Makalah Psikologi Pendidikan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KESULITAN BELAJAR Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan Dosen Pengampu: Toto Rahardjo, M.Pd.



Disusun Oleh: 1. Annisa Rahmawati



(1520180026)



2. Indah Mawadah



(1520180006)



3. Muhammad Restu Putra



(1520180024)



PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH 2021



1



KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya



sehinggakami



dapat



menyelesaikan



tugas



mata



kuliah



pengembangan kurikulum pembelajaran mengenai “”. Semoga tugas ini dapat memberikan manfaat pengetahuan kepada kami, teman-teman satu kelas, dan dapat diterima oleh Bapak Siti Chodijah , M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah psikologi pendidikan. Segala upaya telah kami lakukan untuk menyempurnakan tugas makalah ini, maka kami mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun sehingga dapat dijadikan acuan dan tolok ukur dalam pembuatan tugas selanjutnya agar hasilnya lebih baik. Jakarta, 19 mei 2021



Penulis



i



DAFTAR ISI DAFTAR ISI Kata Pengantar...............................................................................................



i



Daftar isi..........................................................................................................



ii



BAB I



PENDAHULUAN....................................................................



1



A. Latar Belakang....................................................................



1



B. Tujuan Penelitian................................................................



2



PEMBAHASAN......................................................................



3



A. Definisi Kesulitan Belajar ..................................................



3



B. Faktor-faktor Kesulitan Belajar...........................................



5



C. Gejala-gejala Kesulitan Belajar...........................................



8



D. Cara Mengatasi Kesulitan Belajar ......................................



12



PENUTUP...............................................................................



15



A. Kesimpulan.........................................................................



15



B. Saran....................................................................................



15



Daftar Pustaka................................................................................................



16



BAB II



BAB III



ii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Disadari maupun tidak ternyata pendidikan mampu mengangkat harkat dan martabat suatu bangsa. Disamping itu pendidikan dapat meningkatkan kemampuan bangsa menuju bangsa yang mandiri. Pendidika yang rendah ternyata merendahkan semua elemen bangsa, pembangunan tidak lancar, rendahnya kualitas generasi muda, dan kemajuan bangsa menjadi terhambat. Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 Tahun 2003, bahwa Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang



Dasar



Republik



Indonesia



tahun



1945



berfungsi



mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Guru merupakan unsur penting dalam keberhasilan pendidikan anak bangsa ini. Walau sebenarnya keberhasilan pendidikan tidak hanya tergantung guru saja, banyak faktor yang turut mempengaruhi. Pendidikan kita yang sangat memanjakan anak, cenderung berganti-ganti kurikulum, kurangnya fasilitas pendidikan, kesadaran masyarakat yang masih kurang mendukung tentang pendidikan, maupun kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak berpihak pada siswa dan guru adalah faktor yang menjadi penghambat kemajuan pendidikan. Setiap guru pasti mendambakan anak didiknya dapat berhasil dalam belajar. Namun kenyataannya tidaklah demikian. Dalam satu kelas pasti pernah menemui satu atau beberapa siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. Dalam kelas kadang dijumpai anak yang selalu membuat ulah, selalu 1



mengacau, rendah diri, malas, lambat manghafal, ataupun tidak menyukai pelajaran tertentu. Di sisi lain ada anak yang biasa ceria tetapi dengan tiba-tiba saja menjadi murung dan malas belajar, sehingga nilainya mengalami penurunan. Pertanyaan yang mungkin muncul adalah, mengapa hal tersebut dapat terjadi? Apa penyebabnya? Bagaimana cara mengatasinya? Dalam makalah yang sederhana ini penulis akan menguraikan satu-persatu pertanyaan-pertanyaan di atas. B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum untuk memenuhi tugas kelompok semester VI mata kuliah Psikologi pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Bimbingan Konseling Universitas Islam As-syafi’iah 2. Tujuan Khusus a) Untuk mengetahui kesulitan belajar yang dihadapi siswa. b) Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab kesulitan belajar. c) Untuk mengetahui gejala-gejala kesulitan belajar. d) Untuk mengetahui cara yang tepat mengatasi siswa yang mengalami kesulitan belajar.



