Lapsus 2-Laringitis Akut [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN KASUS LARINGITIS AKUT



PEMBIMBING: dr. Hamsu Kadriyan, Sp.THT-KL.



OLEH: Novita Megawati H1A011055



DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA BAGIAN ILMU PENYAKIT TELINGA, HIDUNG, DAN TENGGOROKAN RUMAH SAKIT UMUM PROVINSI NTB FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 2016



BAB I PENDAHULUAN Disfonia merupakan istilah umum untuk setiap gangguan suara yang disebabkan kelainan pada organ-organ fonasi, terutama laring, baik yang bersifat organik maupun fungsional. Disfonia bukan merupakan suatu penyakit melainkan gejala penyakit atau 1



kelainan pada laring. Setiap keadaan yang menimbulkan gangguan dalam getaran, gangguan dalam ketegangan serta gangguan dalam pendekatan (aduksi) kedua pita suara kiri dan kanan akan menimbulkan disfonia. Untuk memahami tentang gangguan suara, perlu diketahu terlebih dahulu anatomi dan fisiologi laring. Laring adalah bagian dari saluran pernafasan bagian atas yang merupakan suatu rangkaian tulang rawan yang berbentuk corong dan terletak setinggi vertebra cervicalis IV – VI. Batas-batas laring berupa sebelah kranial terdapat Aditus Laringeus yang berhubungan dengan Hipofaring, di sebelah



kaudal dibentuk oleh sisi inferior kartilago krikoid dan



berhubungan dengan trakea, di sebelah posterior dipisahkan dari vertebra cervicalis oleh otototot prevertebral, dinding dan cavum laringofaring serta disebelah anterior ditutupi oleh fascia, jaringan lemak, dan kulit. Sedangkan di sebelah lateral ditutupi oleh otot-otot sternokleidomastoideus, infrahyoid dan lobus kelenjar tiroid. Laring



berfungsi



sebagai



proteksi, batuk, respirasi, sirkulasi, respirasi, sirkulasi, menelan, emosi dan fonasi. Salah satu penyebab disfonia yang akan dibahas pada laporan ini adalah laringitis akut. Laringitis akut adalah radang akut laring yang disebabkan oleh virus dan bakteri yang berlangsung kurang dari 3 minggu. Laringitis ini biasanya didahului oleh faringitis dan infeksi saluran nafas bagian atas lainnya. Hal ini akan mengakibatkan iritasi mukosa saluran nafas atas dan merangsang kelenjar mucus untuk memproduksi mucus secara berlebihan sehingga menyumbat saluran nafas. Kondisi tersebut akan merangsang terjadinya batuk hebat yang bisa menyebabkan iritasi pada laring. Dan memacu terjadinya inflamasi pada laring tersebut sehingga akan mengganggu pergerakan pita suara dan terjadilah disfonia



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Laring



2



Laring merupakan bagian terbawah dari saluran nafas bagian atas. 1 Berikut ini akan ditampilkan laring secara anatomi.



Gambar 1. Laring4 Laring adalah bagian dari saluran pernafasan bagian atas yang merupakan suatu rangkaian tulang rawan yang berbentuk corong dan terletak setinggi vertebra cervicalis IV – VI, dimana pada anak-anak dan wanita letaknya relatif lebih tinggi. Laring pada umumnya selalu terbuka, hanya kadang-kadang saja tertutup bila sedang menelan makanan. Bentuk laring menyerupai limas segitiga terpancung dengan bagian atas lebih terpancung dan bagian atas lebih besar daripada bagian bawah. Batas-batas laring berupa sebelah kranial terdapat Aditus Laringeus yang berhubungan dengan Hipofaring, di sebelah kaudal dibentuk oleh sisi inferior kartilago krikoid dan berhubungan dengan trakea, di sebelah posterior dipisahkan dari vertebra cervicalis oleh otot-otot prevertebral, dinding dan cavum laringofaring serta disebelah anterior ditutupi oleh fascia, jaringan lemak, dan kulit. Sedangkan di sebelah lateral ditutupi oleh otot-otot sternokleidomastoideus, infrahyoid dan lobus kelenjar tiroid.1,8 Struktur kerangka laring terdiri dari satu tulang (os hioid) dan beberapa tulang rawan, baik yang berpasangan ataupun tidak. 5 Komponen utama pada struktur laring adalah kartilago tiroid yang berbentuk seperti perisai dan kartilago krikoid. Os hioid terletak disebelah superior dengan bentuk huruf U dan dapat dipalapsi pada leher depan serta 3



