Lapsus Diare Akut [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I LAPORAN KASUS



I.1



IDENTITAS PENDERITA Nama



: An. M. Fitra Raditia



Umur



: 10 bulan



Jenis kelamin



: Laki – laki



Status



: anak pertama



Alamat



: Ds. Sumberagung RT 34/ RW 6 Kec. Plosorejo Dander



Tanggal MRS



: Jumat , 1 juli 2011



Tanggal Pemeriksaan



: Jumat, 1 juli 2011



I.2



KELUHAN UTAMA : Mencret



I.3



RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG Mencret sejak 3 hari yang lalu mulai hari Rabu pagi, disertai perut kembung setelah mencret yang pertamakali. Mencret berlangsung setiap hari, ± 4 x / hari setiap kali mencret ± ¼ gelas. Mencret berupa air (masyur) warna kuning kehijauan, masih didapatkan ampas berwarna kuning, tidak disertai lendir, darah maupun bau amis. Terakhir mencret saat MRS hari jumat pukul 13.00. Sebelumnya mencret didahului dengan muntah pada hari yang sama (Rabu) dan berlangsung dalam satu hari sebanyak ± 3 x dengan jumlah satu



1



kali muntah ± ¼ gelas. Muntah berupa sisa makanan, berwarna putih. Sebelum muntah dan mencret pasien hanya diberi makan nasi lembek dan sayur bayam. Mulai hari kamis sampai MRS, keluhan muntah sudah tidak ada. Selain itu disertai juga demam yang terus menerus dalam satu hari dan demam tidak pernah sampai menggigil. Pasien sudah berobat ke bidan dan diberi 2 macam obat yaitu sirup dan puyer obat penurun panas, tetapi nama obat tidak ingat. Setelah diberi obat, demam turun tetapi mencret tidak berkurang. Selama sakit nafsu makan mulai menurun dan sering minum banyak. Pasien hanya minum ASI dan air putih. Buang air kecil normal



warna kuning, jumlahnya sulit



dievaluasi karena memakai pampers.



I.4



RIWAYAT PENYAKIT DAHULU Batuk dan pilek 3 bulan yang lalu



I.5



RIWAYAT SOSIAL EKONOMI Pasien merupakan anak pertama, tinggal dalam satu rumah dengan orang tua. Dalam keluarga maupun sekitar tempat tinggal tidak ada yang mengalami sakit muntah maupun mencret.



I.6



RIWAYAT KEBIASAAN Pasien suka makan krupuk dan chiki – chiki.



I.7



RIWAYAT IMUNISASI BCG , Hepatitis B , DPT



2



I.8



RIWAYAT PERSALINAN Lahir secara partum pervaginam spontan cukup bulan ditolong oleh bidan, lahir langsung menangis, dengan BBL 2,7 kilogram.



I.9



PEMERIKSAAN FISIK a. Keadaan umum dan vital sign : - Kesadaran



: alert



- Kesan keadaan



: lemah



- Kesan gisi



: baik



- Nadi



: 108 x / menit



- Suhu



: 38 °C



- RR



: 42 x / menit



b. Status Antropometri : - Berat Badan



: 8,2 kilogram



- Panjang Badan



: 65 cm



- Lingkar kepala



: 45 cm



- Lingkar Lengan Atas



: 14 cm



- BB/U



: 5 – 10 percentil



- PB/U



: < 5 percentil



- BB/PB



: + 1 SD



3



c. Kepala dan leher : - Kepala Mata



: isokor, tidak di jumpai anemis,ikterus, dijumpai mata cowong



Hidung : tidak di jumpai sekret maupun pernafasan cuping hidung Mulut : tidak di jumpai mulut kering maupun cyanosis - Leher Tidak dijumpai peningkatan tekanan vena jugularis Tidak dijumpai pembesaran KGB



d. Thorax : - Pulmo Inspeksi



: Bentuk rongga dada simetris, tidak tampak adanya retraksi.



Palpasi



: Pergerakan dinding dada simetris.



Perkusi



: Sonor pada semua lapang paru.



