk hubungan formal, seperti menggambar design dari memori. e. Memory (M), kecakapan untuk mengingat. f. Perseptual (P), kecakapan mengamati dan menafsirkan, mengamati persamaan dan perbedaan suatu objek. Tes ini kadang-kadang dihilangkan dalam beberapa bentuk. g. Reasoning (R), kecakapan menemukan dan menggunakan prinsip-prinsip. C. Menurut Edward Lee Thorndike Thorndike (31 Agustus 1874 – 9 Agustus 1949) dikenal sebagai seorang tokoh psikologi koneksionisme. Ia mengemukakan bahwa “Intelligent is demonstrable in ability of the individual to make good responses fro the stand point of truth of fact” (intelegensi adalah kemampuan individu untuk memberikan respons yang tepat atau baik terhadap stimulasi yang diterimannya). D. Menurut George D. Stodard4 Stodard (L. 8 Oktober 1897) dikenal sebagai pendidik Amerika yang senang menekuni kreativitas. Ia mengartikan intelegensi sebagai kecakapan dalam beritingkah laku, ciri-cirinya adalah: (a) mempunyai tingkat kesukaran, (b)



4



Ibid, hlm. 158



5



kompleks, (c) abstrak, (d) ekonomis (e) memiliki daya adaptasi dengan tujuan, dan (g) menunjukan kemurnian (original). E. Menurut Carl Witherington Witherington dikenal sebagai ahli psikologi pendidikan. Menurut Witherington (1991) pengertian intelegensi addalah “...excellence of performance as manifested in efficient activity”, yaitu kesempurnaan bertindak sebagaimana dimanifestasikan dalam kemampuan-kemampuan atau kegiatan berikut ini: a. Fasilitas dalam menggunakan bilangan dan angka (facility in the use of numbers). b. Efisiensi penggunaan bahasa (language effeciency). c. Kecepatan pengamatan (speed of perception). d. Fasilitas dalam mengingat (facility in memorizing). e. Fasilitas dalam memahami hubungan (facility in comprehending relationship). f. Kemampuan mengkhayal atau mencipta (imagination capasity). Selanjutnya, menurut Whitherington, sebutan intelegensi atau kecerdasan sebetulnya kurang tepat; yang lebih tepat adalah “kelakuan cerdas” Jadi, menurut Witherington, intelegensi tidak lain adalah pengertian dan kumpulan kelakuan yang menunjukan hal yang cerdas. Pengertian itu, dalam pandangan Witherington, mempunyai isi dan luas. Isi pengertian ialah segenap ciri-ciri hakiki (ciri yang harus ada) dari suatu pengertian. Sedangkan luas pengertian ialah segenap hal yang ada pada pengertian tersebut. Dengan pemahaman seperti itu, maka pengertian intelegnsi menurut Witherington, mempunyai ciri-ciri seperti berkikut: 1) Cepat; makin cepat suatu pekerjaan diselesaikan, makin cerdaslah orang yang menyelesaikan. 2) Cekatan; biasanya dihubungkan dengan pekerjaan tangan; dengan mudah dan ringkas seseorang bisa menyelesaikan sesuatu.5 3) Tepat; sesuai dengan tuntutan keadaan; misalnya mengukur jalan yang panjang dengan besaran yang benar pula, juga berarti mengukur dengan tepat; tidak lebih tidak kurang.



5



Ibid, hlm. 159



6



Dapat diringkaskan bahwa intelegensi adalah kesempurnaan perbuatan kecerdasan. Yang dimaksud kecerdasan ialah aktivitas berfikir yang efesien. Dikatakan efesien apabila memenuhi tiga ciri, yaitu cepat, cekatan, dan tepat. F. Menurut Robert L. Solso Solso (1933-2005) dalam dokumen foto-fotonya pada buku psikologi kognitif, mengindikasikan kalau ia adalah pencita alam, terutama dalam mendaki gunung. Ia mengumukakan pengertian intelegensi manusia di dalam perspektif kognitif dan pemrosesan informasi. G. Menurut S.C Utami Munandar Ibu Utami Munandar (1999) adalah seorang ahli pendidikan, mantan rektor ikip jakarta, yang lebih dikenal sebagai peneliti siswa-siswa berbakat yang berkaitan dengan kreativitas. Ia menyatakan bahwa secara umum intelegensi dapat dirumuskan menjadi tiga kemampuan berikut ini.6 B. Sejarah Pengukuran Intelegensi Sejarah pengukuran intelegensi dapat ditelurusi mulai abad ke-14, di negeri Cina. Di sana pernah ada usaha untuk mengukur kompetensi para pelamar jabatan sebagai pegawai negara. Untuk dapat diterima sebagai pegawai, para pelamar harus mengikuti ujian tertulis mengenai pengetahuan Confusian Classics serta mengenai kemampuan menulis puisi dan komposisi karangan. Ujian ini berlangsung



sehari



semalam



lamanya



di



tingkat



distrik



(Djphie‟s



Blog/wordPress.Com). kurang dari 7% pelamar yang biasanya lulus di tingkat distrik tersebut harus mengikuti ujian berikutnya yang berupa kemampuan menulis sajak, puisi, dan prosa. Dalam ujian kedua ini hanya kurang dari 10% dari sisa peserta yang dapat lulus. Akhirnya barulah ujian tingkat akhir diadakan di peking, dimana diantara para peserta terakhir ini dapat diangkat menjadi mandarin dan boleh bekerja sebagai pegawai negara. Dengan demikian, dari ketiga tahap ujian ttersebut, hanya 5 diantara 100.000 pelamar saja yang pada akhirnya dapat mencapai status mandarin.



