Makalah Ruang Lingkup Sasaran Akhlak, Dan Implementasinya Akhlak Kepada Allah, Beriman Bertakwa Ikhlas [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

RUANG LINGKUP SASARAN AKHLAK DAN IMPLEMENTASINYA, AKHLAK KEPADA ALLAH (BERIMAN, BERTAKWA, IKHLAS)



D I S U S U N Oleh :  Halimatussa’diah  Ririn Tinambunan  Suraida



SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SYEKH ABDUR RAUF ( STAISAR ) LIPAT KAJANG – ACEH SINGKIL 2022



KATA PENGANTAR Alhamdulillah rasa syukur ini senantiasa penulis ucapkan kepada Allah swt. Berkat rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam penulis sampaikan kepada junjungan alam Nabi Muhammad SAW yang membawa umat manusia dari dunia yang tidak berilmu pengetahuan ke dunia yang berilmu pengetahuan. Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini banyak pihak-pihak yang sangat besar jasanya dalam memberikan bimbingan dan arahan sehingga makalah ini mempunyai nilai positif dan bermanfaat. Penulis berharap agar makalah ini dapat berguna bagi pembaca, serta pihak-pihak yang membutuhkan dan menambah wawasan dan ilmu. Penulis berharap kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Demikan, atas segala kekurangan penulis mengucapkan mohon maaf dan terima kasih.



Lipat Kajang, 22 September 2022



Penulis



i



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ....................................................................................... i DAFTAR ISI .................................................................................................... ii BAB I (PENDAHULUAN).............................................................................. 1 A. Latar Belakang .................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................... 1 C. Manfaat Penulisan .............................................................................. 1 BAB II (PEMBAHASAN) ............................................................................... 2 A. Ruang Lingkup / Sasaran Akhlak ......................................................... 2 B. Implementasi Akhlak Kepada Allah ..................................................... 4 C. Akhlak Kepada Allah SWT (Beriman, Bertaqwa, Ikhlas) .................... 5 BAB III (PENUTUP)...................................................................................... 10 A. Kesimpulan ......................................................................................... 10 B. Saran .................................................................................................. 10 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 11



ii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akhlak merujuk kepada amalan dan tingkah laku tulus yang tidak dibuatbuat yang menjadi kebiasaan. Manakala menurut istilah Islam, akhlaq ialah sikap keperibadian manusia terhadap Allah, manusia, diri sendiri dan makhluk lain, sesuai dengan suruhan dan larangan serta petunjuk Al-Quran dan Sunnah Rasulullah SAW. Ini berarti akhlaq merujuk kepada seluruh perlakuan manusia sama ada berbentuk lahiriah maupun batiniah yang merangkumi aspek amal ibadah, percakapan, perbuatan, pergaulan, komunikasi, kasih sayang dan sebagainya.



B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana ruang lingkup / sasaran akhlak? 2. Bagaimana implementasi akhlak kepada allah? 3. Bagaimana akhlak kepada Allah swt (beriman, bertaqwa, ikhlas)?



C. Manfaat Penulisan 1. Untuk mengetahui ruang lingkup / sasaran akhlak. 2. Untuk mengetahui implementasi akhlak kepada allah. 3. Untuk mengetahui akhlak kepada Allah swt (beriman, bertaqwa, ikhlas).



1



BAB II PEMBAHASAN A. Ruang Lingkup / Sasaran Akhlak Ruang lingkup akhlak sangat luas karena menjangkau seluruh tingkah laku manusia, mulai dari sikap, perkataan dan suara hati. Sedangkan ruang lingkup akhlak meliputi:



1. Akhlak Manusia Terhadap Allah SWT Allah SWT yang menciptakan segalanya termasuk manusia dengan segala kebutuhannya patut disembah dan diagungkan. Akhlak terhadap Allah SWT adalah keseluruhan tingkah laku, perkataan dan suara hati dalam menyembah dan mengagungkan Sang Pencipta, seperti dalam mentauhidkan-Nya, berzikir, berdoa, bersyukur atas nikmat-Nya, kepatuhan atas perintah dan larangan-Nya, serta totalitas beribadah kepada-Nya. Titik tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaraan bahwa tiada tuhan melainkan Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji demikian agung sifat itu, yang jangan kan manusia, malaikatpun tidak dapat mampu menjangkau hakikatNya. 1