2



BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Kesulitan Belajar Menurut National Institute of Health, USA kesulitan Belajar adalah hambatan/gangguan belajar pada anak dan remaja yang ditandai oleh adanya kesenjangan yang signifikan anatara taraf intelegensi dan kemampuan akademik yang seharusnya dicapai. Lebih lanjut dijelaskan bahwa kesulitan belajar kemungkinan disebabkan oleh gangguan di dalam sistem saraf pusat otak



(gangguan



neurobilogis)



yang



dapat



menimbulkan



gangguan



perkembangan seperti gangguan perkembangan bicara, membaca, menulis, pemahaman dan berhitung. Selain definisi tersebut, menurut sudrajat kesulitan belajar siswa mencakup pengertian yang luas, diantaranya : (a) learning disorder, (b) learning disfunction, (c) underachiever, (d) slow learnier, dan (e) learning disabilities. Di bawah ini akan diuraikan dari masing- masing pengertian di atas. a) learning Disorder learning disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respon-respon yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh: siswa yang sudah terbiasa dengan olahraga keras seperti karate, tinju, dan sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan belajar menari yang menuntut gerakan lemah gemulai. b) Learning Disfunction



3



Learning disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan psikologis lainnya. Contoh: siswa yang memiliki postur tubuh yang atletis dan sangat cocok menjadi atlet voli, namun karena tidak dilatih bermain voli, maka dia tidak dapat menguasai permainan voli dengan baik. c) Under Achiever Under achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Contoh: siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ = 130 – 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau malah sangat rendah. d) Slow Learner Slow learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama. e) Learning Disabilities Learning disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya. Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar adalah suatu kesulitan yang berdampak serius pada kemampuan anak didik dalam menerima pelajarannya. Kesulitan tersebut berasal dari luar (eksternal) dan dari dalam (internal) anak didik. Yang terpenting dari hal ini adalah bagaimana guru, orang tua dan masyarakat sekitar untuk dapat mengatasinya. Dengan demikian perlu kiranya untuk dapat mengetahui faktor-faktor apa yang melatarbelakangi sehingga kesulitan ini bisa terjadi. Sehingga dengan



4



pengetahuan yang ada guru, orang tua dan masyarakat lain dapat mengambil tindakan yang efektif.



B. Faktor-faktor Kesulitan Belajar Fenomema kesulitan belajar dapat dilihat dari menurunnya penampilan akademik atau prestasi belajarnya. Selain itu, kesulitan belajar dapat dilihat dari adanya atau munculnya perilaku yang tidak biasa (misbehavior) siswa seperti suka berteriak di kelas, mengganggu teman, berkelahi, sering tidak masuk sekolah serta sering minggat dari sekolah. Berikut faktor-faktor penyebab kesulitan belajar: 



Faktor internal siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam diri sisiwa sendiri.







Faktor eksternal siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari luar diri siswa.



a. Faktor Internal Siswa Faktor internal siswa meliputi ganggian atau kurang kemampuan psikologi, fisik siswa, yakni: 



Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual/intelegensi siswa







Yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap







Yang



bersifat



psikomotor



(ranah



karsa)



antara



lain



seperti



terganggunya alat-alat indera penglihat dan pendengar (mata dan telinga) b. Faktor Eksternal Siswa Faktor eksternal siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor ini dapat dibagi 3 macam.



5







Lingkungan keluarga, contohnya: ketidakharmonisan hubungan antara ayah dan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.







Lingkungan



perkampungan/masyarakat,



contohnya:



wilayah



perkampungan kumuh (slum area) dan teman sepermainan (peer group) yang nakal. 



Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang berkualitas rendah. Selain faktor-faktor yang bersifat umum di atas, ada pula faktor-



faktor lain yang juga menimbulkan kesulitan belajar siswa. Di antara faktor-faktor yang dapat dipandang sebagai faktor khusus ini ialah sindrom psikologis berupa learning disability (ketidakmampuan belajar). Menurut Reber, sindrom yang berarti satuan gejala yang muncul sebagai indikator adanya keabnormalan psikis yang menimbulkan kesulitan belajar, yaitu: 



Disleksia, yakni ketidakmampuan belajar membaca.







Disgrafia, yakni ketidakmampuan belajar menulis.