6



Ibid, hlm. 161



7



Masih berasal dari blog milik Djphie tersebut, tulisan ini saya teruskan. Menurut dia, tidaklah jelas jenis pekerjaan kantor apa saja yang dapat dipegang oleh para lulusan yang telah berstatus mandarin itu. Apabila status mandarin itu merupakan semacam lisensi untuk bekerja di mana saja pada jenis pekerjaan apa saja, tentulah mata ujian yang berupa pengetahuan sastra dan kemampuan menulis prosa tidak merupakan prediktor prestasi yang cukup baik. Beragamnya jenis-jenis pekerjaan dan kemampuan



yang disyaratkan untuk mengerjakan



pekerjaan yang berbeda-beda tidaklah dapat dilakukan dengan hanya mengujikan satu bidang kemampuan saja. Menurut dia, apabila pekerjaan yang dapat dimasuki oleh para mandarin itu memang pekerjaan yang menurut pengetahuan luas mengenai sastra dan kemampuan mengarang, maka apa yang sudah dilakukan oleh para penguasa di Cina waktu itu dapat dikatakan telah sesuai dengan prinsif pengukuran yang berkembang lebih akhir dan masih dipegang sampai sekarang ini. Dalam perkembangan selanjutnya, tepatnya pada awal abad ke-19 ujian semacam universitas dan pestanya prinsiip-prinsip pengukuran yang modern.7 C. Ciri-Ciri Prilaku Intelegen David Wechsler (1975) pernah berpendapat, bahwasanya ada empat ciri atau karakteristik perilaku intelegen (intelligent behsvior) berkaitan dengan kecerdasan, yaitu: 1. Adanya kesadaran (conditioon of awareness). Orang yang intelegen, tentu menyadari tindakan-tindakannya dan cara-cara yang ditempuh, dimana hal ini berbeda dengan prilaku instink dan perilaku refleks. 2. Perilaku intelegen selalu mempunyai tujuan atau diarahkan pada sasaran tertentu (goal directed). Artinya orang yang intelegen perilakunya tidak asal-asalan dan tidak berperilaku secara kebetulan. 3. Perilaku intelegen adalaah rasional; memiliki kemampuan untuk berpikir logis dan konsisten, sehingga dapat dipahami oleh orang lain. 4. Perilaku intelegen harus memiliki nilai dan kegunaan. Ini berarti perilakuperilaku



yang



merugikan



orang



banyak,



mengganggapnya sebagai perilaku intelegen. 7



Ibid, hlm. 166



8



sebagian



ahli



tidak



Menurut Effendi dan Praja (1993) yang dikutip oleh sobur (2003:160), beberapa ciri tingkah laku yang intelegen bisa dirincikan berikut ini. a. Purposeful behaviour, artinya tingkah laku seseorang yang intelegen selalu terarah pada tujuan yang jelas. b. Organized behaviour, artinya tingkah laku seseorang intelegen senantiasa terkoordinasi, semua tenaga dan potensi psikhis yang diperlukan dalam pemecahan masalah berada dalam suatu koordinasi yang baik. c. Physchal well toned behaviour, artinya orang tersebut memiliki sikap jasmaniah yang baik, penuh tenaga, dan tangkas. d. Adaptable behaviour, artinya tingkah laku yang ditampakkan cenderung luas dan fleksibel. Tidak statis atau kaku, tetapi selalu siap untuk mengadakan penyesuaian dan perubahan terhadap situasi yang baru. e. Success oriented behaviour, artinya tingkah laku orang yang intelegen itu didasari perasaan aman, tenaga, gairah, dan penuh kepercayaan akan sukses. f. Clearly motivated, artinya tingkah laku orang tersebut dapat memenuhi kebutuhannya dan bermanfaat bagi orang lain, juga bermanfaat bagi masyarakat luas. g. Rapiq behaviour, artinya tingkah laku seorang intelegen yang efesien, efektif, dan cepat. Dia bertingkah laku menggunakan waktu yang singkat. h. Broad behaviour, artinya tingkah laku yang mempunyai latar belakang dan pandangan luas yang meliputi sikap dasar dan jiwa yang terbuka. Selanjutnya, guna melengkapi ciri prilaku orang-orang yang dianggap intelegen ini, saya kutipkan penjelasan suharnan (2005:349-351) mengenai penelitian stenberg (1985b) yang mengadakan penelitian terhadap 200 profesor di bidang seni, bisnis, filsafat, fisika, dan orang-orang dewasa (dari masyarakat kebanyakan) yang ideal. Kepada mereka diajukan pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan beberapa karakteristik prilaku intelegen.8 Hasil penelitian tersebut menemukan sejumlah karakteristik perilaku intelegen yang dibedakan menjadi tiga dimensi, yaitu: (1) kemampuan memecahkan masalah praktis, (2) keseimbangan dan intelegrasi intelektual, (3) intelegensi kontekstual. Masing-masing dimensi memiliki deskripsi yang lebih rinci tentang karakteristik perilaku yang dianggap intelegen, seperti di bawah ini. 1) Dimensi ke-1: kemampuan memecahkan masalah praktis a) Cenderung melihat kesinambungan tujuan dan bisa menyelesaikannya.