lewat mulut pada dinding faring lateral. Dibagian bawah os hioid



ini bergantung



ligamentum tirohioid yang terdiri dari dua sayap / alae kartilago tiroid. Sementara itu kartilago krikoidea mudah teraba dibawah kulit yang melekat pada kartilago tiroidea lewat kartilago krikotiroid yang berbentuk bulat penuh. Pada permukaan superior lamina terletak pasangan kartilago aritinoid yang berbentuk piramid bersisi tiga. Pada masing-masing kartilago aritinoid ini mempunyai dua buah prosesus yakni prosessus vokalis anterior dan prosessus muskularis lateralis.8



Gambar 2. Tulang dan kartilago laring tampak lateral (kiri), tampak sagital (kanan)10 Pada prossesus vokalis akan membentuk 2/5 bagian belakang dari korda vokalis sedangakan ligamentum vokalis membentuk bagian membranosa atau bagian pita suara yang dapat bergetar. Ujung bebas dan permukaan superior korda vokalis suara membentuk glotis. Untuk lebih jelas dapat dilihat gambar struktur anatomi laring pada gambar 2. Kartilago epiglotika merupakan struktur garis tengah tunggal yang berbentuk seperti bola pimpong yang berfungsi mendorong makanan yang ditelan kesamping jalan nafas laring. Selain itu juga teradpat dua pasang kartilago kecil didalam laring yang mana tidak mempunyai fungsi yakni kartilago kornikulata dan kuneiformis.5,8



4



Gambar 3. Struktur anatomi laring.4 Gerakan laring dilakukan oleh kelompok otot-otot ekstrinsik dan intrisik. Otot ekstinsik bekerja pada laring secara keseluruhan yang terdiri dari otot ekstrinsik suprahioid (m.digastrikus, m.geniohioid, m.stilohioid dan m.milohioid) yang berfungsi menarik laring ke atas. otot ekstinsik infrahioid (m.sternihioid, m.omohioid, m.tirohioid). Otot intrisik laring menyebabkan gerakan antara berbagai struktur laring sendiri, seperti otot vokalis dan tiroaritenoid yang membentuk tonjolan pada korda vokalis dan berperan dalam membentuk teganagan korda vokalis, otot krikotiroid berfungsi menarik kartilago tiroid kedepan, meregang dan menegangkan korda vokalis.5 Laring disarafi oleh cabang-cabang nervus vagus yakni nervus laringeus superior dan nervus laringeus inferior (n.laringeus rekurens). Kedua saraf ini merupakan campuran saraf motorik dan sensorik. Perdarahan pada laring terdiri dari dua cabang yakni



arteri



laringeus



superior dan



ateri



laringeus



inferior



yang kemudian akan



bergabung dengan vena tiroid superior dan inferior.1,2 2.2 Fisiologi Laring Laring berfungsi sebagai proteksi, batuk, respirasi, sirkulasi, respirasi, sirkulasi, menelan, emosi dan fonasi. Fungsi laring untuk proteksi adalah untuk mencegah agar makanan dan benda asing masuk kedalam trakea dengan jalan menutup aditus laring dan rima glotis yang secara bersamaan. Benda asing yang telah masuk ke dalam trakea dan sekret yang berasal dari paru juga dapat dikeluarkan lewat reflek batuk. Fungsi respirasi laring dengan mengatur mengatur besar kecilnya rima glotis. Dengan terjadinya perubahan tekanan udara maka didalam traktus trakeo-bronkial akan dapat mempengaruhi sirkulasi darah tubuh. Oleh karena itu laring juga mempunyai fungsi sebagai alat 5



pengatur



sirkulasi darah.