Diskalkulia, yakni ketidakmampuan belajar matematika. Akan tetapi, siswa yang mengalami sindrom-sindrom diatas secara



umum ebenarnya memiliki potensi IQ yang normal bahkan di antaranya ada yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Oleh karena itu, kesulitan belajar siswa yang menderita sindrom-sindrom tadi mungkin hanya disebabkan oleh adanya minimal brain dysfunction, yaitu gangguan ringan pada otak. Menurut Sternberg, otak sangat berperan penting terhadap pemrosesan kognitif siswa karena otak adalah organ dalam tubuh kita yang mengontrol langsung pikiran, emosi dan motivasi kita. Dengan demikian, gangguan sedikit saja terhadap otak akan mengganggu sistem saraf yang lain dan pada akhirnya siswa mungkin tidak termotivasi dalam belajar. Lebih lanjut Sternberg menjelaskan, ada sejumlah gangguan otak yang bisa menyebabkan kesulitan belajar pada anak didik, di antaranya: 6







Stroke yang terjadi akibat aliran darah ke otak mengalami hambatan. Orang-orang yang mengalami stroke biasanya menimbulkan hilangnya fungsi-fungsi kognitif. Bentuk hilangnya fungsi-fungsi ini bergantung pada area otak mana yang dipengaruhi stroke. Bentuk-bentuk tersebut meliputi kelumpuhan, rasa sakit, mati rasa, tidak dapat berbicara, tidak mampu memahami bahasa, gangguan di dalam proses berpikir, tidak mampu mengontrol gerakan bagian-bagian tubuh tertentu atau simtom simtom yang lain.







Tumor otak dapat mempengaruhi fungsi kognitif dengan cara yang sangat serius. Tumor bisa tumbuh entah pada materi abu-abu atau materi putih otak.







Luka pada kepala bisa diakibatkan oleh berbagai macam faktor seperti kecelakaan kendaraan, kontak dengan benda keras dan terkena peluru. Singkatnya, kerusakan otak bisa diakibatkan dari beragam sebab,



dan hanya beberapa sebab yang diuraikan dalam tulisan ini. Ketika kerusakan otak terjadi, siswa harus segera ditangani oleh seorang spesialis medis sedini mungkin dan psikolog rehabilitasi untuk membantu siswa kembali pada tingkatan fungsi psikologisnya yang optimal. Masalah kesulitan belajar ini, tentunya disebabkan oleh berbagai faktor. Untuk memberikan suatu bantuan kepada anak yang mengalami kesulitan belajar, tentunya kita harus mengetahui terlebih dahulu faktor apa yang menjadi penyebab munculnya masalah kesulitan belajar. Lebih luas Ahmadi menyebutkan faktor-faktor penyebab kesulitan belajar ke dalam dua golongan, yaitu: 



Faktor intern (faktor dari dalam diri anak itu sendiri ) yang meliputi: 1) Faktor fisiologi, adalah faktor fisik dari anak itu sendiri. seorang anak yang sedang sakit, tentunya akan mengalami kelemahan secara fisik, sehingga proses menerima pelajaran, memahami pelajaran menjadi tidak sempurna. Selain sakit faktor fisiologis yang perlu kita perhatikan karena dapat menjadi penyebab munculnya masalah kesulitan belajar adalah cacat tubuh, yang 7



dapat kita bagi lagi menjadi cacat tubuh yang ringan seperti kurang pendengaran, kurang penglihatan, serta gangguan gerak, serta cacat tubuh yang tetap (serius) seperti buta, tuli, bisu, dan lain sebagainya. 2) Faktor psikologis adalah berbagai hal yang berkenaan dengan berbagai perilaku yang ada dibutuhkan dalam belajar. Sebagaimana diketahui bahwa belajar tentunya memerlukan sebuah kesiapan, ketenangan, rasa aman. Selain itu yang juga termasuk dalam faktor psikologis ini adalah intelligensi yang dimiliki oleh anak. Anak yang memiliki IQ cerdas (110-140), atau genius (lebih dari 140) memiliki potensi untuk memahami pelajaran dengan cepat. Sedangkan anak-anak yang tergolong sedang (90-110) tentunya tidak terlalu mengalami masalah walaupun juga pencapaiannya tidak terlalu tinggi. Sedangkan anak yang memiliki IQ dibawah 90 atau bahkan dibawah 60 tentunya memiliki potensi mengalami kesulitan dalam masalah belajar. Untuk itu, maka orang tua, serta guru perlu mengetahui tingkat IQ yang dimiliki anak atau anak didiknya. Selain IQ, faktor psikologis yang dapat menjadi penyebab munculnya masalah kesulitan belajar adalah bakat, minat, motivasi, kondisi kesehatan mental anak, dan juga tipe anak dalam belajar. 



