Makalah Selada Pasca Panen [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, dengan ini kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang di beri judul "Penanganan Pasca Panen Tanaman Selada". Adapun makalah "Penanganan Pasca Panen Tanaman Selada " ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan dari banyak pihak, sehingga dapat memperlancar proses pembuatan makalah ini. Oleh sebab itu, kami juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah biologi ini. Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah " Penanganan Pasca Panen Tanaman Selada " ini dapat diambil manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca. Selain itu, kritik yang membangun dan saran dari Anda kami tunggu untuk perbaikan makalah ini nantinya dan juga untuk karya kami selanjutnya.



Jember, 21 Maret 2018



Penyusun



DAFTAR ISI



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman hortikultura tepatnya sayur mempunyai tingkat peminat yang paling tinggi dari konsumen. Namun karena sifat dari produk hortikultura yang mudah rusak dan tidak tahan lama, maka dibutuhkan suatu proses untuk membantu menambah kualitas dari produksi hortikultura salah satunya ialah penanganan pasca panen. Contoh sayuran yang diminati masyarakat ialah selada. Selada termasuk dalam kelompok tanaman sayuran daun yang dikenal di masyarakat. Jenis sayuran ini mengandung zat - zat gizi khususnya vitamin dan mineral yang lengkap untuk memenuhi syarat kebutuhan gizi masyarakat. Selada sebagai bahan makanan sayuran bisa konsumsi dalam bentuk mentah sebagai lalapan bersama-sama dengan bahan makanan lain. Selain berguna untuk bahan makanan, selada juga berguna untuk pegobatan (terapi) berbagai macam penyakit. Sehingga dengan demikian, selada memiliki peranan yang sangat penting di dalam menunjang kesehatan masyarakat. Memperhatikan kegunaannya yang beragam di dalam kehidupan sehari-hari, maka selada sangat mudah dipasarkan. Sehingga dengan demikian apabila dibudidayakan (diusahakan) dengan baik dapat memberikan keuntungan yang besar. Berusaha tani selada dapat berhasil dengan baik apabila petani memiliki pengetahuan yang luas mengenai semua aspek yang berkaitan dengan tanaman selada, yaitu mulai dari manfaat dan kegunaannya, varietas, mutu benih, teknik budidaya, kondisi lingkungan bertanam, penanganan panen dan pascapanen, dan analisis usaha taninya. Makalah ini membahas semua aspek tersebut di atas yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan yang luas kepada masyarakat untuk meningkatkan kemampuannya dalam bertani, khususnya di dalam pembudidayaan tanaman selada. 1.2 Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini diantara lainnya :



1. Mahasiswa mampu mengenai teknik penangan panen dan pascapanen pada tanaman selada dengan tepat 2. Mahasiswa mampu memahami kegiatan kegiatan yang mempertahankan kualitas kesegaran selada 3. Mahasiswa mampu mengetahui tentang pemasaran produk pascapanen pada selada.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1



Pasca Panen Pengolahan Primer



2.1.1 Panen Selada dapat dipanen ketika berumur 2-3 bulan setelah tanam. Namun, bisa saja kurang dari umur tersebut tanaman sudah layak konsumsi, jadi bisa dipanen lebih cepat. Cara panen selada dengan memotong bagian tanaman di atas permukaan tanah. Bisa juga dengan mencabut semua bagian termasuk akar. Setelah akar dicuci, daun-daun yang rusak dibuang. Kelompokkan selada berdasar ukuran. Yang besar dengan yang besar dan yang kecil dengan yarrg kecil. Selada ini harus segera dipasarkan karena tak tahan panas dan penguapan.