Auskultasi : Suara nafas bronkial, tidak terdapat suara tambahan rhonki maupun wheezing. - Cor Auskultasi : S1 S2 tunggal reguler Suara tambahan Murmur (-), Gallop (-), maupun Extrasystol (-)



4



e. Abdomen Inspeksi



: Distended ( - )



Perkusi



: Meteorismus ( - )



Palpasi



: Turgor kulit normal Hepar dan lien tidak teraba Ginjal tidak teraba Darm contour ( - )



Auskultasi : Bising Usus meningkat



f. Ekstremitas : Akral hangat , CRT  2 dtk, oedem (-)



I.10 PEMERIKSAAN PENUNJANG Hasil



Nilai rujukan



Kesimpulan



11,3 g / dl



L:13 - 18 g/dl



Normal



Darah lengkap HGB



P:11,5-16,5 g/dl MCV



79,7 fl



82,0 – 92,0



Normal



MCH



26,0 pg



27,0 – 31,0



High



MCHC



32,0 g / dl



32,0 – 37,0



Normal



HCT



33,0 %



L : 40,0 – 50,0



Low



P : 37,0 – 45,0



5



10,22(103/μl)



4,0–11,0 (103/μl)



High



Eosinofil



8,1 (103/μl)



0 – 3 (103/μl)



High



Basofil



0,1 (103/μl)



0 – 1 (103/μl)



Normal



Neutrofil



20,8 (103/μl)



50 – 70 (103/μl)



Normal



Lymfosit



59,8 (103/μl)



20 – 40 (103/μl)



Normal



Monosit



11,2 (103/μl)



2 – 8 (103/μl)



Normal



353(103/μl)



150 - 400(103/μl)



Normal



Natrium



137 mEq / L



135 – 145 mEq / L



Normal



Kalium



4,7 mEq / L



3,6 – 4,8 mEq / L



Normal



Klorida



114 mEq / L



100 – 118 mEq / L



Normal



WBC



PLT Serum elektrolit



I.11 PROBLEM LIST : - Mencret 3 hari, ± 4 x / hari - Perut kembung - Muntah 1 hari, ± 3x - Demam - Sering haus - S : 38 °C - mata cowong - eosinofil : 8,1 (103/μl)



6



I.12 ASSESMENT Diare Akut dengan dehidrasi sedang



I.13 PENATALAKSANAAN a. Planning diagnosa : DL, UL, FL, Serum elektrolit (Natrium, kalium, klorida). b. Planning terapi



:



- Infus KA-EN 3A 120 cc / jam selama 5 jam, selanjutnya diganti infus KA-EN 3A 800 cc / 24 jam. - L-Bio 2 x 1 sachet - Inter zink syrup 1 x cth 1 - Sanmol syrup 3 x cth 1 c. Diet



: ASI dan diet TKTP



d. Edukasi



:



- Menjaga kebersihan - Bila anak bisa minum beri asi lebih sering dan lebih lama - Tetap meneruskan pemberian makanan - Beri buah segar seperti apel, pisang



7



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



II.1 PENDAHULUAN Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak di seluruh dunia, di Amerika Serikat 20-35 juta kejadian diare terjadi setiap tahun, pada 16,5 juta anak sebelum usia 5 tahun dan menyebabkan 3 – 5 juta kematian setiap tahunnya1. Dalam berbagai hasil Survei kesehatan Rumah Tangga diare menempati kisaran urutan ke-2 dan ke-3 berbagai penyebab kematian bayi di Indonesia 2. Sebagian besar diare akut disebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang terjadi karena infeksi seluran cerna antara lain pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorpsi cairan dan elektrolit dengan



akibat



dehidrasi,



gangguan



keseimbangan



elektrolit



dan



keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi sel epitel, penetrasi ke lamina propria serta kerusakan mikrovili dapat menimbulkan keadaan maldiges dan malabsorpsi 3. Di Indonesia, diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat utama. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan dan menimbulkan banyak kematian terutama pada bayi dan balita, serta sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) 4.



II.2 DEFINISI DIARE Diare adalah perubahan konsistensi tinja yang terjadi tiba-tiba akibat kandungan air di dalam tinja melebihi normal (10ml/kg/hari), yang menyebabkan peningkatan frekuensi defekasi lebih dari 3 kali sehari5.



8



II.3 KLASIFIKASI DIARE Berdasarkan waktu terjadinya diare dibagi menjadi 3 yaitu: 1) Diare akut adalah buang air besar lembek atau bahkan dapat berupa air saja, dengan atau tanpa darah dan lendir, dengan frekuensi tiga kali atau lebih sering dari biasanya dalam 24 jam, dan berlangsung kurang dari 14 hari. 2) Diare persisten yaitu buang air besar lembek atau bahkan dapat berupa air saja, dengan atau tanpa darah dan lendir, dengan frekuensi tiga kali atau lebih sering dari biasanya dalam 24 jam, dan berlangsung selama 14 hari atau lebih. 3) Diare disentri (infeksius)yaitu buang air besar lembek atau bahkan dapat berupa air saja, dengan atau tanpa darah dan lendir, dengan frekuensi tiga kali atau lebih sering dari biasanya dalam 24 jam dan disertai adanya darah dalam tinja6.



