Makalah Radio [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH



TEORI-TEORI YANG BERKAITAN DENGAN PENYIARAN PADA RADIO



Logo



NAMA NIM JURUSAN FAKULTAS UNIVERSITAS



ABSTRAK Radio adalah teknologi yang digunakan untuk mengirim sinyal dengan modulasi dan radiasi elektromagnetik (gelombang elektromagnetik). Radio merupakan salah satu media massa yang erat kaitannya dengan kebutuhan masyarakat yang mampu memberikan berbagai jenis informasi, hiburan dan pendidikan. Radio sebagai sarana komunikasi massa yang efektif dalam menyebarkan informasi, berbagai jenis informasi dapat disampaikan dengan audio yang jelas dan dalam bahasa yang mudah dipahami oleh masyarakat umum. Penulis berusaha untuk menjelaskan teori-teori teknik siaran seperti apa yang digunakan oleh penyiar radio dan mengidentifikasi teknik siaran yang diterapkan. Beberapa teori yang dikumpulkan oleh penulis diantaranya adalah, Jenis-jenis siaran radio, Announcing skill pada penyiar radio, syarat-syarat penyiar, karakteristik penyiar serta Teknik Suara, Verbal Untuk Penyiar, dan Teknik Penyiaran. Data dikumpulkan dilakukan dengan cara mengumpulkan dari berbagai buku yang telah ada. Kata kunci: Siaran, Penyiar, Radio, Komunikasi



ABSTRACT Radio is a technology used to send signals by modulation and electromagnetic radiation (electromagnetic waves). Radio is one of the mass media that is closely related to the needs of the community that is able to provide various types of information, entertainment and education. Radio as an effective means of mass communication in disseminating information, different types of information can be conveyed with clear audio and in a language that is easily understood by the society. The author seeks to explain what theories of broadcast techniques are used by radio broadcasters and identify the broadcast techniques applied. Some of the theories collected by the authors include, Types of radio broadcasts, Announcing skills in radio broadcasters, the requirements of broadcasters, the characteristics of broadcasters as well as Sound Techniques, Verbal for Broadcasters, and Broadcasting Techniques. Data collected is done by collecting from various existing books. Keywords: Broadcast, Broadcaster, Radio, Communication



BAB I PENDAHULUAN



A. LATAR BELAKANG Radio dapat dikatakan sebagai salah satu media massa elektronik yang berfungsi untuk menyebarkan informasi kepada masyarakat dalam lingkup yang luas dan dapat dilaksanakan secara bersamaan. Publik dapat menerima informasi atau pesan langsung dari tempat kejadian. Radio menunjukkan kemampuan media massanya dalam cara yang berbeda, dilihat dari perbandingan salah satu sistem distribusinya, yaitu antara satelit digital atau online. Radio merupakan salah satu media massa yang erat kaitannya dengan kebutuhan masyarakat yang mampu memberikan berbagai jenis informasi, hiburan dan pendidikan. Radio sebagai sarana komunikasi massa yang efektif dalam menyebarkan informasi, berbagai jenis informasi dapat disampaikan dengan audio yang jelas dan dalam bahasa yang mudah dipahami oleh masyarakat umum. Radio juga dapat menimbulkan kecanduan bagi masyarakat karena tidak bisa mengabaikan kebiasaan mendengarkan, karena Radio memberikan kepuasan tersendiri bagi pendengarnya. Dalam radio, perhatian besar diberikan pada cara berkomunikasi dengan masyarakat, oleh karena itu beberapa radio memiliki karakteristik sendiri dalam mentransmisikan atau berkomunikasi untuk menarik pendengar sebanyak mungkin. B. RUMUSAN MASALAH Dalam makalah ini pun dirumuskan juga berbagai rumusan masalah yang akan dibahas yakni: 1. Apa saja teori-teori yang berkaitan dengan penyiaran pada radio serta penjelasannya secara lengkap? C. TUJUAN PENULISAN MAKALAH: Sejalan dengan apa yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah, maka tujuan dari penulisan ini adalah :



1. Mengetahui teori-teori yang berkaitan dengan penyiaran pada radio serta penjelasannya secara lengkap BAB II ISI



A. JENIS-JENIS PENYIARAN RADIO Jenis-jenis siaran radio bisa terbagi pada 4 kategori, yakni dilihat dari segi frekuensi, gelombang, dari penyelenggara, dan dari perkembangannya. 1. Berdasarkan Frekuensi Frekuensi adalah ukuran jumlah putaran ulang per peristiwa dalam selang waktu yang diberikan. a. Amplitudo Modulasi (AM) Saluran AM merupakan saluran yang pertama kali digunakan dalam teknologi penyiaran. Menurut ketentuan internasional, saluran AM berada pada blok frekuensi 300-3000 KHz. Pada sistem AM, sinyal informasi mengubah-ubah amplitude gelombang pembawa, namun frekuensinya tetap. Dalam memancarkan sinyal, saluran AM memanfaatkan gelmbang elektromagnetik bumi atau yang disebut dengan ground waves dan juga gelombang udara atau sky waves. Kedua jenis gelombang ini dapat membawa sinyal ke wilayah yang sangat jauh. Itu sebabnya mengapa radio AM mampu menyampaikan siarannya hingga ke tempat yang sangat jauh. b. Frekuensi Modulasi (FM) Saluran FM ditetapkan secara internasional berada pada blok frekuensi VHF (very high frequency), yaitu 30-300 MHz. Di Indonesia, rentang pita frekuensi yang dialokasikan untuk siaran FM berada diantara 87,5 – 108 MHz. Pada wilayah frekuensi ini secara relatif, bebas dari gangguan baik atmosfir maupun interferensi yang tidak diharapkan. Jangkauan dari sistem modulasi ini tidak sejauh, jika dibandingkan pada sistem modulasi AM dimana panjang gelombangnya lebih panjang.



Luas wilayah yang dapat dicakup siaran FM merupakan kombinasi dari daya watt dan tinggi tiang pemancar. Semakin tinggi daya watt stasiun FM, semakin tinggi tiang pemancar, maka semakin kuat sinyal yang dipancarkan. Keunggulan saluran FM dibandingkan AM adalah pada kualitas suara yang sangat bagus. Saluran ini nyaris bebas dari gangguan udara. 2.



Berdasarkan Gelombang a. Gelombang panjang ( long wave )



Gelombang jenis ini memiliki signal yang panjang sehingga mampu menjangkau range area yang sangat luas. b. Gelombang pendek ( short wave ) Gelombang yang menggunakan udara sebagai mediator. Gelombang ini mempunyai ruang frekuensi yang sangat lebar yaitu dari 1600 KHz sampai 30.000 KHz. c. Gelombang medium (medium wave) Gelombang yang menggunakan permukaan bumi sebagai mediator. Gelombang ini berada pada jalur 540 sampai 1600 KHz. Secara umum kebanyakan gelombang yang dipakai oleh stasiun radio. Jenis yang dipakai oleh gelombang ini adalam AM (amplitude modulation) dan FM (frequency modulation).



B. ANNOUNCING SKILL PADA PENYIAR RADIO Teknik announcing dalam menunjang kualitas penyiaran pada radio berperan penting dalam keberlangsungan siaran radio. Oleh karena itu penulis tertarik untuk menjelaskan beberapa Teknik Announcing terhadap peningkatan kualitas penyiaran radio. Enam Kunci Utama yang akan diperjelas dalam penulisan kali ini adalah beberapa Teknik Pengutaraan: 1. Phrasing adalah Pembagian / pemenggalan kata dalam sebuah kalimat. Bertujuan untuk memudahkan pendengar menerima pesan dengan jelas, tepat, serta tanpa keraguan. Contoh: Kucing makan ikan mati; Pegawai baru masuk kantor baru mulai jam 10.00 pagi.; Selamat malam pendengar RRI Jakarta hari ini memasuki usianya yang ke 55 tahun.



2. Articulation, yakni kejelasan dalam pengucapan huruf, suku kata ataupun kata HURUF (Konsonan / Vokal). Misalnya: Varia & Paria; Fakta & Pakta; Indonesia & Endonesya / Endoneisya SUKU KATA Misalnya : Telah & tengah; Malam & malang KATA Misal : Debirokratisasi; Kesejahteraan; Keleluasaan 3. Speed / Kecepatan ujaran. berdasarkan Panduan adalah (110 – 130) kata per menit. Yang perlu diperhatikan adalah: Lambat Monoton; Cepat Tidak peduli, tidak tertarik/tidak paham pada apa yang disampaikan 4. Stressing. Stressing sendiri terbagi menjadi tiga makna, pertama Memberi tekanan pada kata-kata yang dimaksud Misalnya: Pak Mulya telah menulis tiga buah buku pelajaran fisika. Kedua, Memperlambat penucapan kata yang dimaksud. Misalnya: Anehnya ketika bentrokan itu terjadi, aparat keamanan justru meninggalkan tempat tersebut. Ketiga, Memperlama pause atau berhenti sebelum dan sesudah kata tersebut diucapkan Misalnya: Setelah dia pergi, baru saya merasa…….betul-betul……. kehilangan 5. Intonation. Intonation adalah Tinggi rendah, irama, lagu kalimat. Tujuannya adalah untuk Menghindari monoton, kejenuhan, mempermudah pengertian. Adapun Panduan yang digunakan: Gaya berbicara sehari-hari yang wajar; Sesuaikan dengan konteks kalimat. catatan; Dalam praktek teknik pengutaraan antara stressing dan intonasi tidak dapat dipisahkan / saling berpengaruh membentuk gaya (ciri – khas) penyampaian. 6. Pause. Pause artinya adalah Istirahat sejenak Bagi seorang penyiar, seperti: Ambil Nafas; Melirik baris berikut. Bagi seorang Pendengar: Memperoleh kesempatan untuk memahami apa yang disampaikan, terutama dalam kalimat kalimat panjang yang telah di sampaikan.



