Makalah PT. Bukit Asam Tbk. Fix [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH Metode dan Alat Penambangan pada PT. Bukit Asam Tbk. Disusun Oleh: 1. Haryanti Mentari



1704108010011



2. Abdul Ghani Purba



1704108010016



3. Febryna Yusri



1704108010019



4. Agus Wandi



1704108010040



TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SYIAH KUALA DARUSSALAM, BANDA ACEH



1



2018 Kata Pengantar



Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Metode dan Alat Penambangan pada PT. Bukit Asam Tbk. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan



makalah



ini.



Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah



ini.



Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang ‘Metode dan Alat Penambangan pada PT. Bukit Asam Tbk.’ ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.



Banda Aceh, 11 Desember 2018



Penyusun



2



DAFTAR ISI



Kata Pengantar………………………………………………………………………



2



DAFTAR ISI…………………………………………………………………….....



3



BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….....



5



1.1 Latar Belakang Masalah…………………………………………………



5



1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………….



6



1.3 Tujuan……………………………………………………………………



7



BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………



8



2.1 Sejarah PT. Bukit Asam Tbk. ….………......……………………………



8



2.2 Lokasi dan Data Perusahaan....………………………………………….



10



2.3 Peralatan Continuous Mining System di Tambang MTBU-Barat.............



13



2.4 Aktivitas Utama Penambangan.................................................................



26



2.5 Bidang Usaha.............................................................................................



32



2.6 VISI dan MISI...........................................................................................



33



2.7 Metode Penggalian Batubara.....................................................................



34



2.8 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi............................................



34



2.9 Keserasian Kerja Alat (Match Factor).......................................................



37



2.10 Geometri dan Kondisi Jalan Angkat..........................................................



37 3



2.11 Pola Pemuatan Kegiatan............................................................................



39



2.12 Jadwal Kerja dan Waktu Kerja Efektif....................................................



39



2.13 Waktu Kerja Efektif.................................................................................



40



2.14 Pengaruh Kondisi Lapangan Terhadap Peningkatan Produksi................



40



BAB III PENUTUP…………………………………………………………………



41



3.1 Kesimpulan……………………………………………………………… DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….



41 42



4



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batubara merupakan bahan galian yang ekonomis dan salah satu bahan baku energi nasional yang mempunyai peran besar dalam pembangunan nasional. Informasi mengenai jumlah dan kualitas sumber daya dan dan cadangan batubara menjadi hal yang sangat mendasar di dalam merencanakan strategi kebijaksanaan dalam penggunaan batubara sebagai sumber energi nasional. Batubara juga merupakan sumber energi alternatif pengganti minyak bumi. Saat ini, untuk meningkatakan dan mengembangkan pertambangan batubara di Indonesia, pemerintah melibatkan badan-badan usaha milik Negara maupun swasta yang bergerak di bidang penambangan batubara untuk bersamasama memanfaatkan batubara sebaik-baiknya, yakni dari tahap eksploitasi, pengolahan, dan pemanfaatannya. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan batubara, baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun ekspor, dan meluasnya manfaat penggunaannya, maka PT.Bukit Asam (PERSERO)Tbk. Unit Penambangan Tanjung Enim, Sumatera Selatan akan terus meningkatkan kemampuan produksinya. Konsumen dalam negeri yang menggunakan produk batubara dari PT.BA diantaranya PLTU Suralaya, PLTU Tarahan, PLTU BukitAsam dan PT.Semen Baturaja, maka dari itu PT.BA secara optimal agar bias memenuhi permintaan konsumennya terutama sekali untuk PLTU Suralaya dan PLTU BukitAsam yang menggunakan produk batubara dari PT.BA dengan cara mengoptimalkan kapasitas produksi batubara di PT.BA dari jumlah cadangan tertambang dan kebutuhan



5



konsumen, maka dari itu dipandang perlu untuk mempersiapkan kegiatan penambangan dan fasilitas penunjang penambangan lainnya. Pertambangan (mining) merupakan semua jenis kegiatan, teknologi, dan bisnis yang dimulai dari prospeksi, eksplorasi, evaluasi, penambangan, pengolahan, pengangkutan sampai dengan pemasaran. Tahap penambangan itu sendiri terdiri atas tiga kegiatan besar yaitu : pembongkaran/penggalian (Digging, Breaking, Losseling), pemuatan (Loading) dan pengangkutan (Hauling, Transporting) dan penimbunan(dumping, Filling), tanah, batuan dan bahan galian dengan menggunakan alat-alat mekanis (alat-alat besar) atau yang sering disebut pemindahan tanah mekanis. Pekerjaan-pekerjaan tersebut salah satunya dilakukan di Tambang Muara Tiga Besar Utara terutama pada kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup (Stripping Of Over Burden) dan penggalian batubara. Material yang dimuat dan diangkut oleh alat-alat mekanis tersebut dalam setiap pekerjaan menggali berton-ton material yang dimuat dan diangkut, sehingga dengan kondisi seperti itu banyak faktor-faktor yang berpengaruh sehingga kemampuan alat menjadi berkurang, ditambah lagi dengan penggunaan alat yang setiap hari beraktivitas untuk kelangsungan produksi penambangan. Teknologi yang terus berkembang dan jenisjenis alat yang dioperasikan dengan teknologi yang canggih pula serta membutuhkan perawatan,pemeriksaan, dan pemeliharaan sehingga alat tersebut masih dapat terus produktif dan efektif dalam bekerja sehingga produksi penambangan tetap terkendali dengan baik. Produksi itu sendiri dimaksudkan adalah hasil suatu kerja atau usaha dalam suatu periode waktu, dan produktifitas itu sendiri dimaksudkan yaitu kecepatan atau efisiensi dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana sejarah PT Bukit Asam Tbk.? 2. Apa saja metode penambangan di PT. Bukit Asam Tbk.?



6



3. Apa saja alat-alat penambangan PT. Bukit Asam Tbk.? 4. Bagaimana kemampuan produksi serta kombinasi alat muat dan alat angkut yang digunakan?



1.3 Tujuan Penulisan Makalah Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui sejarah PT. Bukit Asam Tbk., metode penambangannya, alat-alat penambangan yang digunakan, kemampuan produksi serta kombinasi alat muat dan alat angkut yang digunakan. Dengan mempelajari semua hambatan serta faktor yang dapat berpengaruh terhadap produksi serta kombinasi alat muat dan alat angkut yang digunakan untuk mencapai target produksi dan mengurangi waktu hambatan yang pengaruhnya terhadap produksi penambangan batubara di lokasi Tambang Muara Tiga Besar Utara (MTBU).



7



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Sejarah PT. Bukit Asam Tbk.