2. Akhlak Manusia Terhadap Manusia Manusia adalah sebagai makhluk sosial yang sangat membutuhkan orang lain, agar dapat menjalankan kehidupannya dengan baik, maka harus berakhlak baik juga dengan sesamanya, banyak sekali rincian yang dikemukakan al-Quran berkaitan dengan perilaku terhadap sesama manusia. Petunjuk mengenai hal ini bukan hanya dalam bentuk larangan melakukan hal-hal negatif seperti membunuh, menyakiti badan, atau mengambil harta tanpa alasan yang benar, melainkan juga sampai kepada menyakiti dengan jalan menceritakan aib seseorang dibelakangnya



1



Moh. Ardani, Akhlak TaSawuf : Nilai-nilai Akhlak /Budi Pekerti Dalam Ibadah Dan Tasawuf , (Jakarta : Karya Mulia, 2005), hlm. .49



2



tidak peduli aib itu benar atau salah walaupun sambil memberikan materi kepada yang disakiti hatinya. 2 Di dalam al Quran banyak sekali ayat yang menerangkan hubungan manusia dengan manusia lainnya, diantaranya: •



Akhlak terhadap Rasulullah SAW. Mencintai setulus hati dengan mengikuti semua sunnah beliau, bershalawat kepada beliau dan menjadikannya panutan dalam berakhlak.







Akhlak terhadap orang tua dengan menyayangi mereka, bertutur kata dengan lemah lembut, membantu mereka, tidak membuat susah dan membanggakan mereka.







Akhlak terhadap guru, menghormati, mengikuti nasehat baiknya, karena guru yang mengajar dan mendidik, juga menjadi pengganti orang tua kita disekolah.







Akhlak terhadap diri sendiri dengan memelihara nama baik diri, menjaga kesucian diri seperti berpakaian yang pantas, menutup aurat, menghiasi diri dengan sikap baik, jujur, amanah, pemaaf dan sifat baik lainnya.







Akhlak terhadap masyarakat, karena manusia membutuhkan pertolongan dari orang lain, maka perlunya kerja sama, saling menolong, saling menghormati antar sesama.



3. Akhlak Manusia Terhadap Alam Alam



adalah



seluruh



apa



yang



ada



dilangit,



dibumi,



baik



tumbuhtumbuhan, hewan, serta apa yang dikandungnya. Manusia sebagai khalifah di bumi sepatutnya berakhlak terhadap alam dalam menjaga kelestarian dari kerusakan-kerusakan oleh tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab. Jangan sampai manusia merusak lingkungan dan alam sekitar karena akan berdampak kembali ke manusia seperti tanah longsor akibat penggundulan hutan, banjir karena membuang sampah ke sungai dan sebagainya.



2



Abudin Nata, Akhlak TaSawuf, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), hlm.149



3



B. Implementasi Akhlak Kepada Allah Kita sebagai umat islam memang selayaknya harus berakhlak baik kepada Allah karena Allah lah yang telah menyempurnakan kita sebagai manusia yang sempurna. Untuk itu akhlak kepada Allah itu harus yang baik-baik jangan akhlak yang buruk. Seperti kalau kita sedang diberi nikmat, kita harus bersyukur kepada Allah. Menurut pendapat Quraish Shihab bahwa titik tolak akhlak kepada Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji; demikian agung sifat itu, jangankan manusia, malaikat pun tidak akan mampu menjangkaunya. Seorang yang berakhlak luhur adalah seorang yang mampu berakhlak baik terhadap Allahta’ala dan sesamanya. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan :



‫ﺎن أ َ َﺣﺪھ َﻤﺎ َﻣ َﻊ ﱠ‬ ‫ َوھ َُﻮ أَ ْن ﯾَ ْﻌﻠَﻢ أ َ ﱠن ُﻛ ّﻞ َﻣﺎ ﯾَ ُﻜﻮن ِﻣ ْﻨﻚ‬، ‫ا� َﻋ ﱠﺰ َو َﺟ ﱠﻞ‬ ِ ‫ُﺣﺴْﻦ ْاﻟ ُﺨﻠُﻖ ﻗِ ْﺴ َﻤ‬ ُ ‫ﻮﺟﺐ‬ ‫ َو ُﻛ ّﻞ َﻣﺎ ﯾَﺄْﺗِﻲ ِﻣ ْﻦ ﱠ‬، ‫ﻮﺟﺐ ﻋُ ْﺬ ًرا‬ ‫ ﻓَ َﻼ ﺗ َﺰَ ال ﺷَﺎ ِﻛ ًﺮا ﻟَﮫُ ُﻣ ْﻌﺘَﺬ ًِرا إِﻟَ ْﯿ ِﮫ‬، ‫ﺷ ْﻜ ًﺮا‬ ِ ُ‫ا� ﯾ‬ ِ ُ‫ﯾ‬



َ ‫ﺳﺎﺋِ ًﺮا إِﻟَ ْﯿ ِﮫ ﺑَﯿْﻦ ُﻣ‬ ُ ‫ﻄﺎﻟَﻌَﺔ َو‬ ‫ﺷ ُﮭﻮد َﻋﯿْﺐ ﻧَ ْﻔﺴﻚ َوأَ ْﻋ َﻤﺎﻟﻚ‬ َ .



‫ َﺑ ْﺬل ْاﻟ َﻤ ْﻌ ُﺮوف ﻗَ ْﻮ ًﻻ‬: ‫ان‬ ِ ‫ َو َﺟ َﻤﺎ َﻋﺔ أَ ْﻣ َﺮ‬. ‫ ُﺣﺴْﻦ ْاﻟ ُﺨﻠُﻖ َﻣ َﻊ اﻟﻨﱠﺎس‬: ‫َو ْاﻟ ِﻘﺴْﻢ اﻟﺜﱠﺎ ِﻧﻲ‬



‫ﻒ ْاﻷَذَى ﻗَ ْﻮ ًﻻ َو ِﻓ ْﻌ ًﻼ‬ ّ ‫ َو َﻛ‬، ‫َو ِﻓ ْﻌ ًﻼ‬



Artinya : Keluhuran akhlak itu terbagi dua. Yang Pertama, akhlak yang baik kepada Allah, yaitu meyakini bahwa segala amalan yang anda kerjakan mesti



(mengandung



kekurangan/ketidaksempurnaan)



sehingga



membutuhkan udzur (dari-Nya) dan segala sesuatu yang berasal dariNya harus disyukuri. Dengan demikian, anda senantiasa bersyukur kepada-Nya dan meminta maaf kepada-Nya serta berjalan kepada-Nya sembari memperhatikan dan mengakui kekurangan diri dan amalan anda. Kedua, akhlak yang baik terhadap sesama. kuncinya terdapat dalam dua perkara, yaitu berbuat baik dan tidak mengganggu sesama dalam bentuk perkataan dan perbuatan.



4



C. Akhlak Kepada Allah SWT (Beriman, Bertaqwa, Ikhlas) 1. Beriman Kepada Allah SWT Apa itu iman? Iman adalah ucapan dan perbuatan. Ucapan hati dan lisan, serta amal hati. Artinya pengakuan yang di (ucapkan) dalam hati dan lisan serta bersedia melakukan yang dibenarkannya melalui amal hati. Dari Abu Hurairah, ia berkata, "Rasulullah