2.1.2 Sortasi dan Grading Tindakan selanjutnya dilakukan sortasi dan grading yaitu memisah–misahkan daun selada atau krop selada yang sehat dengan selada yang cacat. Selada yang cacat, seperti karena adanya serangan hama dan penyakit, atau karena kerusakan fisik akibat penanganan panen yang krang baik harus dipisahkan dari selada yang sehat. Tujuannya agar selada yang sehat tidak mudah ditulari dengan selada yang sakit atau cacat. Kegiatan sortasi dapat dilakukan bersamaan dengan pembersihan, yaitu pada saat pembuangan sebagian daun dan batang tanaman, jadi dilakukan sebelum pencucian. Sehingga dengan demikian akan lebih menghemat waktu dan tenaga apabila dibandingkan sortasi dengan dilakukan etelah pembersihan (pemotongan sebagian daun dan batang, pencucian, dan pengeringan). Disamping itu, elada yang disortasi sebelum pencucian, maka antara selada yang sehat dan yang cacat pada saat dicuci tidak tercampur, sehingga dengan demikian dapat mencegah penularan hama dan penyakit.



Selesai dilakukan sortasi, kemudian dilakukan grading yaitu kegiatan pengelompokkan selada ke dalam kelas – kelas menurut kriteria – keriteria tertentu. Grading dapat dilakukan bersamaan dengan sortasi. Berdasarkan keseragaman varietas, kepadatan daun/krop, kesegaran daun/krop selada dapat dikelompokkan ke dalam kelas mutu yang dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini. Tabel 1. Kelas Standar Kualitas Selada Segar



No. Kriteria



Standar Kualitas Kualitas I seragam



Kualitas II seragam



Kualitas III seragam



a.



Keseragaman varietas



b.



Kepadatan daun/krop



padat/kompak cukup padat



padat, cukup padat



c.



Keseragaman daun/krop



segar



cukup segar



segar atau cukup segar



d.



Keseragam ukuran



seragam dan besar



seragam dan kecil



e.



Kerusakan mak (%)



10



10



besar atau kecil dan bentuk krop abnormal 10



Sortasi dan grading pada komoditas selada dapat memberikan beberapa keuntungan bagi produsen (petani) maupun bagi konsumen, antara lain sebagai berikut.ngan bagi produsen (petani) maupun bagi konsumen, antara lain sebagai berikut: a. Memudahkan konsumen dalam membantu untuk mendapatkan kualitas yang dikehendakinya. b. Memudahkan petani atau pedagang dalam menentukan harga jual.



c. Memudahkan di dalam pemasaran menurut standar kualitasnya, baik untuk pemasaran di dalam negeri maupun untuk pemasaran ke luar negeri (ekspor), mengingat setiap sasaran konsumen memiliki standar kualitas yang berbeda. d. Dapat memberikan kepuasan dan meningkatkan kepercayaan pada konsumen sehingga dapat menjamin kestabilan pemasaran dan meningkatkan pemasaran. 2.1.3



Penyimpanan Selada tergolong jenis sayuran yang sangat mudah rusak. Sehingga apabila



penanganan setelah panen dilakukan kurang baik maka dapat menyebabkan kemerosotan kualitas yang berlangsung cepat. Daun selada yang dibiarkan pada kondisi normal (tanpa perlakuan khusus) sudah mengalami pelayuan dengan daun menguning 2 hari setelah panen, dan daun sudah tidak laku dijual. Sayuran yang telah layu sudah banyak kehilangan Vitamin C dan Karoten. Untuk mempertahankan kesegaran daun selada hingga beberapa lama dapat dilakukan dengan penyimpanan dengan suhu rendah dan penyimpanan dalam ruangan sitem atmosfer termodifikasi (modified atmosphere container). a. Penyimpanan dengan suhu rendah Penyimpanan dalam ruangan dengan suhu rendah adalah sisten penyimpanan yang dilakukan dalam ruangan yang bertemperatur rendah (32°F) dan kelembaban yang relatif tinggi (95%). Penyimpanan dalam ruangan yang bertemperatur rendah ini memerlukan ruangan yang dilengkapi dengan peralatan pendingin. Penyimpanan dalam ruangan yang bertemperatur rendah dan kelembapan yang relatif tinggi dapat memperlambat laju penguapan dan laju pernapasan daun selada, menghambat penuaan, menghambat pengeluaran panas, menghambat pematangan, mencegah atau menghambat kegiatan patogen (mikroorganisme) perusak, perubahan biokimia daun selada, tidak mempengaruhi rasa, warna, tekstur, nilai gizi (nutrisi), dan bentuk fisik daun selada. Daun selada yang disimpan pada suhu 32°F dengan kelembapan nisbi 95% tahan disimpan sampai 3 – 4 minggu.