PT Bukit Asam Tbk memiliki sejarah yang sangat panjang di industri batu bara nasional. Operasional perusahaan ini ditandai dengan beroperasinya tambang Air Laya di Tanjung Enim tahun 1919 oleh pemerintah kolonial Belanda. Kala itu, penambangan masih menggunakan metode penambangan terbuka.



Pada periode tahun 1923 hingga 1940, Tambang Air Laya mulai menggunakan metode penambangan bawah tanah. Dan pada periode tersebut mulai dilakukan produksi untuk kepentingan komersial, tepatnya sejak tahun 1938. Seiring dengan berakhirnya kekuasaan kolonial Belanda di tanah air, para karyawan Indonesia kemudian berjuang menuntut perubahan status tambang menjadi pertambangan nasional. Pada 1950, Pemerintah Republik Indonesia kemudian mengesahkan pembentukan Perusahaan Negara Tambang Arang Bukit Asam (PN TABA). 8



Pada tanggal 1 Maret 1981, PN TABA kemudian berubah status menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT Bukit Asam (Persero), yang selanjutnya disebut PTBA atau Perseroan. Dalam rangka meningkatkan pengembangan industri batu bara di Indonesia, pada 1990 Pemerintah menetapkan penggabungan Perum Tambang Batubara dengan Perseroan. Sesuai dengan program pengembangan ketahanan energi nasional, pada 1993 Pemerintah menugaskan Perseroan untuk mengembangkan usaha briket batu bara. Pada 23 Desember 2002, Perseroan mencatatkan diri sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia dengan kode perdagangan “PTBA”. Pada tanggal 29 November 2017, menjadi catatan sejarah bagi PTBA saat menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa. Agenda utama dalam RUPSLB PTBA mencakup tiga hal, yakni persetujuan perubahan Anggaran Dasar Perseroan terkait perubahan status Perseroan dari Persero menjadi Non-Persero sehubungan dengan PP 47/2107 tentang Penambahan Penyertaan modal Negara Republik Indonesia kedalam Modal Saham PT Inalum (Persero), Persetujuan Pemecahan Nominal Saham (stock split), dan Perubahan susunan Pengurus Perseroan.Dengan beralihnya saham pemerintah RI ke Inalum, ketiga perusahaan tersebut resmi menjadi anggota Holding BUMN Industri Pertambangan, dengan Inalum sebagai induknya (Holding). Tanggal 14 Desember 2017, PTBA melaksanakan pemecahan nilai nominal saham. Langkah untuk stock split diambil perseroan untuk meningkatkan likuiditas perdagangan saham di Bursa Efek serta memperluas distribusi kepemilikan saham dengan menjangkau berbagai lapisan investor, sekaligus untuk mendukung program “Yuk Nabung Saham”. Komitmen yang kuat dari Bukit Asam dalam meningkatkan kinerja perusahaan merupakan faktor fundamental dari aksi korporasi tersebut.



9



2.2 Lokasi dan Data Perusahaan PT. Bukit Asam merupakan perusahaan tambang batubara milik negara yang memiliki daerah operasi di Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim, Sumatra Selatan. Dengan izin usaha Pertambangan 15.421 Ha. Pada saat ini PT. Bukit Asam untuk Unit Penambangan Tanjung Enim (UPTE) beroperasi di empat lokasi (site), yaitu Tambang Air Laya (TAL), Muara Tiga Besar Utama (MTBU), Muara Tiga Besar Selatan (MTBS) dan Banko. Tambang Banko terdiri dari Tambang Banko Barat dan Tambang Banko Tengah. Tambang Banko Barat juga dibagi lagi menjadi menjadi dua bagian daerah penambangan yaitu Banko Barat Pit 1 (meliputi pit 1 barat dan pit 1 Timur) dan Banko Barat Pit 3 (meliputi pit 3 Barat dan pit 3 timur).



1. Tambang air laya Pertama kali dibuka pada tahun 1919 dengan metode open pit. Alat yang digunakan pada tambang air laya adalah BWE (bucket wheel excavator ). Sehingga metode penambangan pada Tambang air laya adalah Continous Mining, dengan produksi kira-kira 4 Juta ton pertahun.



2. Tambang Muara Tiga besar utara Menggunakan metode open pit dengan menggunakan alat konvensional seperti shovel dan dumptruck serta memakai BWE ( Bucket Wheel Excavator )



3. Tambang Muara Tiga besar selatan



10



Menggunakan metode open pit, tapi cadangannya relatif lebih sedikit dibanding yang lainnya. Menggunakan alat alat yang konvensional seperti shovel, backhoe dan dumptruck.



4. Tambang banko Barat Metode penambangan adalah open pit dengan cara konvensional. Rencanaya akan memakai Auger mining untuk mendapatkan lapisan batubara yang tipis dan kadar recovery yang tinggi secara keseluruhan, karena jumlah batubara yang tinggal sedikit.



Tambang Banko Barat juga dibagi lagi menjadi menjadi dua bagian daerah penambangan yaitu Banko Barat Pit 1 (meliputi pit 1 barat dan pit 1 Timur) dan Banko Barat Pit 3 (meliputi pit 3 Barat dan pit 3 timur). Target produksi lapisan tanah penutup batubara di Banko Barat Pit 1 sebesar 350.000 BCM/bulan ,sedangkan produksi lapisan tanah penutup batubara yang terealisasi saat ini adalah sebesar 259.616, 7 BCM/bulan. Kegiatan penambangan PT. Bukit Asam di Banko Barat Pt 1 dilakukan dengan menggunakan kombinasi excavator dan truck. Setiap lapisan di Banko Barat Pit 1 memiliki kekerasan material yang masih bisa digaru menggunakan ripper (bulldozer Caterpillar D9R dan D8R), alat muat material yang digunakan yaitu excavator dengan tipe Caterpillar 385C, dan alat angkut material yang digunakan yaitu Dump Truck tipe 773E dan Scania P420. Keberadaan alat mekanis ini sangat penting dalam upaya mengejar target produksi yang telah ditentukan oleh perusahaan itu sendiri. Pentingnya memperkirakan produksi dari alat muat dan alat angkut ini karena ada keterkaitan dengan target produksi yang harus dicapai oleh perusahaan, serta hubungan antara sasaran produksi dengan produksi alat juga akan menentukan jumlah alat muat dan alat angkut yang harus dipakai guna memenuhi target tersebut.



Lapisan batubara di PT Bukit Asam terdiri atas lapisan A1, A2, B1, B2, C. Diantara lapisan A1 dan A2 terdapat lapisan putih dan pada lapisan A1 dan A2 terdapat lapisan pengotor yang disebut pita pengotor. Pada tambang batubara PT Bukit Asam terjadi intrusi batuan beku diatas lapisan batubara yang berpengaruh terhadap kualitas batubara. dengan adanya lapisan ini, batubara di PT Bukit Asam di-upgrade oleh lapisan itu, sehingga kualitasnya 11



menjadi



lebih



baik.