Fungsi



laring



dalam



proses



menelan



mempunyai



tiga



mekanisme yaitu gerakan laring bagian bawah keatas, menutup aditus laringeus, serta mendorong bolus makanan turun ke hipofaring dan tidak mungkin masuk kedalam laring. Laring mempunyai fungsi untuk mengekspresikan emosi seperti berteriak, mengeluh, menangis dan lain-lain yang berkaitan dengan fungsinya untuk fonasi dengan membuat suara serta mementukan tinggi rendahnya nada.1 2.3 Laringitis Akut Definisi Laringitis akut adalah radang akut laring yang disebabkan oleh virus dan bakteri yang berlangsung kurang dari 3 minggu dan pada umumnya disebabkan oleh infeksi virus



influenza (tipe A dan B), parainfluenza (tipe 1,2,3), rhinovirus dan



adenovirus.



Penyebab lain adalah Haemofilus influenzae, Branhamella catarrhalis, Streptococcus pyogenes, Staphylococcus aureus dan Streptococcus pneumoniae.1,2,3 Etiologi1,2,6,7 1. Laringitis akut ini dapat terjadi dari kelanjutan infeksi saluran nafas seperti influenza atau common cold. infeksi virus influenza (tipe A dan B), parainfluenza (tipe 1,2,3), rhinovirus dan adenovirus. Penyebab lain adalah Haemofilus influenzae, Branhamella 2. 3. 4. 5. 6. 7.



catarrhalis,



Streptococcus pyogenes, Staphylococcus aureus dan



Streptococcus pneumoniae. Penyakit ini dapat terjadi karena perubahan musim / cuaca Pemakaian suara yang berlebihan Trauma Bahan kimia Merokok dan minum-minum alkohol Alergi



Patofisiologi Hampir semua penyebab inflamasi ini adalah virus. Invasi bakteri mungkin sekunder. Laringitis biasanya disertai rinitis atau nasofaringitis. Awitan infeksi mungkin berkaitan dengan pemajanan terhadap perubahan suhu mendadak, defisiensi diet, malnutrisi, dan tidak ada immunitas. Laringitis umum terjadi pada musim dingin dan mudah ditularkan. Ini terjadi seiring dengan menurunnya daya tahan tubuh dari host serta prevalensi virus yang meningkat. Laringitis ini biasanya didahului oleh faringitis dan infeksi saluran 6



nafas bagian atas lainnya. Hal ini akan mengakibatkan iritasi mukosa saluran nafas atas dan merangsang kelenjar mucus untuk memproduksi mucus secara berlebihan sehingga menyumbat saluran nafas. Kondisi tersebut akan merangsang terjadinya batuk hebat yang bisa menyebabkan iritasi pada laring. Dan memacu terjadinya inflamasi pada laring tersebut. Inflamasi ini akan menyebabkan nyeri akibat pengeluaran mediator kimia darah yang jika berlebihan akan merangsang peningkatan suhu tubuh.8 Gejala Klinis 1,2,6,7,9 1. Gejala lokal seperti suara parau dimana digambarkan pasien sebagai suara yang kasar atau suara yang susah keluar atau suara dengan nada lebih rendah dari suara yang biasa / normal dimana terjadi gangguan getaran serta ketegangan dalam pendekatan kedua pita suara kiri dan kanan sehingga menimbulkan suara menjada 2. 3. 4. 5. 6.