b. Penyimpanan dalam ruangan sistem atmsofer termodifikasi (modified atmosphere container) Penyimpanan dalam ruangan dengan sitem atmosfer termodifikasi merupakan cara penyimpanan dengan mengatur komposisi gas oksigen (O2), karbondioksida (CO2), dan Nitrogen (N2) di dalam ruangan penyimpanan pada tingkat konsentrasi tertentu yang dapat memperlambat proses pernapasan, penguapan dan aktifitas biologis lainnya yang terjadi pada daun selada. Dalam kondisi udara bebas, kandungan O2 = 20,99%, CO2 = 0,09%, dan N2 = 78,03%. CO2 yang dinaikkan di atas 2% dan O2 yang diturunkan hingga di bawah 8% di dalam ruangan penyimpanan dapat memperpanjang masa simpan sayuran. Pengaruh rendahnya oksigen dan tingginya karbondioksida dalam udara penyimpanan akan memperlambat pernapasan (respirasi), pematangan (ripenting), pelayuan (senesence), menurunkan laju produksi etilen, memperlambat pembusukan, dan menekankan perubahan yang berhubungan dengan pematangan (Kader 1986, dalam Muhammad Taufik Ratule, 1999). Sehingga dengan demikian, masa simpan (kualitas kesegaran daun selada) akan lebih lama. Penyimpanan teknik atmosfer termodifikasi jika dikombinasikan dengan pendinginan dapat memberikan hasil yang lebih baik. Di daerah tropis yang beriklim panas, penyimpanan di dalam atmosfer termodifikasi harus dikombinasikan dengan pendingin. Menurut Pantstico (1975), penyimpanan buah dan sayuran dalam atmosfer termodifikasi yang tidak dikombinasikan dengan pendingin kerusakan akan berlangsung cepat akibat penimbunan panas dan CO2. Sehingga dengan demikian dalam iklim tropis yang panas (seperti di Indonesia), penyimpanan dalam atmofer termodifikasi tidak dianjurkan, kecuali dikombinasikan dengan pendingin. 2.1.4



Pengemasan dan Pengangkutan Pengemasan pada komoditi selada bertujuan melindungi bahan (daun selada)



dari kerudsakan akibat pengangkutan dari kebun sampai ke pusat – pusat pemasaran, memberikan daya tarik pada konsumen, memudahkan di dalam pengangkutan,



memudahkan pengiriman, dan memudahkan di dalam penataan pada saat pemasaran, terutama penataan di supermarket. Fungsi pengangkutan adalah untuk mengangkut bahan (selada) dari kebun produksi dan atau tempat penyimpanan ke pusat – pusat pemasaran. Fungsi pengemasan dan pengangkutan saling berkaitan, terutama terhadap perlindungan bahan dari kerusakan mekanis akibat gesekan atau benturan yabg sering terjadi selama pengangkutan, kerusakan biologis, dan kerusakan karena pengaruh lingkungan (terik matahari, suhu udara yang tinggi, dan kelembaban yang tinggi). Pengemasan yang dilakukan dengan baik dan benar tidak hanya dapat melindungi bahan (daun selada) yang dikemas dari kerusakan mekanis akibat pengangkutan, tetapi juga harus dapat melindungi bahan dari kerusakan biologis karena pengaruh lingkungan, seperti cahaya matahari, suhu udara yang tinggi, dan kelembapan udara yang tinggi. Ada beberapa hal yang harus mendapat perhatian di dalam kegiatan pengemasan selada untuk pengangkutan, antara lain sebagai berikut. a. Kebersihan alat pengemas Alat pengemas sebelum digunakan harus dicuci sampai bersih dengan sabun ditergen, terutama alat pengemas yang terbuat dari papan kayu, keranjan plastik, atau bambu. Selesi dicuci, kemudian dikeringkan. Untuk alat pengemas yang terbuat dari karon tidak perlu dicuci, tetapi cukup diberihkan dengan lap, lalu dikeringkan (dijemur). Sehingga dengan demikian alat pengemas terbebas dari hama dan patogen (penyebab penyakit). b. Bahan pengemas Bermacam – macam bahan pengemas untuk pengangkutan dapat digunakan untuk mengemas selada, antara lain papan kayu, bambu yang dianyam menjadi keranjang, karon, plastik biasa. Dari bahan – bahan tersebut yang dianggap baik adalah dari bahan papan kayu dan keranjang plastik karena permukaannya yang halus, tidak



