Makalah Shalat Istisqo [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH SHALAT ISTISQO



DOSEN PENGAMPU : Abdul Jabar Idharudin, M.Pd. PENULIS : Rohmadi Sani asayuti Satria Nur Oktavianto



KATA PENGANTAR Segala puji hanya untuk Allah Subhanahu Wata’ala yang masih memberikan kepada kita semua nikmat yang sangat luar biasa banyak nya dan bahkan tak terhitung bilangannya dan nikmat yang terbesar adalah kita masih bisa merasakan nikmat Iman dan Islam, Shalawat serta salam semoga selalu terlimpah curahkan kepada manusia terbaik yang telah membawa risalah Islam hingga sampai saat ini yang bisa kita rasakan yakni Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam kepada keluarga nya para sahabat nya dan kita sebagai umat nya yang senantiasa selalu mengikuti jejak nya sampai hari kiamat Aamiin Yaa Rabbal ‘Alamin. Alhamdulillah dengan nikmat kesempatan yang Allah berikan ini kami selaku Mahasiswa STAI Al Hidayah mampu membuat sebuah tugas Makalah yang di berikan Oleh Dosen pembimbing yakni Ustadz Abdul Jabar Idharudin,M.Pd. dengan judul “Shalat istisqo” yang semoga makalah ini bisa dan mampu menambah wawasan kita dalam mempelajari Agama Islam karna jika melihat di dalam masyarakat kita masih banyak yang belum begitu memahami tentang tatacara shalat istisqo ini, sehingga hanya sebagian atau segelintir yang melaksanakannya. Semoga dengan makalah ini bisa menjadi bahan untuk kita semua dalam mendakwahkan atau bahkan mengamalkannya di dalam kehidupan bermasyarakat, Aamiin, Bogor, 17 Februari 2021 Penulis



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR …………………………………………………………… DAFTAR ISI ……………………………………………………………… BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………………… A. Latar Belakang…………………………………………………………………………… B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………… C. Tujuan Penulis………………………………………………………………………… BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………. A. pengertian Shalat Istisqo’ ? …………………………………………………………… B. Hukum sholat Sunnah Istisqo ? ……………………………………………………... C. Cara Melaksanakan sholat Sunnah Istisqo …………………………………………… D. Cara Menunaikan Sholat Sunnah Istisqo ………………………………………………. BAB III PENUTUP …………………………………………………….. A. Kesimpulan ………………………………………………. DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................



BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sholat berasal dari bahasa Arab As-Sholah, sholat menurut Bahasa (Etimologi) berarti Do'a dan secara terminology / istilah, para ahli fiqih mengartikan secara lahir dan hakiki. Secara lahiriah shalat berarti beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan yang telah ditentukan. Adapun scara hakikinya ialah” berhadapan hati (jiwa) kepada Allah, secara yang mendatangkan takut kepada-Nya serta menumbuhkan didalam jiwa rasa kebesarannya dan kesempurnaan kekuasaan-Nya”atau” mendzahirkan hajat dan keperluan kita kepada Allah yang kita sembah dengan perkataan dan pekerjaan atau dengan kedua-duanya. Dalam pengertian lain shalat ialah salah satu sarana komunikasi antara hamba dengan Tuhannya sebagai bentuk, ibadah yang di dalamnya merupakan amalan yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbiratul ikhram dan diakhiri dengan salam, serta sesuai dengan syarat dan rukun yang telah ditentukan syara’.



B. RUMUSAN MASALAH 1. 2. 3. 4.



Apa pengertian Shalat Istisqo’? Apa Hukum sholat Sunnah Istisqo? Cara Melaksanakan sholat Sunnah Istisqo ? Cara Menunaikan sholat Sunnah Istisqo ?



C. TUJUAN PENULIS 1. Untuk menjelaskan kepada Masyarakat khusus nya temen-temen Mahasiswa tentang tata cara Shalat istisqo secara global 2. Dan agar bisa mengetahui tata cara mengerjakannya



BAB II PEMBAHASAN A. pengertian Shalat Istisqo’ Dari segi Bahasa yaitu meminta turunnya air hujan Dari segi syari’at yaitu meminta kepada allah swt untuk diturunkan air hujan tatkala kaum muslimin membutuhkan.



