MAKALAH ROOT PLANNING Lapsus 2 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH ROOT PLANNING Disusun Oleh: Firstya Rifka Hapsari (2018-16-046) Galuh Puteri Puspita (2018-16-049) Puti Amelinda (2018-16-083) Zikrima Shafarina (2018-16-099) Ghoziah Maya Lubis (2018-16-101)



Pembimbing: drg. Veronica Septnina, Sp. Perio



FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA) JAKARTA 2019



BAB I PENDAHULUAN



Berdasarkan hasil studi Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, persentase penyakit gigi dan mulut di Indonesia adalah 25,9%. Penyakit gigi dan mulut yang banyak dijumpai di Indonesia merupakan penyakit periodontal. Penyakit periodontal yang sering dijumpai adalah gingivitis dan periodontitis.1 Gingivitis adalah bentuk penyakit periodontal yang ringan dengan tanda klinis gingiva berwarna merah, membengkak dan mudah berdarah tanpa ditemukan kerusakan tulang alveolar.2 Periodontitis biasanya berkembang dari gingivitis yang sudah terjadi, walaupun tidak semua gingivitis berkembang menjadi periodontitis. Perubahan komposisi dan potensi patogenik dari mikroorganisme plak terhadap faktor resistensi pejamu dan jaringan sekitarnya menentukan perubahan dari gingivitis menjadi periodontitis dan keparahan kerusakan jaringan periodontal.3 Initial phase therapy yang merupakan terapi awal perawatan penyakit periodontal, merupakan tindakan yang paling penting untuk semua pasien dengan kelainan periodontal.3 Tujuan perawatan periodontitis adalah menghilangkan patogen periodontal, umumnya dilakukan secara mekanis dengan scaling root planing (SRP).4 Scaling dan root planing merupakan prosedur yang tidak terpisahkan dan merupakan dasar bagi keberhasilan perawatan periodontal. Scaling dan root planing dilakukan dengan cara menyingkirkan plak, kalkulus, serta endotoksin dan sementum nekrotik dari permukaan akar.5



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1 Definisi Root Planing Root



planing



merupakan



suatu



tindakan



untuk



membersihkan



dan



menghaluskan permukaan akar dari jaringan nekrotik maupun sisa bakteri dan produknya yang melekat pada permukaan akar (sementum).6 2.2 Tujuan Perawatan Root Planing Tujuan utama scaling dan root planning (SRP) adalah mengembalikan kondisi gingiva menjadi sehat kembali dengan menghilangkan deposit keras dan lunak serta bakteri yang menempel pada permukaan gigi dan subgingiva dan mengeliminasi faktor-faktor yang menyebabkan inflamasi gingiva seperti plak dan kalkulus. 3,4 Hal ini bertujuan untuk mendapatkan permukaan akar yang dapat diterima secara biologis, mengurangi kedalaman poket, dan memperbaiki tingkat perlekatan epitel.5 2.3 Indikasi dan Kontraindikasi Root Planing a. Indikasi Root Planing 



Kehilangan perlekatan klinis.7







Pada pemeriksaan radiografi, terdapat penurunan puncak tulang alveolar.7







Pada pemeriksaan radiografi, tampak adanya kalkulus pada permukaan akar.7







Pasien dengan gingiva yang bengkak dan inflamasi.7







Adanya poket supraboni.7







Abses dengan lesi yang kecil dan tidak parah, masih dapat dilakukan scaling dan root planing.8



b. Kontraindikasi Root Planing







Secara radiografi tidak terjadi kerusakan tulang, terlihat adanya kalkulus, tetapi tidak pada permukaan akar.8







Tidak terbukanya akar gigi.8







Abses periodontal yang luas dan bisa di drainase. Abses perlu di irigasi untuk membersihkan eksudat dan membersihkan poket.8







Pasien dengan moderate-severe NUG dan lokal limfadenopati atau dengan gejala sistemik lainnya.8



2.4 Prinsip Root Planing9 Instrumentasi yang efektif diatur oleh sebuah prinsip umum yang biasanya untuk semua instrumen periodontal. Posisi pada pasien dan operator, pencahayaan dan retraksi untuk visibilitas yang optimal dan bentuk instrumen yang merupakan salah satu hal yang mendasar dalam perawatan periodontal. a. Aksesbilitas (Posisi Pasien dan Operator) 



Posisi duduk netral untuk operator: 1. Lengan bawah sejajar terhadap lantai. 2. Berat seimbang. 3. Paha sejajar terhadap lantai. 4. Sudut panggul membentuk 90°. 5. Tinggi posisi duduk cukup rendah sehingga tumit kaki menyentuh lantai. 6. Ketika sedang bekerja posisi jam 9.00-12.00 kaki meluas sehingga kak dan dasar kursi membentuk tripod, ini merupakan posisi yang stabil. 7. Punggung lurus dan kepala tegak.







Posisi Pasien: 1. Pasien posisi terlentang dan ditempatkan dekat mulut dengan posisi operator siku yang santai. 2. Badan: Tumit pasien seharusnya sedikit lebih tinggsi dibandingkan ujung dari hidungnya. Punggung pada kursi seharusnya sejajar pada lantai, ini merupakan daerah rahang atas. Punggung kursi sedikit mengangkat, ini merupakan daerah mandibula. 3. Kepala: Kepala pasien diletakkan tepi atas dengan posisi headrest. Untuk daerah mandibular adalah chin down position sedangkan untuk daerah maksila adalah chin up position. 4.