Hasil dari penambangan batubara di PT Bukit Asam dibawa untuk kebutuhan dalam negeri seperti untuk PLTU suralaya, banten dan diekspor keluar negeri.



Nama : Bukit Asam Tbk Alamat Kantor : Menara Kadin Indonesia 15th Floor & 9th Floor Jl. HR Rasuna Said X-5, Kav 2& 3 Jakarta 12950 Kantor Pusat: Jl. Parigi No. 1 Tanjung Enim 31716, Sumatera Selatan (Tlp. (62 -734) 451-096, 452-352 (Hunting). No. Telepon / Faks : (021) 5254014 / 021 – 5254002 Email : [email protected] Biro Administrasi Efek : PT. Datindo Entrycom Situs : www.ptba.co.id



12



Perubahan alamat atau letak kantor PTBA dapat sewaktu-waktu terjadi. Bila ingin mengetahui perubahannya bisa berkunjung langsung ke situs resminya di atas.



2.3 Peralatan Continuous Mining System di Tambang MTBU-Barat. 2.3.1Alat Tambang Utama (ATU) Komponen utama dari BWE System sering disebut dengan Alat Tambang Utama (ATU). ATU pada BWE System di tambang MTBU meliputi : BWE (alat gali muat), Belt Conveyor (alat angkut), Spreader (alat penghampar tanah), dan tripper car (alat tumpuk batubara). Khusus untuk Tambang MTBU-barat tidak menggunakan Stacker Reclaimer dikarenakan batubara hasil galian langsung disalurkan ke PLTU Banjarsari menggunakan alat angkut dengan Belt Conveyor dan dump truck. 1) Bucket Wheel Excavator Alat tambang utama pada lokasi tambang Muara Tiga Besar Utara terdapat dua buah unit BWE ( Bucket Wheel Excavator ) yaitu BWE-203 dan BWE-205. Pengoperasian yang dilakukan dalam proses penambangan di lokasi ini hanya menggunakan BWE-205. Hal tersebut karena BWE-203 sedang dalam proses perangkaian danpenyusunan hingga menuju Stacker . Selain dari itu, sedang berjalannya proses pembuatan lantai kerja dari batubara yang dihamparkan pada temporary stockpile yang bertujuan agar tidak terjadinya amblasan pada lantai kerja (plannum) pada BWE-203. Pengoperasian Alat Tambang Utama (ATU) pada tipe BWE-205 dilakukan padafront penambangan dimana dalam penumpukan



13



batubara diarahkan ke area BWE-205 dibantu oleh dump truck tipe Hino FM 500 PD dengan backhoe PC 400. Lapisan batuan yang sedang di tambang merupakan lapisan A1 dan A2 yang letaknya hanya ± 1.300 meter dari lapisan batubara ( front penambangan) ke posisi BWE-205. Proses pengangkutan batubara dari front penambangan menuju ke posisi BWE-205 merupakan kegiatan pengumpanan batubara untuk terjadinya proses pengangkutan batubara dari MTBU menuju ke PLTU Banjarsari yang tidak jauh dari lokasi penambangan MTBU. Batubara yang ditumpuk akan digali oleh BWE-205 dan kemudian diangkut menggunakan belt conveyor hingga menuju ke temporary stockpile dan kemudian didistribusikan ke Reclaim Feeder (RF) menuju ke PLTU Banjarsari diangkut dengan belt conveyor.



Gambar 2.1 Alat Tambang Utama (ATU) yaitu BWE-205 yang masih beroperasi dalam proses penggalian batubara umpan. 2) Belt Wagon (BW) Belt wagon merupakan alat yang berfungsi dalam mentransferkan material hasil penggalian dari BWE menuju ke hopper car . Alat ini juga dapat membantu BWE dalam memperpanjang jangkauan pengalian dari BWE sejauh ± 90 meter. Sehingga dalam proses operasinya tidak perlu melakukan banyak penggeseran belt conveyor. Belt wagon memiliki dua buah lengan yang memiliki fungsi masing-masing juga yaitu lengan yang pertama berfungsi menerima material dari BWE ke BW dan lengan satunya lagi meneruskan material penggalian ke arah hopper car. Pergerakan BW mengikuti dalam pergerakan BWE ketika sedang melakukan proses penggalian dan hal tersebut makan ketika penggalian



14



mengalami kemajuan makan BW juga ikut maju dan begitupun bila arah penggalian mundur maka BW juga mundur untuk mengikuti arah ke mana BWE bergerak.



Gambar 2.2 Belt Wagon (BW) yang mentransferkan material galian BWE. 3) Cable Rail Car (CRC) Cable rail car berfungsi dalam pengangkutan penggulungan kabel listrik yang memiliki tegangan 20 kV yang memasok konsumsi listrik untuk BWE. Alat ini berfungsi dalam menggerakkan hopper car untuk menyesuaikan arah pergerakan dari ban dua BW yaitu material yang didistribusikan melewati hopper car. Kendaraan ini dilengkapi dengan mechanical electric switch yang berguna untuk menghindari terjadinya tegangan naik pada kabel yang alirkan ke BWE.



Gambar 2.3 Cable Rail Car (CRC) sebagai alat untuk menggulung kabel bertegangan 20 kV untuk BWE-205. 4) Conveyor System (CS)



15



Conveyor system merupakan rangkaian dari alat yang digunakan untuk mendistribusikan material yang akan diangkut menggunakan belt conveyor menuju ke daerah penimbunan (disposal area) dan menuju ke stockpile menuju ke Stacker. Rangkaian belt conveyor dibantu dengan iddler atau rol yang terpasang di bawah belt conveyor dan dengan kecepatan yang diatur oleh Drive Pulley (Pulley Penggerak) dan dengan Iddler yang dipasang pada Belt Frame. Tabel 2.1 Lebar dan Kecepatan Belt Conveyor



Sumber : MCC, 2017 Berdasarkan fungsinya, belt conveyor dibagi menjadi beberapa macam berturut-turut dari front penimbunan yaitu : 5) Conveyor Excavating (CE) Conveyor excavating merupakan bagian yang pertama kali menerima material hasil penggalian dari Bucket Wheel Excavator (BWE) yang diteruskan oleh hopper car dan diterima oleh CE. Material tersebut kemudian diteruskan kebagian dalam rangkaian BWE yaitu Conveyor Shunting (CS). Posisi pada bagian ujung dari CE dapat digeser dengan jarak tertentu mengikuti terhadap kemajuan BWE ketika beroperasi dalam penggalian batubara atau overburden. Lebar dari belt yaitu 1.200 mm. Kecepatan belt conveyor lebih cepat dikarenakan lebar belt yang lebih kecil dibandingkan dengan belt dari BW. Sehingga dengan kecepatan yang lebih tinggi dan lebar belt yang lebih kecil membuat sistem pedistribusian menjadi baik.



