Makalah Rasionalisme Dan Empirisme [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH RASIONALISME, EMPIRISME DAN PENERAPANNYA DALA KEHIDUPAN MANUSIA



Diajukan Sebagai Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu Dosen Pengampu Prof. Dr. H. Machasin, M.A.



ABDU RABBI FAQIHUDDIN : 18201010024



MAGISTER BAHASA DAN SASTRA ARAB FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2018



BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Dewasa ini, tradisi pemikiran barat merupakan sebuah paradigma bagi perkembangan budaya barat dengan keterlibatan yang mendalam lagi luas bahkan dari segala segi dan lini kehidupan. Pemahaman terhadap tradisi pemikiran barat sebagaimana yang dicerminkan oleh pandangan filsafatnya merupakan kebijaksanaan serta kearifan tersendiri, karena kita akan dapat melacak dan menemukan sisi positifnya yang layak kita tiru dan menemukan sisi negatif yang bisa kita tinggalkan dan tidak kita ulangi. Pada abab ke-13, telah muncul sistem filsafat yang bisa dikatakan telah tersebar secara meluas di negara-negara eropa. Sistem tersebut diajarkan disekolahsekolah dan perguruan tinggi. Kemudian pada abab ke-14 munculah aliran yang dapat dinamai sebagai pendahuluan filsafat modern. Yang menjadi dasar aliran baru ini ialah kesadaran atas sesuatu yang individual dan kongkrit. Tak dapat dipungkiri, zaman filsafat modern telah dimulai dalam era filsafat modern, dan kemudian dilanjutkan dengan filsafat abab ke- 20, yang kemudian munculah berbagai aliran pemikiran yang diantaranya Rasionalisme dan Emperisme. Rasionalisme dan empirisme merupakan dua aliran pemikiran yang saling bertentangan antara satu dengan yang lainnya. Keduanya merupakan kelompok aliran berfikir yang menjadi bagian dari filsafat ilmu. Kedua aliran tersebut dianggap telah menjadi sebab lahirnya sumber ilmu pengetahuan bagi manusia (sumarna:2004). Kedua sumber pengetahuan tersebut merupakan bagian filsafat yang spesifik yang menjadi cabang dari epistimologi atau teori pengetahuan. Dalam perkembangannya, kedua aliran tersebut telah melahirkan perdebatan panjang oleh para filsuf pengetahuan. Pertentangan maupun perdebatan yang muncul tersebut mampu melahirkan berbagai aliran baru di luar kedua aliran tersebut bahkan paduan keduanya. Di antaranya yaitu metoda positivisme, metoda kontemplatis, metoda intuitisme, metoda dialektis, dan lain sebagainya (Sufardi, 2013). para penganut rasiaonalisme menggap bahwa akal budi (rasio) merupakan satu-satunya sumber kebenaran sedangkan aliran empirisme mengganggap bahwa pengalamanlah sebagai sumber utama pengenalan, baik pengalaman lahiriah (dunia) maupun pengalaman batiniah yang menyangkut pribadi manusia. Paham ini berpendapat bahwa pengetahuan berasal dari pengalaman sehingga pengenalan indrawi merupakan pengenalan yang paling jelas dan sempurna. Berdasarkan hal di atas, melalui makalah ini penulis akan mencoba mengulas serta menjelaskan perbedaan mendasar antara aliran rasionalisme dengan empirisme. Selain itu,penulis akan memaparkan beberapa tokoh-tokoh yang berperan di dalam masing-masing aliran tersebut seta menjelaskan permasalahan utama sebagai pemicu



pertentangan antara kedua paham atau aliran tersebut dan bagaimana penerapan kedua paham tersebut dalam kehidupan manusia. B. Rumusan makalah 1. Perbedaan mendasar antara rasionalisme dan empirisme 2. Tokoh- tokoh filusuf penganut paham rasionalisme dan empirisme 3. Penerapan paham rasionalisme dan empirisme dalam kehidupan manusia



C. Tujuan 1. Memahami perbedaan mendasar antara rasionalisme dan empirisme 2. Mengetahui tokoh- tokoh filusuf penganut paham rasionalisme dan empirisme 3. Mengetahui penerapan paham rasionalisme dan empirisme dalam masyarakat