Headrest: Headrest disesuaikan lebih diangkat atau di bawah sehingga leher pasien dan kepala lurus dengan batang tubuh.



b. Visibilitas, Illuminasi, dan Retraksi 



Kaca Mulut Kaca mulut adalah instrument yang biasa digunakan dengan menggunakan refleksi permukaan untuk melihat permukaan gigi yang tidak dapat dilihat langsung. Variasi penggunaan kaca mulut: 1) Indirect Vision 2) Retraction Retraksi mendukung visibilitas, aksesbilitas dan penerangan. Beberapa metode yang efektif untuk retraksi: i. Gunakan kaca untuk membiaskan pipi, ketika jari tidak beroperasi untuk meretraksi bibir, lindungi sudut mulut dari iritasi lengan kaca mulut. ii. Gunakan kaca mulut sendiri untuk meretraksi bibir dan pipi



iii. Gunakan jari yang tidak beroperasi untuk meretraksi bibir iv. Gunakan kaca mulut untuk meretraksi lidah 3) Kombinasi metode sebelumnya. 4) Indirect Illumination 5) Transillumination Ketika transluminasi pada gigi, kaca dapat digunakan untuk reflek lampu melihat permukaan gigi. Gigi yang transluminasi hampir biasanya bersinar. Efektif untuk gigi anterior untuk melewati cahaya yang tepat.



c. Kondisi Instrumen Semua intrumentasi seharusnya dipersiapkan bersih, steril dan kondisi yang baik. Working end pada ujung atau blade instrumen harus tajam agar dapat memperoleh keuntungan sebagai berikut: i. Mudah menghilangkan kalkulus. ii. Kontrol dalam stroke. iii. Mengurangi angka pada stroke. iv. Meningkatkan kenyaman pada pasien. v. Mengurangi kelelahan pada operator. d. Menjaga Kebersihan Daerah Kerja Keadaan visibilitas, pencahayaan dan retraksi, instrumentasi yang baik dapat terhambat jika lapang pandang operasi adalah dipenuhi saliva, debris dan darah. Hal ini dapat dihilangkan dengan menggunakan suction dan gauze square. e. Stabilisasi Instrumen Kestabilan instrumentasi dan tangan adalah hal yang utama untuk mengontrol instrumentasi. Ada dua faktor yang mendukung kestabilan : i. Instrumen Grasp



Grasp biasanya digunakan untuk mengontrol perpindahan selama menggunakan instrumentasi periodontal. Lebih efektif dan stabil untuk semua instrumentasi periodontal adalah modifikasi pen grasp. Pegangan ini memungkinkan kontrol yang tepat pada ujung kerja sehingga berbagai gerakan dan fasilitas konduksi taktil yang baik.



ii. Finger Rest Finger rest digunakan untuk menstabilisasi tangan dan instrumen dengan melibatkan fulcrum yang stabil sebagai perpindahan yang dibuat untuk mengaktivasi instrumen. Finger rest yang baik mencegah trauma dan luka pada gingival serta jaringan lainnya. Jari manis biasanya sering digunakan operator untuk finger rest. Kontrol yang maksimal ketika jari tengah dijaga antara bagian gagang instrumen dan pada jari manis. f. Aktivasi Instrumen i. Adaptasi Adaptasi adalah tata cara dimana working end pada instrument periodontal diletakkan pada permukaan gigi. Objek adaptasi untuk membuat working end pada instrument biasanya pada kontur permukaan



gigi. Adaptasi harus dilakukan untuk menghindari trauma pada jaringan lunak dan permukaan akar. ii. Angulasi Angulasi pada sudut depan blade instrument dan permukaan gigi: 1. Untuk insersi pada margin gingival angulasi permukaan gigi fasial seharusnya membentuk sudut antara 0° dan 40°. 2. Untuk membuang kalkulus, angulasi antara 45° dan 90°. Kondisi dengan jaringan selama scaling atau root planing dengan angulasi yang kurang dari 45° pada permukaan gigi. Kuret dengan angulasi lebih dari 90°.



g. Tekanan Lateral Tekanan lateral sebagai tekanan dibuat untuk memaksa ke permukaan gigi dengan cutting edge pada bagian blade intrumen. Beberapa tekanan tergantung pada prosedur yang dilakukan. Apabila tebal, sedang atau tinggi diterapkan tekanan lateral seperti tepian yang kasar atau benjolan dilakukan hingga menipis. Aplikasi berulang pada tarikan yang berat akan retak pada permukaan akar. Hati-