II.4 ETIOLOGI DIARE AKUT Selama 2 dekade, penelitian menunjukkan karakteristik dari diare akut. Pada awal 1970 agen penyebab dapat diidentifikasi dalam 15-20% episode diare. Sekarang, dengan semakin berkembangnya teknik diagnostik, dapat ditemukan agen penyebab dalam 60-80%. Sebagian besar penyebab infeksi diare adalah Rotavirus, disamping virus lainnya seperti Norwalk Like Virus, Enteric Adenovirus, Astovirus, dan Calicivirus. Beberapa patogen bakteri seperti Salmonella, Shigella, Yersinia, Campylobacter, dan beberapa strain khusus E.Coli. Beberapa parasit yang sering menyebabkan diare meliputi Giardia, Crytosporidium, dan Entamoeba Histolytica 7. Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu : 1. Faktor infeksi a) Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama pada anak. Infeksi enteral meliputi :



9



- Infeksi bakteri



: Vibrio,



E



Campylobacter,



coli,



Salmonela,



Yersinia,



Shigella,



aeromonas



dan



sebagainya. - Infeksi Virus



: Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, astovirus dan lain-lain.



- Infestasi parasit : Cacing (ascaris, Trichiuris, Oxyuris), Protozoa ( E. Histolytica, Giardia lambia, Trichomonas hominis), Jamur (Candida albicans). b) Infeksi paraenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan seperti Otitis media akut (OMA), Tonsilofaringitis, Bronkopnemonie, Enchepalitis dan sebagainya. 2. Faktor Malabsopsi a) Malabsobsi karbohidrat b) Malabsobsi lemak c) Malabsobsi protein 3. Faktor makanan seperti makanan basi, beracun, dan alergi terhadap makanan. 4. Faktor Psikologis seperti rasa takut dan



cemas, walaupun jarang



menimbulkan diare terutama pada anak besar 7,8.



II.5 PATOGENESIS DIARE AKUT Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah : 1. Gangguan Osmotik Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit dalam rongga usus. Isi rongga usus



10



yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare7. Proses ini paling sering menyebabkan diare,yang terjadi akibat konsumsi bahan – bahan yang tidak dapat diserap. Pada diare jenis ini kotoran akan mengeluarkan bahan-bahan yang tidak dapat diserap, sifat diare biasanya tidak hebat, dan diare akan berkurang dengan tidak mengkonsumsi bahan-bahan tersebut. 2. Gangguan Sekresi Akibat rangsangan tertentu ( misal oleh toksin) sel-sel pada dinding usus akan merubah sistem transport menjadi aktif sekresi. Penyebab paling sering adalah infeksi bakteri pada usus. Beberapa kondisi yang memungkinkan adalah setelah bakteri berkembang dalam usus, bakteri akan menginvasi sel-sel epitel, dan menghasilkan racun. Bakteri juga dapat



merangsang



untuk



dikeluarkannya



zat-zat



perantarauntuk



terjadinya peradangan pada usus. Kedua mekanisme tersebut pada akhirnya akan menyebabkan sel menjadi aktif untuk mensekresi cairan ke dalam lumen lumen usus. Gambaran diare sekresi yaitu diare yang hebat, tidak berubah dengan puasa, tidak terdapat gangguan ion dalam kotoran (menandakan bahwa nutrisi tetap di penyerapan dengan baik. 3. Gangguan Motilitas Usus Adanya hiperperistaltik akan mengakibatkan kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare, sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula7.