Pengertian Announcer adalah Orang Yang menyajikan materi siaran kepada Pendengar. Menurut Asep Syamsul M. Romly (2009). Penyiar (Broadcaster) adalah ujung tombak radio. Mewakili radio, Penyiar juga berinteraksi langsung dengan pendengar. Dengan kata lain, penyiar adalah penonton yang menyiarkan karya, menyajikan produk komersial, menyiarkan berita, berperan sebagai presenter atau bahkan menjadi komedian, menjadi pewawancara, memimpin diskusi kuis atau bahkan menjadi seorang Narator.



Menjadi penyiar pun sesungguhnya memiliki syarat-syarat umum yang mesti dimiliki yaitu: a. Mempunyai Kualitas vokal yang memadai b. Mampu melakukan Script Reading yang baik c. Memperlihatkan simpati dan empati kepada pendengar d. Kreatif dan selalu berusaha memberikan ide segar dalam siaran e. Mampu bekerja sama dengan tim f. Memiliki Gaya Bicara yang baik dan pengucapan yang cermat g. Kepribadian suara yang khas dan tidak dibuat-buat. C. SYARAT-SYARAT PENYIAR Setiap orang bisa menjadi penyiar radio, dengan syarat “tidak bisu”. Untuk mengoptimalkannya keterampilan komunikasinya perlu mempelajari hal-hal penting dalam komunikasi, seperti yang disebutkan oleh seorang filsup Aristoteles yakni: Science (ilmu pengetahuan), Art (seni), skill (keterampilan), serta untuk menjadi penyiar radio dimasa sekarang, paling tidak memenuhi beberapa kriteria di bawah ini (Harley Prayuda dan Rustam, (2013: 44): A. Memiliki kualitas suara yang memadai. Dalam menilai kualitas suara yang memadai dan tidak memadai, sangat tergantung pada penilaian pendengar. Oleh karena itu dalam merekrut penyiar perlu memperhatikan apakah suara penyiar sudah dan dianggap cocok untuk segmen radio atau tidak. Misalnya, jika segmen radio dewasa penuh dengan vokal dan gaya anak muda, jelas hasilnya tidak maksimal jika digunakan untuk menjangkau pendengar dewasa. Sebaliknya. Yang terpenting adalah bagaimana seorang penyiar mampu mengoptimalkan jenis suara agar sesuai dengan harapan jadwal acara dan harapan pendengar. B. Mampu "adlibbing" dan "scriptreading". Kefasihan berbicara yang mengalir secara alami apa adanya, tidak dibuat-buat, jujur, jelas, jelas akan sangat dipengaruhi oleh intuisi yang luas dan latihan-latihan khusus. Oleh karena itu, lembaga penyiaran harus berpidato dan mampu menganalisis situasi dan kondisi dari berbagai aspek, seperti ppenyiarngan ideologis, politik, sosial, budaya, serta bidang lain yang terkait dengan penyiaran. Selanjutnya juga harus dipahami dampak dari materi yang dibahas terutama dampak negatif yang berakibat



fatal bagi stasiun radio dan citranya, hal ini dapat dilakukan dengan adlibbing menjadi positif. Kemampuan membaca skrip diperlukan. Hindari kesalahan membaca hanya karena C. Pahami format radio dan "formatclock". Penyiar harus memahami format radio. Format di sini lebih merupakan bahan dasar atau rencana program yang ditujukan untuk audiens tertentu. Memahami format radio berarti memahami "pemosisian stasiun" yang mengacu pada perbedaan dari stasiun lain untuk membangun kesetiaan pendengar, penetrasi pesan yang lebih dalam. Penyiar harus memahami "kebutuhan dan keinginan" pendengar. Saat menjalankan format, setiap stasiun radio akan memiliki log siaran atau panduan siaran yang berisi catatan siaran dari waktu ke waktu. Format jam adalah urutan kerja mulai dari daftar putar, sistem rotasi musik, iklan, tampilan radio, penentuan posisi stasiun, ID / jingle, toleransi waktu bicara penyiar. Log siaran ini adalah materi siaran yang dapat dikerjakan oleh penyiar atau operator, log siaran ini adalah penjelasan rinci dan sederhana untuk orang yang bertugas. D. Memahami segmen radio secara menyeluruh. Penyiar memahami segmen radionya secara menyeluruh berarti memahami target audiensnya, penyiar perlu mengetahui dengan pasti siapa pendengarnya: pria/wanita, usia, pendidikan, pekerjaan, tingkat pengeluaran rumah tangga bulanan, tempat tinggal, minat dan program apa yang mereka butuhkan dan Bagaimana . Mengetahui audiens target Penyiar akan lebih menguntungkan bagi radio itu sendiri. E. Tunjukkan simpati dan empati kepada pendengar. Penyiar harus mampu berempati, artinya dalam upaya melayani secara optimal harus mampu menciptakan rasa kedekatan dengan pendengar, mereka harus mampu berpikir dari sudut ppenyiarng pendengar atau berempati. F. Mampu menghasilkan ide-ide segar dan kreatif dalam penyiaran. Seorang penyiar harus menjadi kreator, agar pendengar tertarik pada setiap siarannya, selalu menghasilkan ide atau gagasan baru, dan selalu kreatif dalam mengajukan hal-hal baru sesuai dengan kondisi atau tren perkembangan. G. Mampu bekerja dalam tim. Penyiar mampu memiliki kemampuan untuk bekerja sama dan saling memahami, menghargai dan mengingat satu sama lain untuk menghasilkan hasil siaran yang berkualitas.



Menurut Asep Syamsul M. Ramli, (2004: 3233) ada 3 keterampilan utama yang mutlak harus dimiliki penyiar, a. Berbicara, Pekerjaan seorang penyiar adalah berbicara, mengeluarkan suatu atau melakukan komunikasi secara lisan. Karena itu seorang penyiar harus lancer bicara dengan kualitas vokal yang baik. Seperti pengaturan suara, pengendalian irama, tempo, artikulasi, dan sebagainya. Kelancaran berbicara dengan kualitas vokal yang baik dapat dibentuk dengan: 1) Latihan pernafasan, untuk mengeluarkan suara diafragma. 2) Latihan Intonasi (nada suara untuk berbicara secara berirama). 3) Latihan aksentuasi untuk mampu berbicara dengan penekanan pada kata- kata tertentu. 4) Latihan speed atau kecepatan bicara. 5) Latihan artikulasi atau kejelasan kata-kata. b. Membaca, dalam hal ini maksudnya adalah membaca naskah siaran namun terdengar sebagai bertutur atau tidak membaca naskah. c. Menulis, dalam hal ini maksudnya adalah menulis naskah siaran karena sering kali penyiar harus menyiapkan naskah siaran sendiri. Karena seorang penyiar harus memiliki kemampuan menulis naskah. Jadi peran seorang penyiar pada dasarnya adalah sebagai komunikator , yaitu menyampaikan segala bentuk informasi kepada khalayak. Fungsi komunikator menurut Onong Uchana Efendi (2002:6) adalah mengungkapkan pikiran dan perasaannya. perasaan dalam bentuk pesan agar komunikator mengetahui atau mengubah sikap, pendapat, atau perilakunya. Menurut Masduki, (2004:119) ada tiga keterampilan yang harus dimiliki penyiar, yaitu: a. Keterampilan Announcement, yaitu kemampuan untuk mengatakan segala sesuatu tentang musik, kata-kata atau lirik dari lagu yang disajikan. b. Keterampilan operasional, keterampilan mengoperasikan semua peralatan transmisi . c. Sentuhan musik, kemampuan merangkai musik dalam urutan yang menyentuh emosi pendengar. Selera dalam pemilihan.