16



Gambar 2.4. Conveyor excavating pada rangkaian BWE-205 yang membawa material galian batubara. 6) Conveyor Shunting (CS) Conveyor shunting sebagai bagian dari BWE meneruskan material dari Conveyor Excavating (CE) untuk meneruskan ke CDP. Sehingga conveyor shunting ini merupakan penghubung antara conveyor excavating dan Conveyor Distribution Point (CDP) , lebar belt ini yaitu 1.200 mm.



Gambar 2.5. Conveyor shunting menerima material batubara dari CE. 7) Conveyor Distribution Point (CDP) Conveyor distribution point merupakan bagian yang berguna untuk mengatur kegiatan distribusi material yang akan disalurkan sesuai dengan tujuan yang diinginkan atau yang akan dibutuhkan. Pelaksanaan pengaturan operasi CDP dapat dilakukan oleh operator



17



secara manual ataupun otomatis. Perlu adanya pengaturan distribusi material dikarenakan pada proses pembawaan material bisa saja membawa berupa material overburden ataupun batubara. Sehingga dalam sistem kerja CDP mendistribusikan batubara ke arah stockpile atau mendistribusikan ke PLTU Banjarsari dan menghantarkan overburden menuju ke arah disposal.



Gambar 2.6 Conveyor Distribution Point merupakan bagian yang berfungsi mengatur distribusi material hasil penggalian BWE. 8) Conveyor Dumping (CD) Conveyor dumping berfungsi dalam mendistribusikan material batubara ataupun Overburden untuk menuju ke area penghamparan yaitu dengan menggunakan spreader untuk overburden yang diarahkan ke disposal area. Lebar belt pada CD yaitu 1.600 mm. Pelebaran belt yang lebih besar dibandingkan belt sebelumnya karena CD ini mampu melayani dua sekaligus BWE.



Gambar 2.7 Conveyor Dumping



18



9) Conveyor Coal (CC) Conveyor coal berfungsi untuk mendistribusikan batubara untuk menuju ke arah temporaty stockpile ataupun ke arah stacker reclaimer di stockpile area. Pendistribusian conveyor coal diatur oleh CDP yang menyesuaikan dengan material yang di distribusikan. Lebar belt yang digunakan yaitu 1.400 mm. Pengangkutan material berasal dari dua jalur penggalian yang memuat banyak batubara dari BWE yang sedang beroperasi menggali batubara.



Gambar 2.8 Conveyor Coal (CC-20) 10) Hopper Car Hopper car merupakan alat berupa corong yang digunakan untuk menyalurkan batubara dari Belt Wagon menuju ke Conveyor Excavating (CE). Bentuk dari lantai hopper car ialah kerucut yang nantinya akan menumpahkan batubara di belt conveyor yang terdapat roll impact di bawahnya untuk menahan beban batubara yang dijatuhan ke belt conveyor. Hopper car ini seperti gerbong kereta api yang berada diatas rel yang bergerak maju mundur mengikuti arah dari pergerakan Belt Wagon.



19



Gambar 2.9 Hopper Car yang mengikuti setiap perpindahan dari BW. 11) Tripper Car (TC) Tripper car merupakan alat yang digunakan untuk mendistribusikan material tanah dari Conveyor Coal (CC) ke stockpile. Tripper car menyesuaikan terhadap pergerakan dari conveyor distribustion ketika maju dan mundurnya CD. Tripper car pada spreader dapat dipisahkan namun harus ditopang dengan transport crawler.



Gambar 2.10 Tripper Car 12) Spreader Spreader merupakan alat yang digunakan untuk menghamparkan tanah hasil penggalian ke disposal area atau penimbunan. Spreader ini sama halnya dengan BWE yaitu memiliki dua buah lengan yaitu ban 1 dan ban 2. Pada ban 1 spreader berfungsi dalam menerima material dan ban 2 berfungsi dalam menerima material dan meneruskannya ke arah disposal area



20



(penimbunan). Penempatan arah penimbunan material batubara diatur oleh operator spreader, MCC dan operator BWE. Spreader mampu melayani dua buah BWE sekaligus dalam menerima dan menghamparkan tanah ke penimbunan (Gambar 2.11).



Gambar 2.11. Spreader



2.3.2 Alat Penunjang Tambang (APT) Untuk membantu proses kegiatan penambangan dengan menggunakan Alat Tambang Utama (ATU) dengan proses yang baik, maka dibutuhkan alat berat lainnya yang sifatnya sebagai penunjang dalam menunjang kegiatan operasi. Alat-alat tersebut diantaranya yaitu : 1) Back Hoe Alat ini sangat dibutuhkan dalam kegiatan operasional untuk membantu kelancaran kegiatan yang tidak dapat dilakukan oleh ATU yaitu Bucket Wheel Excavator (BWE). Kegiatan itu diantaranya adalah : 1. Melakukan penggalian terhadap tanah penutup yang masih berada pada lapisan batubara. 2. Menggali lumpur dan overburden yang berserakan di jalan ataupun di front penambangan. 3. Merapikan front umpan batubara untuk BWE yang akan digali ketika material batubara di stockpile umpan BWE berserakan. 4. Membuat sump untuk penirisan tambang. 5. Membantu dalam proses shifting belt conveyor. 6. Memuat tanah atau batubara yang berserakan disepanjang belt conveyor.



21



Gambar 2.12 Back hoe (PC 200) 2) Bulldozer Bulldozer digunakan untuk melakukan beberapa fungsi untuk membatu Bucket Wheel Excavator (BWE), yaitu : 1. Meratakan material batubara yang telah berserakan di stockpile umpan BWE yang berserakan. 2. Mendorong material galian yang tidak dapat dijangkau oleh Bucket Wheell Excavator untuk digali. 3. Memisahkan material overburden dari batubara. 4. Meratakan material tumpukan batubara dari Conveyor dumping dan conveyor coal pada stacker di temporary stockpile. 5. Mendorong bantingan tanah untuk membuat lantai kerja / planum BWE. 6. Menguji kuat tekan tanah saat BWE dan Spreader melakukan transport. 7. Mendorong Kopt Station untuk meluruskan jalur belt conveyor.



22



Gambar 2.13 Bulldozer tipe SSM II. 3) Track dan Wheel Stackel Alat ini dalam kegiatan penunjang dalam BWE system memiliki fungsi yaitu sebagai berikut : 1. Membersihkan bucket wheel excavator, belt wagon, tripper car dari tanah atau lumpur serta serpihan batubara yang mengotori alat dan membutuhkan pekerjaan cepat untuk membersihkannya serta membersihkan track plate dan di atas penyeimbang ballas (penyeimbang bucket wheel excavator). 2. Jalur conveyor excavating dan conveyor dumping yang terdapat jatuhan material overburden atau batubara. 3. Mempermudah dalam pemasangan roll pada belt conveyor. 4. Membatu pergeseran frame pada conveyor dumping dan conveyor excavating untuk pelurusan jalur pada saat belt conveyor dalam keadaan miring.