8



Ibid, hlm. 162



9



b) Mampu membedakan dengan baik antara jawaban benar dengan yang salah. c) Memiliki kemampuan memecahkan masalah dengan baik. d) Memiliki kemampuan mengubah arah dan menggunakan prosedur yang lain. e) Memiliki rasionalitas, yaitu kemampuan menalar secara jernih. f) Mampu menerapkan pengetahuan untuk masalah-masalah khusus. g) Memiliki kemampuan yang unik dalam memandang suatu masalah atau situasi dan mampu memecahkannya. h) Memiliki pikiran yang logis. 2) Dimensi ke-2: keseimbangan dan integrasi intelektual a) Memiliki kemampuan untuk mengorganisasikan adanya kesamaankesamaan dan perbedaan-perbedaan. b) Membuat hubungan-hubungan dan perbedaan-perbedaan antara berbagai gagasan dan segala hal. c) Mendengarkan dan memperhatikan semua segi dari suatu isyu. d) Mampu memahami gagasan-gagasan yang abstrak dan memfokuskan pikiranya kepada gagasan-gagasan itu. e) Mampu melihat segala hal dan menemukan keterkaitan antar beragam hal tersebut. f) Cepat mengerti atau tanggap terhadap suatu persoalan. g) Memiliki kemampuan untuk mengintegrasikan informasi. h) Memiliki kemampuan untuk memahami situasi-situasi yang kompleks. 3) Dimensi ke-3: intelegensi kontekstual a) Belajar, mengingat, dan memperoleh informasi dari kesalahan-kesalahan dan keberhasilan-keberhasilan masa lalu. b) Memiliki



kemampuan



untuk



memahami



dan



menginterprestasi



lingkungannya. c) Mengetahui apa yang harus dilakukan di dalam kehidupan ini.9 D. Teori Intelegensi Ada banyak teori tentang intelegensi yang dikemukakan oleh para ahli, beberapa di antaranya adalah teori General Intelligence dari spearman, teori intelegensi dari Cattell, teori structure of intellect dari Guilford, teori Multiple Intelligence dari Gardner, dan Triarchic Theory of Intelligence dari Sternberg.



9



Ibid, hlm. 163



10



1.



Teori General Intelligence dari Spearman Menurut Spearman, intelegensi adalah kemampuan umum yang terutama



berkaitan dengan induksi hubungan atau saling hubungan. Spearman (dalam Walgito, 1997), membagi kandungan intelegensi menjadi dua macam faktor, yaitu: (a) general ability (faktor g), dan (b) specific ability (faktor‟s). Karenanya, teori dari spearman ini dinamakan teori dua faktor two factor theory). Namun menurut Spearman faktor general, atau faktor g, yaitu faktor umum yang mewakili berbagai tes intelegensi, lebih penting daripada faktor spesifik.10 Barbagai argumentasi telah di kemukakan oleh para psikologist yang mendukung faktor g on general intelligence, mereka meyakini bahwa faktor g mengendalikan tingkat intelegensi seseorang.11 2.



Teori Intelegensi dari Cattell Raymond B. Cattell (dalam sukajadi, 1998) menyarankan teori yang banyak



memengaruhi teori struktur intelegensi. Ada dua macam unsur kecerdasan umum, yaitu fluid sebagian besar berbentuk non verbal dan bentuk mental yang efisienya relatif sempit sebab menyesuaikan dengan tuntutan budaya. Unsur ini berkaitan dengan kapasitas seseorang untuk belajar dan memecahkan masalah. Jadi intelegensi fluid digunakan bila tugas memerlukan adaptasi terhadap situasi baru. Sebaliknya, bentuk intelegensi yang kristal merupakan bentuk yang sudah dipelajari kristal ini sangat tergantung pada budaya dan digunakan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang membutuhkan tanggapan yang telah dipelajari atau telah terbiasa. 3.



Teori Structure of intellect dari Guilford Berbeda dengan Spearman yang memusatkan perhatian pada faktor g,



Guilford lebih memusatkan perhatian pada faktor yang spesifik (seperti ingatan, pemahaman verbal, atau kemahiran bekerja menggunakan angka-angka). Guilford (dalam sukajadi, 1998) meyarankan bangunan perpaduan berbagai unsur kecerdasan dalam bentuk kubus matriks yang dinamakan Structure of Intellect (SOI). Model SOI ini mengklasifikasikan kemampuan intelektual menjadi tiga 10



Ibid, hlm. 163 Martin Jamaris, Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan.( Bogor: Ghalia Indonesia 2015), hlm. 92 11



11



dimensi, yaitu: dimensi operasi, dimensi isi, dan dimensi produk. Dimensi operasi menunjukan pada macam operasi intelektual yang dituntut oleh tes (kognisi, ingatan, produksi divergen, produksi konvergen, atau evaluasi). 4.



TeoriMultiple Intelligence dari Gardner Dipengaruh oleh Guilford, Gardner (dalam Eggen dan Kauchak, 1997)



menyimpulkan bahwa kebanyakan konsepsi inteligensi terlalu sempit. Menurut Gardner, inteligensi manusia memiliki sepuluh dimensi, yaitu:



5.



a. Linguistic intelligence, yaitu sensitivitas terhadap makna dan susunan kata-kata dan penggunaan bahasa yang bervariasi. b. Logical-mathematical intelegence, yaitu kemampuan untuk mengerjakan rangkaian logika yang panjang dan mengenali pola dan susunanrealitas. c. Musical intelligence, yaitu sensitivitas terhadap pola musik, melodi, dan nada. d. Spatial intelligence, yaitu kemampuan untuk merasakan dunia visual secara akurat, dan menciptakan kembali, mentransformasi, atau memodifikasi aspek-aspek realita atas dasar persepsi. e. Bodily-kinrsthetic, yaitu kemampuan menggunakan tubuh dengan baik dan menghandle objek. f. Interpersonal intelligence, yaitu kemampuan untuk menjalin hubungan baik dengan orang lain. g. Intarpersonal intellegence, yaitu kemampuan untuk mengakses kehidupan internal sendiri. h. Naturalis intellegence, yaitu kemampuan mengenali dan mengatagorikan spesies, flora dan fauna di lingkungan sekitar. i. Spiritual intelligence, yaitu kemampuan mengaktualisme sesuatu yang bersifat transden atau penyadaran akan nilai-nilai akidah-keimanan, keyakinan akan kebesaran Tuhan. j. Existensial intelligence, yaitu kemampuan pada berbagai masalah pokok kehidupan dan aspek eksistensial manusia serta pengalaman mendalam terhadap kehidupan. Triachic Theory of Intelligence dari Strenbeng Seperti Gardner, Sternberg juga menggunakan perspektif multi-kemampuan



dalam memandang intelegensi. Sternbeng memandang intelegensi manusia dapat dipisahkan ke dalam proses-proses komponen yang memengaruhi cara individu berpikir dan memecahkan masalah. Teori ini terdiri dari tiga bagian, yaitu:(a) komponen-komponenpemerosesan, (b) komponen-komponen kontekstual, dan (c) komponen-komponen pengalaman.12