II.6 PATOFISIOLOGI DIARE AKUT Ada beberapa mekanisme patofisiologis yang terjadi, sesuai dengan penyebab diare. Virus dapat secara langsung merusak vili usus halus sehingga mengurangi luas permukaan usus halus dan mempengaruhi mekanisme enzimatik yang mengakibatkan terhambatnya perkembangan



11



normal vili enterocytes dari usus kecil dan perubahan dalam struktur dan fungsi epitel. Perubahan ini menyebabkan malabsorbsi dan motilitas abnormal dari usus selama infeksi rotavirus 9. Bakteri mengakibatkan diare melalui beberapa mekanisme yang berbeda. Bakteri non invasive (vibrio cholera, E.coli patogen) masuk dan dapat melekat pada usus, berkembang baik disitu, dan kemudian akan mengeluarkan enzim mucinase (mencairkan lapisan lendir), kemudian bakteri akan masuk ke membran, dan mengeluarkan sub unit A dan B, lalu mengeluarkan cAMP yang akan merangsang sekresi cairan usus dan menghambat absorpsi tanpa menimbulkan kerusakan sel epitel. Tekanan usus akan meningkat, dinding usus teregang, kemudian terjadilah diare 10. Bakteri invasive (salmonella spp, shigella sp, E.coli invasive, campylobacter) mengakibatkan ulserasi mukosa dan pembentukan abses yang diikuti oleh respon inflamasi. Toksin bakteri dapat mempengaruhi proses selular baik di dalam usus maupun di luar usus. Enterotoksin Escherichia coli yang tahan panas akan mengaktifkan adenilat siklase, sedangkan toksin yang tidak tahan panas mengaktifkan guanilat siklase. E.coli enterohemoragik dan Shigella menghasilkan verotoksin yang menyebabkan kelainan sistemik seperti kejang dan sindrom hemolitik uremik 10. Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi : 1. Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya gangguan



keseimbangan



asam



dan



basa



(asidosis



metabolik,



hipokalemia dan sebagainya). 2. Gangguan Gizi , hal ini disebabkan : a. Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare dan / muntahnya akan bertambah hebat. b. Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengenceran dan susu yang encer ini diberikan terlalu lama.



12



c. Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsopsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik. 3. Hipoglikemia, hal ini terjadi karena : a. Penyimpanan/persediaan glikogen dalam hati terganggu. b. Adanya gangguan absopsi glukosa (walaupun jarang). Gejala hipoglikemi akan muncul jika kadar glukosa darah menurun sampai 40 mg % pada bayi dan 50 mg % pada anak-anak. Gejala hipoglikemi tersebut dapat berupa : lemas, apatis, peka rangsang, tremor, berkeringat, pucat, syok, kejang sampai koma. 4. Gangguan sirkulasi Sebagai akibat diare dengan/tanpa disertai muntah, dapat terjadi gangguan sirkulasi darah berupa renjatan (shock) hipovolemik.Akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan pendarahan dalam otak, kesadaran menurun (soporokomatosa) dan bila tidak segera ditolong penderita dapat meninggal 7.



II.7 GEJALA KLINIS DIARE AKUT Mula-mula bayi/anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada kemudian timbul diare. Tinja makin cair, mungkin mengandung darah dan/ atau lendir, warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu. Karena seringnya defekasi, anus dan sekitarnya lecet karena tinja makin lama makin menjadi asam akibat banyaknya asam laktat, yang terjadi dari pemecahan laktosa yang tidak dapat diabsorpsi oleh usus. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare. Bila penderita telah banyak kehilangan air dan elektrolit terjadilah gejala dehidrasi. Berat badan turun, pada bayi ubun-ubun besar cekung, tonus dan



13



turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir terlihat kering2,11. Berikut dibawah ini terdapat penggolongan derajat dehidrasi yaitu 6: Kategori



Dehidrasi Berat



Tanda dan Gejala



Terdapat dua atau lebih dari tanda dibawah ini : -



Letargi atau penurunan kesadaran



-



Mata cowong



-



Tidak bisa minum atau malas minum



-



Cubitan perut kembali dengan sangat lambat (≥ 2 detik)



Dehidrasi



Terdapat dua atau lebih tanda dibawah ini :



Ringan/Sedang



Tanpa Dehidrasi



-



Gelisah, rewel



-



Mata Cowong



-



Kehausan atau sangat haus, minum lahap



-



Cubitan kulit perut kembali dengan lambat



Tidak



ada



tanda



gejala



yang



cukup



untuk



mengelompokkan dalam dehidrasi ringan atau berat



II.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG DIARE AKUT Pemeriksaan laboratorium penting dalam menegakkan diagnosis terutama diagnosis etiologi yang tepat sehingga kita dapat memberikan obat yang tepat pula. Pemeriksaan yang perlu dikerjakan : 1. Pemeriksaam tinja a. Makroskopis dan mikroskopis. b. Biakan kuman untuk mencari kumam penyebab. c. Tes resistensi terhadap berbagai antibiotika. d. pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest, bila diduga terdapat intoleransi glukosa. 2. Pemeriksaan darah 14



a. Darah lengkap. b. pH, cadangan alkali dan elektrolit untuk menentukan gangguan keseimbangan asam – basa. c. Kadar ureum untuk mengetahui adanya gangguan faal ginjal. 3. Pemeriksaan Elektrolit Terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan fosfor dalam serum (terutama pada penderita yang disertai kejang). 4. Pemeriksaan intubasi duodenal Untuk mengetahui jenis jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik1,7