parau bahkan sampai tidak bersuara sama sekali (afoni). Sesak nafas dan stridor Nyeri tenggorokan seperti nyeri ketika menalan atau berbicara. Gejala radang umum seperti demam, malaise Batuk kering yang lama kelamaan disertai dengan dahak kental Gejala commmon cold seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga sulit menelan, sumbatan hidung (nasal congestion), nyeri kepala, batuk dan demam dengan



temperatur yang tidak mengalami peningkatan dari 38 derajat celsius. 7. Gejala influenza seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga sulit menelan, sumbatan hidung (nasal congestion), nyeri kepala, batuk, peningkatan suhu yang sangat berarti yakni lebih dari 38 derajat celsius, dan adanya rasa lemah, lemas yang disertai dengan nyeri diseluruh tubuh . 8. Pada pemeriksaan fisik akan tampak



mukasa



laring



yang



hiperemis,



membengkak terutama dibagian atas dan bawah pita suara dan juga didapatkan tanda radang akut dihidung atau sinus paranasal atau paru. 9. Obstruksi jalan nafas apabila ada udem laring diikuti udem subglotis yang terjadi dalam beberapa jam dan biasanya sering terjadi pada anak berupa anak menjadi gelisah, air hunger, sesak semakin bertambah berat, pemeriksaan fisik akan ditemukan retraksi suprasternal dan epigastrium yang dapat menyebabkan keadaan darurat medik yang dapat mengancam jiwa anak. Pemeriksaan Penunjang2,11 1. Foto rontgen leher AP : bisa tampak pembengkakan jaringan subglotis (Steeple sign). Tanda ini ditemukan pada 50% kasus. 7



2. Pemeriksaan laboratorium : gambaran darah dapat normal. Jika disertai infeksi sekunder, leukosit dapat meningkat. 3. Pada pemeriksaan laringoskopi indirek akan ditemukan mukosa laring yang sangat sembab, hiperemis dan tanpa membran serta tampak pembengkakan subglotis yaitu pembengkakan jaringan ikat pada konus elastikus yang akan tampak dibawah pita suara. Diagnosa Banding2 1. 2. 3. 4. 5. 6.



Vocal Nodule Benda asing pada laring Faringitis Bronkiolitis Bronkitis Pnemonia



Penatalaksanaan1,2,7,9 Umumnya penderita penyakit ini tidak perlu masuk rumah sakit, namun ada indikasi masuk rumah sakit apabila : • Usia penderita dibawah 3 tahun • Tampak toksik, sianosis, dehidrasi atau axhausted • Diagnosis penderita masih belum jelas • Perawatan dirumah kurang memadai Terapi : 1. 2. 3. 4.



Istirahat berbicara dan bersuara selama 2-3 hari Jika pasien sesak dapat diberikan O2 2 l/ menit Istirahat Menghirup uap hangat dan dapat ditetesi minyak atsiri / minyak mint bila ada muncul sumbatan dihidung atau penggunaan larutan garam fisiologis (saline 0,9 %) yang



dikemas dalam bentuk semprotan hidung atau nasal spray 5. Medikamentosa : Parasetamol atau ibuprofen / antipiretik jika pasien ada demam, bila ada gejala pain killer dapat diberikan obat anti nyeri / analgetik, hidung tersumbat dapat diberikan dekongestan nasal seperti fenilpropanolamin (PPA), efedrin, pseudoefedrin, napasolin dapat diberikan dalam bentuk oral ataupun spray. Pemberian antibiotika yang adekuat yakni : ampisilin 100 mg/kgBB/hari, intravena, terbagi 4 dosis atau kloramfenikol : 50 mg/kgBB/hari, intra vena, terbagi dalam 4 dosis atau sefalosporin generasi 3 (cefotaksim atau ceftriakson) 8



lalu dapat diberikan kortikosteroid intravena berupa deksametason dengan dosis 0,5 mg/kgBB/hari terbagi dalam 3 dosis, diberikan selama 1-2 hari. 6. Pengisapan lendir dari tenggorok atau laring, bila penatalaksanaan ini tidak berhasil maka dapat dilakukan endotrakeal atau trakeostomi bila sudah terjadi obstruksi jalan nafas. 7. Pencegahan : Jangan merokok, hindari asap rokok karena rokok akan membuat tenggorokan kering dan mengakibatkan iritasi pada pita suara, minum banyak air karena cairan akan membantu menjaga agar lendir yang terdapat pada tenggorokan tidak terlalu banyak dan mudah untuk dibersihkan, batasi penggunaan alkohol dan



kafein



untuk



mencegah tenggorokan



kering.