bersabda, 'Iman terbagi lebih dari tujuh puluh atau enam



puluh cabang. Yang paling utama adalah ucapan laailaa ha illallah dan yang terendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan sifat malu termasuk satu cabang dari iman." HR. Muslim Sehingga dapat disimpulkan iman merupakan suatu yang tersembunyi dalam jiwa atau pengakuan dalam lubuk hati. Sebagaimana kita ketahui dalam agama Islam memiliki Rukun Iman yakni beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari kiamat, dan beriman kepada qadla’ dan qadar (ketentuan). Seorang muslim yang beriman kepada Allah adalah yang membenarkan adanya Tuhan Yang Maha Agung Tuhan Maha Pencipta langit dan bumi. Dia mengetahui alam gaib dan alam nyata, Maha Pengatur, raja segala sesuatu. Tiada Tuhan melainkan Dia. Dialah Yang Maha Agung, Yang memiliki sifat-sifat maha sempurna. Untuk pertama kalinya kita mendapat petunjuk dari petunjuk-Nya. (Allah berfirman : Kalaulah bukan karena petunjuk Allah, tidaklah kita akan mendapat petunjuk). 3 Iman kepada Allah adalah salah asas dan inti kaidah Islamiyah. Maka ia adalah pokok, dan semua rukun-rukun akidah dihubungkan kepadanya



atau



mengikutinya. Dari ajaran dasar, timbulah bagian-bagian dan rukun- rukun iman yang lain. Bahwa beriman kepada Allah adalah beriman pada yang ghaib, dan beriman kepada yang ghaib memerlukan dalil-dalil yang rasional untuk membuktikan kebenaran keimanan itu. Dalil-dalil tentang wujud Allah ada yang berdasarkan akal dan ada juga yang berdasarkan wahyu dan merupakan dalil lengkap bagi pengetahuan kita tentang Allah. Tingkatan mengimani Allah (tauhid) yaitu ada lima tingkatan, yaitu :



3



Abu Bakar Jabir El-Jazair , Pola Hidup Muslim, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1990),



hlm. 1



5



a. Taqlit Taqlit secara umum adalah mengikuti pendapat orang lain tanpa mengetahui sumber atau alasannya. Namun untuk kasus Iman Kepada Allah ialah taqlit atau mengikuti orang tua, karena saat kita masih belum bisa menemukan dasar atau ilmu dalam Iman Kepada Allah alangkah lebih baiknya jika kita mengikuti orang tua kita yang sudah paham soal Iman Kepada Allah, dan itu sebagai cara agar kita juga bisa belajar tentang Ilmu Agama lainnya yang diajarkan oleh Nabi Muhammad. b. Ilmu yang Dimiliki Ilmu yang kita miliki berguna untuk menemukan bukti yang dapat meyakinkan kita tentang iman kepada Allah, tentang keberadaan Allah contohnya, dan semua yang dapat meyakinkan kita tentang iman kepada Allah. c. Selalu Diawasi Oleh Allah Bila kita tidak bisa menerapkan keyakinan bahwa Allah sedang melihat kita, maka kita akan menjadi hamba yang lupa akan pengawasan Allah, karena kita mengira bahwa Allah tidak mengetahui apa yang kita kerjakan. d. Melihat Allah Dengan Mata Hati Manusia dapat melihat benda disekitar dengan ke-dua mata seperti biasanya, namun saat kita ingin melihat Allah, kita melihat dengan ke-dua mata maka kita tidak akan melihat Allah, namun Allah hanya bisa dilihat dengan mata hati. Kita hanya bisa melihat Allah dengan mata hati apabila kita sudah merasa diawasi oleh Allah, namun apabila kita tidak merasa diawasi Allah kita pasti kesulitan untuk melihat Allah dengan mata hati kita. Dan saat kita tidak dapat melihat Allah dengan mata hati maka kita bisa saja menjadi tersesat dan keluar dari tuntunan Allah. e. Semuanya Hanya Untuk Allah (Zuhud) Secara harfiah al-zuhud berarti tidak ingin kepada sesuatu yang bersifat keduniawian. 4 Sedangkan menurut Harun Nasution zuhud artinya keadaan meninggalkan dunia dan hidup kematerian. Zuhud termasuk salah satu ajaran 4



Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1990), hlm.158.