hati aplikasi dan kontrol pada tekanan lateral selama menggunakan instrument, ini merupakan bagian integral yang efektif untuk scalling dan root planning. h. Tarikan Terdapat empat tipe tarikan: i. Placement Stroke ii. Exploratory Stroke iii. Scalling Stroke iv. Root Planing Stroke 1. Tujuan: untuk menghilangkan residual kalkulus, bakteri plak. 2. Tekanan Lateral: Light to moderate 3. Karakter: Lighter strokes of moderate length 4. Arahan: vertikal, oblique, horizontal 1) Vertikal: Facial, lingual, proksimal pada gigi anterior, mesial dan distal bagian gigi posterior 2) Oblique: Fasial dan lingual pada gigi anterior dan posterior. 3) Horizontal Strokes atau Sirkumferensial: Garis sudut pada gigi posterior dan bagian furkasi. 2.5 Prosedur Root Planing10 1. Pemeriksaan kesehatan umum pasien: tekanan darah, suhu tubuh, denyut nadi, pernafasan. 2. Persiapan Operator dan Pasien Aksesibilitas memudahkan ketelitian instrumentasi. Posisi pasien dan operator harus memberikan aksesibilitas maksimal ke area operasi. Aksesibilitas yang tidak memadai menghalangi instrumentasi yang teliti, kelelahan operator, dan mengurangi keefektifannya. Dokter harus duduk nyaman dibangku operasi



yang telah diposisikan dan menjaga punggung lurus dan kepala tegak. Pasien harus berada dalam posisi telentang dan ditempatkan sedemikian rupa sehingga mulutnya dekat dengan siku operator. 3. Persiapan Alat dan Bahan 



Alat i. Lap Putih ii. Alat diagnostic : Neirbeken, 2 buah kaca mulut nomor 4, Sonde halfmoon dan sonde lurus, Pinset, Probe periodontal (Probe UNC 15). iii. 3 dappen glass (untuk menampung antiseptik dan bahan irigasi dan aquadest) iv. Syringe irigasi v. Brush vi. Kuret gracey11 1. Nomor 1-2 dan 3-4 : untuk gigi anterior 2. Nomor 5-6 : untuk gigi anterior dan gigi premolar 3. Nomor 7-8 dan 9-10 : untuk gigi posterior bagian fasial dan lingual 4. Nomor 11-12 : untuk gigi posterior bagian mesial 5. Nomor 13-14 : untuk gigi posterior bagian distal







Bahan i. Antiseptik : Povidone iodine ii. Anestetikum : Lidocaine HCl 2% iii. Pumice iv. Bahan irigasi : larutan saline dan H2O2 3% (gelembung onasen (oksigen) dapat mematikan bakteri anaerob) dan 3 cc larutan aquadest v. Cotton pellet, cotton roll vi. Disclosing agent vii. Kain kasa



4. DHE (Dental Health Education) yaitu menjelaskan prosedur perawatan root planing 5. Pemeriksaan kedalaman poket periodontal Poket periodontal merupakan pendalaman sulkus gingiva yang bersifat patologis, terjadi destruksi dari jaringan periodontal. Gambaran klinis dari poket periodontal yakni margin gingiva berwarna merah dan menebal, warna kemerahan berbentuk area vertikal dari margin gingiva sampai mukosa alveolar, pendarahan gingiva dan supurasi, mungkin terdapat mobilitas gigi,



terbentuk diastema, terdapat gejala nyeri yang terlokalisir jauh didalam tulang alveolar. Metode yang paling nyata untuk menemukan poket periodontal adalah dengan melakukan probing. 6. Evaluasi plak dengan menggunakan disclosing agent 7. Oral profilaksis menggunakan pumice dan brush 8. Melakukan tindakan asepsis daerah kerja menggunakan Povidone Iodine pada daerah kerja dengan menggunakan cotton pellet 9. Aplikasi anestesi topikal denggan menggunakan Lidocaine HCl 2% 10. Lakukan root planing dengan memegang alat kuret dengan modifikasi pen grasp, bertumpu pada fulkrum yang tepat dengan permukaan blade paralel dengan sumbu panjang gigi, secara perlahan masukkan alat kuret dengan angulasi 0° ke dalam poket sampai sisi blade terletak dibawah deposit kalkulus dengan sisi blade menghadap permukaan akar. Selama root planing angulasi optimal dari instrumen yakni berkisar 45°-90° 11. Lakukan pembersihan kalkulus subgingiva pada permukaan gigi dan akar. Perawatan scaling dan root planing meliputi tiga gerakan mendasar, yaitu exploratory stroke, scaling stroke dan root planing stroke. Exploratory stroke artinya sebelum dilakukan scaling dan root planing, alat dimasukkan secara perlahan dengan perabaan yang mengandalkan kepekaan tangan dan alat untuk mendeteksi posisi kalkulus terutama tepi apikal. Scaling stroke yaitu gerakan selama melakukan scaling dengan tiga tipe gerakan yakni vertikal, oblik, dan horizontal. Root planing stroke yakni dengan tekanan lateral yang ringan, overlap, dan panjang, kalkulus subgingiva pada permukaan akar ditarik kearah vertikal, diagonal, atau horizontal sampai permukaan halus dicapai.