berat dan cukup kuat menahan beban dan tekanan, serta dapat melindungi dengan baik terhadap bahan yang dikemas. c. Kapasitas alat pengemas Jumlah atau berat bahan yang dikemas harus disesuaikan dengan daya tampung atau kapasitas alat pengemas. Sebab, bila jumlah bahan yang dikemas melebihi daya tampung alat pengemas dapat mempertinggi angka kerusakan bahan yang dikemas. d. Konstruksi alat kemas Alat pengemas yang terbuat dari bahan papan kayu, bambu, atau karton sebaiknya berbentuk persegi panjang, atau segi empat. Hal ini untuk memudahkan penataan daun selada yang akan dikemas. Pada bagian dinding alat pengemas harus dilubangi (dibuat lubang – lubang) yang berfungsi untuk mengeluarkan energi panas yang dihasilkan dari proses respirasi daun selada dan untuk sirkulasi udara di dalam alat pengemas. Sehingga dengan demikian kerusakan daun selada karena proses fisiologis dapat dicegah. e. Ukuran alat pengemas Alat pengemas untuk pengangkutan harus memiliki ukuran yang ideal. Sebab, apabila ukuran alat pengemas terlalu besar atau terlalu kecil tidak bisa melindungi dengan baik terhadap bahan yang dikemas. Sehingga dengan demikian akan mempertinggi angka kerusakan bahan yang dikemas. f. Cara pengemasan Daun selada yang akan dikemas dilakukan pengikatan terlebih dahulu, terutama untuk jenis elada daun dan selada batang. Satu ikatan terdiri dari 2 atau 3 batang saja. Pengikatn dapat menggunakan tali plastik, tali dari bambu, dan sebagainya. Selanjutnya, selada yang telah diikat tersebut dimasukkan dalam peti kemas dengan penyusunan yang rapi hingga penuh, tetapi tidak sampai menyembuk keluar. Kemudian peti kemas ditutup dan diikat dengan tali rafia yang kuat.



Di dalam kegiatan pengangkutan barang juga harus dilakukan dengan baik agar barang yang diangkut tidak rusak. Ada beberapa hal yang harus mendapat perhatian dalam kegiatan pengangkutan, antara lain sebagai berikut. 1. Penyusunan kemasan di dalam pengangkutan Penyusunan kemasan dalam alat pengangkutan harus teratur dan rapi agar kedudukannya kuat. Sehingga dengan demikian alat pengemas tahan terhadap goncangan selama pengangkutan dan kerusakan daun selada kerena faktor mekanis dapat dicegah. Penataan deretan dalam alat pengangkutan harus diatur dengan jarak 3 inci dan disusun dalam garis – garis lurus dengan menyisakan ruang 6 inci antara 2 deretan agar arah arus udara sejajar dengan baris. 2. Kondisi alat pengangkutan Penggunaan alat pengangkutan harus memperhatikan kondisinya. Alat pengangkutan harus memperhatikan kondisinya. Alat pengangkutan yang digunakan kondisinya harus yang baik agar barang sampai ke tujuan tidak terlambat. Penggunaan alat pengangkutan yang kurang baik dapat menyebabkan keterlambatan pengiriman barang ke tempat tujuan yang pada akhirnya dapat menyebabkan kerusakan daun selada yang diangkut. 3. Penanganan bongkar muat Penanganan bongkar muat harus dilakukan dengan hati – hati (tidak kasar). Sebab perlakuan yang kasar dapat menimbulkan kerusakan pada alat pengemas maupun barang yang ada di dalamnya. 4. Penggunaan jenis alat pengangkutan Penggunanan jenis alat pengangkutan harus disesuaikan dengan tujuan pengiriman barang. Untuk tujuan pengiriman jarak pendek, seperti dalam kota, antarkota dalam satu provinsi, atau antar provinsi dalam satu pulau, sebaiknya menggunakan angkutan darat (truk, colt, atau kereta api). Sedangkan untuk tujuan pengiriman jarak jauh, seperti antarpulau atau antarnegara, sebaiknya menggunakan alat pengangkutan melalui laut (kapal), atau melalui udara (pesawat terbang). Sehingga