Sedangkan menurut Harley Prayuda, (2005: 8889) Untuk memiliki kualitas yang baik dari dalam diri seorang penyiar, setidaknya dapat memenuhi kriteria sebagai berikut: a. Penyiar harus memiliki kualitas suara yang memadai. Dan menilai apakah kualitas suaranya memadai atau tidak sangat tergantung pada pendengarnya. Salah satu yang terpenting adalah bagaimana seorang presenter mampu mengatur jenis suara agar sesuai dengan rencana program dan harapan pendengar. b. Ia memiliki visi dan pidato yang luas serta mampu menganalisis situasi dan kondisi dari berbagai aspek, misalnya ppenyiarngan ideologis, politik, sosial, budaya dan bidang lain yang terkait dengan penyiaran. Dengan intuisi dan pengetahuan yang luas dari para penyiar , akan mampu melakukan teknik adibbing dan membaca skrip. c. Dalam menjalankan fungsinya, seorang penyiar harus memahami format radio, baik format kata maupun format musik, serta aturan lain yang berlaku pada stasiun radionya. Yang jelas format di sini lebih merupakan bahan dasar atau rencana program yang ditujukan untuk audiens tertentu. d. Sangat memahami tujuan dari acara radio itu sendiri. Karena penyiar harus sangat memahami target audiens . Penyiar juga wajib mengetahui program apa yang dibutuhkan pendengar dan disukai pendengar. e. Penyiar harus bisa menunjukkan simpati dan juga harus bisa berempati, artinya dalam upaya melayani secara optimal, mereka harus bisa menciptakan rasa kedekatan dengan pendengar, serta bisa berpikir dari sudut ppenyiarng orang lain, seperti meninjau melalui perspektif pendengar. f. Seorang penyiar harus menjadi pencipta atau menghasilkan ide segar dan kreatif dalam siarannya, karena tugasnya menghibur pendengar dengan kata-katanya. penyiar yang tidak memiliki kemampuan ini tampilan siaran akan terasa hambar dan membosankan. Jika seorang penyiar kreatif dalam mengembangkan kata-kata dalam siarannya, maka pendengar akan merasa lebih bahagia dan tidak mudah bosan. g. Memiliki kemampuan bekerja sama dalam tim dan mampu memahami, menghargai dan mengingatkan satu sama lain untuk menghasilkan output siaran yang berkualitas. Menjadi penyiar yang baik benar-benar harus bangga dengan pekerjaannya , yang berarti dia mampu dan memperhatikan hal-hal kecil dan cara kerja atau prosedur dan sistem dan bagaimana peraturan ditegakkan.



h. Saat menyiarkan siaran, penyiar harus menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan familiar. Selain itu, lembaga penyiaran juga diharapkan dapat menahan dalam hal fisik, tetapi juga dalam hal penggunaan bahasa sebagai alat untuk menyalurkan pikiran dan perasaan serta mengkomunikasikannya secara sederhana. D. KARAKTERISTIK PENYIAR Karakteristik Penyiar Penyiar terkadang digambarkan sebagai orang yang ideal. Sifatsifat ideal tersebut antara lain: kehangatan dan kasih sayang, rasa humor, kecerdasan, rasa berbagi, teman yang selalu menemani dengan baik, yang dapat dipercaya, kepercayaan diri, semangat dan optimisme. Menurut Harley Prayuda dan Rustam, (2013: 43) pada realitasnya penyiar profesional harus ppenyiari memainkan peran. Peran harus dilihat dengan sesuatu yang objektif, karena mereproduksi emosi secara berlebihan akan membuat penyiar monoton dan akan berdampak pada minat pendengar. Inilah sebabnya mengapa penyiar tidak cukup memiliki kepercayaan diri, antusiasme, dan optimisme. Mengapa suatu program menarik atau tidak ditentukan oleh hasil reaksi pendengar. Air Personality sebuah radio akan berguna jika terus dibicarakan oleh operator siarannya, karena mengacu pada tujuan yang harus dicapai oleh stasiun radio dengan dampaknya terhadap masyarakat. Selain , penyiar harus fokus pada peran yang dimainkan oleh dalam upaya mempertahankan Air Personality yang dibangun oleh stasiun radio. Harley Prayuda dan Rustam, (2013: 43) juga menyatakan bahwa komunikasi radio hanya suara: suara dan kata-kata manusia, suara musik dan efek suara. Pendengar tidak dapat melihat bagaimana penciptaan ilusi menjadi seolah-olah nyata, dengan imajinasi pendengar melalui berbagai aspek suara. Siaran di radio menciptakan banyak karakter dan situasi dalam imajinasi pendengar. Contoh penyiar dewasa adalah suara yang



penuh resonansi dan



perhatian saat berbicara, yang biasanya terekam dalam imajinasi pendengar. Selanjutnya, pendengar tidak memiliki batasan untuk membayangkan penyiar dari siaran yang didengarnya. Oleh karena itu, seorang penyiar harus memiliki suara yang menyenangkan D. TEKNIK SUARA, VERBAL UNTUK PENYIAR, DAN TEKNIK PENYIARAN Seorang penyiar yang baik harus memiliki suara yang bagus, bahasa verbal yang tepat, dan gambar yang menarik. Suara atau suara yang bagus adalah suara yang tidak terlalu keras dan tidak terlalu rendah. Jika terlalu tinggi terkesan tegang dan jika terlalu rendah terdengar seperti bisikan. Vokal atau suara yang baik akan terdengar jelas dan menyenangkan. Tidak



ada definisi suara yang bagus atau suara yang sudah menjadi stpenyiarr di manapun karena semua suara atau suara seseorang memiliki "timbre" dan semuanya unik. Begitu juga dengan menit seorang penyiar. Aspek verbal menyangkut pemilihan kata dan frasa oleh penutur dalam menyampaikan suatu percakapan, termasuk cara pengucapannya. Sementara gambargambar itu berkaitan dengan penampilan luar seorang penyiar baik apa yang dia kenakan maupun ekspresi wajah dan gerak-geriknya ketika berbicara di depan umum. Hal ini sesuai dengan pendapat Albert Al Mahrabain dalam 3V of Communication yang menjelaskan dalam Public Speaking minimal ada 3 hal yang harus diperhatikan dan dioptimalkan yaitu Verbal/Kalimat, Voice/Suara/Vocal dan Visual/Penampilan/apa yang tampak oleh audien dari seorang penyiar. Seperti apapun jenis suara yang dimiliki sama-sama memiliki potensi untuk menjadi suara yang baik asal dikelola dengan baik. Dalam makalah kali ini, penulis akan membahasnya secara singkat dan sekaligus memberikan contoh-contoh latihan untuk mengoptimalkan kualitas dan kemampuan dalam hal vocal, verbal dan visual sebagai modal dasar Penyiaran. 1. Teknik Vokal/Suara Suara dihasilkan dari getaran pita suara saat manusia berbicara atau mengeluarkan katakata. Suara bisa menjadi daya tarik/point of interest luar biasa bagi seseorang. Seorang pendengar perempuan bisa menikmati siaran radio berjam-jam karena penyiarnya memiliki suara yang berkarakter dan nyaman, oleh karena itu suara pada penyiar juga perlu perhatian khusus. Suara manusia dibagi menjadi beberapa jenis untuk pria dan wanita. A. Jenis suara pria. Suara laki-laki dibagi menjadi tiga dan tepatnya: 1) Tenor, yaitu suara laki-laki bernada tinggi 2) Baritone, yaitu suara antara Tenor dan Bass 3) Basso, yaitu nada rendah suara pria B. Jenis suara wanita. Suara wanita juga dibagi menjadi tiga: 1) Soprano, adalah suara wanita tertinggi dan sangat dominan dalam musik klasik. Soprano berarti melampaui atau super.



2) Mezosopran, adalah suara perempuan yang berada di tengah-tengah antara sopran dan alto/kontalto. 3) Alto/alto, merupakan suara rendah pada wanita. Meski belum ada ahli yang mampu merumuskan secara pasti seperti apa suara yang bagus itu, setidaknya penulis merumuskan bahwa suara yang bagus adalah suara yang bisa membuat orang yang mendengarnya merasa nyaman atau yang dikenal dengan suara tersenyum. Beberapa kriteria nilai yang baik, antara lain; a. Nada yang menyenangkan, membawa rasa persahabatan dan keakraban. b. Kedengarannya alami dan mencerminkan kepribadian penyiar yang sebenarnya. c. Dinamis, bertenaga dan memiliki kekuatan bahkan ketika berbicara tidak dengan nada keras atau keras. d. Ekspresif, mengungkapkan berbagai makna dan rasa serta tidak monoton. e. Mudah didengar, dipahami, volume cukup untuk didengar dan jelas. Suara seseorang dapat digolongkan ringan/tipis, namun bila ditangani dengan benar dengan teknik vokal yang benar, suara tersebut dapat berkarakter dan membuat orang merasa nyaman. Penulis ini menunjukkan bahwa apa pun jenis suara yang penyiar miliki, asalkan dilatih dengan benar, Penyiar dapat menjadi penyiar yang penyiarl. Meski untuk keperluan tertentu diperlukan suara yang berat dan padat, seperti untuk presenter formal. Namun, untuk tujuan lain tidak harus demikian. Beberapa hal yang berhubungan dengan teknik vokal adalah: a. Nada adalah nada suara. Hal ini harus diperhatikan agar pendengar tidak cepat bosan dengan ucapan penyiar yang datar. Untuk presentasi dalam ruangan, nadanya berkisar dari Do, Re, dan Mi. Pemilihan nada suara juga mempertimbangkan jumlah peserta, tempat kegiatan dan kondisi lingkungan tempat kegiatan berlangsung. Termasuk



ada tidaknya



sistem audio dan kualitas sistem audio tersebut. Misalnya, untuk kegiatan kelas, suara penyiar harus didengar dengan jelas oleh peserta yang duduk di kursi belakang. b. Kekuatan adalah kekuatan suara. Kekuatan suara yang dihasilkan harus sesuai dengan penggunaan kata. Penyiar juga harus memperhatikan perubahan kekuatan dalam presentasinya. Pilihan daya juga harus mempertimbangkan sifat acara indoor atau outdoor, serta ketersediaan atau kualitas speaker/sound system.