12



Nyayu Khodijah, Op.Cit., hlm. 98



12



E. Perkembangan Intelegensi Intelegensi dapat berubah sepanjang waktu. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa intelegensi berubah sebanyak 28 point antara usia 2,5 tahun hingga 17 tahun, bahkan sepertujuh dari siswa dapat berubah hingga 40 point (McCall, Appelbaum & Hogarty, dalam Eggen dan Kauchak, 1997). Perubahan ini dimungkinkan karena ada faktor-faktor yang memengaruhinya. Para ahli psikologi berbeda pendapat tentang faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan intelegensi. Isu yang sering diperdebatkan adalah antara faktor genetik dan faktor lingkungan. Menurut sebagian ahli, intelegensi sepenuhnya ditentukan oleh faktor genetik, justru mengambil posisi di tengah, intelegensi seseorang dipengaruhi oleh keduanya, yaitu pembawaan dan juga lingkungan. Menurut sebagian ahli, faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap intelegensi adalah faktor pembawaan. Hal ini dapat dipahami karena orang yang terlahir dengan intelegensi yang sangat rendah tidak mungkin ditingkatkan meski dengan lingkungan dan teknik pendidikan sebaik apa pun. Akan tetapi, faktor lingkungan juga berperan penting, karena seorang anak yang terlahir sebagai jenius bila tidak mendapat pengasuhan dan pendidikan yang layak maka tidak akan menjadi jenius.13 Faktor genetik dan lingkungan memengaruhi perkembangan intelegensi ditunjukkan oleh penelitian-penelitian terhadap bayi kembar. Sebagian penelitian menunjukkan bahwa pengaruh faktor genetik terhadap perkembangan intelegensi terutama karena adanya pertalian keluarga dengan ukuran IQ. Penelitian yang dilakukan oleh Erlenmeyer Kimling dan Jarvik dan juga Jensen (dalam Elliot, 2000) menunjukan bahwa umumnya individu yang mempunyai hubungan keluarga cenderung memiliki IQ yang relatif sama, dengan skor korelasi untuk kembar identik 0,87, untuk kembar identik 0,53, untuk saudara kandung 0,53, dan untuk yang tidak memiliki pertalian keluarga 0,23. Dalam kaitannya dengan pengaruh faktor lingkungan terhadap perkembangan intelegensi, penelitian yang sama menunjukkan bahwa pertalian keluarga yang hidup dalam lingkungan yang sama kolerasi skor IQ-nya tinggi (0,87), dan sebaliknya pertalian keluarga yang 13



Ibid, hlm. 99



13



hidup dalam lingkungan berbeda menunjukkan kolerasi skor IQ yang relatif lebih rendah (0,75). Dari berbagai penelitian yang dilakukan disimpulkan bahwa pengaruh faktor genetik yang kuat terdapat pada kinerja non-verbal dan pengaruh lingkungan yang kuat pada ekspresi bahasa.14 F. Jenis-Jenis Intelegensi Selain bahwa setiap individu memiliki intelegensi yang berbeda-beda, ternyata intelegensi pun memiliki berbagai jenis. Dalam hal ini terdapat teori yang paling mutakhir tentang jenis-jenis intelegensi, yaitu teori Multiple Intelligence kecerdasan majemuk yang dikemukakan oleh Dr. Howard Gardner. Sekitar dua puluh lima tahun yang lalu, Dr. Howard Gardner menemukan sebuah teori tentang kecerdasan. Ia mengatakan bahwa manusia lebih rumit daripada apa yang dijelaskan dari tes IQ atau tes apapun itu. Ia juga mengatakan bahwa orang yang berbeda memiliki kecerdasan yang berbeda. Pada tahun 1983 Howard Gardner dalam bukunya The Theory of Multiple Intelegence, mengusulkan tujuh macam komponen kecerdasan, yang disebutnya dengan Multiple Intelegence (Intelegensi Ganda). 1.



Kecerdasan Linguistic-Verbal Kecerdasan ini berupa kemampuan untuk menyusun pikirannya dengan



jelas juga mampu mengungkapkan pikiran dalam bentuk kata-kata seperti berbicara, menulis, dan membaca. Orang dengan kecerdasan verbal ini sangat cakap dalam berbahasa, menceriterakan kisah, berdebat, berdiskusi, melakukan penafsiran, menyampaikan laporan dan berbagai aktivitas lain yang terkait dengan berbicara dan menulis. Kecerdasan ini sangat diperlukan pada profesi pengacara, penulis, penyiar radio/televisi, editor, guru. Lebih jelasnya kecerdasan ini memiliki ciri-ciri kemampuan sebagai berikut. a. Mampu membaca, mengerti apa yang dibaca. b. Mampu mendengar dengan baik dan memberikan respons dalam suatu komunikasi verbal. c. Mampu menirukan suara, mempelajari bahasa asing, mampu membaca karya orang lain. d. Mampu menulis dan berbicara secara efektif. 14



Ibid, hlm. 100



14



e. Tertarik pada karya jurnalism, berdebat, pandai menyampaikan cerita atau melakukan perbaikan pada karya tulis. f. Mampu belajar melalui pendengaran, bahan bacaan, tulisan dan melalui diskusi, ataupun debat. g. Peka terhadap arti kata, urutan, ritme dan intonasi kata yang diucapkan. h. Memiliki perbendaharaan kata yang luas, suka puisi, dan permainan kata. Profesi: pustakawan, editor, penerjemah, jurnalis, tenaga bantuan hukum, pengacara, sekretaris, guru bahasa, orator, pembawa acara di radio / TV, dan sebagainya. 2.