dengan demikian penggunaan sarana transportasi dapat lebih efisien, baik dari segi penggunaan waktu maupun penggunaan biaya. 5. Kelengkapan ruang pendingin Apabila memungkinkan, alat pengangkutan sebaiknya dilengkapi dengan ruang pendingin. Sehingga dengan demikian dapat lebih menjamin kesegaran daun selada selama proses pengangkutan sampai tujuan. 2.1.5



Pemasaran Pendapatan yang tinggi dari hasil usaha tani selain ditentukan oleh teknik



budidayanya, juga ditentukan oleh teknik penmasarannya. Di dalam kegiatan pemasaran selada ada dua hal yang perlu mendapatkan perhatian, yaitu menentukan standar harga dasar dan pengenalan lembaga pemasaran (tata niaga) yang berperan menjualkan selada dari petani produsen sampai ke konsumen. Dalam pemasarannya dapat berupa: 1. Domestik: pasar tradisional dan non tradisional 2. Ekspor



BAB III PEMBAHASAN 3.1. Solusi pasca panen 3.1.1. Panen Budidaya selada keriting bisa dipanen 20-30 hari setelah bibit ditanam. Jadi, bila dihitung mulai dari penyemaian sampai panen, kira-kira dibutuhkan 40-60 hari. Produktiivitas tanaman selada keriting bisa mencapai 15-20 ton per hektar. Panen dilakukan dengan mencabut tanaman sampai keakar-akarnya. Setelah dipanen, bagian akar selada kriting dicuci dan daun-daun yang rusak dibuang. Kelompokkan daun selada keriting berdasarkan ukuran. Pengerjaan pasca panen harus dilakukan dengan cepat dan segera karena tanaman selada keriting tak tahan panas dan penguapan. Apabila pengangkutan ke pasar ada jeda waktu yang lama, simpanlah sayuran tersebut di tempat yang lembab dekat dengan air atau secara rutin diciprati air. 3.1.2.Sortasi Tindakan selanjutnya dilakukan sortasi dan grading yaitu memisah–misahkan daun selada atau krop selada yang sehat dengan selada yang cacat. Selada yang cacat, seperti karena adanya serangan hama dan penyakit, atau karena kerusakan fisik akibat penanganan panen yang krang baik harus dipisahkan dari selada yang sehat. Tujuannya agar selada yang sehat tidak mudah ditulari dengan selada yang sakit atau cacat. Kegiatan sortasi dapat dilakukan bersamaan dengan pembersihan, yaitu pada saat pembuangan sebagian daun dan batang tanaman, jadi dilakukan sebelum pencucian. Sehingga dengan demikian akan lebih menghemat waktu dan tenaga apabila dibandingkan sortasi dengan dilakukan etelah pembersihan (pemotongan sebagian daun dan batang, pencucian, dan pengeringan). Disamping itu, elada yang disortasi sebelum pencucian, maka antara selada yang sehat dan yang cacat pada saat dicuci tidak tercampur, sehingga dengan demikian dapat mencegah penularan hama dan penyakit. Selesai dilakukan sortasi, kemudian dilakukan grading yaitu kegiatan