II.9 KOMPLIKASI DIARE AKUT • Komplikasi Awal8 : Gangguan keseimbangan air, elektrolit dan asam basa, intoleransi klinik akut terhadap karbohidrat dan lemak . • Komplikasi Lambat8 : - Diare berkepanjangan (prolonged diarrhea) - Intoleransi klinik hidrat arang yang berkepanjangan. - Diare persisten



15



II.10 PENATALAKSANAAN DIARE AKUT Dasar penatalaksaan diare menurut WHO yang dikenal dengan lima lintas tatalaksana diare , yaitu sebagai berikut : 1. Rehidrasi 2. Dukungan nutrisi 3. Suplementasi Zinc 4. Antibiotik selektif 5. Edukasi orang tua Berdasarkan WHO lima lintas tatalaksana diare diberikan sesuai derajat dehidrasi yang menyertai diare. Adapun rencana terapi sesuai derajat dehidrasi sebahai berikut : • Rencana Terapi A : Diare Tanpa Dehidrasi Terapi dapat dilakukan di rumah dengan menerangkan 5 langkah terapi diare di rumah, yaitu: 1. Beri cairan lebih banyak dari biasanya • Teruskan ASI lebih sering dan lebih lama • Anak yang mendapat ASI eksklusif, beri oralit atau air matang sebagai tambahan • Anak yang tidak mendapat ASI eksklusif, beri susu yang biasa diminum dan oralit atau cairan rumah tangga sebagai tambahan (kuah sayur, air tajin, air matang,dsb) • Beri oralit sampai diare berhenti. Bila muntah, tunggu 10 menit dan dilanjutkan sedikit demi sedikit - Umur 1 tahun diberi 100 – 200 ml setiap kali berak • Anak harus diberi 6 bungkus oralit (200 ml) di rumah bila : - Telah diobati dengan rencana terapi B atau C



16



- Tidak dapat kembali kepada petugas kesehatan jika diare memburuk • Ajari ibu cara mencampur dan memberikan oralit.



2. Beri Obat Zinc Beri obat zinc 10 hari berturut – turut walaupun diare sudah berhenti. Dapat diberikan dengan cara dikunyah ayau dilarutkan dalam air matang atau ASI. • Anak < 6 bulan diberi 10 mg (½ tablet) per hari • Anak > 6 bulan diberi 20 mg (1 tablet) per hari



3. Beri anak makanan untuk mencegah kurang gizi - Beri makan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu anak sehat - Tambahkan 1-2 sendok teh minyak sayur setiap porsi makan - Beri makanan kaya kalium seperti sari buah segar, pisang, air kelapa hijau - Beri makan lebih sering dari biasanya dengan porsi lebih kecil (setiap 3 - 4 jam) - Setelah diare berhenti, beri makanan yang sama dan makanan tambahan selama 2 minggu



4. Antibiotik hanya diberikan sesuai indikasi, misal : Disentri, kolera dll.



5. Nasihati ibu/pengasuh Untuk membawa anak kembali ke petugas kesehatan bila : - Buang air besar cair lebih sering - Muntah terus menerus - Rasa haus yang nyata - Makan atau minum sangat sedikit - Timbul demam 17



- Tinja berdarah - Tidak membaik dalam 3 hari • Rencana Terapi B : Diare Dengan Dehidrasi Ringan atau Sedang Jumlah oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama di Sarana Kesehatan ORALIT yang diberikan = 75 ml x Berat Badan Anak



• Bila BB tidak diketahui berikan oralit sesuai tabel dibawah ini : Umur sampai



2 thn, pikirkan kemungkinan kolera dan berikan antibiotik yang tepat secara oral setelah anak sadar.



