Makalah Shalat Qhasar [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PEMBAHASAN



A. Shalat Qashar 1. Pengertian shalat Qashar Shalat qashar ialah memperpendek atau meringkas shalat wajib yang empat rakaat menjadi dua rakaat dan dilakukan pada waktu masing-masing.1 Jadi, dari pengertian tersebut bahwa shalat yang boleh diqashar phanya ada tiga yaitu: shalat dzuhur, ashar dan isya.1



2. Dasar Mengqashar Shalat ‫ليٗمم نًج او كمرشِ انى اصرةا او فتتم او ٖتتًٗمم اصزٖى فتشِا او اصمتشٖى فجيّا صمم‬



ٗ‫في‬



‫ِاو اضشبتم فٓ األ س‬ ‫لذِانبًٗج‬



“Dan bila kamu bepergian di bumi, maka tidak mengapa atas kamu untuk mengqashar shalat, jika takut, bahwa orang-orang kafir itu akan mengganggu kamu karena sesungguhnya orang-orang kafir itu musuh yang nyata bagimu”.2



Mengqashar shalat hanya disyariatkan ketika dalam safar dan karena khawatir dari gangguan orang-orang kafir (tidak aman). Namun mengqashar shalat juga kemudian diberlakukan walaupun dalam keadaan aman. 2



Shalat yang boleh diqashar seperti tersebut dalam pengertian di atas adalah shalat yang empat rakaat. Karena shalat-shalat inilah yang dibenarkan oleh Rasulullah SAW untuk diqashar.



1



Syaikh Syarif ibn al-Jurjani,At-Ta’rifat,(Jeddah,Annasyiru Wattauzi’,1421H),hal. 164



2



Nazar Bakry,Fiqh dan ushul Fiqh,(Jakarta:Raja Grafindo 2003)hal. 28



Dari penjelasan di atas mungkin muncul pertanyaan kenapa shalat subuh dan maghrib tidak bisa diqashar? Jawabnya, kalau kita telaah dari berbagai hadits, karena hal itu tidak dilakukan oleh Rasulullah. Namun, ada juga para ulama menjelaskan kenapa shalat maghrib dan subuh tidak diqashar. Karena, tidak mungkin untuk melakukan shalat 1,5 rakaat untuk maghrib sedangkan untuk shalat subuh orang jarang bepergian untuk melewati subuh. Yang pasti hal itu tidak dilakukan oleh Rasulullah.3



3. Syarat-syarat Shalat Qashar Dalam shalat qashar ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan sehingga shalat ini bisa dilakukan.



a. Perjalanannya jarak jauh.. b. Shalat yang diqashar itu, shalat adaan (tunai) bukan shalat qadha. Adapun shalat yang ketinggalan di waktu berjalan boleh diqashar atau diqadha dalam perjalanan, tetapi yang ketinggalan sewaktu mukim tidak boleh diqadha dengan qashar sewaktu dalam perjalanan.4 c.



Berniat qashar ketika takbiratul ikhram.



d. Tidak bermamum sekalipun sebentar kepada orang yang tidak mengqashar shalatnya, sekalipun juga musafir. e. Jarak perjalanan sekurang-kurangnya dua hari perjalanan kaki atau dua marhalah(yaitu



sama dengan 138 km) f.



Shalat yang boleh di Qasar adalah sholat yang berjumlah 4 raka’at saja dan bukan qadha



g. Niat mengqashar pada takbiratul ihram



4. Niat Shalat Qashar Pada prinsipnya, pelaksanaan shalat qashar sama dengan shalat biasa hanya saja berbeda pada niat rakaatnya dijadikan 2 rakaat dan tidak ada tahiyat awal. Jadi setelah dua rakaat maka lakukanlah tahiyat akhir dan salam. Contoh niat shalat dzuhur yang diqashar: ٓ‫اصظُش نقرّس هلل كعجص‬



‫يّٖت اصيٓ فش‬



“Aku tunaikan shalat fardhu dzuhur, diqashar karena Allah Ta‟ala”.10 3



Qaliyuby,Hasyiah Qaliyuby,(Bairut Libanon:Dar fikr,1900),hal. 71 Jalaluddin Muhammad bin ahmmad Mahally,Syarah Jalaluddin Mahally,Libanon,Dar fikri,1990),hal. 88 4



B. Shalat Jama’ 1. Pengertian Shalat Jama’ Shalat jama’ artinya mengumpulkan dua shalat wajib dalam satu waktu. Misalnya, shalat dzuhur dan ashar pada waktu dzuhur atau ashar.5