pengelompokkan selada ke dalam kelas – kelas menurut kriteria – keriteria tertentu. Grading dapat dilakukan bersamaan dengan sortasi. Berdasarkan keseragaman varietas, kepadatan daun/krop, kesegaran daun/krop selada dapat dikelompokkan ke dalam kelas mutu yang dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini. Sortasi dan grading pada komoditas selada dapat memberikan beberapa keuntungan bagi produsen (petani) maupun bagi konsumen, antara lain sebagai berikut. a. Memudahkan konsumen dalam membantu untuk mendapatkan kualitas yang dikehendakinya. b. Memudahkan petani atau pedagang dalam menentukan harga jual. c. Memudahkan di dalam pemasaran menurut standar kualitasnya, baik untuk pemasaran di dalam negeri maupun untuk pemasaran ke luar negeri (ekspor), mengingat setiap sasaran konsumen memiliki standar kualitas yang berbeda. d. Dapat memberikan kepuasan dan meningkatkan kepercayaan pada konsumen sehingga dapat menjamin kestabilan pemasaran dan meningkatkan pemasaran. 3.1.3. Penyimpanan Selada tergolong jenis sayuran yang sangat mudah rusak. Sehingga apabila penanganan setelah panen dilakukan kurang baik maka dapat menyebabkan kemerosotan kualitas yang berlangsung cepat. Daun selada yang dibiarkan pada kondisi normal (tanpa perlakuan khusus) sudah mengalami pelayuan dengan daun menguning 2 hari setelah panen, dan daun sudah tidak laku dijual. Sayuran yang telah layu sudah banyak kehilangan Vitamin C dan Karoten. Untuk mempertahankan kesegaran daun selada hingga beberapa lama dapat dilakukan dengan penyimpanan dengan suhu rendah dan penyimpanan dalam ruangan sitem atmosfer termodifikasi (modified atmosphere container). a. Penyimpanan dengan suhu rendah Penyimpanan dalam ruangan dengan suhu rendah adalah sisten penyimpanan yang dilakukan dalam ruangan yang bertemperatur rendah (32°F) dan kelembaban



yang relatif tinggi (95%). Penyimpanan dalam ruangan yang bertemperatur rendah ini memerlukan ruangan yang dilengkapi dengan peralatan pendingin. Penyimpanan dalam ruangan yang bertemperatur rendah dan kelembapan yang relatif tinggi dapat memperlambat laju penguapan dan laju pernapasan daun selada, menghambat penuaan, menghambat pengeluaran panas, menghambat pematangan, mencegah atau menghambat kegiatan patogen (mikroorganisme) perusak, perubahan biokimia daun selada, tidak mempengaruhi rasa, warna, tekstur, nilai gizi (nutrisi), dan bentuk fisik daun selada. Daun selada yang disimpan pada suhu 32°F dengan kelembapan nisbi 95% tahan disimpan sampai 3 – 4 minggu. b. Penyimpanan dalam ruangan sistem atmsofer termodifikasi (modified atmosphere container) Penyimpanan dalam ruangan dengan sitem atmosfer termodifikasi merupakan cara penyimpanan dengan mengatur komposisi gas oksigen (O2), karbondioksida (CO2), dan Nitrogen (N2) di dalam ruangan penyimpanan pada tingkat konsentrasi tertentu yang dapat memperlambat proses pernapasan, penguapan dan aktifitas biologis lainnya yang terjadi pada daun selada. Dalam kondisi udara bebas, kandungan O2 = 20,99%, CO2 = 0,09%, dan N2 = 78,03%. CO2 yang dinaikkan di atas 2% dan O2 yang diturunkan hingga di bawah 8% di dalam ruangan penyimpanan dapat memperpanjang masa simpan sayuran. Pengaruh rendahnya oksigen dan tingginya karbondioksida dalam udara penyimpanan akan memperlambat pernapasan (respirasi), pematangan (ripenting), pelayuan (senesence), menurunkan laju produksi etilen, memperlambat pembusukan, dan menekankan perubahan yang berhubungan dengan pematangan (Kader 1986, dalam Muhammad Taufik Ratule, 1999). Sehingga dengan demikian, masa simpan (kualitas kesegaran daun selada) akan lebih lama. Penyimpanan teknik atmosfer termodifikasi jika dikombinasikan dengan pendinginan dapat memberikan hasil yang lebih baik. Di daerah tropis yang beriklim panas, penyimpanan di dalam atmosfer termodifikasi harus dikombinasikan dengan