BAB II Pembahasan A. Rasionalisme Secara etimologis kata rasionalisme berasal dari kata bahasa inggris rationalism (Bagus: 2002), kata ini berakar dari bahasa latin ratio yang memiliki arti “akal” (Edwards: 1967) sedangkan (Lacey: 2000) menambahkan bahwa berdasarkan akar katanya, rasionalisme adalah sebuah pandangan yang berpegang pada akal, merupakan sumber bagi pengetahuan dan kebenaran. Berdasarkan definisi di atas maka dapat dikatakan bahwasanya rasionalisme merupakan suatu aliran atau ajaran yang didasarkan pada ide yang dapat diterima oleh akal baik dalam lingkup pengetahuan maupun kebenaran. Secara istilah rasionalisme merupakan sebuah faham filsafat yang menyatakan bahwa akal adalah alat penting dalam meperoleh pengetahuan dan mengetes pengetahuan (Ahmad Tafsir: 2009). Rasionalisme juga dapat diartikan juga sebagai sebuah faham yang menganggap bahwa akal lah yang seharusnya menjadi sumber pengetahuan. Titik fokus sumber pengetahuan dalam aliran ini adalah kemampuan akal untukmelakukan penalaran, yang penalaran tersebut merupakan sebuah proses pelatihan intelektual untuk menggembangkan akal budi manusia. Paham rasionalisme beranggapan bahwa sumber pengetahuan mananusia adalah rasio. Oleh karenanya, dalam proses perkembanga ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia, harus dimulai atau berdasarkan rasio. Tanpa adanya rasio maka mustahil bagi manusia untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu proses berpikir inilah yang kemudian membentuk pengetahuan, bisa dikatakan bahwa semakin banyak manusia berfikir maka semakin banyak pula pengetahuan yang ia dapatkan. Berdasarkan pengetahuanlah manusia itu berbuat dan menentukan



tindakannya, sehingga muncullah perbedaan perlaku, perbuatan, serta tindakan dari manusia itu sendiri. Rasio tidak dapat berdiri sendiri tanpa adanya obyek nyata yang menjadikan ia dapat bekerja. Obyek tersebut adalah dunia nyata, yang peroses pemerolehan pengetahuan tersebut adalah rasio yang bersentuhan dengan dunia nyata dalam berbagai pengalaman eksperimennya. Dengan demikian kualitas pengetahuan manusia ditentukan oleh seberapa banyak rasionya bekerja. Semakin sering rasio bekerja dan bersentuhan dengan realita sekitar, maka semakin dekat pula ia dengan kesempurnaan. Menurut rasionalisme agar ilmu dan filsafat berkembang, manusia harus memiliki metode yang baik, karena kesimpangsiuran dan ketidakpastian dalam pemikiran-pemikiran filsafat disebabkan oleh tidak adanya metode yang mapan, sebagai pangkal tolak yang sama bagi berdirinya suatu filsafat yang kokoh dan pasti. Metode yang dimaksud aliran ini dan merupakan dasar dan asas rasionalisme adalah menyangsikan segala sesuatu, atau berangkat dari keragu-raguan. Kaum Rasionalisme mulai dengan sebuah pernyataan aksioma dasar yang dipakai membangun sistem pemikirannya diturunkan dari ide yang menurut anggapannya adalah jelas, tegas, dan pasti dalam pikiran manusia. Pikiran manusia mempunyai kemampuan untuk mengetahui ide tersebut, namun manusia tidak menciptakannya, tetapi mempelajari lewat pengalaman. Ide tersebut kiranya sudah ada “ di sana” sebagai bagian dari kenyataan dasar dan pikiran manusia. Shidarta (1999) mengemukan bahwasannya rasionalisme secara mendasar tidak menolak manfaat dari pengalaman indra dalam kehidupan manusia. Namun persepsi indrawi hanya digunakan untuk merangsang kerja akal. Terbukti, akal manusia tidak secara langsung bergantung pada indra. Jika penangkapan indra diragukan oleh akal maka akal dapat langsung menolaknya. Dengan kekuasaan akal tersebut, orang berharap akan lahir suatu dunia baru yang lebih sempurna, dipimpin dan dikendalikan oleh akal sehat manusia. Kepercayaan terhadap akal ini sangat jelas terlihat dalam bidang filsafat, yaitu dalam bentuk suatu keinginan untuk menyusun secara a priori suatu sistem keputusan akal yang luas dan tingkat tinggi. Corak berpikir yang sangat mendewakan kemampuan akal inilah dikenal dalam filsafat sebagai aliran rasionalisme. B. Empirisme Secara etimologis, empirisme berasal dari kata bahasa inggis empiricism dan eksperience Kedua kata tersebut berasal dari akar kata bahasa yunani, yaitu έμπειρία (empeiria) dan dari kata experietia yang mempunyai arti “berpengalaman dalam”, “berkenalan dengan”, serta “terampil untuk” (bagus: 2002). Sedangkan menurut (Lacey: 2000) berdasarkan akar katanya Empirisme adalah aliran dalam filsafat yang berpandangan bahwa pengetahuan secara keseluruhan atau parsial didasarkan kepada pengalaman yang menggunakan indera. Sementara secara terminologis terdapat beberapa definisi, di antaranya ialah doktrin bahwa sumber seluruh pengetahuan harus dicari dalam pengalaman,