jangan



berdehem



untuk



membersihkan tenggorokan karena berdehem akan menyebabkan terjadinya vibrasi abnormal pada pita suara, meningkatkan pembengkakan dan berdehem juga akan menyebabkan tenggorokan memproduksi lebih banyak lendir. Prognosis6 Prognosis untuk penderita laringitis akut ini umumnya baik dan pemulihannya selama satu minggu. Namun pada anak khususnya pada usia 1-3 tahun penyakit ini dapat menyebabkan udem laring dan udem subglotis sehingga dapat menimbulkan obstruksi jalan nafas dan bila hal ini terjadi dapat dilakukan pemasangan endotrakeal atau trakeostomiaik



BAB III LAPORAN KASUS 3.1.



Identitas Pasien Nama pasien



: Tn. S



Umur



: 33 tahun



Jenis kelamin



: Laki-Laki 9



3.2.



Agama



: Islam



Pekerjaan



: Guru



Alamat



: Mataram



No. Rekam Medis



: 154041



Tanggal Pemeriksaan



: 7 Maret 2016



Anamnesis



Keluhan Utama: Suara serak Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien datang dengan keluhan suara serak sejak lebih dari 1 bulan yang lalu. Suara serak muncul setelah pasien merasakan berat di tenggorokan. Suara serak diakui bertambah berat dan saat pemeriksaan suara pasien hilang timbul saat berbicara. Nyeri tenggorokan pernah dirasakan sebelum suara serak muncul, kemudian menghilang dan muncul lagi dalam 1 minggu terakhir. Nyeri tenggorokan saat ini dirasakan ketika pasien memaksakan untuk berbicara / berteriak dan sedikit nyeri saat menelan. Selain nyeri tenggorokan pasien juga mengakui batuk yang tidak berdahak, batuk dirasakan sesekali dan muncul sejak suaranya serak. Demam (+) tidak terlalu tinggi hilang timbul, lemas (-), pilek (-), bersin-bersin (-), rasa mengganjal di tenggorokan (-), gangguan bernafas / sesak (-). Pasien menyangkal sering terbangun di malam hari karena sesak atau tersedak. Pasien mengakui keluhan suara serak saat ini mengganggu pekerjaannya sebagai guru. Riwayat Penyakit Dahulu: - Pasien pernah mengalami keluhan serupa (suara serak) 7 bulan yang lalu disertai dengan batuk berdahak dan nyeri menelan dan sembuh setelah berobat. - Riwayat asma (-) - Riwayat sakit gigi (-), gigi berlubang (-) Riwayat Penyakit Keluarga: Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan serupa. Riwayat Alergi:



10



Pasien mengaku tidak memiliki alergi, baik terhadap obat-obatan ataupun makanan tertentu (-). Riwayat Pengobatan: Pasien pernah berobat sebelumnya, diberi antibiotik, obat batuk dan penghilang nyeri. 3.3.



Pemeriksaan Fisik



Status Generalis   



Keadaan umum: Baik Kesadaran: Compos Mentis Tanda vital:  TD : 110/70 mmHg  Nadi : 84 x/menit  Respirasi : 20 x/menit  Temperatur : 36,7 oC



Status Lokalis Pemeriksaan telinga No



Area



Telinga Kanan



Telinga Kiri



. 1. 2.



Tragus Daun telinga



Nyeri tekan (-), edema (-) Nyeri tekan (-), edema (-) Bentuk dan ukuran dalam batas Bentuk dan ukuran dalam batas normal, hematoma (-), nyeri tarik normal, hematoma (-), nyeri tarik



3.



Liang telinga



aurikula (-) Serumen (-),



hiperemis



aurikula (-) (-), Serumen (-),



furunkel (-), edema (-), sekret (-)



4.