• DUKUNGAN NUTRISI Makanan tetap diteruskan sesuai usia anak dengan menu yang sama pada waktu anak sehat sebagai pengganti nutrisi yang hilang, serta mencegah tidak terjadi gizi buruk. ASI tetap diberikan pada diare cair akut (maupun pada diare akut berdarah) dan diberikan dengan frekuensi lebih sering dari biasanya. • SUPLEMENTASI ZINC Pemakaian zinc sebagai obat pada diare didasarkan pada alasan ilmiah bahwa zinc mempunyai efek pada fungsi kekebalan saluran cerna dan berpengaruh pada fungsi dan struktur saluran cerna serta mempercepat proses penyembuhan epitel selama diare. Kekurangan zinc ternyata sudah pandemik pada anak-anak di negara sedang berkembang. Zinc telah diketahui berperan dalam metallo-enzymes, polyribosomes, membran sel, fungsi sel, dimana hal ini akan memacu pertumbuhan sel dan meningkatkan fungsi sel dalam sistem kekebalan. Perlu diketahui juga bahwa selama diare berlangsung zinc hilang bersama diare sehingga hal ini bisa memacu kekurangan zinc ditubuh. Bukti bukti yang telah disebar luaskan dari hasil penelitian bahwa zinc bisa mengurangi lama diare sampai 20% dan juga bisa mengurangai angka kekambuhan sampai 20%. Bukti lain mengatakan dengan pemakaian zinc bisa mengurangi jumlah tinja sampai 18-59%. Dari



21



bukti-bukti juga dikatakan tidak ada efek samping pada penggunaan zinc, jika ada ditemukan hanya gejala muntah. Pada penelitian selanjutkan didapatkan bahwa zinc bisa digunakan sebagai obat pada diare akut, diare persisten, sebagai pencegahan diare akut dan persisten serta diare berdarah. Dalam penelitian biaya untuk diare dengan menggunakan zinc dikatakan zinc bisa menekan biaya untuk diare. Pemberian zinc untuk pengobatan diare bisa menekan penggunaan antibiotik yang tidak rasional. 11 Efek zinc antara lain sebagai berikut : •Zinc merupakan kofaktor enzim superoxide dismutase (SOD). SOD akan merubah anion superoksida (merupakan radikal bebas hasil sampingan dari proses sintesis ATP yang sangat kuat dan dapat merusak semua struktur dalam sel) menjadi H2O2, yang selanjutnya diubah menjadi H2O dan O2 oleh enzim katalase. Jadi SOD sangat berperan dalam menjaga integritas epitel usus. •Zinc berperan sebagai anti-oksidan, „berkompetisi‟ dengan tembaga (Cu) dan besi (Fe) yang dapat menimbulkan radikal bebas. •Zinc menghambat sintesis Nitric Oxide (NO). Dengan pemberian zinc, diharapkan NO tidak disintesis secara berlebihan sehingga tidak terjadi kerusaan jaringan dan tidak terjadi hipersekresi. •Zinc berperan dalam penguatan sistem imun. •Zinc berperan dalam menjaga keutuhan epitel usus, berperan sebagai kofaktor berbagai faktor transkripsi sehingga transkripsi dalam sel usus dapat terjaga. • ANTIBIOTIK SELEKTIF Antibiotik tidak diberikan pada kasus diare cair akut, kecuali dengan indikasi yaitu pada diare berdarah dan kolera. Obat antimikroba



22



yang digunakan pada pengobatan diare akut oleh penyebab khusus pada anak yaitu sebagai berikut 8: Penyebab Kolera



Shigella



(1) Antibiotika Terpilih



(2) Pilihan Lain



Tetraksiklin



Furasolidon



Anak diatas 7 thn 50mg/kg/hr



Anak 5 mg/kg/hr dibagi 4



dibagi 4 dosis untuk 2 hari.



dosis untuk 3 hari



Trimetoprim (TMP)



Trimetoprim (TMP)



Sulfametoksasol (SMX)



Sulfametoksasol (SMX)



Anak –TMP 10 mg/kg/hr dan



4 Semua umur – TMP



SMX 50 mg/kg/hr Dibagi 2



8mg/kg/hr



dosis selama 5 hari.



Dibagi 2 dosis selama 3 hari.