pandangan bahwa semua ide merupakan abstraksi yang dibentuk dengan menggabungkan apa yang dialami, pengalaman inderawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan, dan bukan akal. Berdasarkan Rahmat, dkk (2011), aliran empirisme berpendapat bahwa manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalaman yang diperoleh dari indrawi. Pengenalan tersebut dimunculkan oleh pemikir yang bernama Francois Bacon (15611626). Pengetahuan yang diperoleh berasal dari pengalaman melalui proses pengenalan indrawi. Pengenalan ini diyakini sebagai yang paling jelas dan sempurna. Proses pengalaman yang diperoleh tersebut tidak lain akibat suatu objek yang meranwgsang alat-alat indrawi yang dipahami di dalam otak sehingga terbentuklah tanggapan-tanggapan mengenai objek yang telah merangsang alat-alat indrawi tersebut. Aliran ini menganggap pengalaman sebagai satu-satunya sumber dan dasar ilmu pengetahuan. Berbeda dengan rasionalisme yang memberikan kedudukan bagi akal dan rasio sebagai sumber pengetahuan dan kebenaran, empirisme memilih pengalaman sebagai sumber utama pengenalan, baik pengalaman lahiriah maupun batiniah. Salah seorang tokoh empirisme, tomas hubles (1588-1679) mengganggap bahwa manusia itu hanya bersifat bendawi dan dapat dijelaskan seca mekanis ia bekerja selama jantungnya bekerja dan darahnya mengalir. Maka gerak tubuh manusia terjadi karena atmosfir bukan karena sesuatu yang lain di luar dirinya (tuhan) ( juhaya dalam salamuddin: 2014). Hubles juga menganggap bahwa pengalaman indrawi merupakan permulaan segala pengenalan. Pengenalan intelektual tidak lain merupakan semacam perhitungan saja, yaitu gabungan dari data-data indrawi yang sama, hanya saja dengan cara berlainan. Pengalaman menurut empirisme adalah totalitas pengamatan yang disimpan dalam ingatan, atau digabungkan dengan suatu pengharapan akan masa depan, sesuai dengan apa yang diamati pada masa lampau. Pengalaman idrawi terjadi karena geraknya benda-benda diluar kita. Gerak itu diteruskan ke otak dan jantung sehingga menimbulkan reaksi. C. Tokoh-Tokoh Rasionalisme dan Empirisme 1. Tokoh-Tokoh Rasionalisme a. Rene Descartes Rene Descartes(1596-1650) adalah filsuf Perancis yang dijuluki “bapak filsafat modern”. Ia ahli dalam ilmu alam, ilmu hukum, dan ilmu kedokteran. Ia menyatakan, bahwa ilmu pengetahuan harus satu, tanpa bandingannya, harus disusun oleh satu orang, sebagai bangunan yang berdiri sendiri menurut satu metode yang umum. Yang harus dipandang sebagai hal yang benar adalah apa yang jelas dan terpilah-pilah (clear and distinctively). Ilmu pengetahuan harus mengikuti langkah ilmu pasti karena ilmu pasti dapat dijadikan model cara mengenal secara dinamis.