12. Pastikan permukaan akar telah halus, diperiksa dengan menggunakan sonde lurus dengan cara mengeksplorasi daerah permukaan akar yang telah dibersihkan. 13. Lakukan polishing pada gigi yang telah dilakukan perawatan dengan menggunakan rubber bur atau brush 14. Jika sudah bersih dan halus, kemudian bersihkan daerah kerja dengan bahan irigasi (larutan saline) lalu dibilas dengan 3cc larutan aquadest sampai bersih untuk menyingkirkan sisa debris dan selanjutnya berikan antiseptic 15. Berikan instruksi pada pasien setelah dilakukan perawatan yang tepat : 



Instruksi pasien untuk tidak terlalu keras saat menyikat gigi dan gunakan bulu sikat yang halus. Mengedukasi menyikat gigi dengan metode stillman (dianjurkan untuk pembersihan pada daerah dengan resesi gingiva yang parah disertai tersingkapnya akar gigi, guna menghindari dekstruksi yang lebih parah pada jaringan akibat abrasi sikat gigi. Jenis sikat gigi yang dianjurkan adalah sikat gigi dengan kekerasan bulu sikat sedang sampai keras, yang terdiri dari dua atau tiga baris rumpun bulu sikat.)







Beritahukan kepada pasien jika ada keluhan paska perawatan segera hubungi dokter yang telah merawat







Instruksi pasien untuk tidak merokok setelah dilakukan perawatan







Jangan menghisap daerah yang telah dirawat







Jangan sering meludah terlalu keras







Jangan memakan makanan yang keras, kasar dan pedas.







Kontrol kembali setelah 7 hari dilakukan perawatan.



2.6 Fase Penyembuhan Root Planing12



Penyembuhan epitel gingiva terdiri dari pembentukan epitel junctional yang panjang dan bukan perlekatan jaringan ikat baru ke permukaan akar. Epitel junctional panjang ini terjadi sekitar 1 minggu setelah terapi. Pengurangan bertahap dalam populasi sel inflamasi, aliran cairan crevicular, dan perbaikan jaringan ikat menyebabkan penurunan tanda-tanda klinis peradangan, termasuk lebih sedikit kemerahan dan pembengkakan. Satu atau dua milimeter resesi sering terlihat akibat penyusutan jaringan. Serat jaringan ikat terganggu dan dilisis oleh proses penyakit dan juga oleh reaksi inflamasi terhadap pengobatan. Jaringan-jaringan ini membutuhkan 4 minggu atau lebih untuk reorganisasi dan sembuh, dan banyak kasus mungkin memerlukan beberapa minggu untuk penyembuhan total.



BAB III LAPORAN KASUS Nama O.S



: Nawawi



Tanggal Lahir



: 05 Juni 1971/ 48 tahun



Jenis Kelamin



: Laki-laki



Pekerjaan



: Wiraswasta



Alamat



: Jalan PLN, Pondok Aren



Nama Mahasiswa: 1. Firstya Rifka Hapsari 2018-16-046 2. Galuh Puteri Puspita 2018-16-049 3. Puti Amelinda 2018-16-083 4. Zikrima Shafarina 2018-16-099 5. Ghoziah Maya Lubis 2018-16-101 Nama Pembimbing: drg. Veronica Septnina., Sp.Perio



3.1 Anamnesa Pasien laki-laki berusia 48 tahun datang ke RSGM UPDM(B) dengan keluhan gusi gigi depan rahang atas dan bawah sering berdarah saat menyikat gigi, ngilu jika makan atau minum panas dan dingin, dan merasa gusinya turun. Pasien menyikat gigi 2x sehari pagi dan sore saat mandi. Pasien sebelumnya sudah pernah melakukan perawatan pembersihan karang gigi terakhir kali melakukan pembersihan karang gigi pada tanggal 14 Juni 2019 dan sudah dilakukan kontrol plak. Namun pasien masih mengeluh gusinya berdarah dan sedikit ngilu saat makan atau minum dingin. Pasien tidak memiliki penyakit sistemik. Pasien tidak memiliki alergi terhadap obat-obatan dan tidak sedang mengonsumsi obat-obatan. Pasien memiliki kebiasaan merokok namun tidak mengkonsumsi alkohol. Pasien datang dalam keadaan tidak sakit dan ingin dirawat.



3.2 Status Umum -



Kesadaran umum: compos mentis,



-



Tekanan darah 110/70 mmHg, denyut nadi 75x/menit,



-



Suhu afebris (36 o), pernafasan 16x/menit



-



DM (-) hipertensi (-) jantung (-) asma (-) alergi (-)



3.3 Status Lokal: 1. Pemeriksaan ekstra oral -



Wajah : Simetris (TAK)



-



Pipi : Tidak ada pembengkakan



-



Bibir : Kompeten (TAK)



-



Limfonodi : Tidak teraba (TAK)



-



Mata : Pupil (isokor), Sclera (non ikterik), Konjungtiva (nonanemic)



-



Kelenjar Submandibularis : Tidak teraba, lunak, tidak sakit



-



Kelenjar Sublingualis : Tidak teraba, lunak, tidak sakit



Gambar 1. Foto Ekstra Oral 2. Pemeriksaan intra oral: a. Missing: Gigi 45, 47 



Resesi Gingiva o Kelas I: Gigi 15, 14, 24, 25, 35, 34, 33, 32, 44, 46 o Kelas III: gigi 37