2. Dasar Shalat Jama’ Shalat jama’ hukumnya boleh bagi orang-orang yang sedang dalam perjalanan berada dalam keadaan hujan, sakit atau karena ada keperluan lain yang sukar menghindarinya.6 Akan tetapi selain dari perjalanan masih diperselisihkan para ulama. Shalat wajib yang boleh dijama’ ialah shalat dzuhur dengan shalat ashar dan shalat maghrib dengan shalat isya. Dasarnya hadits Ibnu Abbas: - ‫فجو سسّل هللا صيٓ هللا ليٍٗ ِسيم ٖجهع بٗى صةا اصظُش ِاصعرش إرا فجو ليٓ ظُش سٗش ِٖجهع بٗى اصهغشب ِاصعشجء‬ ٔ‫سِاٌ اصبخجس‬ “Rasulullah SAW biasa menjama‟ antara shalat dzuhur dengan ashar, apabila beliau sedang dalam perjalanan dan menjama‟ maghrib atau isya”. Menjama’ shalat isya dengan shubuh tidak boleh atau menjama’ shalat ashar dengan maghrib juga tidak boleh, sebab menjama’ shalat yang dibenarkan oleh Nabi SAW hanyalah pada seperti tersebut pada hadits-hadits Ibnu Abbas. Adanya orang yang menjamin lima shalat wajib sekaligus pada saat yang sama adalah perbuatan yang tidak dibenarkan. Orang yang melakukan hal semacam ini biasanya beranggapan bahwa boleh mengqadha shalat7. Padahal shalat wajib yang ditinggalkan oleh seorang muslim, selain karena haid atau nifas atau keadaan bahaya maka orang itu termasuk melakukan dosa besar dan shalat wajib yang ditinggalkannya itu tidak dapat diganti pada waktu yang lain atau diqadha. Sebagaimana dalam sebuah hadits. ‫ اصحذٖث‬- ‫ال قضٓ فٓ اصرةا ِصمى قضٓ فٓ اصرّم‬



5



Zainuddin Malibari,Pengantar Studi Islam,(Semarang:Bina Sakti,2003),hal. 80 Amin Syukur,Fiqh Islam,(Medan:Wal Ashri,2007(hal. 2 7 Ibnu Taimiyyah,Kitab Iqamah,(Bairut:Dar al-fikri),hal. 272 6



“... tidak ada qadha dalam shalat tapi qadha itu ada pada puasa” (Al Hadits).



3. Macam-macam Shalat Jama’ Shalat jama’ dibagi pada dua bagian yaitu jama’ taqdim dan jama’ takhir. Jama’ taqdim ialah melaksanakan shalat dzuhur dan ashar pada waktu dzuhur; shalat maghrib dan isya’ di waktu maghrib. Sedangkan jama’ takhir ialah melaksanakan shalat dzuhur dan ashar di waktu ashar; shalat maghrib dan isya’ di waktu isya. Sabda Rasulullah SAW. ‫افش اصظُش اصٓ اصّقب اصعرش كم يضل ٖهع‬



‫قجل فجو سسّل هللا صيٓ هللا ليٍٗ ِسيم ارا سحل قبل او كضٖغ اصشه‬



‫لى أي‬



‫ سِا اصبخجسْ ِنسيم‬- ‫بًُٗهج فإو صالت قبل او ٖشكحل صيٓ اصظُش كم سفب‬ “Dari Anas katanya: Rasulullah SAW, Apabila berangkat dalam perjalanan beliau, sebelum tergelincir matahari, maka beliau ta‟akhirkan sembahyang dzuhur ke waktu ashar, kemudian beliau turun (berhenti) beliau jama‟kan keduanya (dzuhur dan ashar) maka jika telah tergelincir matahari sebelum beliau berangkat, beliau sembahyang dzuhur dahulu, kemudian baru beliau naik kendaraan” (HR. Bukhari dan Muslim).



