Realisme Dan Empirisme [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Nama : Mochammad Ezra Syah Resha (19/444980/FI/04712) Posisi Ilmu Kontemporer Sebagai Realisme Saintifik : “ Realisme Ilmiah Versus Empirisme Konstruktif” Dalam memahami posisi dari ilmu kontemporer, maka kita akan dihadapkan pada dua teori yang berbeda, yaitu antara realism ilmiah dan empirisme konstruktif (anti-realisme). Pada realism ilmiah, teori ini menyatakan bahwa ada dua hal yang benar dalam memposisikan ilmu. Bahwasannya realism ilmiah ini harus dipahami secara harfiah, karena sains memiliki tujuan untuk memvisualkan gambaran tentang kebenaran dunia. Vas Frassen juga mengungkapkan bahwasannya realism itu harus menentukan aktivitas ilmiahnya dari sebuah “usaha penemuan, bukan penemuan” yang memiliki arti bahwa sains ini harus mengidentifikasi serta menjelaskan apa yang sudah ada, bukan untuk apa yang baru kita ciptakan. Yang kedua, sains itu bertujuan untuk memberi kita sebuah pemahaman kebenaran dalam teorinya. Contoh kecilnya, kita menceritakan kisah nyata secara harfiah tentang seperti apa dunia ini dan harus melibatkan keyakinan bahwa itu benar. Empirisme konsruktif memiliki perspektif yang kontras dengan dalam pemahaman teori ilmiah ini, dimana pada sudut pandang empirisme , sains itu bertujuan untuk memberi kita teoriteori yang memadai secara empiris dan penerimaan ilmu itu melibatkan keyakinan bahwa teori ini memadai secara empiris yang kita miliki. Dapat kita ketahui definisi ini membuat kecukupan empiris menggantikan kata benar dalam realism. Ilmu dapat disebut memadai secara empiris hanya jika kita benar-benar melakukan sebuah pengamatan pada benda, yang merupakan entitas yang diakui. Sesuatu yang dianggap dapat diamati oleh manusia, jika mereka dapat dikenali dengan kemampuan sensorik pada diri kita. Namun, Van Fraassen berusaha membedakan antara "mengamati" dan "mengamati itu”. Dia menegaskan bahwa yang dapat diamati hanya dapat diamati ketika seseorang tersebut dapat melihat suatu entitas dengan indera dasar manusia.