B. Hukum sholat Sunnah Istisqo Hukum sholat sunnah istisqo terbagi menjadi empat bagian,sebagai berikut : 1. Wajib :jika diperintahkan oleh imam (presiden),maka wajib berpuasa dan sholat 2. Sunnah : hukum asli dari sholat istisqo 3. Makruh :jika tanpa perintah dari imam 4. Haram : jika dikhawatirkan akan timbul fitnah dari imam,karena mengadakan sholat istisqo tanpa izinnya.



C. Cara Melaksanakan sholat Sunnah Istisqo Cara menunaikan sholat sunnah istisqo terbagi menjadi tiga tingkatan,sebagai berikut : 1. Paling sedikitnya yaitu berdoa dengan meminta hujan setiap selesai sholat fardu atau tatkala membaca qunut nazilah. 2. Tingkatan yang ke dua yaitu dengan cara berdoa tatkala khutbah jum’at. 3. Tingkatan yang ketiga adalah tingkatan yang paling sempurna yaitu dengan mengerjakan empat perkara berikut ini :



a.Bertaubat dari segala maksiat sebagaimana firman allah :



-‫ ا‬-‫ر‬-ً -‫ ا‬-‫ َر‬-‫ ْد‬-‫ ِم‬-‫ ْم‬-‫ ُك‬-‫ ْي‬-َ‫ ل‬-‫ َع‬-‫ َء‬-‫ ا‬-‫ َم‬-‫س‬ ْ -‫ ا‬-‫م‬-ِ -‫و‬-ْ -َ‫ ق‬-‫ ا‬-َ‫ ي‬-‫َو‬ َّ -‫ل‬-‫ ا‬-‫ ِل‬-‫س‬ ِ -‫ر‬-ْ -ُ‫ ي‬-‫ ِه‬-‫ ْي‬-َ‫ ل‬-ِ‫ إ‬-‫ا‬-‫ و‬-ُ‫ب‬-‫و‬-ُ‫ ت‬-‫ َّم‬-ُ‫ ث‬-‫ ْم‬-‫ ُك‬-َّ‫ ب‬-‫ َر‬-‫ا‬-‫ و‬-‫ ُر‬-ِ‫ ف‬-‫ ْغ‬-َ‫ ت‬-‫س‬



Dan (dia berkata): "Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu (Qs.hud: 52) b. Bersedekah c. Berpuasa tiga hari secara berturut-turut,(wajib tatkala akan berpuasa untuk berniat pada malam harinya). d. Sholat sunnah istisqo dua rakaat pada hari keempat (setelah berpuasa tiga hari)



D. Cara Menunaikan Sholat Sunnah Istisqo Asy-Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz rahimahullah Shalat Istisqa seperti Shalat ‘Id. Shalat dua raka’at, pada raka’at pertama bertakbir tujuh kali, dan pada raka’at kedua bertakbir lima kali (Rakaat pertama) : Bertakbir Takbiratul Ihram, dan bertakbir enam kali setelahnya, kemudian membaca do’a istiftah, kemudian membaca al-Fatihah dan surat yang mudah baginya, kemudian ruku’, bangkit dari ruku’, kemudian sujud dua kali. Lalu berdiri untuk raka’at kedua.