Membran timpani



hiperemis



(-),



furunkel (-), edema (-), sekret (-)



Retraksi (-), bulging (-), hiperemi Retraksi (-), bulging (-), hiperemi (-), edema



(-), perforasi



(-), (-), edema (-), perforasi (-),



kolesteatom (-), cone of light (+)



kolesteatom (-), cone of light (-)



MT intak



MT intak



Cone of light (+)



Cone of light (+)



11



Pemeriksaan hidung Pemeriksaan Hidung Hidung luar



Hidung Kanan



Hidung Kiri



Bentuk normal, hiperemi (-), nyeri Bentuk normal, hiperemi (-), nyeri



tekan (-) , deformitas (-) tekan (-), deformitas (-) Rinoskopi Anterior Vestibulum nasi Normal, ulkus (-) Normal, ulkus (-) Cavum nasi Edema mukosa (-), hiperemis (-), Edema mukosa (-), hiperemis (-), Konka nasi media



ulkus (-) ulkus (-) Edema (-), hipotrofi (+), sekret Edema (-), hipotrofi (+), sekret (-),



Konka nasi inferior



(-), massa (-) massa (-) Edema (-), mukosa hiperemi (-), Edema (-), mukosa hiperemi (-),



Septum nasi



hipertfori (-), hipertfori (-) Deviasi (-), benda asing (-), Deviasi (-), perdarahan (-), ulkus (-)



benda



asing



(-),



perdarahan (-), ulkus (-)



Pemeriksaaan Sinus Paranasal Nyeri tekan sinus maksilaris kanan-kiri (-), nyeri tekan sinus frontalis dekstra dan sinistra (-). Transiluminasi: sinus maksilaris kanan-kiri tampak terang, sinus frontalis tampak terang. Pemeriksaan Tenggorokan



12



Orofaring hiperemis (+)



Bibir & mulut Geligi



Mukosa bibir & mulut basah, berwarna merah muda (N) Terdapat karies / lubang pada M 1-2 sinistra inferior, tidak tampak



Lidah Uvula Palatum mole Faring Tonsila palatina



tanda infeksi. Tidak ada ulkus, pseudomembrane (-) Bentuk normal, hiperemi (-), edema (-), pseudomembran (-) Ulkus (-), hiperemi (-) Mukosa hiperemi (+) Kanan: T1, Hiperemi (-), detritus (-), kripte melebar (-) Kiri: T1, Hiperemi (-), detritus (-), kripte melebar (-)



3.4.



Pemeriksaan Penunjang Laringo-endoskopi (14 Maret 2016)    



Plica vokalis permukaan halus, bengkak, hiperemis Tampak kebocoran aduksi dan abduksi bagian superior Discart (+) minimal Plica ariepiglotis hiperemis, plica ventrikularis hiperemis



Kesan : Laringitis Akut 3.5.



Diagnosis Laringitis Akut



3.6. Planning 3.6.1



Diagnostik  Foto rontgen leher AP  mencari gambaran pembengkakan jaringan subglotis (Steeple sign)



3.6.2 Terapeutik 1. Antibiotik untuk menghilangkan bakteri penyebab laringitis. Diberikan : Sefadroxil 2 X 500 mg 2.



Antiinflamasi : Metilprednisolon 2 X 4 mg



3. Simtomatis : Paracetamol 3 x 500 mg 13



3.6.2 Edukasi 1. Istirahat berbicara dan bersuara selama 2-3 hari 2. Pencegahan : Jangan merokok, hindari asap rokok karena rokok akan membuat tenggorokan kering dan mengakibatkan iritasi pada pita suara, minum banyak air karena cairan akan membantu menjaga agar lendir yang terdapat pada tenggorokan tidak terlalu banyak dan mudah untuk dibersihkan, batasi penggunaan alkohol dan



kafein



untuk



mencegah tenggorokan



kering.