Frenulum



: sedang







Vestibulum



: sedang







Dasar mulut



: rendah







Abrasi



:-







Atrisi



: Gigi 32, 31, 41, 42, 43







Crossbite



:-







Karies



: Gigi 17, 26, 27, 37, 36, 46







Furkasi



: Gigi 37







Mobilitas



: Gigi 37 goyang derajat 2







Torus palatinus: -







Torus mandibularis: -







Spacing



:-







Openbite



:-







Deepbite



:-







Migrasi



:-







Malposisi



: 14 bukoversi, 12 mesiopalatoversi, 11 mesiopalatoversi, 22



distolabioversi, 24 palatoversi, 33 mesiolabioversi, 41 linguoversi 



Trauma oklusi : -







Palatum



: sedang







Lain-lain



:-







Gingiva o RA.KA. : oedem, merah kehitaman, konsistensi lunak, interdental papil tumpul, stipling (-), BOP (+) o RA.M. : oedem, merah kehitaman, konsistensi lunak, interdental papil tumpul, stipling (-), BOP (+) o RA.KR. : oedem, merah kehitaman, konsistensi lunak, interdental papil tumpul, stipling (-), BOP (+) o RB.KA. : oedem, merah kehitaman, konsistensi lunak, interdental papil tumpul, stipling (-), BOP (+) o RB.M. : oedem, merah kehitaman, konsistensi lunak, interdental papil tumpul, stipling (-), BOP (+)



o RB.KR. : oedem, merah kehitaman, konsistensi lunak, interdental papil tumpul, stipling (-), BOP (+) Keadaan gigi geligi: V



G



Pb Pm



Pp/Pl



Pd



O



M P D



R



Mp



M Tk



K



T



Kr



Tm



At/ Ab



MBDP



1.8 1.7



+



-



3



4



4 2 3



4



-



0001



-



-



+



-



-



+



-



-/-



1.6



+



-



2



2



3 3 4



5



+



0100



-



-



+



-



-



-



-



-/-



1.5



+



-



2



3



4 2 4



4



-



0100



-



-



+



-



-



-



-



-/-



1. 4



+



-



2



3



3 2 3



3



+



1200



BV



-



+



-



-



-



-



-/-



1.3



+



-



2



4



3 3 4



4



+



0120



-



-



+



-



-



-



-



-/-



1.2



+



-



2



2



2 2 3



3



+



0000



MPV



-



+



-



-



-



-



-/-



1.1



+



-



3



2



3 2 2



3



+



0000



MPV



-



+



-



-



-



-



-/-



2.1



+



-



2



3



3 2 3



3



+



0000



-



-



+



-



-



-



-



-/-



2.2



+



-



2



4



4 3 3



4



+



0000



DLV



-



+



-



-



-



-



-/-



2.3



+



-



2



4



4 3 2



4



+



0000



-



-



+



-



-



-



-



-/-



2.4



+



-



2



4



5 2 3



3



+



0200



PV



-



+



-



-



-



-



-/-



2.5



+



-



3



4



4 3 4



3



+



0100



-



-



+



-



-



-



-



-/-



2.6



+



-



3



3



5 4 3



3



+



0100



-



-



+



-



-



+



+



-/-



2.7



+



-



3



3



4 3 3



4



+



0001



-



-



+



-



-



+



-



-/-



V



G



M Tk



K



T



Kr



Tm



At/A



2.8 Pb Pm



Pp/Pl



Pd



O



M L D



R



Mp



b



MBDL



3.8 3.7



+



o



2



5



4



7 3 5



8



+



0402



-



-



+



-



-



+



-



-/-



3.6



+



-



4



3



2 3 3



3



+



0001



-



-



+



-



-



+



-



-/-



3.5



+



-



2



2



3 2 3



3



+



0100



-



-



+



-



-



-



-



-/-



3.4



+



-



2



3



4 2 3



2



+



0300



-



-



+



-



-



-



-



-/-



3.3



+



-



3



4



4 3 4



3



+



0401



MLV



-



+



-



-



-



-



-/-



3.2



+



-



1



2



2 2 2



3



+



0111



-



-



+



-



-



-



-



+/-



3.1



+



-



2



3



3 2 2



3



+



1032



-



-



+



-



-



-



-



+/-



4.1



+



-



2



2



3 2 3



3



+



1023



LV



-



+



-



-



-



-



+/-



4.2



+



-



2



3



3 3 3



4



+



1012



-



-



+



-



-



-



-



+/-



4.3



+



-



2



2



3 3 3



3



+



1101



-



-



+



-



-



-



-



+/-



4.4



+



-



2



3



2 3 3



2



+



0201



-



-



+



-



-



-



-



-/-



+



-



3



2



3 2 2



3



+



1110



-



-



+



-



-



+



-



-/-



4.5 4.6 4.7 4.8 Keterangan: V : Vital G : Goyang O : Oklusi R : Resesi M : Migrasi Foto Intraoral



Tk : Titik kontak K : Karang gigi T : Trauma oklusi Mp : Malposisi Tm : Tumpatan



At/Ab : Atrisi/Abrasi Kr : Karies



Gambar 2. Foto Intra Oral Foto Radiografi



Interpretasi: 1. Gigi 17 -



Penurunan tulang alveolar crest pada sisi mesial 5 mm dan pada sisi distal 7 mm



-



Pelebaran ligamen periodontal pada ujung akar bagian distal



-



Lamina dura terputus-putus pasa kedua sisi



-



Tidak ada lesi periapikal



2. Gigi 16 -



Penurunan tulang alveolar crest pada sisi mesial 5 mm dan pada sisi distal 7 mm



-



Pelebaran ligamen periodonral pada ujung akar bagian distal



-



Lamina dura terputus-putus pada kedua sisi



-



Tidak ada lesi periapikal



3. Gigi 15 -



Penurunan tulang alveolar crest pada sisi mesial 3,5 mm dan pada sisi distal 3 mm