Kecerdasan Logiko-Matematik Kecerdasan ini ditandai dengan kemampuan seseorang untuk berinteraksi



dengan angka-angka dan bilangan, berpikir logis dan ilmiah, adanya konsistensi dalam pemikiran. Seseorang yang cerdas secara logika-matematika seringkali tertarik dengan pola dan bilangan/angka-angka. Mereka belajar dengan cepat operasi bilangan dan cepat memahami konsep waktu, menjelaskan konsep secara logis, atau menyimpulkan informasi secara matematik. Kecerdasan ini amat penting karena akan membantu mengembangkan keterampilan berpikir dan logika seseorang. Dia menjadi mudah berpikir logis karena dilatih disiplin mental yang keras dan belajar menemukan alur pikir yang benar atau tidak benar. Di samping itu juga kecerdasan ini dapat membantu menemukan cara kerja, pola, dan hubungan,



mengembangkan



keterampilan



pemecahan



masalah,



mengklasifikasikan dan mengelompokkan, meningkatkan pengertian terhadap bilangan dan yang lebih penting lagi meningkatkan daya ingat. Lebih jelasnya kecerdasan ini memiliki ciri-ciri kemampuan sebagai berikut. a. b. c. d.



Mengenal dan mengerti konsep jumlah, waktu dan prinsip sebab-akibat. Mampu mengamati objek dan mengerti fungsi dari objek tersebut. Pandai dalam pemecahan masalah yang menuntut pemikiran logis. Menikmati pekerjaan yang berhubungan dengan kalkulus, pemograman komputer, metode riset. e. Berpikir secara matematis dengan mengumpulkan bukti-bukti, membuat hipotesis, merumuskan dan membangun argumentasi kuat. f. Tertarik dengan karir di bidang teknologi, mesin, teknik, akuntansi, dan hukum.



15



g. Menggunakan simbol-simbol abstrak untuk menjelaskan konsep dan objek yang konkret.15 Profesi: auditor, akuntan, ilmuwan, ahli statistik, analisis / programer komputer, ahli ekonomi, teknisi, guru IPA / Fisika, dan sebagainya. 3.



Kecerdasan Spasial-Visual Kecerdasan ini ditunjukkan oleh kemampuan seseorang untuk melihat



secara rinci gambaran visual yang terdapat di sekitarnya. Seorang seniman dapat memiliki kemampuan persepsi yang besar. Bila mereka melihat sebuah lukisan, mereka dapat melihat adanya perbedaan yang tampak di antara goresan-goresan kuas, meskipu orang lain tidak mampu melihatnya. Dengan mengamati sebuah foto, seorang fotografer dapat membuat analisis mengenai kelemahan atau kekuatan dari foto tersebut seperti arah datangnya cahaya, latar belakang, dan sebagainya, bahkan mereka dapat memberi jalan keluar bagaimana seandainya foto itu ditingkatkan kualitasnya. Kecerdasan ini sangat dituntut pada profesiprofesi seperti fotografer, seniman, navigator, arsitek. Pada orang-orang ini dituntut untuk melihat secara tepat gambaran visual dan kemudian member arti terhadap gambaran tersebut. a. b. c. d. e. f. g.



Lebih jelasnya kecerdasan ini memiliki ciri-ciri kemampuan sebagai berikut. Senang mencoret-coret, menggambar, melukis dan membuat patung. Senang belajar dengan grafik, peta, diagram, atau alat bantu visual lainnya. Kaya akan khayalan, imaginasi dan kreatif. Menyukai poster, gambar, film dan presentasi visual lainnya. Pandai main puzzle, mazes dan tugas-lugas lain yang berkaitan dengan manipulasi. Belajar dengan mengamati, melihat, mengenali wajah, objek, bentuk, dan warna. Menggunakan bantuan gambar untuk membantu proses mengingat. Profesi: insinyur, surveyor, arsitek, perencana kota, seniman grafis,



desainer interior, fotografer, guru kesenian, pilot, pematung, dan sebagainya. 4.



Kecerdasan Ritmik-Musik Kecerdasan ritmik-musikal adalah kemampuan seseorang untuk menyimpan



nada di dalam benaknya, untuk mengingat irama, dan secara emosional 15



http://jurnaldikbud. Kemdikbud.go.id/index.php/jpnk/article/download/479/322,



diakses tanggal 29 september 2019 pukul. 02.13 wib.



16



terpengaruh oleh musik. Kecerdasan musikal merupakan suatu alat yang potensial karena harmoni dapat merasuk ke dalam jiwa seseorang melalui tempat-tempat yang tersembunyi di dalam jiwa (Plato). Musik dapat membantu seseorang mengingat suatu gerakan tertentu, perhatikan seseorang atau sekelompok orang yang sedang menari atau berolahraga senam ritmik mesti selalu disertai dengan alunan musik. Banyak pakar berpendapat bahwa kecerdasan musik merupakan kecerdasan pertama yang harus dikembangkan dilihat dari sudut pandang biologi (saraf) kekuatan musik, suara dan irama dapat menggeser pikiran, member ilham, meningkatkan



ketakwaan,



meningkatkan



kebanggan



nasional



dan



mengungkapkan kasih saying untuk orang lain. Kecerdasan musikal dapat member nilai positip bagi siswa karena: (a) meningkatkan



daya



kemampuan



mengingat;