c. Timbre adalah warna suara. Suara yang ekspresif akan sangat mudah mempengaruhi pendengar. d. Kecepatan / waktu. Stpenyiarr kecepatan suara harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta kebutuhan. Ada kalanya penyiar berbicara dengan tempo lambat, sedang, dan cepat. Ada juga saat penyiar berbicara dengan tempo yang bervariasi/dinamis. e. Volume adalah kebulatan suara dan nada suara. f. Napas. Pernapasan yang dianjurkan untuk kegiatan berbicara di depan umum adalah pernapasan diafragma. Pernapasan diafragma lebih dalam dan lebih tahan lama, suaranya lebih dalam, kekuatannya lebih kuat dan lebih enak didengar. Selain itu, panjang nafas juga harus diperhatikan. Untuk seorang penyiar, durasi napas minimum minimal 18 detik tanpa gangguan. Napas merupakan model penting bagi seorang penyiar karena pernapasan yang baik akan mendukung lahirnya suara yang berkualitas. Teknik pernapasan yang dianjurkan adalah pernapasan diafragma, bukan pernapasan dada atau leher karena biasanya tidak berlangsung lama dan cepat lelah. g. Artikulasi. Artikulasi artinya kejelasan pengucapan huruf demi huruf, kata demi kata dan kalimat demi kalimat. h. Vibrasi yaitu proses menciptakan getaran-getaran halus pada suara, Selain itu, seorang penyiar juga harus mengetahui istilahistilah yang familiar dalam suara dan teknik suara/vokal. Diantaranya adalah: a. Pitch yaitu ketepatan dalam menjangkau nada. Nada yang false biasanya disebabkan oleh lemahnya “control pitch”. b. Duration yaitu lamanyan suatu nada dibunyikan. c. Timbre yaitu warna suara. d. Ambitus yaitu wilayah jangkauan nada yang bisa dijangkau seseorang e. Cresendo yaitu suara yang awalnya rendah/pelan lalu lama kelamaan menjadi keras/tinggi f. Descresendo yaitu kebalikan dari crescendo. g. Stacato yaitu yang terpatah-patah atau terputus-putus karena teknik tertentu.



Selanjutnya, untuk mengoptimalkan voice/vokal/suara, ada beberapa latihan yang bisa dilakukan yaitu; 1. Latihan Pengucapan Huruf (vocal dan konsonan), Kata dan Kalimat. A, I, U, E, O. AA, II, UU, EE, OO, PAPA, PIPI, PUPU, PEPE, POPO, Masyarakat, Manusia, Pergaulan, Selamat Pagi dan sebagainya.Saat membunyikan huruf-huruf demi huruf perhatikan perubahan pada bentuk mulut.Saat mengucapkan huruf A mulut terbuka,huruf I pipi ditarik ke belakang seperti orang tersenyum, U diucapkan dengan membulatkan kedua ujung bibir, huruf E diucapkan dengan mulut mirip dengan pengucapan huruf I namun lebih ditarik ke bawah. Sedangkan mengucapkan huruf O dengan membentuk bulatan di dalam rongga mulut. Ucapkan huruf demi huruf dengan singkat dan tegas. 2. Latih pengucapan huruf demi huruf dengan benar. Lakukan penekanan untuk hurufhuruf yang agak sulit diucapkan dan sering salah dalam mengucapkan seperti antara Huruf, F, V dan P. Antara Huruf F dan V yang sedikit membedakannya adalah ketika mengucapkan huruf F, terasa hembusan angin yang agak kuat. Kalau huruf V, gigi bagian atas sedikit menyentuh bibir bagian bawah. Sedangkan huruf P, B dan M adalah huruf bibir dimana saat mengucapkan huruf tersebut kedua bibir harus menyatu terlebih dahulu. 3. Latihan menarik nafas lalu menyuarakan huruf-huruf vocal secara bergantian. Contoh..AAAAA sampai nafas habis lalu ulangi. Lakukan dengan nada dasar dan lanjutkan dengan nada yang naik dan turun secara bertingkat. 4. Rilekskan rahang penyiar dan biarkan terbuka. Bersiap-siaplah menguap dari tenggorokan. Hirup dan hembuskan nafas pendek. Lalu naikan kecepatan nafas penyiar sampai penyiar Public terdengar seperti terengah-engah. Suara engahan itu harus berasal dari diafragma. Letakkan tangan penyiar di bawah tulang dada penyiar dan rasakan gerakannya. 5. Rilekskan rahang penyiar dan buka. Lalu hiruplah nafas panjang lalu rasakan paru-paru penyiar menekan tulang rusuk bagian bawah di pinggang atas penyiar, menekan dan meratakan diafragma yang melengkung. 6. Nyalakan sebuah lilin ukuran kecil. Lalu penyiar berlatih untuk mengosongkan paruparu secara perlahan dan sangat tenang. Berusahalah selama mungkin. Antara 20 sampai 40 detik. Lakukan 4-5 kali latihan. Tutup sesi latihan dengan meniup lilin dengan satu hembusan yang keras yang dihasilkan oleh kontraksi diafragma yang sangat kuat.



7. Latihan menyuarakan bunyi huruf vocal dimulai dari nada terendah sampai nada paling tinggi. 8. Latihan nafas dan suara dengan pengucapan ERRSS. Caranya dengan menarik nafas dalam-dalam lalu mengeluarkannya dengan mengucapkan kata ERRSS sampai nafas habis. Ulangi sampai 10 kali setiap pagi. Ini disebut juga dengan latihan ban kempes. Caranya tarik nafas dalam hitungan 5, tahan selama 2 detik lalu keluarkan sehemat mungkin, perlahan sambil mengeluarkan bunyi cissss atau ersss. Berupayalah mencapai nafas dengan panjang minimal 15 detik. 9. Latihan Nyanyi Bergumam. Ini berguna untuk melatih otototot di leher dan sepenyiarr pita suara agar kuat dan lentur. Jika leher terasa panas/tegang, hentikan latihan dan segera minum air putih. 10. Latihan gumaman dasar dengan menggumamkan huruf “em”. Caranya tarik nafas dalam-dalam , tahan 1 detik lalu keluarkan nafas sambil menggumamkan huruf “em”. Ulangi untuk 5 – 10x latihan. Lalu, latih dengan menaikkan nada secara teratur mulai dari do, re, mi, fa, so, la si du (5x) dan mulai gumaman dari nada paling tinggi ke yang rendah du, si, la, so, fa, mi, re, do (5x). Latihan ini juga disebut dengan olah vocal “humming”. Latihan ini pada prinsipnya adalah untuk menggali suara dalam yang memiliki kekuatan empat kali lipat dibandingkan dengan suara yang penyiar gunakan sehari-hari untuk penyiaran biasa. 11. Latihan Bicara Bersama deru ombak. Teknik ini biasanya dipakai oleh orang yang sedang berlatih untuk menjadi orator. Tapi, bisa juga dipakai untuk jenis Public Speaking lainnya. Kegunaan latihan ini adalah melatih kemampuan penyiar untuk mengontrol suara, mengasah volume dan power suara serta melatih kesabaran. Tidak perlu berteriak, tapi cukup berbicara atau melakukan latihan Bertutur Lancar/LBL. 12. Latihan berikutnya adalah seperti yang disampaikan oleh Madame Melba dalam Dale Carnegei (2010;25) yang menyatakan bahwa untuk menyempurnakan suara yang merdu maka hal terpenting yang harus dilakukan adalah dengan pernafasan yang benar. Menurutnya, nafas adalah dasar dari suara; nafas adalah bahan baku yang menciptakan katakata penyiar. Dengan pernafasan yang benar, nada suara akan bulat dan jelas; nada suaranya menjadi menarik, bukan pelan dan parau, melainkan menyenangkan dan enak didengar. Teknik latihan pernafasan yang baik adalah latihan bernafas diafragma. Cara melatihnya adalah:



1. Berbaring telentang dan tarik napas dalam-dalam. Saat Penyiar menarik napas, cobalah untuk tidak mengangkat bahu Penyiar. Ingat, aktivitas utama dari proses ini ada di pusat tubuh Penyiar. Saat bernapas, ada bagian paru-paru yang bentuknya seperti spons dan kosong serta berisi udara sehingga mengembang. 2. Latihan lain adalah pada punggung, tarik napas dalam-dalam, letakkan jari-jari Penyiar tepat di bawah tulang dada. Rasakan otot-otot diafragma mengembang dan berkontraksi. Latihan diafragma yang dapat Penyiar lakukan 5 menit setiap malam di tempat tidur dan 5 menit saat berolahraga di pagi hari. Ada banyak manfaat lain dari latihan pernapasan diafragma ini. Di antaranya, jika dilakukan pada malam hari, latihan ini menjadi terapi relaksasi yang akan membuat Penyiar mengantuk dan tertidur. Sedangkan jika dilakukan di pagi hari akan membawa keceriaan dan kesegaran. Latihan ini tidak hanya memperpanjang usia, tetapi juga meningkatkan kualitas pernapasan (Nofrion, 2017). Untuk keperluan penyiaran, suara



harus dilatih karena suara yang terlatih akan



menghasilkan suara yang nyaman dan berkelas. Suara yang dimaksud disini adalah suara diafragma. Untuk mendapatkan suara yang berkualitas Penyiar harus menggunakan suara yang timbul dari kelenturan "diafragma" atau dari kelenturan septum toraks dan abdomen. Mekanisme kerjanya adalah diafragma yang ditekan digerakkan ke atas lagi untuk menekan paru-paru. Sehingga tekanan tersebut memberi kehidupan pada tekanan udara yang akan menyentuh pita suara, hingga suara itu datang. Penelitian telah menunjukkan bahwa suara diafragma empat kali lebih keras daripada suara yang tidak berasal dari diafragma, tanpa harus berbicara dengan keras atau mengubah warna suara. Selain itu, suara diafragma sangat hemat energi saat berbicara. 2. Teknik Verbal Manusia mengucapkan 150300 kata setiap menit. Ini berarti bahwa dalam sehari penyiar dapat mengucapkan 4550.000 kata (Kompas, 2011) dan lebih dari 80 dari apa yang penyiar katakan berpotensi mempengaruhi kehidupan seseorang dan orang dewasa menghabiskan sepenyiarr 30% dari waktu sehari-hari mereka untuk berbicara. Beberapa hal yang perlu penyiar ingat sehubungan dengan berita acara adalah: a. A. Elliot Essman, seorang trainer kelas dunia dalam public speaking, dalam bukunya You Have a Voice: Key Rules for Successful Public Speaking menyatakan bahwa



menurutnya ada 3 aturan dasar public speaking (tiga aturan dasar public speaking). publik oleh Elliot) salah satunya adalah "Less is more" artinya berbicara secara singkat. Jangan mencoba menyampaikan banyak hal dalam kesempatan diskusi/forum. Singkat di sini berarti mampu menyampaikan pesan/informasi dengan bahasa yang efektif dan efisien. Hindari frasa sampah dan penjelasan yang tidak perlu yang tidak sepenuhnya terkait dengan topik yang sedang dibahas. B. Perhatian pendengar akan berkurang atau terbagi mulai dari menit ke-10 dan akan mencapai puncaknya pada menit ke-20 karena adanya distorsi/interferensi baik eksternal maupun internal. Jika tidak ada usaha yang berarti, saat itulah penyiar mulai kehilangan pendengar/perhatian mereka. C. Suratin dalam Gentasri Anwar (2003:27) menyatakan bahwa minat pendengar akan muncul dan akan tertarik dengan apa yang penyiar sampaikan, penyiar mampu menyajikan informasi sesuai dengan kebutuhannya. Jika seorang penyiar mampu menyampaikan pesan sesuai dengan kebutuhan audiens, penyiar tidak akan pernah kehilangan pendengarnya. D. Johannes, A Wijaya (2007:18) menjelaskan bahwa dalam sebuah presentasi/pidato setidaknya ada 5 hal yang penyiar lakukan yaitu menginformasikan, membujuk, menghibur, menyentuh emosi dan memotivasi/menginspirasi untuk bertindak. Ini bukan pekerjaan mudah. Perlu latihan yang intensif dan terus menerus. E. Dalam sebuah presentasi atau kesempatan percakapan 60 detik pertama adalah saat pendengar akan menilai penyiar. Apa yang keluar dari mulut penyiar dalam 60 detik pertama akan menjadi gambaran penyiar di detik berikutnya. Berhati-hatilah untuk memilih kalimat pembuka Penyiar ketika berbicara pada setiap kesempatan. F. Dalam sebuah iklan televisi dikatakan bahwa “sastra adalah senjata”. Artinya kata-kata atau ungkapan yang keluar dari mulut penyiar ibarat senjata yang bisa penyiar gunakan untuk mencapai dan mencapai apa yang penyiar cita-citakan. Bagi yang pernah menonton film India 3 Idiots dapat mengambil pelajaran ketika Raju menghadiri sesi wawancara dengan perusahaan yang akan merekrut mahasiswa terbaik di kampusnya. Meski cacat/menggunakan kursi roda,



Raju berhasil meyakinkan



pewawancara melalui ungkapan bahwa dia adalah orang yang pantas mendapatkan kesempatan kerja ini. Hal di atas sengaja disampaikan oleh penulis agar penyiar semua mengerti bahwa salah satu kekuatan seorang penyiar adalah kekuatan bahasa/kata.



Agar kata dan frasa yang keluar dari mulut penyiar mampu menghipnotis, menyerap dan menahan perhatian pendengar serta bermanfaat, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan diamalkan: 1. Menggunakan bahasa Indonesia yang benar dan tepat. Benar artinya menurut kaidah bahasa Indonesia/EYD (sekarang disebut PUEBI) berarti



pilihan kata dan frasa



berdasarkan kebutuhan dan tujuan audiens. Masalahnya masih banyak orang Indonesia yang tidak berbahasa Indonesia dengan benar dan tepat. Apalagi bagi warga sepenyiarr, termasuk Sumatera Barat sendiri. Selain faktor kebiasaan berbahasa Indonesia yang belum mengakar, kemampuan berbahasa Indonesia terkadang terdistorsi oleh dialek daerah yang cukup berbeda. Beberapa dialek yang mudah dikenali jika berbahasa Indonesia adalah dialek Minang di daerah Solok, Bukittinggi, Payakumbuh dan Padang. Untuk keperluan penyiaran jelas perlu membersihkan bahasa Indonesia dari hal-hal tersebut. Lain halnya jika digunakan sebagai "lelucon" dalam sebuah siaran. Misalnya pada suatu penyuluhan di Sumatera Barat seorang penyelenggara penyuluhan menggunakan bahasa Indonesia, namun untuk menghidupkan suasana/menarik perhatian pendengar sewaktu-waktu pengajarnya menggunakan bahasa Minang dengan dialek daerah tertentu. Kemampuan verbal ini dapat dipelajari dan dilatih dengan model D2S. Diri, awal dan sederhana. Self artinya untuk dapat berbicara dengan kata/frasa yang bermakna, singkat, padat dan tepat, dapat dimulai dengan membiasakan diri menggunakan bahasa Indonesia dalam berbagai kesempatan. Di rumah, di sekolah, di kampus, di kantor dan sebagainya. Dalam pengalaman penulis, hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri, terutama bagi orang lain yang masih awam dengan pentingnya bahasa Indonesia. Penyiar akan menemukan hal-hal yang konyol, konyol, bahkan sinis. Namun penyiar harus yakin bahwa apapun tanggapan orang-orang di sepenyiarr penyiar, penyiar tetap tegar dan istiqamah karena apa yang penyiar lakukan adalah sesuatu yang bermanfaat bagi penyiar dan tidak merugikan orang lain. Segera artinya kebiasaan bahasa Indonesia tidak mengenal istilah terlambat. Mulai sekarang. Gunakan bahasa Indonesia minimal dari kegiatan akademik/formal. Sedangkan sederhana artinya kemampuan berbahasa Indonesia yang benar dan wajar dapat dilakukan dengan hal-hal sederhana seperti: a. Latihan membaca rutin / LMR. Setiap hari penyiar bisa membaca setidaknya satu atau dua buku atau dua kolom berita lengkap di surat kabar. Penyiar harus ingat, pilihlah