b. spinoza Spinoza dilahirkan pada tanggal 24 November tahun 1632 dan meninggal dunia pada tanggal 21 Februari tahun 1677 M. Nama aslinya Baruch Spinoza. Setelah ia mengucilkan diri dari agama yahudi, ia mengubah namanya menjadi Benedictus de Spinoza. Ia hidup di pinggiran kota Amsterdam. Spinoza dilahirkan oleh orang tua Yahudi yang melarikan diri dari pengejaran di Spanyol, ia hidup di Amsterdam sampai dipaksa keluar oleh mereka yang membenci pikiran bebasnya, bahkan sampai ada yang berusaha untuk membunuhnya. Orang-orang dari Kristen ortodoks tidak menyukainya karena apa yang dilihatnya sebagai ateisme. c. Gottfried Wilhelm Leibniz (1646-1716) Metasfisika Leibniz sama memusatkan perhatian pada substansi. Bagi Spinoza, alam semesta ini mekanistis dan keseluruhannya bergantung pada sebab, sementara substansi pada Leibniz adalah hidup, dan setiap sesuatu terjadi untuk suatu tujuan. Penuntun prinsip filsafat Leiniz ialah “ prinsip akal yang mencukupi, yang secara sederhana dapat dirumuskan “sesuatu harus mempunyai alasan”. Bahkan Tuhan harus juga mempunyai alasan untuk setiap yang diciptakanNya. Leibniz juga pengikut aliran rasionalisme sama seperti halnya Spinoza, tetapi keduanya berbeda dalam merumuskan substansi.” Prinsip akal yang mencukupi” merupakan penuntun yang sangat berpengaruh dalam filsafat Leibniz, sehingga pemikiran filsafatnya pun berkembang. 2. Tokoh-Tokoh empirisme a. Francois Bacon (1561-1626) tokoh ini beranggapan bahwa untuk menguasai kodrat alam berdasarkan pada pengalaman. Pengetahuan mengenai sifat-sifat dari segala sesuatu membutuhkan penyelidikan yang empiris. Selanjutnya, pengolahan hasil dilakukan melalui metoda ekspermental atau induktif. F. Bacon menentang dogma-dogma yang bersifat tradisional dan sangat mngutamakan akal manusia untuk memperoleh kebenaran. b. Thomas Hobbes (1588-1679) Berbeda dengan kaum rasionalis, Hobbes memandang bahwa pengenalan dengan akal hanyalah mempunyai fungsi mekanis semata-mata. Ketika melakukan proses penjumlahan dan pengurangan misalnya, pengalaman dan akal yang mewujudkannya. Pengalaman dimaksudkan sebagai keseluruhan atau totalitas pengamatan yang disimpan dalam ingatan atau digabungkan dengan suatu pengharapan di masa depan, sesuai engan apa yang telah diamati pada masa lalu. Pengamatan indrawi terjadi karena gerak benda-benda di luar kita menyebabkan adanya suatu gerak di dalam indra kita. Gerak ini diteruskan ke otak kita kemudian ke jantung. Di dalam jantung timbul reaksi, yaitu suatu gerak