Asam nalikdisat Anak –55 mg/kg/hr



Bila dianggap perlu dapat



dibagi 4 dosis selama 5 hari



diberikan antibiotik yang lain lebih murah tetapi cukup sensitif



Amebiasis



Metronidasol



Pada kasus yang berat :



Usus akut



Anak – 30 mg/kg/hr selama 5 –



injeksi intra muskuler,



10 hari



dalam dehidro emetin hidrokhlorida 1 – 1,5 mg/kg (maks 90 mg) s.d. 5 hari tergantung reaksi (untuk semua umur)



Giardiasis



Metronidasol Anak –15 mg/kg/hr 5 hari



Kuinakrin selama



Anak – 7 mg/hr dosis terbagi dalam dosis terbagi – 5 hari



23



1. Sernua dosis yang diberikan adalah melalui oral kecuali dinyatakan lain. Bila obat tidak tersedia dalam bentuk sirop untuk anak-anak kecil, dapat dibuat dalam bentuk bubuk. 2. Pemi1ihan antibiotik untuk pengobatan harus memperhitungkan frekuensi resistensi terhadap antibiotik di daerah itu. 3. Pengobatan dengan antibiotik tidak penting sekali untuk keberhasilan pengobatan tetapi memperpendek lamanya penyakit dan ekskresi organisme pada kasus berat. 4. Pilihan lain termasuk kloramfenikol dan eritromisin. 5. Tinidasol dan ornidasol dapat juga digunakan menurut anjuran pabrik. 6. Untuk anak dibawah 8 tahun tetrasiklin tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan gigi berwarna coklat.



• PROBIOTIK Probiotik merupakan bakteri hidup yang mempunyai efek yang menguntungkan pada host dengan cara meningkatkan kolonisasi bakteri probiotik didalam lumen saluran cerna sehingga seluruh epitel mukosa usus telah diduduki oleh bakteri probiotik melalui reseptor dalam sel epitel usus. Dengan mencermati penomena tersebut bakteri probiotik dapat dipakai dengan cara untuk pencegahan dan pengobatan diare baik yang disebabkan oleh Rotavirus maupun mikroorganisme lain, pseudomembran colitis maupun diare yang disebabkan oleh karena pemakaian antibiotika yang tidak rasional (antibiotik asociatek diarrhea ) dan travellers,s diarrhea 13. Terdapat banyak laporan tentang penggunaan probiotik dalam tatalaksana diare akut pada anak. Hasil meta analisa Van Niel dkk



5



menyatakan lactobacillus aman dan efektif dalam pengobatan diare akut infeksi pada anak, menurunkan lamanya diare kira-kira 2/3 lamanya diare, dan menurunkan frekuensi diare pada hari ke dua pemberian sebanyak 1 – 2 kali. Kemungkinan mekanisme efek probiotik dalam



24



pengobatan diare adalah : Perubahan lingkungan mikro lumen usus, produksi bahan anti mikroba terhadap beberapa patogen, kompetisi nutrien, mencegah adhesi patogen pada anterosit, modifikasi toksin atau reseptor toksin, efektrofik pada mukosa usus dan imunno modulasi13 .



25



BAB III KESIMPULAN



Pada Anak M.Fitra Raditia, dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, kami mendapatkan : • Anamnesa :



- Mencret 3 hari, ± 4 x / hari setiap kali mencret ± ¼ gelas. Mencret berupa air (masyur) warna kuning kehijauan, masih didapatkan ampas berwarna kuning, tidak disertai lendir, darah maupun bau amis - Perut kembung -



Muntah 1 hari, ± 3x



- Demam - Sering haus • Pemeriksaan fisik : - keadaan sakit lemah - S : 38 °C - mata cowong - bising usus meningkat • Pemeriksaan penunjang : darah lengkap: - eosinofil : 8,1 (103/μl) urine lengkap dan feses lengkap : hasil masih menunggu Maka dapat saya simpulkan, diagnosis pasien An M. Fitra, ditinjau dari gejala klinis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang adalah diare akut dengan dehidrasi sedang.



26



Pada pasien An.M Fitra diberikan terapi berupa : - Rehidrasi dengan Infus KA-EN 3A 120 cc / jam selama 5 jam, selanjutnya untuk maintenance diganti infus KA-EN 3A 800 cc / 24 jam. - L-Bio 2 x 1 sachet untuk menghambat proses kolonisasi bakteri patogen. - Inter zink syrup 1 x cth 1 untuk mengurangi lamanya dan tingkat keparanan episode diare serta menurunkan angka kejadian pada 2 – 3 bulan berikutnya. -



Paracetamol syrup 3 x cth 1 bila panas.



27