(a)



(b)



Gambar 2.14 (a) Wheel Stackle dan (b) Track Stackle



23



4) Mini Wheel Stackle Mini wheel stackel sama halnya dengan wheel dan track stackle yang membantu dalam proses pemuatan material yang berjatuhan disepanjang jalan belt conveyor. Material yang berjatuhan itu nantinya akan dipidahkan ataupun dimuat dan langsung dimasukkan ke dalam belt conveyor. Bedanya untuk mini wheel stackle ini muatannya lebih kecil dibandingkan dengan wheel dan track stackle. Alat ini memiliki kelebihan yaitu dapat mengambil material pada jalur yang sempit yang tidak bisa dilewati oleh alat yang lebih besar. 5) Mini Wheel Loader Mini wheel loader ini memiliki kesamaan fungsi dengan wheel loader namun yang membedakan adalah ukurannya yang lebih kecil sama dengan ukuran mini wheel stackle. Fungsi utamanya yaitu untuk memuat material yang berjatuhan di dekat conveyor dumping dan conveyor distribution point. Bentuk yang mini dapat mempercepat kerja dari alat ini untuk membersihkan jalur distribusi batubara, terutama pada rangkaian conveyor yang memiliki jalur yang sempit sehingga membuat pergerakan alat menjadi tidak bebas



. Gambar 2.15 Mini Wheel Loader memiliki kemampuan kerja yang cepat karena bentuknya yang lebih kecil untuk jalur yang sempit. 6) Pipe Layer Pipe layer merupakan alat yang digunakan untuk membantu dalam kegiatan pemasangan belt conveyor yang sedang dalam perbaikan ataupun dalam proses perangkaian pada sistem conveyor. Alat ini juga dapat membantu dalam proses shifting serta untuk mensejajarkan dan meluruskan pada belt conveyor baik secara vertikal maupun horizontal.



24



Gambar 2.16 Pipe Layer sedang melakukan proses pemasangan belt conveyor pada rangkaian BWE-203. 7) Transport Crawler Transport crawler merupakan alat yang digunakan untuk membantu mengangkat kopt station pada saat perpindahan jalur belt conveyor dari sati tempat ke tempat lain. Maka dari itu, alat ini sangat vital fungsinya di penambangan bucket wheel excavator. 8) Reclaim Feeder (RF) Reclaim feeder merupakan fasilitas dari PT Bukit Asam (Persero), Tbk yang berfungsi dalam pendistribusian batubara dari BWE ke temporary stockpile dan didorong oleh bulldozer menuju ke RF untuk didistribusikan ke TLS II dan PLTU Banjarsari. Jumlah RF yang dimiliki PT Bukit Asam (Persero), Tbk sebanyak 4 unit. Unit RF I, RF II dan RF III untuk mendistribusikan ke TLS II dan RF Banjarsari untuk mendistribusikan batubara ke PLTU Banjarsari. Kapasitas yang mampu ditampung oleh satu unit RF yaitu 500 ton/jam sehingga dengan jumlah 4 unit RF alat ini dapat mendistibusikan batubara sebanyak 2.000 ton/jam. Unit RF I menerima batubara hasil dorongan dari bulldozer dan RF II menerima batubara dari dumping dump truck. Unit RF Banjarsari menerima batubara dari dorongan bulldozer atau menggunakan backhoe.



25



(a)



(b)



Gambar 2.17. Reclaim Feeder (RF) dan Dump Hopper pada RF sebagai jalur distribusi batubara. 2.4 Aktivitas Utama Penambangan 2.4.1 Aktivitas Penambangan dengan Metode Countinous Mining 1) Tahapan Kegiatan Penambangan Batubara Kegiatan penambangan yang dilakukan pada tambang Muara Tiga Besar Utara adalah metode continuous dengan menggunakan kombinasi BWE system. Berikut adalah bagan alir kegiatan penambangan di Muara Tiga Besar Utara. Ada dua hal yang harus dipahami dalam proses pengoperasian BWE System yaitu : Proses Mengaktifkan Alat diawali dari Spreader / Stacker Reclaimer – Conveyor Dumping / Conveyor Coal - Conveyor Distribution Point – Conveyor Shunting – Conveyor Excavating – Cable Rair Car - Belt Wagon – Bucket Wheel Excavator.. Proses Menon-aktifkan Alat kebalikan dari cara penghidupannya. Bucket Wheel Excavator - Belt Wagon - Cable Rair Car - Conveyor Excavating - Conveyor Shunting - Conveyor Distribution Point - Conveyor Dumping / Conveyor Coal - Spreader / Stacker Reclaimer. Adapun aktivitas penambangan tambang Muara Tiga Besar Utara yaitu sebagai berikut :



26



2) Pengerukan / Penggalian (Digging) Pengerukan adalah kegiatan penggalian yang dilakukan oleh bucket BWE yang bertujuan untuk menggali material tanah dan batubara yang nantinya akan dilanjutkan oleh bagianbagian dari kesatuan continuous mining. Namun sejak Juli 2016, MTBU tidak lagi melakukan penggalian material insitu melainkan melakukan penggalian material umpan yang disediakan oleh pihak kontraktor PT BA (PT. Pamapersada Nusantara) dengan metode konvensional (shovel and truck). 3) Transportasi (Transportation) Transportasi merupakan proses pengiriman material tanah dan batubara. Tahapan transportasi yang dilakukan di MTBU untuk material batubara diawali oleh BWE- Belt Wagon – Hopper Car – Conveyor Excavating – Conveyor Shunting – Conveyor Distribution Point - Conveyor Coal – Stockpile. Sedangkan untuk material tanah diawali oleh BWE - Belt Wagon – Hopper Car – Conveyor Excavating – Conveyor Shunting – Conveyor Distribution Point – Conveyor Dump – Spreader – Disposal.