(Rakaat kedua) : Juga dikerjakan seperti shalat ‘Id, ketika sudah berdiri tegak (setelah bangkit dari sujud, ) dia bertakbir lima kali, kemudian membaca membaca al-Fatihah dan surat yang mudah baginya, … (dst), kemudian membaca at-Tahiyyat, bershalawat kepada Nabi, lalu berdo’a dan salam, mirip dengan shalat ‘id. Karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam mengerjakan shalat Istisqa seperti ketika beliau shalat ‘Id. Kemudian bangkit berkhutbah sekali khutbah. Dalam khutbah tersebut : menasehati, mengingatkan, dan memperingatkan umat manusia dari sebab-sebab maksiat dan sebab-sebab terjadinya kekeringan. Memperingatkan mereka dari berbagai maksiat karena itu merupakan sebab terjadi kekeringan dan sebab tertahannya hujan, sekaligus sebab datangnya hukuman (dari Allah, ). memberikan dorongan kepada umat manusia untuk bertaubat dan beristighfar. Membacakan kepada mereka ayat-ayat dan hadits-hadits tentang hal tersebut. lalu berdo’a kepada Allah dengan mengangkat kedua tangannya. Para makmum juga mengangkat kedua tangan berdo’a, memohon kepada Allah datangnya hujan yang bermanfaat Hendaknya kita meminta dengan sangat dalam do’a kita dan terus mengulang-ulang do’a ‫ وال تجعلنا من القانطين‬،‫اللهم اسقنا الغيث‬ “Ya Allah siramkanlah kepada kami hujan yang bermanfaat, dan janganlah Engkau jadikan kami termasuk orang-orang yang berputus asa.” Seperti yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam Kemudian MENGHADAP KIBLAT di tengah-tengah do’a, beliau menghadap kiblat dengan tetap mengangkat kedua tangannya, dan melanjutkan do’anya antara beliau dengan Rabb-nya dan tetap mengangkat tangan. Lalu beliau turun. Para makmum juga demikan, mengangakat kedua tangan dan berdo’a bersama imam. Ketika imam menghadap kiblat juga demikan, para makmum berdo’a juga antara mereka dengan Rabb mereka, mengangkat kedua tangan. Termasuk sunnah : memindah letak rida’ (baju luar atas) di tengah-tengah khutbah ketika sedang menghadap kiblat. Mengganti/memindahkan posisi rida’, yang tadinya di sebelah kanan dipindah ke kiri, jika memang dia mengenakan rida’ atau jubah luar, jika jubah luar maka di balik, jika tidak mengenakan apa-apa di atasnya maka qutrahnya yang di balik posisinya. Para ‘ulama menjelaskan (hikmah membalik rida’ tersebut, adalah dalam rangka) mengharap nasib baik agar Allah mengganti dari kekeringan menjadi subur, dari kondisi sempit menjadi lapang, karena terdapat riwayat hadits secara mursal dari Muhammad bin ‘Ali al-Baqir : “Bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam memindahkan/mengubah letak rida’-nya agar kekeringan juga berganti.” (riwayat ad-Daraquthni, al-Hakim). Yakni berharap nasib baik (tafaa’ul). Maka sunnah yang berlaku untuk kaum muslimin juga demikian. Adapun (memohon hujan) pada Khutbah Jum’at, maka beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam TIDAK MEMINDAHKAN RIDA’. Beliau berdo’a meminta hujan ketika Khutbah Jum’at. Minta hujan bisa dalam Khutbah Jum’at  bisa juga dalam Khutbah ‘Id, bisa juga dalam kesempatan-kesempatan lain, baik ketika duduk di rumah atau di pasar tidak mengapa. Do’a memohon hujan bisa dilakukan oleh individu maupun kelompok.