buku atau koran yang menggunakan bahasa Indonesia yang benar dan tepat. Alangkah baiknya jika penyiar membiasakan diri membaca buku-buku berkualitas setiap hari. Tidak perlu banyak, tapi rutin. b. Latihan membaca pidato / LMB. Bedanya dengan poin pertama, di LMB penyiar membaca cukup keras hingga bisa didengar oleh telinga penyiar sendiri. Yang perlu penyiar ingat adalah yang perlu diperhatikan adalah kejelasan huruf, kata dan frase yang diucapkan. Alangkah baiknya jika penyiar memiliki teman setia yang mau mendengarkan penyiar dan mau memperhatikan dan mengoreksi penyiar. c. Kelancaran / Latihan LBL. Latih keterampilan berbicara penyiar dengan terusmenerus menceritakan kisah apa pun tanpa inset / suara liar setidaknya selama 60 detik. Mulailah dengan menceritakan hal-hal lucu atau momen spesial dalam hidup Penyiar. d. pelatihan BRITuS. Baca, ringkas, tulis, dan komunikasikan. Pilih topik sekunder, artikel, berita lalu penyiar cari ide pokok atau intisari/singkatnya. Dalam menulis, perhatikan kaidah bahasa Indonesia dalam susunan kalimat. Perhatikan S, P, O, K nya. Setelah itu, penyiar mulai berlatih untuk menyampaikannya. Perlu penyiar perhatikan adalah kalimat penyiar efektif dan efisien atau tidak. Latihan Bri TUS ini sangat bermanfaat bagi penyiar pemula yang sering mengalami kesulitan untuk memulai penyiaran. dengan atihan BriTUS, penyiar akan terbiasa untuk membaca, mengambil kata dan kalimat kunci, menyusun kalimat sendiri berdasarkan sumber yang dibaca serta melatih menyampaikannya. 2. Luangkan waktu untuk membaca sebanyak mungkin referensi baik yang berhubungan langsung dengan materi yang akan disampaikan ataupun referensi yang berhubungan tidak langsung. Contoh, dalam sebuah diskusi di kelas penyiar akan menyampaikan sebuah makalah dengan judul kemiskinan dan pengangguran di Sumatera Barat. Referensi utama penyiar adalah buku-buku yang berkaitan langsung dengan judul tersebut. Namun, agar tidak jenuh penyiar juga bisa membaca buku yang berhubungan dengan Public Speaking, teknik presentasi dan sebagainya. Namun, satu hal yang perlu diingat juga bahwa membaca referensi saja tidak cukup untuk menjamin kesuksesan penyiar dalam sebuah penampilan. Membaca buku hanyalah salah satu cara dan bukan yang terbaik. Banyak membaca dapat membantu penyiar memahami ide-ide buku yang "terbatas", tetapi jika penyiar mencoba menyampaikan sebagian besar ide/gagasan dari sebuah buku dan



segera menyampaikannya seolah-olah itu adalah ide/gagasan penyiar sendiri, maka yakinlah bahwa sesuatu



kurang dari penampilan. Masyarakat mungkin tidak menyadarinya, tapi



penyiar bisa merasakannya. Cara terbaik adalah mencoba memahami ide-ide dalam referensi yang penyiar baca, mencoba mengomunikasikannya kepada diri sendiri, berlatih meneruskannya, dan mengekspresikan evaluasi kritis terhadap ide-ide dalam buku. Jika perlu, bandingkan dengan alasan yang dapat meyakinkan pendengar/audiens. 3. Menguasai istilah asing yang berkaitan dengan materi yang akan disampaikan dan berlatih melafalkannya. Terutama istilah bahasa Inggris. Faktanya, tidak semua orang berbicara bahasa Inggris dengan baik, tetapi setidaknya kami dapat mengucapkan istilah bahasa Inggris dengan baik dalam presentasi kami. Misalnya, kata Organisasi. Jangan membaca organisasi. Ucapkan dengan pengucapan yang benar. 4. Belajar membuat pembukaan transmisi yang bombastis / aneh / tidak biasa / menarik. Biasakan sebelum memasukkan topik yang akan disampaikan, kirim perkenalan. Dalam belajar dikenal dengan istilah apersepsi. Bentuknya bisa berupa cerita pendek, kutipan singkat/terkenal, pernyataan yang menyengat, pertanyaan yang tidak terduga, sapaan dan apresiasi. Tentu saja hal ini dicapai dengan banyak membaca, sering dengan menghadiri seminar atau kegiatan serupa, sering dengan membaca artikel dan berita terkini. Penting untuk penyiar ingat untuk tidak menunda pengiriman. Jika tidak ditangani dengan baik hal ini bisa menjadi bumerang. Winston Churchill memberi penyiar pesan bahwa dalam perkenalan harus dibandingkan dengan rok wanita, semakin pendek semakin menarik. 5. Jangan membuat penilaian negatif terhadap diri sendiri ( self – limiting statement) atau mengkritik diri sendiri dengan alasan yang tidak jelas/mendasar. Bisa saja suatu saat penyiar akan diminta oleh atasan penyiar untuk menghadiri sebuah acara dan penyiar harus menyampaikan sambutan/sepatah kata atas nama lembaga tempat penyiar bekerja. Walaupun penyiar dalam posisi pengganti jangan terlalu mengekspos hal tersebut dalam pembicaraan penyiar. Bisa juga penyiar mendapatkan kesempatan berbicara di hadapan orang-orang penting. Jangan menilai diri sendiri dengan alasan yang tidak berdasar seperti



usia, kualifikasi



pendidikan, masa kerja dan sebagainya. Elliots Essman dalam 3 Rules of Public Speaking menyatakan bahwa Penyiar hanya memiliki satu musuh. Publik hanya tahu apa yang penyiar katakan kepada mereka. Mereka tidak mengetahui detail penyiar dan apa yang ada di otak



penyiar secara detail. Kebiasaan penyiar mengkritik diri sendiri membuat penyiar menjadi musuh diri penyiar sendiri. Terlalu sering meminta maaf dalam sebuah percakapan juga bukan tindakan yang bijak. 6. Lakukan analisis audiens setidaknya analisis psikologis / pendidikan dan demografis. Kemudian jalankan pemetaan audiens. Pemetaan psikologis berkaitan dengan pemilihan bahasa sesuai dengan tingkat pendidikan/pengetahuan masyarakat. Pemetaan demografi seperti usia, asal, suku, agama memudahkan penyiar untuk memilih kata yang tepat dalam percakapan di hadapan mereka. Sungguh aneh memulai percakapan dengan Assalamu'alaikum di depan audiens yang mayoritas non-Muslim. 7. Salah satu kunci sukses dalam teknik verbal adalah kemampuan pembicara untuk menyesuaikan kalimatnya dengan audiens. Menjahit disini artinya dalam kesempatan berbicara penyiar menyesuaikan kalimat dan pilihan kata yang penyiar gunakan sesuai dengan tingkat dan tingkat pemikiran/pendidikan pendengar. Jika penyiar berbicara di forum akademik, penyiar dapat menggunakan frasa / istilah terbaru dan tentu saja penyiar secara up to date. Tetapi jika penyiar berbicara dalam sebuah ekstensi di desa yang penduduknya masih sangat sederhana, maka penyiar harus menggunakan bahasa/frasa yang sederhana dan menghindari penggunaan istilah asing. 8. Teknik lain yang harus dikuasai oleh seorang pembicara yang berkaitan erat dengan penyiaran adalah: a. Artikulasi adalah kejelasan pengucapan huruf, kata dan kalimat. Artikulasi juga dapat diartikan sebagai suguhan khusus untuk kata-kata terpenting dalam sebuah kalimat atau paragraf. b. Intonasi adalah nada suara. Suara tinggi dan rendah. c. Aksentuasi adalah aksen dalam percakapan/gaya bicara. Penekanan mengacu pada penekanan pada kata atau frasa penting dalam pidato. d. Ekspresi adalah pesan yang sampai ke hati pendengarnya. Ekspresi berkaitan dengan kemampuan penutur dalam mengapresiasi materi yang disampaikan. Ekspresi terdiri dari kata ekspresi, makna dan ekspresi wajah. e. Improvisasi adalah apresiasi.