pendingin. Menurut Pantstico (1975), penyimpanan buah dan sayuran dalam atmosfer termodifikasi yang tidak dikombinasikan dengan pendingin kerusakan akan berlangsung cepat akibat penimbunan panas dan CO2. Sehingga dengan demikian dalam iklim tropis yang panas (seperti di Indonesia), penyimpanan dalam atmofer termodifikasi tidak dianjurkan, kecuali dikombinasikan dengan pendingin. 3.1.4. Pengemasan Umumnya selada dikonsumsi secara segar seperti hidangan salad. Oleh karena itu, penanganan pasca panen selada membutuhkan perlakuan khusus dibanding penanganan sayuran pada umumnya. Cara penanganan pasca panen selada harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1. Higienis/bersih, bebas dari mikroorganisme pathogen dan cemaran hama penyakit. 2. Organik, sayuran selada dibudidayakan dalam media tanah humus. 3. Aman dan bebas dari bahan kimia, herbisida dan fungisida. 4. Tahapan pasca panen seperti pengumpulan, pembersihan, sortasi, pengemasan, penyimpanan serta pemasaran harus memenuhi standar operasional prosedur cara penanganan yang baik pada pasca panen sayuran selada.Umumnya selada dikonsumsi secara segar seperti hidangan salad. Oleh karena itu, penanganan pasca panen selada membutuhkan perlakuan khusus dibanding penanganan sayuran pada umumnya.



Gambar 1. Pengemasan Gambar 2. Sortasi Gambar 3. Selada siap dipasarkan



3.1.5. Pengolahan Selada Menjadi Hidangan Salad Salad adalah campuran sayuran, buah atau keduanya yang disantap bersama saus atau dressing. Umumnya disuguhkan dingin atau temperatur ruang. Bahan salad bisa berupa sayuran segar atau matang, buah, daging, kacang-kacangan, dan karbohidrat. Selada merupakan bahan utama pembuatan salad. Selada biasanya disajikan setelah disobek-sobek, bukan diiris. Pengirisan membuat selada menjadi pahit. Bahan Salad Sebagai berikut: 



Pilih daun selada seperti daun selada keriting selada lolloroso, lettuce.







Tambahkan sayuran hijau seperti bayam, brokoli, buncis dan asparagus.







Hidupkan dengan bahan berwarna cerah seperti paprika merah, bawang Bombay, tomat dan wortel.







Renyahkan dengan ketimun, apel, seledri dan pir.







Segarkan rasanya dengan nanas, tomat, jeruk mandarin dan olive.







Lengkapi protein dengan ikan panggang, salmon, tahu dan udang.







Beri toping keripik, wijen dan cornflake.







Kemudian diberi mayones dan cuka. Salad sering disebut sebagai hidangan pembuka, namun salad juga bisa menjadi



hidangan utama. Salad sebagai hidangan utama harus mengandung karbohidrat, protein dan sayuran. Karbohidrat dalam salad seperti kentang, pasta dan roti. Protein terdapat pada ayam, daging, ikan, udang dan daging asap. Sedangkan sayuran yang ada di salad seperti selada, paprika, ketimun dan bawang Bombay. Salad bisa juga dijadikan hidangan penutup yang biasanya diberi isi buah-buahan. 3.1.6. Pemasaran Strategi Pemasaran Pemasaran Sayuran yang dimaksud adalah kegiatan komunikasi antara seseorang (pedagang/pemilik sayuran) dengan pelanggan untuk menjual sayurannya. Sedangkan strategi pemasaran sayuran berarti adalah serangkaian cara kegiatan yang bersifat tepat, konsisten dan layak sehingga produk sayuran yang diproduksi atau



dimiliki sampai kepada sasaran yang dituju. Sehingga dengan strategi yang tepat pemasaran yang sudah berjalan juga dapat dipertahankan. Bagaimana merancang strategi pemasaran? Strategi pemasaran dirancang dengan membuat komposisi terbaik dari komponen pemasaran yang disebut dengan bauran pemasaran marketing mix. Bauran pemasaran mencakup 4 komponen yaitu product (strategi produk) , price (harga), place (tempat/saluran distribusi) dan (promotion) promosi. Sehingga dikenal dengan singkatan 4P. 1. Strategi Produk Sayuran Hal ini berkaitan dengan produk sayuran seperti apa yang akan kita produksi dan akan kita jual. Penentuannya dapat diputuskan dari hasil survey dan analisa pasar sayuran yang ada.