-



Pelebaran ligamen periodontal pada kedua sisi



-



Lamina dura terputus-putus pada kedua sisi



-



Tidak ada lesi periapical



4. Gigi 13 -



Penurunan tulang alveolar crest pada sisi mesial 1 mm dan pada sisi distal 2 mm



-



Pelebaran ligamen periodontal pada sisi distal dan normal pada sisi mesial



-



Lamina dura hilang pada sisi distal dan normal pada sisi mesial



-



Tidak ada lesi periapical



Interpretasi: 5. Gigi 22 -



Penurunan tulang alveolar crest pada sisi mesial 3 mm dan pada sisi distal 3 mm



-



Pelebaran ligamen periodontal pada sisi distal dan normal pada sisi mesial



-



Lamina dura terputus-putus pada sisi distal dan normal pada sisi mesial



-



Tidak ada lesi periapikal



6. Gigi 23 -



Penurunan tulang alveolar crest pada sisi mesial 3 mm dan pada sisi distal 3 mm



-



Pelebaran ligamen periodontal pada kedua sisi



-



Penebalan lamina dura pada sisi distal



-



Tidak ada lesi periapikal



7. Gigi 24 -



Penurunan tulang alveolar crest pada sisi mesial mm dan sisi distal mm



-



Pelebaran ligamen periodontal pada sisi distal



-



Penebalan lamina dura pada kedua sisi



-



Tidak ada lesi periapikal



8. Gigi 25 -



Penurunan tulang alveolar crest sisi mesial 4mm, sisi distal 3mm



-



ligamen periodontal pada seluruh sisi



-



Penebalan lamina dura pada 1/3 apikal sisi mesial dan distal



-



Tidak ada lesi periapikal



9. Gigi 26 -



Tidak tampak penurunan tulang alveolar crest



-



Pelebaran ligamen periodontal pada kedua sisi



-



Lamina dura terputus-putus pada kedua sisi



-



Tidak ada lesi periapikal



10. Gigi 27



-



Penurunan tulang alveolar crest pada sisi distal 1 mm, sisi mesial normal



-



Pelebaran ligamen periodontal pada kedua sisi



-



Lamina dura normal pada kedua sisi



-



Tidak ada lesi periapical



Interpretasi 11. Gigi 42 -



Penurunan tulang alveolar crest pada sisi mesial 4mm, sisi distal 5mm



-



Ligamen periodontal normal



-



Penebalan lamina dura pada kedua sisi



-



Tidak ada lesi periapikal



12. Gigi 33 -



Penurunan tulang alveolar crest pada sisi mesial 7mm, sisi distal 4mm



-



Pelebaran ligamen periodontal pada kedua sisi



-



Lamina dura terputus pada sisi distal, normal pada sisi mesial



-



Tidak ada lesi periapikal



13. Gigi 34 -



Penurunan tulang alveolar crest pada sisi mesial 3mm, distal 3.5mm



-



Pelebaran ligamen periodontal pada kedua sisi



-



Lamina dura terputus-putus pada sisi distal, normal pada sisi mesial



-



Tidak ada lesi periapikal



3.4 Diagnosa Periodontitis kronis generalis oleh karena bakteri plak diperberat oleh kalkulus supragingiva dan subgingiva disertai resesi gingiva. - Etiologi Primer : Bakteri plak - Etiologi Sekunder: -



Kalkulus rahang atas dan bawah



-



Missing gigi gigi 45 dan 48



-



Karies gigi 17, 26, 27, 37, 36, 46



-



Malposisi gigi 14 bukoversi, 12 mesiopalatoversi, 11 mesiopalatoversi, 22 distolabioversi, 24 palatoversi, 33 mesiolabioversi, 41 linguoversi



3.5 Prognosis -



Umum: Baik, pasien kooperatif, tidak ada riwayat penyakit sistemik, sosial ekonomi baik, tidak mengonsumsi obat.



-



Lokalis: Sedang, gigi vital, kerusakan tulang ≤ 1/3 servikal, poket periodontal 3-5 mm, memungkinkan dilakukan perawatan



3.6 Rencana Perawatan -



Fase emergency (Fase Preliminary): Tidak dilakukan karena tidak terdapat abses gingiva/periodontal, NUG dan NUP. Menjelaskan kepada pasien tentang tahapan perawatan.



-



Fase I (inisial): scalling + OHI; root planning gigi 17, 16, 15, 13, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 34, 33, dan 42; penumpatan gigi 17, 26, 27, 36, 46; pencabutan gigi 37; dan perawatan ortodonti untuk mengkoreksi gigi yang malposisi.



-



Fase II (bedah): -



-



Fase III (restoratif): Pembuatan GTSL gigi 45 dan 47.