6



agama yang sangat penting dalam rangka mengendalikan diri dari pengaruh kehidupan dunia. Orang yang zuhud lebih mengutamakan atau mengejar kebahagiaan hidup di akhirat yang kekal dan abadi, dari pada mengejar kehidupan dunia yang fana sepintas lalu.



2. Bertaqwa Kepada Allah SWT Definisi taqwa adalah memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Cara bertawqa secara maksimal kepada Allah SWT yaitu dengan melakukan islamisasi seluruh aspek dan ruang lingkup kehidupan (islamiyahhal-hayah), karena bagaimana mungkin seseorang dapat mati sebagai Muslim kalau dia tidak selalu menjadi Muslim sepanjang hidupnya. Kualitas ketaqwaan seseorang menentukan tingkat kemuliannya di sisi Allah SWT. Semakin maksimal taqwanya semakin mulia dia. Buah dari taqwa kepada Allah SWT adalah: a. Mendapatkan sikap furqan, yaitu sikap tegas membedakan antara hak dan batil, benar dan salah, halal dan haram, serta terpuji dan tercela. b. Mendapatkan limpahan berkah dari langit dan bumi c. Mendapatkan jalan keluar dari kesulitan d. Mendapatkan rezeki tanpa diduga-duga e. Mendapatkan kemudahan dalam urusannya f. Menerima penghapusan dan pengampunan dosa serta mendapatkan pahala yang besar



3. Ikhlas Secara terminologis yang dimaksud dengan ikhlas adalah semata-mata mengharap ridha Allah SWT. Jadi segala apa yang kita lakukan itu sematamata hanya mengharap ridha Allah SWT. Tiga unsur keikhlasan adalah:



7



a. Niat yang ikhlas (semata-semata hanya mencari ridho Allah). b. Beramal dengan sebaik-baiknya Setelah memiliki niat yang ikhlas, seorang muslim yang mengaku ikhlas melakukan sesuatu harus membuktikannya dengan melakukan perbuatan itu dengan sebaik-baiknya. c. Pemanfaatan hasil usaha dengan tepat



Hanya dengan ikhlas, semua amal ibadah kita akan diterima oleh Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda, yang artinya :”Selamatlah para mukhlisin. Yaitu orang-orang yang bila hadir tidak dikenal, bila tidak hadir tidak dicaricari. Mereka pelita hidayah, mereka selalu selamat dari fitnah kegelapan…”( HR. Baihaqi ).



8



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Ruang lingkup akhlak sangat luas karena menjangkau seluruh tingkah laku manusia, mulai dari sikap, perkataan dan suara hati. Sedangkan ruang lingkup akhlak meliputi: 1. Akhlak manusia terhadap allah swt 2. Akhlak manusia terhadap manusia 3. Akhlak manusia terhadap alam Kita sebagai umat islam memang selayaknya harus berakhlak baik kepada Allah karena Allah lah yang telah menyempurnakan kita sebagai manusia yang sempurna. Untuk itu akhlak kepada Allah itu harus yang baik-baik jangan akhlak yang buruk. Seperti kalau kita sedang diberi nikmat, kita harus bersyukur kepada Allah. Menurut pendapat Quraish Shihab bahwa titik tolak akhlak kepada Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji; demikian agung sifat itu, jangankan manusia, malaikat pun tidak akan mampu menjangkaunya.



B. Saran Demikianlah makalah ini dibuat, kami menyadari penulisan makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang konstruktif demi kesempurnaan makalah ini dan berikutnya. Besar harapan kami, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca pada umumnya dan khususnya bagi pemakalah.



9



DAFTAR PUSTAKA Abudin Nata, Akhlak TaSawuf, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996). Abu Bakar Jabir El-Jazair , Pola Hidup Muslim, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1990). Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1990). Moh. Ardani, Akhlak TaSawuf : Nilai-nilai Akhlak /Budi Pekerti Dalam Ibadah Dan Tasawuf , (Jakarta : Karya Mulia, 2005).



10