4) Penimbunan (Accumulation) Penimbunan adalah proses penumpukan material tanah dan batubara yang melalui semua komponen sistem BWE yang berakhir pada Spreader dan Stacker Reclaimer. Penimbunan yang diakhiri melalui Spreader merupakan penimbunan material tanah. Sedangkan



27



penimbunan yang diakhiri melalui conveyor coal merupakan penimbunan batubara di stockpile. 2.4.2 Aktivitas Penunjang Tambang 1) Penirisan Tambang Kegiatan penambangan tidak lepas terhadap proses dalam pengaturan aliran air pada lokasi penambangan. Tambang terbuka memiliki tantangan terhadap air sehingga harus ada penanganan air agar tidak menyebabkan banjir pada lokasi penambangan. Pemompaan air dari sump untuk kemudian diolah ataupun digunakan dalam kegiatan yang lainnya seperti penyiraman jalan maka perlu ada sebuah kebutuhan khusus untuk memilih jenis pompa sesuai dengan jarak dan arah aliran yang akan melakukan pemindahan air. Aktivitas penirisan tambang bertujuan untuk penanganan air overburden, air permukaan, dan air hujan yang mengalir di sekitar lokasi agar operasi produksi tidak terhambat. Pada lokasi penggalian, keberadaan air menyebabkan bertambahnya volume material yang digali. Pada proses penggalian, menyebabkan jalan produksi menjadi licin, alat berat yang melintas berpotensi mengalami slip, atau kecelakaan kerja. Pada lokasi dumping seperti disposal dan stockpile, menyebabkan terlarutnya material sehingga berpotensi menghasilkan air asam yang tak di manajemen dengan baik. ketika hujan, atau jumlah air di lokasi penambangan berlebih, aktivitas penambangan site MTBU-Barat dihentikan sementara untuk menghindari kecelakaan kerja. Manajemen penirisan tambang dilakukan dengan membuat sump dilokasi terendah penambangan sebagai tempat pengumpul air. Air tersebut bersifat asam. Air pada sump dipompa ke lokasi kolam pengendapan lumpur (KPL). Alat pompa pada sump ditunjukkan pada (Gambar 3.18.).



Gambar 3.18. Kapal pompa di lokasi sump Pada site MTBU-Barat, terdapat 5-6 kompartemen penanganan air sump. Di KPL, dilakukan penanganan dengan cara



28



pengendapan lumpur. Kemudian pemberian sejumlah tertentu kapur untuk menurunkan kadar asam pada air. Setelah diketahui kadar air sesuai dengan baku mutu lingkungan, air kemudian dialirkan ke sungai (Gambar 2.19)



Gambar 2.19. Kolam Pengendapan Lumput (KPL) Manajemen penirisan pada lokasi operasi produksi juga dilakukan dengan mengatur arah kemiringan jalan, pembuatan tanggul, paritan sehingga aliran air terkumpul pada sump di lokasi disposal dan stockpile dibuat sump tersendiri. 2) Perawatan Jalan Perawatan jalan dilakukan secara berkala untuk memudahkan akses peralatan penambangan. alat berat yang digunakan berupa grader, compactor, dozer, dan back hoe PC200. Dozer dapat mendorong timbunan disekitar jalan, back hoe dapat memindahkan material timbunan ke lokasi yang sesuai, grader dapat memberai jalan yang tak rata dan merapikannya, compactor dapat memadatkan overburden timbunan agar aman dilewati. 3) Proses Pengangkutan dan Pemindahan Batubara serta Tanah Alur kegiatan pemindahan batubara dari temporary stockpile ke life stockpile dapat dilihat dari skema berikut ini :



29



Gambar 2.20. Diagram Alir Pemindahan Batubara BWE 205 Berdasarkan skema tersebut dapat dilihat bahwa batubara hasil penambangan dalam hal ini akan dilakukan oleh kontraktor dari PT Pama Persada Nusantara pada temporary stockpile sebagai umpan untuk dipindahkan menggunakan BWE System secara kontinu dengan menggunakan BWE-205 sebagai alat gali muat dan langsung mengangkut menggunakan belt conveyor (ban 1-2) pada BWE, kemudian material diteruskan ke belt wagon (BW) (ban 1-2) dan menuju hopper car untuk disalurkan menuju conveyor distribution point (CDP). CDP mendistribusikan batubara tersebut menuju ke conveyor coal 20 (CC-20) sebelum akhirnya menuju ke conveyor coal (CC-21). Setelah material bergerak pada CC-21, terdapat alat pembacaan tonnase batubara yang dikenal dengan belt scale dimana alat ini mengatur tonnase maksimal batubara yang melewati CC-21 dan pada akhirnya materia yang masuk ke CC-21 akan tercurah menuju ke life stockpile dengan kapasitas 300.000 ton menggunakan tripper car conveyor yang dulunya dapat bergerak secara otomatis, namun seiring berjalannya waktu PTBA membuat tripper car conveyor tidak dapat bergerak lagi (permanen). Berikut adalah data dimensi conveyor yang dilalui oleh material dari temporary stockpile hingga ke life stockpile.



30



Tabel 2.2 Data Dimensi dan Jarak Conveyor yang Dilalui oleh Material Batubara



Pada tabel di atas dapat dilakukan pembahasan mengenai kecepatan conveyor. Seharusnya, semakin dekat ke life stockpile maka kecepatan conveyor semakin besar pula, namun pada CC-21 seringkali terdapat masalah dimana kecepatan conveyor kecil. Hal ini terjadi bertolak belakang dengan teorinya, maka dari itu proses pemindahan material batubara sering terjadi halangan baik itu overflow atau penumpukan batubara pada CC-20 pada akhirnya BWE terpaksa menghentikan proses pengangkutan untuk menghindari gangguan sebagaimana yang disebutnya, sehingga proses pemindahan material terhambat. 4) Mine Control Center (MCC) Sistem continous mining beroperasi dengan dukungan kamampuan kerja alatnya yang saling berhubungan satu sama lain. Mulai dari proses penggalian material batubara atau tanah yang dibawa ke area penimbunan ataupun ke area temporary stockpile. Bila ada jadwal pemuatan batubara ke gerbong dan pengiriman, maka akan diteruskan ke TLS. Koordinasikan dan kendali continous mining dilakukan dikanton MCC melalui panel kendali dan alat komunikasi. MCC berperan sangat penting karena MCC merupakan pusat kendali dan pengawasan operasional sistem BWE secara menyeluruh dan terpadu.



31



Gambar 3.21. Monitor di Mine Control Center (MCC) Berikut merupakan fungsi-fungsi dari MCC antara lain, yaitu : 1. Mencatat jam operasi, halangan dan standby ATU setiap saat untuk menjadi bahan evaluasi dan perbaikan. 2. Memantau dan mengkomunikasikan trouble shooting ATU oleh mekanik, elektrik dan operasional. 3. Membuat laporan hasil produksi batubara dan tanah dari lokasi tambang (BWE System dan Shovel atau Truck), kemudian informasi tersebut didistribusikan ke pihak-pihak yang membutuhkan. 4. Menginformasikan ke pihak-pihak yang berkompeten, mengenai kemajuan-kemajuan operasional dan kendala-kendala setiap giliran. 5. Meneliti kebenaran setiap informasi baik dari pihak operasional atau pihak perawatan peralatan (mekanik/listrik) dalam pembuatan laporan. 6. Mengistruksikan kepada operator ATU untuk beroperasi atau tidak berdasarkan datadata kesiapan peralatan dan kebutuhan dilapangan. 7. Membantu kelancaran komunikasi kegiatan operasional baik terhadap Atu, shovel/truck maupun penunjang.