jangan



berdehem



untuk



membersihkan tenggorokan karena berdehem akan menyebabkan terjadinya vibrasi abnormal pada pita suara, meningkatkan pembengkakan dan berdehem juga akan menyebabkan tenggorokan memproduksi lebih banyak lendir. 3.7 Prognosis Dubia ad bonam



BAB IV PEMBAHASAN



Keluhan utama pasien pada laporan ini adalah suara serak atau disfonia. Penyebab disfonia bermacam-macam yang prinsipnya menimpa laring dan sekitarnya. Penyebab (etiologi) disfonia dapat berupa radang, tumor (neoplasma), paralisis otot laring, kelainan laring seperti sikatriks akibat operasi, fiksasi pada sendi krikoaritenoid dan lain-lain. Gejala lain yang dikeluhkan oleh pasien selain disfonia adalah nyeri tenggorokan yang dirasakan ketika pasien memaksakan untuk berbicara / berteriak dan sedikit nyeri saat menelan, demam yang tidak terlalu tinggi hilang timbul dan batuk yang tidak berdahak. Adanya gejala-gejala tersebut mengerucutkan diagnosis ke arah peradangan laring atau infeksi. Oleh karena onset 14



yang muncul tidak lebih dari 1 bulan maka diagnosis adalah laringitis akut. Diagnosis banding yang mungkin adalah nodul pita suara (vocal nodule), di mana kelainan ini sering ditemukan pada pasien dengan penyalahgunaan pita suara dalam waktu yang lama seperti guru atau penyanyi. Pada pemeriksaan penunjang, kecurigaan laringitis akut dibuktikan dengan melakukan laringo-endoskopi, didapatkan adanya tanda-tanda laringitis akut. Terapi yang diberikan pada pasien ini adalah antibiotik dan simtomatik berupa paracetamol yang diminum jika demam dan untuk menurangi nyeri, serti kotikosterooid untuk mengurangi inflamasi pada laring. Edukasi yang diberikan adalah pasien harus istirahat biacara selama beberapa hari untuk mengistirahatkan laring dan pita suara, serta menjaga agar pernafasan selalu lembab dengan tidak merokok, menghindari asap dan zat iritatif.



DAFTAR PUSTAKA 1. Hermani B,Kartosudiro S & Abdurrahman B, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher, edisi ke 5, Jakarta:FKUI,2003,190-200 2. Abdurrahman MH, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Edisi



ke2,



Jakarta:FKUI,2003,931& Obat, Bandung:Mizan Media Utama,2006,13-20 3. Cohen JL, Anatomi dan Fisiologi Laring. Dalam BOIES-Buku Ajar Penyakit THT.Edisi ke6.Jakarta:EGC,1997,369-76 4. Ballenger, J.J. Anatomy of the larynx. In : Diseases of the nose, throat, ear, head and neck. 13th ed. Philadelphia, Lea & Febiger. 1993 5. Kumar S, Disease of the Larinx in Fundamental Of Ear, Nose, & throath Disease



And



Head-Neck



Surgery,



Calcutta,publisher



Mohendra



Nath



Paul,1996:391-99



15



6. Jhon SD & Maves MD Surgical Anatomyof vthe Head and Neck. In Byron-Head and Neck surgery Otolaryngology.ed3.Vol I,USA.Wilkins Publisher,2001:9 7. Lee, K.J. Cancer of the Larynx. In; Essential Otolaryngology Head and Neck Surgery . Eight edition. Connecticut. McGraw-Hill, 2003: 724-736, 747, 755-760. 8. Woodson, G.E. Upper airway anatomy and function. In : Byron J. Bailey. Head and Neck Surgery-Otolaryngology. Third edition. Volume 1. Philadelphia : Lippincot Williams and Wilkins, 2001: 479-486. 9. Becker W, Nauman HH & Pfalt CR, Acute laryngitis in Ear nose and Throath Desease, New york, Thieme medical publisher:1994:414-15 10. http://www.virtualpediatrichospital.org/providers/ElectricAirway/AnatImages/LarynG rossAnatomy.jpg



16