(c)



meningkatkan



prestasi/kecerdasan; (c) meningkatkan kreativitas dan imajinasi. Suatu studi yang dikutip oleh May Lim (2008) menunjukkan bahwa sekelompok siswa yang kepadanya diperdengarkan musik selama delapan bulan mengalami peningkanan dalam IQ spatial sebesar 46% sementara kelompok kontrol yang tidak diperdengarkan musik hanya meningkat 6%.Mungkin sering kita melihat ada siswa atau orang yang lebih suka belajar bila ada musik yang diperdengarkan (Gaya belajar auditory). Pada orang ini informasi akan lebih mudah tersimpan di dalam memorinya , karena mereka mampu mengoasiasikan irama musik dengan informasi pengetahuan yang mereka baca meskipun kadangkadang mereka tidak menyadarinya. Lebih jelasnya kecerdasan ini memiliki ciri-ciri kemampuan sebagai berikut. a. Menyukai banyak jenis alat musik dan selalu tertarik untuk memainkan alat musik. b. Mudah mengingat lirik lagu dan peka terhadap suara-suara. c. Mengerti nuansa dan emosi yang terkandung dalam sebuah lagu. d. Senang mengumpulkan lagu, baik CD, kaset, atau lirik lagu. e. Mampu menciptakan komposisi musik.



17



f. Senang improvisasi dan bermain dengan suara.Menyukai dan mampu bernyanyi. g. Tertarik untuk terjun dan menekuni musik, baik sebagai penyanyi atau pemusik. h. Mampu menganalisis / mengkritik suatu musik. Profesi: DJ, musikus, pembuat instrumen, tukang stem piano, ahli terapi musik, penulis lagu, insinyur studio musik, dirigen orkestra, penyanyi, guru musik, penulis lirik lagu, dan sebagainya. 5.



Kecerdasan Kinestetik Kecerdasan ini ditunjukkan oleh kemampuan seseorang untuk membangun



hubungan yang penting antara pikiran dengan tubuh, yang memungkin tubuh untuk memanipulasi objek atau menciptakan gerakan. Secara biologi ketika lahir semua bayi dalam keadaan tidak berdaya, kemudian berangsur-angsur berkembang



dengan



menunjukkan



berbagai



pola



gerakan,



tengkurap,



“berangkang”, berdiri, berjalan, dan kemudian berlari, bahkan pada usia remaja berkembang kemampuan berenang dan akrobatik. Kecerdasan ini amat penting karena bermanfaat untuk (a) meningkatkan kemampuan psikomotorik, (b) meningkatkan kemampuan sosial dan sportivitas, (c) membangun rasa percaya diri dan harga diri dan sudah barang tentu (d) meningkatkan kesehatan. Lebih jelasnya kecerdasan ini memiliki ciri-ciri kemampuan sebagai berikut. a. Merupakan kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan dalam menggunakan tubuh kita secara trampil untuk mengungkapkan ide, pemikiran, perasaan, dan mampu bekerja dengan baik dalam menangani objek. b. Memiliki kontrol pada gerakan keseimbangan, ketangkasan, dan keanggunan dalam bergerak. c. Menyukai pengalaman belajar yang nyata seperti field trip, role play, permainan yang menggunakan fisik. d. Senang menari, olahraga dan mengerti hidup sehat. e. Suka menyentuh, memegang atau bermain dengan apa yang sedang dipelajari. f. Suka belajar dengan terlibat secara langsung, ingatannya kuat terhadap apa yang dialami atau dilihat.



18



Profesi: ahli terapi fisik, ahli bedah, penari, aktor, model, ahli mekanik/ montir, tukang bangunan, pengrajin, penjahit, penata tari, atlet profesional, dan sebagainya. 6.



Kecerdasan Interpersonal Kecerdasan ini berkait dengan kemampuan seseorang untuk berinteraksi



dengan orang lain. Pada saat berinteraksi dengan orang lain, seseorang harus dapat memperkirakan perasaan, temperamen, suasana hati, maksud dan keinginan teman interaksinya, kemudian memberikan respon yang layak. Orang dengan kecerdasan Interpersonal memiliki kemampuan sedemikian sehingga terlihat amat mudah bergaul, banyak teman dan disenangi oleh orang lain. Di dalam pergaulan mereka menunjukkan kehangatan, rasa persahabatan yang tulus, empati. Selain baik dalam membina hubungan dengan orang lain, orang dengan kecerdasan ini juga berusaha baik dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan perselihanan dengan orang lain. Kecerdasan ini amat penting, karena pada dasarnya kita tidak dapat hidup sendiri (No man is an Island). Orang yang memiliki jaringan sahabat yang luas tentu akan lebih mudah menjalani hidup ini. Seorang yang memiliki kecerdasan “bermasyarakat” akan (a) mudah menyesuaikan diri, (b) menjadi orang dewasa yang sadar secara sosial, (b) berhasil dalam pekerjaan. Lebih jelasnya kecerdasan ini memiliki ciri-ciri kemampuan sebagai berikut. a. Memiliki interaksi yang baik dengan orang lain, pandai menjalin hubungan sosial. b. Mampu merasakan perasaan, pikiran, tingkah laku, dan harapan orang lain. c. Memiliki kemampuan untuk memahami orang lain dan berkomunikasi dengan efektif, baik secara verbal maupun non-verbal. d. Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dan kelompok yang berbeda, mampu menerima umpan balik yang disampaikan orang lain, dan mampu bekerja sama dengan orang lain. e. Mampu berempati dan mau mengerti orang lain. f. Mau melihat sudut pandang orang lain. g. Menciptakan dan mempertahankan sinergi. Profesi: administrator, manager, kepala sekolah, pekerja bagian personalia / humas, penengah, ahli sosiologi, ahli antropologi, ahli psikologi, tenaga penjualan, direktur sosial, CEO, dan sebagainya. 19



7.