2.5 Bidang Usaha Dari sisi anak usahanya, PTBA bisa dibilang mulai menjajaki berbagai sektor bisnis, hanya saja berikut ini adalah fokus usahanya:



32







Bidang Usaha Utama : Pertambangan Batubara (Coal Mining)







Sektor : MINING







Sub Sektor :







COAL MINING



Namun, bila merujuk pada AD/ART PT Bukit Asam Tbk langsung, maka cakupan bisnis PTBA sebagai perusahaan industri tambang batubara, mencakup di dalamnya: kegiatan penyelidikan umum, eksploitasi, eksplorasi, pemurnian, pengolahan, pengangkutan dan perdagangan batu bara. Selain itu PTBA juga melakukan pengoperasian pembangkit listrik tenaga uap dan pemeliharaan fasilitas dermaga batubara untuk kepentingan sendiri ataupun pihak ketiga dan sebagai upaya meningkatkan peran perusahaan dalam bidan batubara, Bukit Asam juga menyediakan jasa konsultan dan rekayasa dan bidang yang masih terkait dengan pertambangan batubara. 2.6 VISI dan MISI Demi mewujudkan cita-cita perusahaan menjadi perusahaan tambang batu bara yang berjaya maka disusunlah visi & misi sebagai berikut: 



Perusahaan energy kelas dunia yang peduli lingkungan







Mengelola Sumber energy dengan mengembangkan kompetensi korporasi dan



keunggulan insani untuk memberikan nilai tambah maksimal bagi stakeholder dan lingkungan Visi maupun misi di atas berdasarkan publikasi langsung di situs PTBA dan umumnya semua emiten di BEI tidak melakukan perubahan, kecuali terjadi perombakan bisnis besar di dalamnya.



33



2.7 Metode Penggalian Batubara Sistem Jenjang (Benching System) Penggalian batubara dengan cara ini yaitu pada saat penggalian batubara dilakukan sekaligus dengan membuat jenjang, cara pengupasan ini cocok untuk diterapkan pada lapisan batubara yang tebal, bahan galian atau lapisan batubara yang juga tebal (Projosumarto, 1989). Hal ini dikarenakan untuk mencegah terjadinya kelongsoran dari lapisan tanah penutup atau lapisan batubara yang belum digali. Selain itu juga untuk mengantisipasi penggunaan alat gali muat yaitu terkait dengan jangkauan maksimal gali dari alat gali muat tersebut. 2.8 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Peralatan produksi alat muat dan alat angkut dapat dilihat dari kemampuan alat tersebut dalam penggunaannya di lapangan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi produksi alat muat dan alat angkut adalah : Waktu Edar (cycle time) Waktu edar adalah jumlah waktu yang diperlukan oleh alat mekanis baik alat muat maupun alat angkut untuk melakukan satu siklus kegiatan produksi dari awal sampai akhir dan siap untuk memulai lagi. a. Waktu Edar Alat Muat Dapat dinyatakan dalam persamaan : CTm = Tm 1 + Tm 2 + Tm 3 + Tm 4 CTm= Total waktu edar alat muat (menit) Tm 1 = Waktu untuk mengisi muatan (menit) Tm 2 = Waktu ayunan bermuatan (menit) Tm 3 = Waktu untuk menumpahkan muatan (menit) Tm 4 = Waktu ayunan kosong (menit)



34



b. Waktu Edar Alat Angkut Dapat dinyatakan dalam persamaan : Cta = Ta 1 + Ta 2 + Ta 3 + Ta 4 + Ta 5 + Ta 6 Cta = Total waktu edar alat angkut (menit) Ta 1 = Waktu mengatur posisi untuk diisi muatan (menit) Ta 2 = Waktu diisi muatan (menit) Ta 3 = Waktu mengangkut muatan (menit) Ta 4 = Waktu mengatur posisi untuk menumpahkan muatan (menit) Ta 5 = Waktu menumpahan muatan (menit) Ta 6 = Waktu kembali kosong (menit) Waktu edar yang diperoleh setiap unit alat mekanis berbeda, hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu : a.



Kekompakan Material



Material yang kompak akan lebih sukar untuk digali atau dikupas oleh alat mekanis. Hal ini akan berpengaruh pada lamanya waktu edar alat mekanis, sehingga dapat menurunkan produksi alat mekanis. b. Pola Pemuatan Untuk memperoleh hasil yang sesuai dengan sasaran produksi maka pola pemuatan juga merupakan faktor yang mempengaruhi waktu edar alat. Pola pemuatan



35



berdasarkan level penggalian antara alat muat dan alat angkut dapat dibedakan menjadi dua yaitu : 



Top Loading



Kedudukan alat muat lebih tinggi dari bak truk jungkit (alat muat berada diatas tumpukan material atau berada di atas jenjang). Cara ini hanya di pakai pada alat muat Back Hoe. Selain itu operator lebih leluasa untuk melihat bak dan menempatkan material. 



Bottom Loading



Ketinggian atau kedudukan alat angkut dan truk jungkit adalah sama. Cara ini hanya di pakai



pada



alat



muat



Back



Hoe



dan



Wheel



loader.



36



2.9 Keserasian Kerja Alat (Match Factor) Secara teoritis produksi alat muat haruslah sama dengan produksi alat angkut, sehingga perbandingan antara alat angkut dan alat muat mempunyai nilai 1. Untuk menghitung Match Factor (MF) dapat dirumuskan sebagai berikut : MF = Na x n x CTm Nm x CTa Ket: MF = Match Factor Na : Jumlah alat angkut (unit) CTm = Waktu edar pemuatan (menit) Nm = Jumlah alat muat (unit) CTa = Waktu edar alat angkut (menit) n pengisian = Jumlah pengisian 2.10 Geometri dan Kondisi Jalan Angkut Adapun faktor-faktor yang merupakan geometri penting yang akan mempengaruhi keadaan jalan angkut adalah sebagai berikut : a.