f. Kalimat tersebut adalah jeda. Penyiar harus dapat menyisipkan koma atau tidak pada tempat dan waktu yang tepat. g. Stres adalah tekanan. Keduanya berarti stres dan kata stres. H. Infleksi adalah lagu frase. Termasuk; naik, gantung, turun. Hindari frasa lagu yang monoton dan berulang (redundansi). 9. Cara pasti untuk melenturkan lidah Penyiar ketika Penyiar akan mengucapkan katakata adalah dengan menceritakan sebuah episode yang telah membuat Penyiar sangat marah. Misalnya, Penyiar berlatih berbicara dengan lancar tanpa sisipan dan kata-kata liar tentang hal-hal yang memicu emosi Penyiar. 3. Teknik Penyiaran Pada dasarnya ada dua teknik yang dapat digunakan oleh seorang penyiar dalam melaksanakan kegiatan penyiaran, yaitu teknik Ad libitum dan teknik membaca naskah. Yang dapat dijelaskan sebagai berikut (Romli, 2004:3940). 1. Teknik ad libitum ad libitum, yaitu teknik penyiaran berbicara dengan



santai,



menikmati, tanpa beban atau tekanan, sesuai selera (ad libitum berarti berbicara sesuka hati, sesuai keinginan, sesuai keinginan) dan tanpa naskah. Penyiar yang berbicara ad libitum melakukannya dengan bebas tanpa naskah. Bagi seorang penyiar, tugas ini tidak mudah, apalagi jika mereka diberi tugas memberikan pelayanan yang mencengangkan, baik itu resmi seperti upacara kenegaraan atau kesenangan seperti pertandingan sepak bola atau bulu tangkis. Penyiar yang menggunakan teknik ad libitum dalam penyiaran hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1. Memperhatikan poin-poin penting yang akan disiarkan selama siaran, agar siaran dapat bekerja secara sistematis dan sesuai dengan waktu yang tersedia untuk siaran. berbicara dengan bantuan catatan (menggunakan catatan). 2. Menjaga hubungan dengan pendengar. Penyiar harus selalu menjaga kontak dengan pendengar selama siaran, yaitu berusaha mencegah pendengar mengubah gelombang. 3. Menguasai istilah-istilah khusus (jargon) dalam bidang tertentu, sehingga percakapan tampak berkualitas dan meyakinkan. Dalam berita sepak bola, misalnya, penyiar perlu menguasai istilah-istilah seperti tendangan sudut, tendangan first time, penguasaan bola, dan sebagainya.



4. Gunakan bahasa yang sederhana. Yang dimaksud dengan kata sederhana adalah kata yang umum dan umum di masyarakat. 5. Mencegah ucapan kata-kata yang tidak pantas, yaitu kata-kata cabul dan kata-kata yang menyinggung seseorang mengenai suku, agama, atau cacat fisik.



2. Teknik Pembacaan Naskah. Dalam teknik ini, seorang presenter menyiarkan dengan membaca naskah yang telah disiapkan sendiri atau dengan bantuan seorang penulis naskah. Naskah yang akan dibawakan penyiar kepada pendengar tergantung pada jenis program yang akan disiarkan. Ada naskah yang dibuat sendiri oleh penyiar, dalam arti kata hal-hal yang seharusnya dilakukan ad libitum, yang ia susun atas inisiatifnya sendiri di atas kertas. Ada juga naskah yang ditulis oleh orang lain untuk dibaca oleh penyiar. Dalam hal ini, teks apa pun yang berkaitan dengannya, ia harus mengucapkannya kepada pendengar dengan gaya sedemikian rupa sehingga seolah-olah diucapkan secara ad libitum; tidak ada nada baca. Untuk hasil terbaik, seorang penyiar harus dapat mengucapkan kata demi kata seolah-olah diucapkan tanpa bantuan naskah (spoken reading), yaitu dari (Romli, 2004: 4142): a) Memahami dan mengalami isi naskah secara keseluruhan. b) Jika perlu, gunakan tanda khusus dalam teks untuk memudahkan penyampaian, seperti garis miring tunggal (/) sebagai ganti koma, dua garis miring (//) sebagai ganti titik, dan garis bawah (_) sebagai tanda pengucapan satu satuan. Contoh: Tentara yang datang / hanya menunggu perintah untuk menembak // Ribuan pengunjuk rasa mengorganisir demonstrasi anti-Israel // c) Membuat suara seolah-olah mereka sedang "mengobrol" atau bercerita kepada teman. Naskah dianggap hanya sebagai "trik" data. d) Menggunakan gerak tubuh dan senyuman untuk meningkatkan kualitas bicara. e) Sebelum ditayangkan, berlatihlah mengeluarkan suara (bukan dalam hati), serta berlatih intonasi, aksentuasi, artikulasi, dan kecepatan. f) Letakkan naskah di tempat yang mudah dijangkau.



g) Jangan dipaksa untuk membalik halaman naskah saat berbicara, naskah tidak dapat dilanjutkan. h) Saat Anda berbicara, bayangkan orang lain ada di depan mata Anda, seolah-olah Anda sedang menjelaskan sesuatu di telepon, atau Anda sedang bersama banyak orang tetapi Anda sedang berbicara dengan satu orang. 3. Aturan siaran (broadcast sign) Dalam tugasnya, lembaga penyiaran harus memperhatikan isyarat siaran yang boleh atau harus dilakukan dan yang tabu atau tidak boleh dilakukan, yang dapat dijelaskan sebagai berikut (Romli, 2004: 4850): 1 ) Hal-hal yang dapat atau harus dilakukan oleh penyiar: a) Berbicara dalam kualitas suara asli, bukan buatan atau kekuatan suara. b) Saat berbicara di udara (on air), perhatikan: Artikulasi (artikulasi), yaitu kejelasan pengucapan kata, frasa atau istilah; Intonasi, yaitu gaya bunyi atau nada pengucapan cepat atau lambat; Aksentuasi (accentuatuion), penekanan pada kata tertentu dan penggalan kata atau frasa (phrasing). c) Berbicara dengan akrab dan menjaga sopan santun. Penyiar radio harus menganggap semua pendengar sebagai teman terbaik mereka. d) Mampu mengontrol emosi, sehingga tidak ada ekspresi emosi selama siaran yang merusak program dan merusak citra stasiun radio. e) Menguasai standarisasi kata, baik kata baku dalam bahasa Indonesia maupun istilah khas yang digunakan sebagai ciri stasiun radio. f) Memahami dan menyadari posisi penyiar yang berhubungan dengan menghibur, membimbing acara, menemani pendengar



menikmati lagu sebagai pewawancara atau



"moderator" sebagai diskusi. g) Menjaga hubungan dengan pendengar. Sebuah stasiun menelepon berkali-kali dengan variasi, mulai dari kapan mulai siaran, sampai, berapa lama akan berhenti atau bahkan menginformasikan kembali program mana yang mengudara menunggu pendengar



baru



bergabung di tengah siaran. h) Memiliki rasa humor yang tinggi. Radio adalah media hiburan, penyiar harus bisa membuat pendengarnya senang, tersenyum bahkan tertawa.



i) Kreatif sehingga memunculkan hal-hal yang unik dan menarik, misalnya dengan membuat frase, jargon atau istilah yang lucu, termasuk teka-teki. j) Menguasai kosakata atau variasi kata yang memadai. Dalam bahasa Indonesia terdapat banyak sinonim yang dapat digunakan secara bergantian, agar tidak monoton. Misalnya plus = lebih, sudah = sudah, body = body dan seterusnya. k) Be yourself (be yourself), jangan meniru gaya transmisi orang lain. Lupakan penyiar lain yang mungkin Anda dengarkan dan jadilah diri sendiri. l) Jika Anda harus ke kamar mandi dan tidak ada orang lain di ruang siaran, putar lagu atau rekaman panjang, siapkan juga jingle. 2) Hal-hal yang tabu atau tidak boleh dilakukan oleh penyiar atau kesalahan yang sering terjadi dalam siaran. a) Berbicara terlalu cepat. Umumnya, orang berpikir lebih cepat daripada pengucapan mereka. Mencoba menyamai kecepatan orang miskin akan menghasilkan pengucapan yang salah. Saat memulai siaran, wajar jika Anda sangat gugup dengan kata-kata yang tergesagesa. Secara sadar, cobalah untuk rileks, ambil napas dalam-dalam dan tenang. Jika penyiar dipersiapkan dengan baik, itu akan membantunya merasa lebih percaya diri, santai, dan memiliki suara yang kuat. b) Pembicaraan “datar‟ atau membosankan. Jika penyiar terdengar tidak tertarik dengan apa yang di bicarakannya, bagaimana ia bisa berharap pendengarnya akan tertarik? Ingat tidak seperti dalam percakapan tatap muka-suara penyiar mesti membawakan semua tertarik, kehebohan, dan rasa ingin tahu tentang apa yang dikatakannya. “Infleksi” atau perubahan nada suara juga melintas mikrofon, mixer, transmitter, gelombang udara, dan keluar menuju pendengar radio. c) Acara tidak menarik. Jangan anggap enteng acara. “Pikirkan kepentingan pendengar, ketertarikan mereka, dan cari cara agar acara anda menarik bagi mereka (bukan hanya menarik bagi anda!) d) Penyiar berbicara kepada pendengar bukan dengan mereka. “Jangan menggurui pendengar, mereka akan mematikan radionya!. Gunakan “kita harus….”, bukan “Anda harus….”



e) Penyiar berbicara kepada pendengar yang jumlahnya banyak. Lupakan bahwa kebanyakan orang mendengar radio saat mereka sendirian, atau setidaknya sendiri dengan pemikiranmereka masing-masing. Penyiar harus bicara seakan-akan berbicara dengan seorang pendengar yang menyimak siarannya. Jangan katakana: “hadirin sekalian” (ladies and gentlemen dalam bahasa Inggris), “para pendengar”, atau “para pendengar semua”, tapi ucapkan: “Saudara pendengar” atau “untuk anda pendengar setia…” (menganggap pendengar hanya SATU!) f) Salah ucap atau salah sebut, atau salah penggunaan kata atau istilah. Jangan mengucapkan kata atau istilah yang tidak dipahami, jika ragu, tinggalkan! g) Tanpa ekspresi-datar, monoton. Maka, senyumlah dan gunakan, ekspresi wajah, gerakan tubuh! h) Miskin perbendaharaan kata, tidak variatif, sehingga berbicara berulang-ulang dan membosankan. Misalnya, sehabis lagu dipedengarkan, melulu penyiar mengatakan “itulah lagu…”, tapi variasikan dalam mengomentari lagu, misalnya memulainya dengan nama pencipta, penyanyi, judul album, salah satu bait, dan lainnya.