-



Fase IV (maintenance): Kontrol periodik, kontrol plak dan kalkulus gingiva (pemeriksaan kembali keadaan poket dan inflamasi gingiva), cek oklusi, kegoyangan gigi dan DHE



Bagan rencana perawatan



Fase Emergency atau Fase Preliminary Tidak dilakukan karena tidak terdapat abses gingiva/periodontal, NUG, NUP Menjelaskan kepada pasien tentang tahapan perawatan



Y



Fase I: Fase Inisial 6, 15, 13, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 34, 33, dan 42; penumpatan komposit gigi 17, 26, 27, 36, 46; ; pencabutan gigi 37; dan perawatan ortodo



Fase IV: Fase Maintanance Kontrol periodik, kontrol plak, kalkulus, gingiva dan DHE Evaluasi keadaan gingiva (pemeriksaan kembali ke dalam poket, plak, kalkulus, dan inflamasi gingiva) Evaluasi oklusi dan kegoyangan gigi



Fase II: Fase Bedah Tidak dilakukan



3.7 Rujukan



Fase III: Fase Restoratif Pembuatan GTSL gigi 45 dan 47



- Bagian Radiologi: Foto Periapikal gigi 17, 16, 15, 13, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 34, 33, dan 42 - Bagian Bedah Mulut: pencabutan gigi 37 - Bagian Konservasi: Penumpatan gigi 17, 26, 27, 36, 46 - Bagian Prostodonsia: Pembuatan GTSL gigi 45 dan 47 - Bagian Ortodonsia: Perawatan ortodonti cekat untuk koreksi gigi malposisi 3.8 Hasil Perawatan 1. Poket Setelah Perawatan Berikut merupakan kedalaman poket pasien setelah 28 hari dilakukan perawatan: Pb



Pm



Pp/Pl



Pd



17



3



4



3/2/3



3



16



2



3



4/2/3



3



14



2



3



3/2/3



3



13



2



3



3/2/3



3



22



2



3



3/2/3



4



23



2



4



3/2/3



4



24



2



4



4/3/4



3



25



1



5



4/2/4



3



26



3



3



5/4/4



3



27



3



3



4/3/3



3



34



2



2



3/2/3



2



33



2



3



3/3/2



3



42



2



3



3/2/2



4



M/L/D



2. Foto Intraoral Setelah Perawatan



Gambar 3. Foto kondisi intra oral setelah perawatan root planing



BAB IV PEMBAHASAN Seorang pasien laki-laki datang ke RSGM FKG Moestopo (Beragama), usia 48 tahun. Pasien didiagnosis periodontitis kronis generalis. Pasien di diagnosis periodontitis kronis generalis yang ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan klinis dan pemeriksaan radiografis, dengan etiologi bakteri plak serta diperberat dengan adanya kalkulus supragingiva dan subgingiva disertai resesi gingiva dan kegoyangan gigi. Periodontitis biasanya berkembang dari gingivitis yang sudah terjadi, walaupun tidak semua gingivitis berkembang menjadi periodontitis. Perubahan komposisi dan potensi patogenik dari mikroorganisme plak terhadap faktor resistensi pejamu dan jaringan sekitarnya menentukan perubahan dari gingivitis menjadi periodontitis dan keparahan kerusakan jaringan periodontal.3 Poket periodontal pada pasien diduga terkait kalkulus subgingiva serta akumulasi plak yang sulit untuk dibersihkan sehingga menimbulkan respon inflamasi. Tampak gingiva yang kemerahan pada rahang atas dan rahang bawah akibat inflamasi. Oral hygiene pasien secara umum sedang. Pada rahang atas dan rahang bawah terdapat kalkulus. Pada gambaran radiografis terdapat kerusakan alveolar crest dan pelebaran ligamen periodontal pada gigi 17, 16, 14, 13, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 33, 34, 42.



Dari hasil pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang radiografi, maka perawatan yang akan dilakukan adalah root planing. Root planning merupakan suatu tindakan untuk membersihkan dan menghaluskan permukaan akar dari jaringan nekrotik maupun sisa bakteri dan produknya yang melekat pada permukaan akar (sementum). 6 Tujuan utama scaling dan root planning (SRP) adalah mengembalikan kondisi gingiva menjadi sehat kembali dengan menghilangkan deposit keras dan lunak serta bakteri yang menempel pada permukaan gigi dan subgingiva dan mengeliminasi faktor-faktor yang menyebabkan inflamasi gingiva seperti plak dan kalkulus.3,4 Setelah dilakukan perawatan root planing, pasien datang kembali 28 hari kemudian untuk dilakukan kontrol. Pasien tidak dapat melakukan kontrol pada hari ke 14 paskaperawatan dikarenakan pasien sakit. Kontrol dilakukan untuk mengetahui dan mengevaluasi hasil perawatan root planing yang telah dilakukan. Kontrol dimulai dengan menganamnesa pasien, lalu memeriksa keadaan ekstra oral dan intra oral. Dilanjutkan dengan pengukuran poket dan diakhiri dengan kontrol plak. Berdasarkan evaluasi didapatkan hasil bahwa kedalaman poket mengalami penurunan/penyembuhan, namun ada beberapa gigi yang mengalami pendalaman poket. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti adanya plak sehingga margin gingiva masih terpapar oleh mikroorganisme.14 Menurut Klaus, tidak hanya jumlah plak yang berperan dalam kegagalan perawatan periodontal, namun juga patogenesitas dari mikroorganisme serta status imun dari pasien, resistensi pasien, juga merupakan faktor. 14 Pada kasus ini, setelah dilakukan perawatan pasien menderita sakit gigi akibat berlubang. Selama pasien sakit gigi, pasien juga mengalami gejala prodromal yang menandakan bahwa status imun pasien menurun. Selain itu, pasien juga mempunyai kebiasaan buruk yaitu merokok. Efek merokok pada penyembuhan jaringan mempengaruhi vasokonstriksi pembuluh darah, hal tersebut dapat disebabkan oleh derajat inhalasi asap rokok serta absorbsi