Lebar Jalan Angkut Lebar



Dengan persamaan sebagai berikut : L = ( n Wt) ( n 1)(0,5 Wt) ; meter Ket: L = Lebar minimum jalan angkut lurus (meter) n = Jumlah jalur



37



Wt = Lebar alat angkut total (meter) Lebar pada jalan tikungan, Lebar jalan angkut pada tikungan selalu lebih besar daripada lebar pada jalan lurus Untuk jalur ganda, lebar minimum pada tikungan dihitung berdasarkan pada : 1. Lebar jejak ban 2. Lebar juntai atau tonjolan (overhang) alat angkut bagian depan dan belakang roda saat membelok 3. Jarak antara alat angkut yang bersimpangan 4. Jarak (spasi) alat angkut terhadap tepi jalan. Perhitungan terhadap lebar jalan angkut pada tikungan atau belokan dapat menggunakan persamaan : W= n (U + Fa + Fb + Z) +C C = Z = ½ (U + Fa + Fb) Ket : W : Lebar jalan angkut minimum pada tikungan (meter). Ad : Lebar juntai depan (meter) (Jarak as roda depan truk dengan bagian depan truk). Ab : Lebar juntai belakang (meter). (Jarak as roda belakang truk dengan bagian belakang truk). Fa : Selisih lebar jejak ban depan dan belakang saat tikungan dilihat dari depan (meter). (dikoreksi dengan sudut penyimpangan (α) x Ad). Fb : Selisih lebar jejak ban depan dan belakang saat tikungan dilihat dari belakang, (meter). (dikoreksi dengan sudut penyimpangan (α) x Ab).



38



U : Lebar antara jejak roda alat angkut(meter). C : Jarak antara dua alat angkut yang (meter). Z : Jarak alat angkut dengan tepi jalan (m). 2.11 Pola Pemuatan Kegiatan Penggalian batubara di PT. Bukit Asam dilakukan secara mekanis dengan menggunakan kombinasi 1 unit excavator Komatsu PC 750SE-6 dan 9 unit truk Hino FM 260 JD, untuk untuk material yang agak keras dilakukan pembongkaran dengan menggunakan bulldozer yang dilengkapi dengan alat garu (ripper). Excavator Komatsu PC 750SE-6 merupakan alat mekanis yang digunakan untuk kegiatan gali muat batubara sedangkan truk Hino FM 260 JD merupakan alat mekanis yang digunakan untuk kegiatan pengangkutan batubara. Kemudian, alat mekanis yang digunakan adalah 2 (dua) unit Bucket Wheel Excavator, 2 (dua) unit Belt Wagon, 2 (dua) unit Cable Rair Car, 2 (dua) unit Hooper Car dan 1 (satu) unit Spreader. 2.12 Jadwal Kerja dan Waktu Kerja Efektif Jadwal Kerja Dalam pengaturan kegiatan kerja PT. Bukit Asam, telah menetapkan jadwal waktu kerja berdasarkan satu hari kerja. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Hari Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Jadwal Kerja Waktu Kerja Jumlah Shift Shift Waktu Kerja ( Siang Malam Jam ) Total 153 jam. Jumlah waktu yang tersedia rata-rata perhari, yaitu : 153jam / minggu = 7 hari / minggu = 21,86 jam/hari = 1.311,43 menit/hari Besarnya hambatan-hambatan baik yang dapat ditekan maupun tidak dapat ditekan pada alat muat diproleh dengan mengambil rata rata waktu hambatan Hambatan Kerja Alat Muat (Menit) Hambatan Kerja Alat Angkut (Menit).



39



2.13 Waktu Kerja Efektif Effisiensi kerja adalah perbandingan antara waktu yang dipakai untuk bekerja dengan waktu total yang tersedia. Effisiensi kerja dapat digunakan untuk menilai baik tidaknya pelaksanaan suatu pekerjaan. Effisiensi kerja untuk alat muat yaitu 71,41 % sedangkan untuk alat angkut 67,44 % 2.14 Pengaruh Kondisi Lapangan Terhadap Peningkatan Produksi Dalam usaha peningkatan produksi, selain memperhatikan faktor-faktor produksi dan kemampuan alat mekanis, dalam berproduksi juga perlu memperhatikan faktor-faktor yang lain seperti kondisi jalan angkut, kondisi tempat kerja, dan geometri jalan angkut



40



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan PT. Bukit Asam merupakan perusahaan tambang batubara milik negara yang memiliki daerah operasi di Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim, Sumatra Selatan. Dengan izin usaha Pertambangan 15.421 Ha. Pada saat ini PT. Bukit Asam untuk Unit Penambangan Tanjung Enim (UPTE) beroperasi di empat lokasi (site), yaitu Tambang Air Laya (TAL), Muara Tiga Besar Utama (MTBU), Muara Tiga Besar Selatan (MTBS) dan Banko. Tambang Banko terdiri dari Tambang Banko Barat dan Tambang Banko Tengah. Tambang Banko Barat juga dibagi lagi menjadi menjadi dua bagian daerah penambangan yaitu Banko Barat Pit 1 (meliputi pit 1 barat dan pit 1 Timur) dan Banko Barat Pit 3 (meliputi pit 3 Barat dan pit 3 timur). Kegiatan penambangan batubara di PT. Bukit Asam, Tbk Unit Penambangan Tanjung Enim (UPTE) dilakukan dengan menggunakan metode strip mining. Target produksi lapisan tanah penutup batubara di Banko Barat Pit 1 sebesar 350.000 BCM/bulan ,sedangkan produksi lapisan tanah penutup batubara yang terealisasi saat ini adalah sebesar 259.616, 7 BCM/bulan. Kegiatan penambangan PT. Bukit Asam di Banko Barat Pt 1 dilakukan dengan menggunakan kombinasi excavator dan truck. Setiap lapisan di Banko Barat Pit 1 memiliki kekerasan material yang masih bisa digaru menggunakan ripper (bulldozer Caterpillar D9R dan D8R), alat muat material yang digunakan yaitu excavator dengan tipe Caterpillar 385C, dan alat angkut material yang digunakan yaitu Dump Truck tipe 773E dan Scania P420. Keberadaan alat mekanis ini sangat penting dalam upaya mengejar target produksi yang telah ditentukan oleh perusahaan itu sendiri. Pentingnya memperkirakan produksi dari alat muat dan alat angkut ini karena ada keterkaitan dengan target produksi yang harus dicapai oleh perusahaan, serta hubungan antara sasaran produksi dengan produksi alat juga akan menentukan jumlah alat muat dan alat angkut yang harus dipakai guna memenuhi target tersebut.



41



DAFTAR PUSTAKA 1. Yanto Indonesianto, 2005, Pemindahan Tanah Mekanis,UPN Veteran Yogyakarta 2. Komatsu Inc, 2004, Komatsu Performance Hand Book, 25 th Edition, Japan. 3. Partanto Prodjo Sumarto, 1995, Pemindahan Tanah Mekanis, ITB, Bandung. 4. Partanto Prodjo Sumarto, 1989, Tambang Terbuka (Surface Mining), ITB, Bandung. 5. Walpole, Ronald E., 1995, Pengantar Statistika, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 10 6. https://docplayer.info/137508-Kajian-teknis-produktifitas-alat-muat-dan-alat-angkutbatubara-pada-penambangan-batubara-di-pt-bukit-asam-site-mtbu-tanjung-enim-sumateraselatan.html 7. https://analis.co.id/ptba-bukit-asam-tanjung-enim.html 8. http://repository.unisba.ac.id/handle/123456789/5313



42