Faktor ekstern (faktor dari luar anak) meliputi; 1) Faktor-faktor sosial yaitu faktor-faktor seperti cara mendidik anak oleh orang tua mereka di rumah. Anak-anak yang tidak mendapatkan perhatian yang cukup tentunya akan berbeda dengan anak-anak yang cukup mendapatkan perhatian, atau anak yang terlalu diberikan perhatian. Selain itu juga bagimana hubungan orang tua dengan anak, apakah harmonis, atau jarang bertemu, atau bahkan terpisah. Hal ini tentunya juga memberi-kan pengaruh pada kebiasaan belajar anak.



8



2) Faktor-faktor non-sosial Faktor-faktor non-sosial yang dapat menjadi penyebab munculnya masalah kesulitan belajar adalah faktor guru di sekolah, kemudian alat alat pembelajaran, kondisi tempat belajar, serta kurikulum. Dengan memperhatikan faktorfaktor penyebab dari kesulitan belajar, guru, orang tua dan pakar pendidikan dapat segera mengambil tindakan dalam mengatasi kesulitan tersebut. Dengan demikian diharapkan dapat menjamin siswa lebih baik lagi pada masa yang akan datang. C. Gejala-gejala Kesulitan Belajar Siswa sering mengalami gejala-gejala yang tidak mestinya dan di luar kebiasaan. Dalam hal ini biasanya guru atau orang tua menganggap siswa tersebut mungkin malas atau bodoh dan tidak dipedulikan bahkan akan diasingkan. Keadaan ini tidak akan menyelesaikan masalah bahkan akan menambah parah masalah yang muncul. Oleh karena itu, guru perlu mendeteksi gejala-gejala yang ada untuk dapat memberikan solusi. Menurut Sudrajat kesulitan belajar dapat dimanifestasikan dalam perilakunya, baik aspek psikomotorik, kognitif, konatif maupun afektif. Beberapa perilaku yang merupakan manifestasi gejala kesulitan belajar, antara lain: 



Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompoknya atau di bawah potensi yang dimilikinya.







Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. Mungkin ada siswa yang sudah berusaha giat belajar, tapi nilai yang diperolehnya selalu rendah







Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajarnya dan selalu tertinggal dari kawan-kawannya dari waktu yang disediakan.







Menunjukkan sikap-sikap yang tidak wajar, seperti: acuh tak acuh, menentang, berpura-pura, dusta dan sebagainya.







Menunjukkan perilaku yang berkelainan, seperti membolos, datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam atau



9



pun di luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajar, dan sebagainya. 



Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti : pemurung, mudah tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu. Misalnya dalam menghadapi nilai rendah, tidak menunjukkan perasaan sedih atau menyesal, dan sebagainya. Sementara itu, Burton mengidentifikasi siswa yang diduga mengalami



kesulitan belajar, yang ditunjukkan oleh adanya kegagalan siswa dalam mencapai tujuan-tujuan belajar. Menurut dia bahwa siswa dikatakan gagal dalam belajar apabila: 



Dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan materi (mastery level) minimal dalam pelajaran tertentu yang telah ditetapkan oleh guru (criterion reference).







Tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi semestinya, dilihat berdasarkan ukuran tingkat kemampuan, bakat, atau kecerdasan yang dimilikinya. Siswa ini dapat digolongkan ke dalam under achiever.







Tidak berhasil tingkat penguasaan materi (mastery level) yang diperlukan sebagai prasyarat bagi kelanjutan tingkat pelajaran berikutnya. Siswa ini dapat digolongkan ke dalam slow learner atau belum matang (immature), sehingga harus menjadi pengulang (repeater). Untuk dapat menetapkan gejala kesulitan belajar dan menandai siswa



yang mengalami kesulitan belajar, maka diperlukan kriteria sebagai batas atau patokan, sehingga dengan kriteria ini dapat ditetapkan batas bagi siswa yang dapat diperkirakan mengalami kesulitan belajar. Lebih lanjut dalam situs yang dikeluarkan oleh Learning Disabilities Association of America menyebutkan bahwa gejala-gejala yang sering timbul bagi anak dengan kesulitan belajar bervariasi dan tergantung pada usia anak. 