Namun, apabila dilakukan dengan cara shalat dua raka’at (yakni shalat Istisqa’), maka hendaknya : 1. keluar ke tanah terbuka, Nabi bersabda : َ :‫س قَا َل‬ ‫ َحتَّى أَتَى‬ ،‫ض ِّرعًا‬ ِّ ‫ض ًعا ُمتَبَ ِّذاًل ُمت ََخ‬ ِّ ‫ش ًعا ُمت ََر‬ ُ ‫«خ َر َج َر‬ َ َ‫ساًل ُمت‬ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ِ ‫سو ُل هَّللا‬ ِ ‫سلَّ َم ُمتَ َوا‬ ٍ ‫عن ا ْبن َعبَّا‬ ُ ُ َ ْ َّ َ َ ْ َ ْ َ ُ ْ ْ ُ َّ َّ َ َ ،‫صلى َرك َعت ْي ِن‬ َ ‫ ث َّم‬،‫ َوالتكبِي ِر‬،‫ع‬ َ ‫ َوالت‬،‫ َول ِكنْ ل ْم يَز ْل فِي ال ُّدعَا ِء‬،‫ َول ْم يَخط ْب خطبَك ْم َه ِذ ِه‬،‫ فَ َرقَى َعلى ال ِمنبَ ِر‬،‫صلَّى‬ َ ‫ا ْل ُم‬ ِ ‫ض ُّر‬ »‫صلِّي فِي ا ْل ِعي ِد‬ َ ُ‫َك َما ي‬ Dari shahabat Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam keluar dengan penuh tawadhu’, berpakaian biasa tidak berhias, penuh khusyu’, berjalan pelan, dan bersungguh-sungguh memohon (kepada Allah) hingga tiba di Mushalla (tanah terbuka untuk pelaksanaan shalat, ). Beliau pun kemudian naik mimbar dan  tidak berkhutbah seperti khutbah kalian ini, namun beliau tetap dalam do’a, memohon dengan sungguh-sungguh, dan bertakbir. Lalu beliau pun shalat dua raka’at SEPERTI PELAKSANAAN SHALAT ‘ID.” HR. Ahmad 1/355, Abu Dawud 1165, at-Tirmidzi 558, an-Nasa’i 1/156, dan Ibnu Majah 1266. Dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah. Lihat pula Irwa’ul Ghalil 665. 2. shalat berjama’ah seperti pelaksanaan shalat ‘Id, 3. lalu berkhutbah Nabi bersabda : ‫ض َع‬ َ : ْ‫ض َي هَّللا ُ َع ْن َها قَالَت‬ َ ِ‫عَنْ عَائ‬ ُ ‫اس إِلَى َر‬ ُ َّ‫ش َكا الن‬ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ِ ‫سو ِل هَّللا‬ ِ ‫ فَ ُو‬،‫ فَأ َ َم َر بِ ِم ْنبَ ٍر‬،‫سلَّ َم قُ ُحوطَ ا ْل َمطَ ِر‬ ِ ‫ َر‬،َ‫شة‬ ‫ ِحينَ بَدَا‬،‫سلَّ َم‬ َ ِ‫ قَالَتْ عَائ‬،‫اس يَ ْو ًما يَ ْخ ُر ُجونَ فِي ِه‬ ُ ‫ فَ َخ َر َج َر‬:ُ‫شة‬ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ِ ‫سو ُل هَّللا‬ َ َّ‫ َو َو َع َد الن‬،‫صلَّى‬ َ ‫لَهُ فِي ا ْل ُم‬ :‫ ثُ َّم قَا َل‬،‫ َو َح ِم َد هَّللا َ َع َّز َو َج َّل‬،‫سلَّ َم‬ َّ ‫ب ال‬ ُ ‫َحا ِج‬ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ‫ فَ َكبَّ َر‬،‫ فَقَ َع َد َعلَى ا ْل ِم ْنبَ ِر‬،‫س‬ ِ ‫ش ْم‬ َْ‫ َو َو َع َد ُك ْم أن‬،ُ‫ َوقَ ْد أَ َم َر ُك ُم هَّللا ُ َع َّز َو َج َّل أَنْ تَ ْدعُوه‬،‫ستِئ َْخا َر ا ْل َمطَ ِر عَنْ إِبَّا ِن َز َمانِ ِه َع ْن ُك ْم‬ َ ‫«إِنَّ ُك ْم‬ ْ ‫ َوا‬،‫ْب ِديَا ِر ُك ْم‬ َ ‫ش َك ْوتُ ْم َجد‬ :‫ ثُ َّم قَا َل‬،»‫يب لَ ُك ْم‬ ْ َ‫ي‬ َ ‫ست َِج‬ َ َ ْ ْ ‫هَّلِل‬ َ ‫د‬ ‫ال‬ ‫م‬ ‫و‬ ‫ي‬ ‫ك‬ ‫ل‬ ‫م‬ ‫يم‬ ‫ح‬ ‫ر‬ ‫ال‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫ح‬ ‫ر‬ ‫ال‬ ‫م‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ع‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ب‬ ‫ر‬ ‫د‬ ‫م‬ ‫ح‬ ‫ل‬ ‫«ا‬ َ‫ اَل إِلَهَ إِاَّل أ ْنت‬،ُ ‫ اللَّ ُه َّم أ ْنتَ هَّللا‬،ُ‫ يَ ْف َع ُل َما يُ ِريد‬،ُ ‫ اَل إِلَهَ إِاَّل هَّللا‬،‫ِّين‬ ُ َ‫ين‬ ْ َّ َّ ِّ َ َ َ َ ِ ِ ِ ِ ِ ْ ِ ِ ْ ِ ِ َ َ َ ُ ْ ْ َ ْ َ َ َ َ َ َ ،»‫اج َع ْل َما أَ ْن َز ْلتَ لَنَا قُ َّوةً َوبَاَل ًغا إِلَى ِحي ٍن‬ ‫و‬ ، ‫ث‬ ‫ي‬ ‫غ‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ن‬ ‫ي‬ ‫ل‬ ‫ع‬ ‫ل‬ ‫ز‬ ‫ن‬ ‫أ‬ ، ‫ء‬ ‫ا‬ ‫ر‬ ‫ق‬ ‫ف‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ح‬ ‫ن‬ ‫و‬ ‫ي‬ ‫ن‬ ‫غ‬ ُ‫ا ْل ِ ُّ َ ْ ن‬ ْ َ ْ ْ َ ْ ِ ُ َ َ ْ ُ َ َ َ َ ‫ َوه َُو َرافِ ٌع‬،ُ‫ أ ْو َح َّو َل ِردَا َءه‬،‫ َوقلَ َب‬،ُ‫س ظ ْه َره‬ ُ َ‫ فلَ ْم يَزَ ْل فِي ال َّرف ِع َحتَّى بَدَا بَي‬،‫ثُ َّم َرفَ َع يَ َد ْي ِه‬ ِ ‫ ث َّم َح َّو َل إِلَى النَّا‬،‫اض إِبِط ْي ِه‬ ‫ت‬ َ ُ ‫ فَأ َ ْنشَأ َ هَّللا‬،‫صلَّى َر ْك َعتَ ْي ِن‬ َ َ‫ ف‬،‫س َونَ َز َل‬ ِ ْ‫ فَلَ ْم يَأ‬،ِ ‫ ثُ َّم أَ ْمطَ َرتْ ِبإ ِ ْذ ِن هَّللا‬، ْ‫س َحابَةً فَ َر َعدَتْ َوبَ َرقَت‬ ِ ‫ ثُ َّم أَ ْقبَ َل َعلَى النَّا‬،‫َي َد ْي ِه‬ َ َ ُ َ َ ْ َّ َّ َ َ َ ‫ش َه ُد‬ ْ ‫ «أ‬:‫ فقَا َل‬،ُ‫اجذه‬ ْ ‫َم‬ ُّ ‫ت ال‬ ُ ‫ فل َّما َرأى‬،‫سيُو ُل‬ َ ‫صلى هللاُ َعل ْي ِه َو‬ َ ‫ض ِح َك‬ َ ِّ‫س ْر َعتَ ُه ْم إِلى ال ِكن‬ َ ‫س ِج َدهُ َحتَّى‬ ِ َ‫سال‬ ِ ‫ َحتَّى بَدَتْ نَ َو‬،‫سل َم‬ »ُ‫سولُه‬ ُ ‫ َوأَنِّي َع ْب ُد هَّللا ِ َو َر‬،‫أَنَّ هَّللا َ َعلَى ُك ِّل ش َْي ٍء قَ ِدي ٌر‬ Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha  berkata, “Manusia mengeluhkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam kondisi tidak ada hujan sama sekali. Maka beliau memerintahkan untuk disiapkan mimbar, kemudian diletakkan di Mushalla untuk beliau, seraya beliau menjanjikan hari tertentu agar mereka keluar pada hari tersebut.” ‘Aisyah lalu berkata, “Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam keluar (pada hari yang dijanjikan, pen) ketika mulai tampak cahaya matahari. Beliau pun duduk di atas mimbar. Lalu beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bertakbir dan memuji Allah ‘‘Azza wa Jalla (bertahmid), kemudian beliau bersabda, “Kalian mengeluhkan negeri kalian yang mengalami kekeringan dan terlambatnya hujan dari awal waktunya. Allah telah memerintahkan kalian untuk berdo’a kepada-Nya dan menjanjikan kepada kalian bahwa Dia pasti mengabulkannya. Lalu Nabi berdo’a : ‫ اَل إِلَهَ إِاَّل أَ ْنتَ ا ْل َغنِ ُّي‬،ُ ‫أَ ْنتَ هَّللا‬ ‫ اللَّ ُه َّم‬،ُ‫ يَ ْف َع ُل َما يُ ِريد‬،ُ ‫ اَل إِلَهَ إِاَّل هَّللا‬،‫ِّين‬ ِ ‫«ا ْل َح ْم ُد هَّلِل ِ َر ِّب ا ْل َعالَ ِمينَ ال َّر ْح َم ِن ال َّر ِح‬ ِ ‫يم َملِ ِك يَ ْو ِم الد‬ َ »‫اج َع ْل َما أ ْن َز ْلتَ لَنَا قُ َّوةً َوبَاَل ًغا إِلَى ِحي ٍن‬ ْ ‫ َو‬،‫ أَ ْن ِز ْل َعلَ ْينَا ا ْل َغ ْي َث‬،‫َونَ ْحنُ ا ْلفُقَ َرا ُء‬