dalam jurusan yang sebaliknya. Pengamatan yang sebenarnya terjadi pada awal gerak reaksi tadi. c. Jhon Locke (1632-1704) Berbeda dengan kaum rasionalis, kaum empirisme yang diwakili oleh John Locke mengatakan bahwa pengetahuan itu bersumber pada pengalaman yang sangat luas berhubungan dengan panca indra manusia. Indra manusia yang menjalin relasi dengan alam baik materi, ruang maupun waktu. Alam memberikan sumbangan yang cukup penting dalam pembentukan sebuah pengetahuan yang baru. D. Penerapan Paham Rasionalisme dan Empirisme dalam Kehidupan Manusia Dalam kehidupan manusia kedua paham rasionalisme dan empirisme harus menjadi sebuah kesatuan yang bersinergi, baik dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan bermasyarakat. Manusia tidak hanya bisa mengandalkan akal dan rasio yang ia miliki untuk menilai sebuah masalah, melainkan harus adanya pengalaman indrawi yang menjadi bukti atas kebenaran rasio, begitupun sebaliknya berfikir rasional sangat penting bagi manusia karena indra yang dimiliki manusia sangat terbatas. Terdapat banyak contoh penerapan rasionalisme dan empirisme dalam kehidupan manusia seperti: Contoh rasionalisme : - ketika kita ingin mendapatkan nilai A dalam perkuliahan, maka tidak mungkin kita dengan berdiam diri saja sudah dapat meraih ekspektasi tersebut, karena rasionalnya kita harus melakukan usaha seperti belajar dengan keras dan diimbangi dengan berdoa. Dengan begitu maka ekspektasi akan tidak mustahil untuk diraih. - karena terbukti membunuh, seorang dijebloskan ke penjara Contoh empirisme: - bagaimana kita mengetahui bahwa api itu panas? Seorang empirisme akan berpandangan bahwa api itu panas karena memang dia mengalaminya sendiri dengan menyentuh api tersebut dan memperoleh pengalaman yang kita sebut “panas”. - dalam kehidupan pribadi, misalnya kita melakukan sesuatu dengan tujuan tertentu dan ternyata apa yang kita lakukan tadi mengalami kegagalan atau tidak berhasil. Hal ini akan menjadi pelajaran bagi kita, agar saat kita akan mencoba melakukan hal itu kembali, kita tidak akan gagal karena sebelumnya kita sudah mengalami nya dan kita tidak akan jatuh dalam kesalahan yang sama. Pengalaman menjadi bermanfaat saat pengalaman itu berisi pembelajaran bagi seseorang



-“Bagaimana kita mengetahui garam itu asin?” Maka, seseorang empirisme akan berpandangan bahwa garam itu asin karena memang dia mengalaminya sendiri dengan merasakan atau mencicipi langsung garam tersebut dan memperoleh pengalaman yang kita sebut “asin” Berikut beberapa contoh kasus rasionalisme dan empirisme: ‘’Pada suatu hari ada berita, ketika Ahmad sedang mendaki gunung, ia berjalan di pinggir jurang, kemudian terpeleset dan jatuh kejurang yang sangat dalam. secara rasional manusia akan berpikir bahwa Ahmad meninggal atau terluka parah disebabkan jatuh ke jurang yang sangat dalam, karena secara akal pikiran jika orang terjatuh dari tempat tinngi pasti mati atau minimal terluka parah. Namun secara empiris orang akan mengatakan Ahmad belum tentu mati dan terluka parah karena belum ada bukti yang dihasilkan oleh indrawi, karena setelah dibuktikan, pada saat Ahmad jatuh ia tersangkut disebuah pohon atau ternyata dalam jurang tersebut terdapat genangan air yang cukup dalam. Pada kasus lain misalnya, “ dari kejauhan, Andi sudah menafsirkan bahwa pemuda yang memakai motor ninja biru tersebut adalah ikhsan karena kemarin ia melihat iksan memiliki motor tersebut, namun hendro membantah, karena bukan hanya iksan yang memiliki motor ninja biru dan ternyata itu bukan ihsan Secara empiris andi melihat hanya secara indrawi dan dari pengalaman yang ia dapatkan, namun hendro secara rasional menganggap bahwa yang memiliki motor ninja biru bukan hanya iksan. Pada dasarnya, kedua aliran baik rasionalisme maupun empirisme memiliki titik temu dalam cara pandang terhadap teori ilmu yang dihasilkan. teori merupakan suatu gabungan abstraksi intelektual melalui pendekatan secara rasional dengan pengalaman empiris. Artinya, teori ilmu merupakan suatu penjelasan rasional yang berkesesuaian dengan obyek yang dijelaskannya. Penjelasan dapat lebih diterima oleh akal maupun pikiran sebaiknya tetap didukung serta dibuktikan oleh fakta empiris agar dapat memperoleh kebenaran yang bersifat signifikan. Gabungan dari pendekatan rasional dengan pendekatan empiris inilah yang berkembang hingga era zaman ini yang disebut sebagai metode ilmiah. Secara rasional, pengetahuan-pengetahuan yang membentuk ilmu secara konsisten dan kumulatif. Secara empiris, ilmu memisahkan antara pengetahuan yang sesuai dengan fakta dan bukan fakta. Secara sederhana maka hal ini berarti bahwa semua teori ilmiah harus memenuhi dua syarat utama, yakni pertama, harus konsisten dengan teori-teori sebelumnya. Sehingga memungkinkan tidak terjadinya kontradiksi dalam teori keilmuan secara keseluruhan. kedua, harus cocok dengan fakta-fakta empiris sebab konsistensi yang tidak didukung oleh pengujian empiris tidak dapat diterima kebenarannya secara ilmiah. Dengan demikian, gabungan kedua metoda berpikir ini