15 Cara Senam Vokal 1. Wajah singa Untuk mengendurkan otot-otot wajah. Wajah diperkecil dengan cara menjepit jari-jari kedua tangan, kemudian wajah dilebarkan sambil menjulurkan lidah, dengan jari-jari dijulurkan. Hitung 5 kali. 2. Pijat rahang bawah Untuk mengendurkan otot-otot wajah. Jari-jari memijat pipi dari wajah ke belakang, pada saat yang sama rahang bawah digerakkan ke samping. Hitung 10 kali. 3. Lipat lidah ke atas Untuk melipat lidah. Tekuk lidah Anda hingga menyentuh langit-langit mulut. Hitung lima kali.



4. Tekuk lidah ke bawah Untuk melenturkan lidah. Tekuk lidah ke bawah dan ujung lidah menekan deretan gigi bawah. Hitung lima kali. 5. Lidah menyapu bibir Melenturkan lidah. Lidah direntangkan kemudian diputar untuk menyapu bagian atas dan bawah. Pada prinsipnya, lidah harus menyentuh permukaan bibir. Hitung 10 kali. 6. Bibir bergetar Melenturkan lidah dan melatih pernapasan. Ambil napas dalam-dalam, lalu membungkuk saat Anda mengeluarkan napas melalui bibir. Saat udara keluar dari bibir Anda, buat bibir Anda bergetar, membuat suara yang mirip dengan speedboat. Dan ketika tubuh membungkuk, biarkan tangan Anda terkulai lemas saat Anda berjabat tangan. Hitung 10 kali. 7. Mengepalkan Gigi Untuk mengendurkan otot rahang. Gigi terkatup erat, sementara pada saat yang sama kedua tangan terkepal erat, dan bibir dalam posisi terbuka penuh. Hitung 10 kali. 8. Latihan untuk leher Untuk memperkuat otot leher dan bahu. Kaki diluruskan, tangan di pinggang, lalu leher digerakkan ke kiri dan ke kanan tanpa berhenti di tengah. Hitung 10 kali. 9. Pijat Tenggorokan Kedua lengan direntangkan ke depan dengan jari-jari direntangkan. Kemudian lengan didorong ke depan bergantian kiri dan kanan. Saat lengan direntangkan ke depan, jari-jari bergerak seperti pada tarian kecak. Perhatikan, pinggang dalam posisi tidak bergerak. Hitung 10 kali. 10. Ping pong Untuk menguatkan bahu, juga untuk melatih persendian dan anti popping. gerakannya dimulai dengan melakukan posisi mengencangkan tangan seperti petinju. Lengan digerakkan dengan mendorong ke depan dan menghentak, seperti petinju yang melakukan jab. Ketika lengan didorong secara bergantian, mulut memainkan kata "pingpong" secara bergantian. Gerakan diakhiri dengan menarik kedua lengan ke atas. Hitung 10 kali.



11. Napas panjang Untuk memperkuat pernapasan. Miringkan kepala, ambil napas dalam-dalam melalui hidung, lalu keluarkan udara dari mulut selebar mungkin tanpa membuang napas. Saat udara mulai keluar dan dada Anda berkontraksi, tekuk tubuh Anda dengan cepat untuk mengeluarkan udara yang tersisa. Hitung 10 kali. 12. Tarik Perut Melenturkan perut sambil mempelajari teknik menarik napas. Tarik napas dalam-dalam, hingga perut membuncit, lalu hembuskan dengan cepat melalui gerakan mengempis perut yang cepat. Hitung 10 kali. 13. Meraih bintang Untuk memperkuat otot punggung dan pinggang. Tekuk tubuh dengan tangan menggantung. Kemudian pindah ke sisi tirai atau ke kanan setinggi mungkin seolah-olah Anda akan meraih bintang. Jaga pinggang dan dada Anda lurus, dan jika tangan kanan Anda mencapai bintang, kaki kiri Anda akan berjinjit dan sebaliknya. Gerakan ini bukan untuk mengubah karakter suara aslinya, melainkan untuk menciptakan diafragma, sehingga suara yang muncul lebih nyaring, berirama, dan lebih lancar dalam pengucapan abjad. Diafragma adalah penghalang suara yang muncul dari dada, jantung, dan perut. Untuk mempercepat hasil, latihan harus dilakukan setidaknya tiga kali seminggu dan berlangsung selama sekitar tiga hingga enam bulan. Di akhir penyiar dapat melakukan berbagai latihan untuk mengucapkan huruf atau kata, sesuai kebutuhan.



BAB III PENUTUP SARAN & KESIMPULAN Seorang penyiar profesional diharapkan tahu banyak, sebagai ukuran kualitas dan daya tariknya, tetapi tidak untuk menggurui. Sebagian besar untuk hal-hal yang sedang dibicarakan orang saat ini (hal-hal hangat) mulai dari infotainment (info selebriti, musik, film, dll), olahraga, ekonomi (harga bahan bakar naik, nilai tukar), hingga hal-hal yang terjadi di sekitar kita (lokal) Keunggulan media radio dibandingkan media lainnya adalah informasi yang disampaikan dengan cepat dan sifatnya yang lokal (konten lokal) yang merupakan kekuatan media radio. Seorang penyiar atau siapapun yang



berkomunikasi melalui penyiaran harus



memperhatikan karakteristik pendengarnya, yaitu selain bersifat pribadi (personal), anonim, heterogen, selektif dan aktif. Target komunikasi seorang penyiar adalah jutaan orang, tetapi jumlah besar orang terdiri dari unit-unit kecil, satu orang atau keluarga yang terdiri dari suami istri tanpa atau dengan anak. Seseorang yang berkomunikasi dengan pendengarnya seperti mengunjungi sebuah rumah. Baginya, penghuni rumah itu anonim. Dia tidak tahu kepadanya. Sebagai tamu mengunjungi orang-orang yang tidak dia tahu, jelas dia harus ramah. Dan karena orang yang dikunjungi heterogen, termasuk jenderal, manajer umum, pegawai negeri, petani, nelayan, pelajar, anak-anak, kakek-nenek, orang-orang dengan pendidikan dasar, pendidikan universitas dan sebagainya, informasi yang disampaikan kepada tuan rumah harus dapat diterima, dapat dipahami, dan menarik perhatian. , lalu semua orang tertarik untuk melakukan apa yang diminta penerbit. Namun “kedatangan” penyiar di rumah pendengar akan diterima dengan senang hati jika penyiarnya ramah dan pengertian. Pendengar selektif; dia akan mencari radio untuk stasiun lain. Hal ini dapat diartikan, pendengar akan “melepaskan seorang penyiar” dan mencari penyiar lain dengan program yang lebih menarik. Berdasarkan uraian di atas, ditinjau dari seni tutur (speech), karya penyiar merupakan karya yang sangat terspesialisasi. Pekerjaan tersebut sebenarnya dapat dipelajari seperti pekerjaan lainnya, tetapi untuk menjadi seorang penyiar Anda harus memiliki kualifikasi yang tepat dan keinginan untuk mengetahui bagaimana melakukannya di bidang penyiaran.



DAFTAR PUSTAKA



http://nurhasanahnana.wordpress.com/2010/04/12/produksi-siaran-radiojenis-jenis-siaranradio/ (Diakses 10/10/2021) https://www.kombinasi.net/teknik-bersiaran-simulasi-dan-olah-vokal/ (Diakses 11/10/2021) Belajar Broadcast, rizkirprod.blogspot.com/2010 (Diakses 11/10/2021) Ben G. and Dumit E. (1959). Announcer's Handbook. New York: Published by Holt Rinehart and Winston Lasswell, H. D. (1948) Structure an Function of Communication in Society. New York: Published Harper and Brothers Romly, Asep (2009) Dasar-dasar Siaran Radio Basic Announcing, Bandung: Nuansa Cendikia Harley, Prayudha. 2005. Suatu Pengantar untuk Wacanadan Praktik Penyiaran. Malang: Bayumedia Publishing. Harley, Prayuda dan Andi, R. 2013. Radio Is Sound Only. Jakarta: Broadcastimagz PUBLISHER.