Pada usia pra-sekolah o Keterlambatan berbicara jika dibandingkan dengan anak seusianya o Adanya kesulitan dalam pengucapan kata 10



o Kemampuan penguasaan jumlah kata yang minim o Seringkali tidak mampu menemukan kata yang sesuai untuk suatu kalimat o Kesulitan untuk mempelajari dan mengenali angka, huruf dan namanama hari o Mengalami kesulitan dalam menghubungkan kata-kata dalam suatu kalimat o Kegelisahan yang sangat ekstrim dan mudah teralih perhatiannya o Kesulitan berinteraksi dengan anak seusianya o Menunjukkan kesulitan dalam mengikuti suatu petunjuk atau rutinitas tertentu o Menghindari pekerjaan tertentu seperti menggunting dan menggambar 



Pada usia sekolah o Daya ingatnya (relatif) kurang baik o Sering melakukan kesalahan yang konsisten dalam mengeja dan membaca. Misalnya huruf d dibaca b, huruf w dibaca m dan lain sebagainya. o Lambat untuk mempelajari hubungan antara huruf dengan bunyi pengucapannya o Bingung



dengan



matematika,



operasionalisasi



tanda-tanda



dalam



misalnya tidak dapat membedakan



pelajaran



antara tanda



matematika. o Sulit



dalam



mempelajari



keterampilan



baru,



terutama



yang



membutuhkan kemampuan daya ingat. o Sangat aktif dan tidak mampu menyelesaikan satu tugas atau kegiatan tertentu dengan tuntas. o Impulsif (bertindak sebelum berpikir). o Sulit konsentrasi atau perhatiannya mudah teralih o Sering melakukan pelanggaran baik di sekolah atau di rumah. o Tidak bertanggung jawab terhadap kewajibannya. 11



o Tidak mampu merencanakan kegiatan sehari-harinya. o Problem emosional seperti mengasingkan diri, pemurung, mudah tersinggung atau acuh terhadap lingkungannya. o Menolak sekolah. o Mengalami kesulitan dalam mengikuti petunjuk atau rutinitas tertentu. o Ketidakstabilan dalam menggenggam pensil/pen o Kesulitan dalam mempelajari pengertian tentang hari dan waktu 



Pada Usia Remaja dan Dewasa o Membuat kesalahan dalam mengeja berlanjut hingga dewasa. o Sering menghindar dari tugas membaca dan menulis. o Kesulitan dalam menyimpulkan suatu bacaan. o Kesulitan menjawab suatu pertanyaan yang membutuhkan penjelasan lisan dan/atau tulisan. o Kemampuan daya ingat lemah. o Kesulitan dalam menyerap konsep yang abstrak. o Bekerja lamban. o Bisa kurang perhatian pada hal-hal yang rinci atau bisa juga terlalu fokus kepada hal-hal yang rinci. o Bisa salah dalam membaca informasi. Demikian gejala-gejala yang ditemukan pada anak yang mengalami kesulitan belajar. Gejala-gejala yang ada mungkin sangat mendetail tapi tidak sempurna, tetapi dengan melihat gejala-gejala yang ada setelah dilakukan diagnosa maka setiap orang dapat mengambil tindakan.



D. Cara Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa Cara mengatasi kesulitan belajar siswa sangat tergantung pada keberhasilan menentukan penyebab kesulitan belajar tersebut. Idealnya, setiap guru harus berusaha dengan sekuat tenaga untuk membantu siswa keluar dari setiap kesulitan yang menghimpitnya. Namun perlu diingat, penyebab kesulitan itu berbeda-beda. Ada yang karena faktor emosi seperti ditinggal 12



pergi orang tuanya ataupun karena faktor fisiologis seperti pendengaran kurang. Untuk itu guru harus mengidentifikasi kesulitan belajar dan penyebabnya