Kecerdasan Intrapersonal. Oliver Wendell Holmes berpendapat: Apa yang didepan dan apa yang ada di



belakang kita adalah hal yang kecil dibandingkan dengan apa yang ada di dalam diri kita. Inilah kira-kirapandangan yang dianut oleh orang yang memiliki kecerdasan intrapersonal ini. Kecerdasan intrapersonal adalah kecerdasan yang menyangkut



kemampuan seseorang untuk



memahami



diri



sendiri dan



bertanggungjawab atas kehidupannya sendiri. Orang-orang dengan kecerdasan ini selalu berpikir dan membuat penilaian tentang diri mereka sendiri, tentang gagasan, dan impiannya. Mereka juga mampu mngendalikan emosis mereka untuk membimbing dan memperkaya dan memperluas wawasan kehidupan mereka sendiri. Lebih jelasnya kecerdasan ini memiliki ciri-ciri kemampuan sebagai berikut. a. Mengenal emosi diri sendiri dan orang lain, serta mampu menyalurkan pikiran dan perasaan. b. Termotivasi dalam mengejar tujuan hidup. c. Mampu bekerja mandiri, mengembangkan kemampuan belajar yang berkelanjutan dan mau meningkatkan diri. d. Mengembangkan konsep diri dengan baik. e. Tertarik sebagai konselor, pelatih, filsuf, psikolog atau di jalur spiritual. f. Tertarik pada arti hidup, tujuan hidup dan relevansinya dengan keadaaan saat ini. g. Mampu menyelami / mengerti kerumitan dan kondisi manusia. Profesi: ahli psikologi, ulama, ahli terapi, konselor, ahli teknologi, perencana program, pengusaha, dan sebagainya. 8.



Kecerdasan Naturalis. Kemampuan untuk



mengenali



dan



mengelompokkan



serta



menggambarkan berbagai macam keistimewaan yang ada di lingkungannya. Beberapa pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan naturalis ini adalah ahli biologi atau ahli konservasi lingkungan. Menurut Wilson dalam



Anxs



(2007),



kecerdasan



naturalis



adalah



kemampuan mengenali berbagai jenis flora dan fauna serta kejadian alam, misalnya asal-usul binatang, pertumbuhan tanaman, terjadinya hujan, manfaat air bagi kehidupan, tata surya, dan kejadian alam lainnya. Kecerdasan naturalis ini



20



berkaitan dengan wilayah otak bagian kiri, yakni bagian yang peka terhadap pengenalan bentuk atau pola kemampuan membedakan dan mengklasifikasikan sesuatu. Jika anak dengan mudah dapat menandai pola benda-benda alam, dan mengingat benda-benda alam yang ada di sekitarnya, maka anak dapat dikatakan memiliki kecerdasan naturalis tinggi. Lebih jelasnya kecerdasan ini memiliki ciri-ciri kemampuan sebagai berikut. a. Suka mengamati, mengenali, berinteraksi, dan peduli dengan objek alam, tanaman atau hewan. b. Antusias akan lingkungan alam dan lingkungan manusia. c. Mampu mengenali pola di antara spesies. d. Senang berkarir di bidang biologi, ekologi, kimia, atau botani. e. Senang memelihara tanaman, hewan. f. Suka menggunakan teleskop, komputer, binocular, mikroskop untuk mempelajari suatu organisme. g. Senang mempelajari siklus kehidupan flora dan fauna. h. Senang melakukan aktivitas outdoor, seperti: mendaki gunung, scuba diving (menyelam). Profesi: dokter hewan, ahli botani, ahli biologi, pendaki gunung, pengurus organisasi lingkungan hidup, kolektor fauna / flora, penjaga museum zoologi / botani dan kebun binatang, dan sebagainya. 9.



Kecerdasan Eksistensial (Kecerdasan Makna) Anak belajar sesuatu dengan melihat „gambaran besar‟, “Mengapa kita di



sini?” “Untuk apa kita di sini?” “Bagaimana posisiku dalam keluarga, sekolah dan kawan-kawan?”. Kecerdasan ini selalu mencari koneksi-koneksi antar dunia dengan kebutuhan untuk belajar. G. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Intelegensi Seseorang Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi intelegensi, sehingga terdapat perbedaan intelegensi seseorang dengan yang lain ialah: a.



Pembawaan: Pembawaan ditentukan oleh sifat-sifat dan ciri-ciri yang dibawa dari sejak lahir. Batas kesanggupan kita yakni dapat tidaknya memecahkan suatu soal, pertama-tama ditentukan oleh pembawaan kita. Meskipun menerima latihan dan pelajaran yang sama, perbedaanperbedaan itu masih tetap ada.16 16



Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta. 2007), hlm. 189



21



b.



c.



d.



e.



Kematangan: Tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Tiap organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan telah matang jika ia telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing. Anak-anak tak dapat memecahkan soal-soal tertentu,karena soal-soal itu masih terlampau sukar baginya. Organ-organ tubuhnya dan fungsi jiwanya masih belum matang untuk melakukan mengenai soal itu. Kematangan itu berhubungan erat dengan umur. Pembentukan: Pembentukan ialah segala keadaan diluar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelgensi. Dapat kita bedakan pembentukan sengaja (seperti yang dilakukan disekolah-sekolah) dan pembentukan tidak sengaja (pengaruh dialam sekitar). Minta pembawaan yang khas: Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan-dorongan (motif-motif) yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar. Motif menggunakan dan menyelidiki dunia luar (manipulate and exploring motivation). Dari manipulasi dan ekslplorasi yang dilakukan terhadap dunia luar itu, lama kelamaan timbullah minat terhadap sesuatu. Apa yang mereka minat seseorang mendorongnya untuk berbuat lebih giat dan lebih baik. Kebebasan: Kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih metodemetode yang tertentu dalam memecahkan masalah-masalah. Manusia mempunyai kebebasan memilih metode, juga bebas dalam memilih masalah sesuai dengan kebutuhannya. Dengan adanya kebebasan ini berarti bahwa minat itu tidak selamanya menjadi syarat dalam perbuatan intelegensi. Semua faktor tersebut diatas bersangkut paut satu sama lain. Untuk