nikotin kedalam jaringan. Terjadinya vasokontriksi pembuluh darah, menurunnya aktifitas PMNs, berkurangnya aliran darah dan cairan sulkus gingival, berakibat pada menurunnya suplai oksigen dan nutrisi pada jaringan, sehingga dapat menghambat penyembuhan luka.15



BAB V KESIMPULAN Periodontitis adalah penyakit infeksi pada jaringan pendukung gigi disebabkan oleh mikroorganisme dan terjadi kerusakan progresif pada ligamen periodontal dan tulang alveolar.4 Periodontitis kronis memiliki gejala klinis berupa peradangan gingiva, perdarahan saat melakukan probing poket periodontal, berkurangnya resistensi jaringan terhadap probing, kerusakan jaringan ikat, tulang alveolar, ligamen periodontal, dan sementum akar. Hal ini mengakibatkan hilangnya perlekatan epitel dan terbentuknya poket periodontal, resesi gingiva, dan resorpsi tulang alveolar yang irreversible.4,13 Terapi inisial berupa scaling root planing (SRP) yang merupakan terapi awal perawatan penyakit periodontal, merupakan tindakan yang paling penting untuk semua pasien



dengan



kelainan



periodontal.3,4Tujuan



perawatan



periodontitis



adalah



menghilangkan patogen periodontal, Scaling dan root planing merupakan prosedur yang tidak terpisahkan dan merupakan dasar bagi keberhasilan perawatan periodontal. Scaling dan root planing dilakukan dengan cara menyingkirkan plak, kalkulus, serta endotoksin dan sementum nekrotik dari permukaan akar.5



DAFTAR PUSTAKA 1. Mawaddah N, Arbianti K, Ringga N. Perbedaan Indeks Kebutuhan Perawatan Periodontal (CPITN) Anak Normal dan Anak Tunarungu (SDN 1 Tegaldowo dan SLB-B YPSLB Gemolong). ODONTO Dental Journal. 2017; 4(1): 44-48. 2. Sugiarti T, Santik YDP. Kejadian Periodontitis di Kabupaten Magelang. Higeia Journal of Public Health Research and Development. 2017; 1(4): 97-108. 3. Kodir AIA, Herawati D, Murdiastuti K. Perbedaan Efektivitas antara Pemberian Secara Sistemik Ciprofloksasin dan Amoksisilin Setelah Scaling & Root Planing pada Periodontitis Kronis Penderita Hipertensi. Jurnal Kedokteran Gigi. 2014; 5(4): 323-328. 4. Andriani I. Efektivitas antara Scaling Root Planing (SRP) dengan dan



Tanpa



Pemberian Ciprofloxacin per Oral pada Penderita Periodontitis. IDJ. 2012; 1(2): 8185. 5. Sidiqa AN, Herryawan. Efektifitas Gel Daun Sirih Merah (Piper crocatum) pada Perawatan Periodontitis Kronis. Kartika-Jurnal Ilmiah Farmasi. 2017; 5(1): 1-6. 6. Krismariono A. Prinsip-Prinsip Dasar Scaling dan Root Planing dalam Perawatan Periodontal. Periodontic Journal. 2009; 1(1): 1-5.



7. American Dental Association. A Guide to Reporting D4346. Chicago: American Dental Association; 2017. 8. Newman MG, Takei HH, Klokkevold PR. Carranza’s Clinical Periodontology. 12th Ed. St. Louis: Elsevier; 2015: 51, 53-54, 506, 566-575, 576-581. 9. Newman MG. Takei HH, Klokkevold, PR. Carranza’s Clinical Periodontology, 13th Ed. St. Louis: Elsevier Saunder. 2019:531-540 545.e1; 545.e2 10. Newman MG. Takei HH, Klokkevold, PR. Carranza’s Clinical Periodontology, 13th Ed. St. Louis: Elsevier Saunder. 2019: 545.e14- 545.e21 11. Newman MG, Takei HH, Klokkevold PR. Carranza’s Clinical Periodontology. 12 th Ed. St. Louis: Elsevier; 2015: 498 12. Newman MG. Takei HH, Klokkevold, PR. Carranza’s Clinical Periodontology, 13th Ed. St. Louis: Elsevier Saunder. 2019: 509-510 13. Octavia Mora, Soeroso Yuniarti. Kemal Yulianti. Efek Klinis Setelah Skeling dan Penghalusan Akar Kasus Periodontitis Kronis Poket 4-6 mm. Dentika Dental Journal. 2015: 18(3); 211-217. 14. Rateitschak KH. Failure of Periodontal Treatment. Quintessence International. 1994: 25(7) 15. Kusuma ARP. Pengaruh Rokok Terhadap Kesehatan Gigi dan Rongga Mulut. M Majalah Ilmiah Sultan Agung. 2019:12-19.