lebih



dahulu



sebelum



berusaha



untuk



mencari



jalan



pemecahannya. Sebagai contoh, siswa A yang memiliki kesulitan karena penglihatan atau pendengaran yang kurang sempurna hanya dapat dibantu dengan alat optik atau alat elektronik tertentu dan mereka diharuskan duduk di depan. Siswa yang mengalami kesulitan karena faktor lingkungan dan faktor emosi perlu bantuan dan motivasi dari gurunya. Pengalaman sebagai guru telah menunjukkan bahwa ada siswa yang sering membuat ulah di kelas dengan maksud agar diperhatikan guru dan temannya. Setelah diselidiki ternyata ia kurang mendapat perhatian orang tuanya. Untuk anak seperti ini, sudah sepantasnya guru lebih memberikan kasih sayang dan perhatian kepadanya. Sekali lagi kesabaran, ketekunan, dan ketelatenan guru sangat diharapkan dalam manangani siswa yang mengalami kesulitan belajar. Beberapa hal yang dilakukan untuk mengatasi siswa kelas I yang mengalami kesulitan belajar di SD adalah: a) Memberi pelayanan secara individual dalam proses pembelajaran. b) Membantu siswa yang belum bisa membaca pada waktu reading. c) Menghindari pemberian hukuman dan mengedepankan pemberian penghargaan (reward). Pemberian hukuman memang dapat memegang peranan penting dalam proses pembelajaran. Namun di SD seharusnya penggunaan hukuman diminimalisir bahkan kalau mungkin ditiadakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Skiner:  Pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat sementara.  Dampak psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi (menjadi bagian dari jiwa si terhukum) bila hukuman berlangsung lama.  Hukuman mendorong si terhukum mencari cara lain (meskipun salah dan buruk) agar ia terbebas dari hukuman. Dengan kata lain, hukuman dapat



13



mendorong si terhukum melakukan hal-hal yang kadangkala lebih buruk dari pada kesalahan yang diperbuatnya. Perlu diperhatikan juga bahwa hukuman yang diberikan kepada siswa dapat menyebabkan mereka tidak menyukai guru tersebut. Selanjutnya anak akan membenci matapelajaran yang diasuh oleh guru tersebut, sehingga yang terjadi bukan membantu menyelesaikan kesulitan belajar tetapi menambah kesulitan belajar siswa. Di SD seharusnya jika setiap siswa yang berhasil menyelesaikan sesuatu (walau sekecil apapun) mendapat penghargaan (reward), paling tidak mendapat pujian. Peran guru memang sangat menentukan. Seorang siswa yang pada hari kemarin hanya dapat membaca 2 kalimat dengan benar, lalu sekarang dapat membaca 3 kalimat dengan benar, guru harus menghargai kemajuan tersebut. Dengan cara ini diharapkan siswa akan lebih giat berusaha lagi. Intinya guru bersikap positif dan memberi penghargaan/ pujian ketika siswa berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, namun jika siswa belum bisa atau berbuat salah guru harus bersabar dan membantu untuk membenarkan kesalahan tersebut. Jika siswa ragu-ragu berilah waktu sebelum memberi bantuan, sehingga anak merasa puas dengan hasil yang dicapainya. Penghargaan yang dapat diberikan kepada siswa kelas I SD berupa:  Pujian  Hadiah  Stempel: Bintang, Verry Good, Good  Sertifikat d) Mengadakan program perbaikan. Program perbaikan yang dilakukan diutamakan dalam proses. Perbaikan dilakukan agar siswa mencapai KKM yang ditentukan. Program perbaikan dilakukan sampai siswa benar-benar menguasai materi pembelajaran tersebut. Hal ini dilakukan supaya siswa mempunyai kemampuan prasyarat guna mengikuti tema pelajaran berikutnya. Selain itu program perbaikan juga dilakukan setelah siswa menempuh ulangan



14



harian, Ulangan Tengah Semester (UTS), dan Ulangan Akhir Semester (UAS), serta Ulangan Kenaikan Kelas. e) Meeting guru kelas. f) Menjalin komunikasi yang intensif dengan orang tua/ wali.



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan kesulitan Belajar adalah hambatan/gangguan belajar pada anak dan remaja yang ditandai oleh adanya kesenjangan yang signifikan anatara taraf intelegensi dan kemampuan akademik yang seharusnya dicapai. bahwa kesulitan belajar kemungkinan disebabkan oleh gangguan di dalam sistem saraf pusat otak (gangguan neurobilogis) yang dapat menimbulkan gangguan perkembangan seperti gangguan perkembangan bicara, membaca, menulis, pemahaman dan berhitung. B. Saran 1. Sebagai seorang guru harus membantu peserta didiknya yang mengalami kesulitan belajar. 2. Dalam mengatasi kesulitan belajar siswa perlu bekerja sama anatara guru, sekolah dan orang tua.



15



DAFTAR PUSTAKA Idris, R. (2017). Mengatasi kesulitan belajar dengan pendekatan psikologi kognitif. Lentera pendidikan: jurnal ilmu tarbiyah dan keguruan, 12(2), 152-172. Ahmadi, Abu & Supriyono Widodo, Psikologi Belajar, Jakarta, Rineka Cipta, 2004



16