menentukan intelegensi atau tidaknya seorang anak, kita tidak dapat hanya berpedoman kepada salah satu faktor tersebut diatas. Intelegensi adalah faktor total. Keseluruhan pribadi turut serta menentukan dalam perbuatan intelegensi seseorang.17 H. Pengaruh intelegensi terhadap keberhasilan belajar Intelegensi seseorang diyakini sangat berpengaruh pada keberhasilan belajar yang dicapainya. Berdasarkan hasil penelitian, prestasi belajar biasannya berkolerasi searah dengan tingkat intelegensi. Artinya, semakin tinggi tingkatan intelegensi seseorang, maka semakin tinggi prestasi belajar yang dicapainnya. Bahkan menurut sebagian besar ahli, intelegensi merupakan modal utama dalam belajar dan mencapai hasil yang optimal. Anak yang memiliki skor IQ di bawah



17



Ibid, hlm. 189



22



70 tidak mungkin dapat belajar dan mencapai hasil belajar seperti anak-anak dengan skor IQ normal, apalagi dengan anak-anak jenius. Setiap anak memiliki tingkat intelegensi yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut tampak memberikan warna di dalam kelas. Selama menerima pelajaran yang diberikan guru, dan ada anak yang dapat mengerti dengan cepat apa yang disampaikan oleh guru, dan ada pula anak yang lambat dalam menerima pelajaran, ada anak yang cepat dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru, ada yang lambat. Perbedaan individu dalam intelegensi ini perlu diketahui dan dipahami oleh guru, terutama dalam hubungannya dengan mengelompokkan siswa. Perbedaan intelegensi yang dimiliki oleh siswa bukan berarti membuat guru harus memandang rendah pada siswa yang kurang, akan tetapi guru harus mengupayakan agar pembelajaran yang ia berikan dapat membantu semua siswa, tentu saja dengan perlakuan metode yang beragam.18 I.



Pendekatan Kognitif Pada umumnya, kritikus tes inteligensi mengeluh bahwa tes inteligensi



hanya memberikan sedikit penjelasan tentang bagaimana seseorang menjawab pertanyaan dan memecahkan persoalan. Selain itu, tes inteligensi juga tidak dapat memberikan penjelasan mengapa orang yang memiliki skor tes yang rendah ternyata memperlihatkan perilaku yang mencerminkan inteligensi yang tinggi pada kehidupan nyata, seperti membuat keputusan yang baik sebagai konsumen, menang dalam pacuan, dan membuat keputusan yang bijak dalam kehidupan berumah tangga bersama pasangan, alih-alih mengulangi pola yang terbukti salah secara terus-menerus. Berdasarkan argumentasi tersebut beberapa peneliti menolak pendekatan psikometri dalam mempelajari dan mengukur tingkat inteligensi dan kemampuan mental, dan memilih pendekatan kognitif. Psikolog kognitif telah berpikir kritis mengenai kegagalan yang terjadi dalam mendefinisikan inteligensi yang sesungguhnya dan metode mengukur tingkat inteligensi. Berkebalikan dengan pendekatan psikometri yang terfokus pada berapa jawaban yang benar dihasilkan seseorang saat menjalani tes, pendekatan kognitif 18



Nyayu Khodijah, Op.Cit., hlm. 101



23



mengasumsikan adanya



beberapa jenis inteligensi dan memiliki penekanan pada strategi yang digunakan orang saat berpikir dalam menghadapi suatu masalah dan menentukan solusi permasalahan tersebut.19



19



Carole Wade dan Carole Tavris, Psikologi. (Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama, 2008),



hlm. 31



24



BAB III PENUTUP Kesimpulan Dalam pembahasan intelegensi memang harus benar-benar dipahami secara teliti biar kita semua bisa tau apa intelegensi itu sendiri. Yang lebih penting lagi yang harus dipahami secara detail dalam pembagian kecerdasan, dengan memahami tingkat kecerdasan itu kita bisa tahu bahwa dalam diri kita ini ada kecerdasan yang tidak pernah kita sadari meski dalam sekolah-sekolah kita tidak pernah mendapatkan rangking, orang selalu menganggap bahwa orang yang cerdas adalah orang yang dapat rangking kelas dan yang bisa jawab soal ujian, namun orang yang mampu dalam menghias, main musik tidak dianggap kecerdasan. Dari itu, sangat perlulah kita memahami intelegensi dan tingkat intelegensi biar tidak ada kesalahan pahaman dalam mengartikan intelegensi itu sendiri. Intelegensi juga mempunyai hubungan dan perbedaan dengan bakat maupun kreativitas, tapi yang perlu kita ketahui, bakat dan kreativitas adalah hasil yang didapat dari intelegensi itu sendiri.



25



DAFTAR PUSTAKA Baihaqi, Mif. 2016. Pengantar Psikologi Kognitif. Bandung: PT Refika Aditama Dalyono. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta Jamaris, Martin. 2015. Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan. Bogor: Ghalia Indonesia Khodijah, Nyayu. 2017. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers Wade, Carole. Tavris, Carole. 2008. Psikologi. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama http://jurnaldikbud. Kemdikbud.go.id/index.php/jpnk/article/download/479/322



26