eksistensinya masih dipertahankan hingga saat ini dalam penyusunan ilmu yang dikenal dengan metoda ilmiah (secara prosedur) dan pengetahuan ilmiah (sebagai produk). BAB III Penutup A. Kesimpulan Rasionalisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang berpendirian bahwa sumber pengetahuan yang mencukupi dan dapat dipercaya adalah akal. Rasionalisme tidak mengingkari peran pengalaman, tetapi pengalaman dipandang sebagai perangsang bagi akal atau sebagai pendukung bagi pengetahuan yang telah ditemukan oleh akal. Akal dapat menurunkan kebenaran-kebenaran dari dirinya sendiri melalui metode deduktif. Rasionalisme menonjolkan “diri” yang metafisik, ketika Descartes meragukan “aku” yang empiris, ragunya adalah ragu metafisik. Empirisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang berpendapat bahwa empiri atau pengalamanlah yang menjadi sumber pengetahuan. Akal bukanlah sumber pengetahuan, akan tetapi akal berfungsi mengolah data-data yang diperoleh dari pengalaman. Metode yang digunakan adalah metode induktif. Jika rasionalisme menonjolkan “aku” yang metafisik, maka empirisme menonjolkan “aku” yang empiris. Perbedaan yang mendasar antara aliran rasionalisme dengan empirisme terletak pada cara pikir sebagai pembentuk pengetahuan. Aliran rasionalisme bertumpu pada akal. Aliran empirisme bertumpu pada pengalaman berdasarkan indrawi. Beberapa tokoh yang berperan dalam aliran rasionalisme antara lain Plato, Rene Descartes, Baruch Spinoza dan lain-lain. Beberapa tokoh yang berperan dalam aliran empirisme antara lain Aristoteles, Francois Bacon, Thomas Hobbes, John Locke, George Barkeley dan David Hume Terdapat banyak contoh dan kasus rasionalisme dan empirisme yang bisa kita temukan dalam kehidupan kita sehari-hari, dan kedua hal tersebut hendaknya saling melengkapi antara satu sama lain, karena manusia tdiidak hanya bisa mengandalkan rasio yang ia miliki saja, walaupun rasio sangat penting bagi manusia, hendaknya rasio tersebut dibuktikan dengan pengalaman indrawi atau empiris, dan begitupun sebaliknya. Titik temu antara kedua aliran tersebut berada pada cara pandang terhadap teori ilmu yang dihasilkan. Gabungan kedua metoda pikir tersebut berkembang hingga zaman ini yang disebut sebagai metode ilmiah.



Daftar pustaka Edwards, P., (1967), The Encyclopedia of Philosophy Volume 7, New York, The Macmillan Company & The Free Press, 1967. Lacey,A.R.,(2000), A Dictionary of Philosophy, New York, Routledge Rahmat, Aceng, dkk. 2011. Filsafat Ilmu Lanjutan. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. Salamuddin. 2014. Epistimologi Islam dan Pedekatan Saintifik Dalam Pembelajaran. Bandung: Citapustaka Media. Shidarta. 1999. Dasar-dasar Filsafat: Pengantar Mempelajari Filsafat Hukum. Jakarta: Universitas Tarumanegara Suaedi. 2016. Pengantar Filsafat Ilmu. Bogor: IPB Pres. Sufardi, 2013.Klasifikasi Filsafat (Classification of Philosophy): Kuliah-IB. Banda Aceh: Unsyiah. Sumarna, Cecep. 2004. Filsafat Ilmu dari Hakikat Menuju Nilai. Bandung: Pustaka Bani Quraisy. Tafsir, Ahmad. 2009. Filsafat Umum: Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.