“Segala puji hanya bagi Allah Penguasa Alam semesta. Ar-Rahman ar-Rahim, Raja pada hari pembalasan. Tidak ada yang berhaq diibadahi kecuali Allah. Dia melakukan apa yang Dia kehendaki. Ya Allah, Engkaulah Allah, tidak ada ada ilah yang haq kecuali Engkau, Yang Maha Kaya, dan kami adalah fuqara (makhluk yang fakir/sangat butuh kepada-Mu). Turunkanlah kepada kami hujan yang menghilangkan berbagai kegentingan, dan jadikanlah hujan yang Engkau turunkan sebagai kekuatan bagi kami dan bekal yang mencukupi kami dalam waktu yang lama.” Kemudian beliau mengangkat kedua tangannya, dan beliau terus mengangkatnya hingga terlihat putih kedua ketiak beliau. Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam beliau menghadapkan punggungnya ke arah manusia (berarti beliau menghadap kiblat, pen), kemudian beliau membalik atau memindah posisi rida’ (baju luar)nya, dan beliau masih tetap mengangkat kedua tangannya. Kemudian beliau kembali menghadap ke arah manusia dan turun (dari mimbar, pen). Lalu beliau shalat dua raka’at. Tak lama setelah itu, Allah jadikan awan, dengan guntur dan kilat, kemudian TURUNLAH HUJAN dengan izin Allah. Tidak beliau mendatangi masjid beliau kecuali air telah mengalir dari berbagai penjuru. Ketika beliau melihat mereka cepat-cepat masuk rumah, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pun tertawa hingga tampak gigi-gigi gerahamnya, seraya beliau bersabda, “Aku bersaksi bahwa Allah Maha Mampu atas segala sesuatu, dan bahwa aku adalah hamba Allah dan Rasul-Nya.” HR. Abu Dawud 1173.  Dishahihkan oleh Ibnu Hibban. An-Nawawi mengatakan, Sanad hadits ini hasan. Lihat pula Irwa’ul Ghalil 668, dan Shahih Sunan Abi Dawud/al-Umm. 4. berdo’a dan memindahkan posisi rida’-nya, sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam tatkala pada posisi menghadap kiblat. Boleh juga berkhutbah sebelum shalat, kemudian shalat (Istisqa). Terdapat riwayat bahwa beliau berkhutbah sebelum shalat, dan terdapat riwayat bahwa beliau berkhutbah setelah shalat seperti pada shalat ‘Id. Jika khutbah sebelum shalat, maka seperti shalat Jum’at. Semua cara tersebut dilakukan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Beliau melakukan ini (cara pertama) dan itu (cara kedua). Yang menjadi tujuan utama adalah berdo’a dan memohon dengan sangat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mengangkat keluhan kepada-Nya agar menghilangkan kegentingan dan kekeringan serta berharap turunnya pertolongan dan hujan dari-Nya. terdapat riwayat pada sebagian hadits bahwa cara pelaksanaan dengan tiga kali rukuk (dalam satu raka’at, pen), ada juga dengan empat kali rukuk, ada juga dengan lima kali rukuk. Namun riwayat YANG PALING SHAHIH dan PALING KUAT menurut para pakar peniliti hadits dari kalangan para ‘ulama, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam shalat dua raka’at dengan dua kali rukuk saja (yakni masing-masing raka’at sekali rukuk,), dengan dua kali rukuk dan dua kali membaca al-Fatihah.



BAB III PENUTUPAN A. KESIMPULAN Makalah di atas menjelaskan kepada kita bahwa hukum shalat istisqo adalah sunnah dan semestinya kita sebagai kaum muslimin harus dan bisa untuk mempraktekan di kehidupan bermasyarakat, sebagaimana di jelaskan tentang tatacara sholat istisqo dari shalat istisqo tersebut. Dan justru kita sebagai penuntut ilmu harus bisa terjun secara langsung untuk mempraktekannya, semoga makalah yang singkat ini bisa bermanfaat untuk kita semua, Aamiin.



DAFTAR PUSTAKA Amin Muhammad sayyid : fiqih ibadah.jember :pustaka bsa 2012 https://darussalaf.or.id/tata-cara-shalat-istisqa/ https://darussalaf.or.id/hadits-hadits-tentang-shalat-istisqa/