Dari kegiatan survey dan analisa pasar kita mengetahui



perkembangan kebutuhan dan keinginan konsumen serta peluang yang bisa kita ambil. Selanjutnya kita putuskan jenis dan spek produk sayuran yang akan dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan pasar tersebut. Segmen pasar sayuran itu ada pasar tradisional dan ada pasar modern (swalayan). Ciri khas konsumen pada kedua pasar tersebut berbeda nyata. Konsumen pasar modern yang menjadi patokan utama adalah kualitas, sebaliknya konsumen pasar tradisional yang menjadi patokan adalah kuantitas dimana kualitas nomor dua. Akhirnya bila memilih segmen pasar modern maka perlu ada perlakuan khusus terhadap sayuran kita agar memiliki nilai tambah dan berkualitas. Perlakuan seperti sortasi, grading, packaging perlu dilakukan untuk sayuran pada pasar modern. 2. Strategi Harga Sayuran Harga jual produk sayuran menjadi salah satu bagian dari strategi, penetapannya tidak boleh sembarang. Penetapan harga yang salah dapat menyebabkan antara lain: Keuntungan tidak sesuai atau bahkan merugi misalnya bila salah menghitung biaya usaha, juga beralihnya konsumen pada kompetitor sehingga permintaan produk kepada kita menurun bila harga terlampau mahal, dan sebagainya. Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan harga jual antara lain adalah gambaran harga produk serupa dari competitor pada target segmen pasar yang sama, biaya produksi dan operasi hingga barang sampai ke pasar, serta besar keuntungan yang



kita harapkan. Dengan penetapan harga yang tepat semoga produk kita bisa eksis di pasaran yang dituju. 3. Strategi Tempat atau saluran Distribusi Berikutnya adalah strategi menempatkan produk kita pada tempat dan waktu yang tepat agar bermanfaat dan memiliki nilai maksimal bagi pasar. Spesifikasi produk sayuran dipasarkan melalui saluran distribusi yang sesuai tujuannya. Misalkan untuk sayuran spesifik/grade premium atas maka pasarnya harus spesifik agar memiliki nilai lebih yakni ke pasar modern sedangkan sayuran grade biasa dipasarkan ke pasar tradisional. Saluran distribusi sebagai tempat memasarkan produk sayuran agar konsumen mudah membelinya, misalnya adalah menjadi mitra dari toko atau swalayan dengan menjadi supplier mereka untuk produk Grade premium, menjadi supplier dari hotel – hotel ataupun restoran-restoran, membangun jaringan reseller yang menjelajah ke konsumen langsung di perumahan-perumahan, mensuplai warung-warung sayuran untuk grade biasa, mengikuti pameran-pameran pertanian, maupun penjualan langsung di lokasi produksi. 4. Strategi Promosi Terakhir berkaitan dengan bagaimana cara untuk memperkenalkan dan merebut hati para calon konsumen di pasar agar mau membeli produk sayuran kita. Kita membutuhkan kegiatan yang bernama promosi. Cara-cara promosi yang bisa dilakukan antara lain adalah : melalui pemasangan iklan di media yang kita anggap menjangkau segmen pasar yang dituju, mengikuti pameran-pameran produk, pembuatan media seperti brosur maupun spanduk berisikan produk-produk sayuran kita, pembuatan website, kerjasama promosi diskon bersama toko mitra, dan promosi dari mulu ke mulut lain sebagainya. Sedangkan cara maupun media promosi yang akan dipilih disesuaikan dengan produk, target pasar yang dituju dan anggaran yang disediakan. Demikianlah keempat komponen yang menjadi acuan kita dalam merumuskan strategi pemasaran produk sayuran para petani dampingan program. Dengan strategi pemasaran yang tepat semoga produk sayuran yang dihasilkan senantiasa dapat



didistribusikan kepada konsumen dengan baik. Sehingga usaha sayuran dapat menuai hasil sesuai harapan dan berkelanjutan.



BAB IV KESIMPULAN 4.1 Kesimpulan