Dan juga sabda beliau: ‫أفش اصظُش‬



‫قجل صعجر بى نبل سضٓ هللا لًٍ فجو اصًبٕ صيٓ هللا ليٍٗ ِسيم قٓ غضِ كبّك ايج اسكحل قبل او كضٖغ اصشه‬



‫ ِفجو ارا اسكحل‬.‫صيٓ اصظُش ِاصعرش نهعج ثم سجس‬



‫ ِارا اسكحل بعذ صٖغ اصشه‬.‫حتٓ ٖجهعُهج اصٓ اصعرش ٖرُهج نهٗعج‬



‫قبل اصهغشب اصهغش حتٓ ٖريُهج نع اصعشجء ِإرا اسكحل بعذ اصهغشب لجل اصعشجء فرةاَهج نع اصهغشب‬ -ْ‫سِاٌ ابّ دِد ِاكشنذ‬ “Muadz Ibnu Jabal r.a berkata, “Nabi SAW pada perang tabuk, bila terangkat sebelum tergelincir matahari, beliau mengakhirkan dzuhur, kemudian menjama‟nya dengan ashar. Tetapi apabila berangkat setelah tergelincir matahari, beliau menjama‟ dzuhur dan ashar (pada waktu dzuhur), lalu berangkat (meneruskan perjalanannya). Demikian pula bila ia berangkat sebelum maghrib sehingga ia menjama‟nya dengan isya, dan bila berangkat setelah waktu maghrib beliau menyegerakan isya‟ dan menjama‟nya dengan maghrib (jama taqdim)” (HR. Abu Daud dan Turmudzi).



4. Syarat-syarat Shalat Jama’ Pada hadits di atas sudah jelas bahwa shalat jama’ dibagi pada dua bagian yaitu jama’ taqdim dan jama takhir. Ada beberapa syarat yang harus dilakukan ketika akan menjelaskan shalat jama’, baik itu jama taqdim maupun jama’ takhir. Adapun syarat jama’ taqdim berdasarkan sebagian ulama ada tiga 3 : Niat jama’ pada shalat yang pertama sekalipun dalam prakteknya akan dipisahkan







dengan salam. 



Tertib, maksudnya hendak dimulai dengan sembahyang yang pertama (dzuhur sebelum ashar, maghrib sebelum isya’).







Muawalah dalam penilaian umum. Dalam hal ini, tidak mengapalah bila shalat yang dijama’ itu terpisahkan sejenak, tidak cukup melakukan shalat dua raka’at. Akan tetapi yang lebih utama berturut-turut seolah-olah satu sembahyang.8



Sedangkan jamak takhir adalah sebagai berikut: a.Niat pada waktu shalat pertama



b.Masih berpergian pada jam shalat ke dua



5. Tata Cara Shalat Jama’ a. Cara mengerjakan shalat jama’ taqdim Bila seseorang hendak shalat dzuhur dan ashar pada waktu dzuhur (jama’ taqdim) kerjakanlah shalat dzuhur sampai malam, terus disambung dengan shalat ashar sampai selesai. Niat shalat ashar yang dijama’ taqdim dengan shalat dzuhur dikerjakan waktu dzuhur: ٓ‫اصيٓ فشضٓ اصظُش اسبع سفعجت نجهّلج بجصعرش نهع كقذٖم هلل كعجص‬ “Saya tunaikan shalat fardu dzuhur empat rakaat, dijama‟ taqdim dengan shalat ashar karena Allah Ta‟ala”. b. Cara mengerjakan shalat jama’ takhir



8



Amir Syarifuddin,Garis besar Fiqh,(Surabaya:Gramedia),hal. 212



Bila seseorang hendak shalat maghrib dan isya pada waktu isya (jama’ takhir) kerjakanlah shalat isya sampai sama terus sambung dengan shalat maghrib sampai selesai 9. Dan pada waktu shalat yang pertama harus dilakukan niat untuk mengerjakan shalat pada waktu yang kedua. Adapun niatnya sebagai berikut: ٓ‫اصعشجء اسبع سفعجت نجهّلج بجاصهغشب نهع كجفٗش هلل كعجص‬



‫اصيٓ فش‬



“Saya tunaikan shalat fardhu isya empat rakaat dijama‟ takhir dengan maghrib, karena Allah Ta‟ala” Biasanya



para



musafir



kalau



mengerjakan



shalat



jama’



sekaligus



diqashar



10



(diringkas). Adapun prakteknya sama dengan shalat jama’ taqdim dan shalat jama’ takhir. Hanya saja karena mengerjakannya diringkas, maka shalat dzuhur, ashar dan isya dilakukan hanya 2 raka’at. Kedua shalat dikerjakan dalam satu waktu dan jumlah raka’atnya menjadi 2, kecuali shalat maghrib hanya bisa dijama’ tapi tidak bisa diqashar. Disamping itu di dalam menjalankan shalat qashar tidak ada tasyahud awal. Karena di dalam shalat qashar seperti shalat dzuhur, shalat ashar dan shalat isya’ hanya dikerjakan 2 raka’at. Jadi pada waktu raka’at yang kedua langsung tasyahud akhir dan salam. Contoh niat shalat jama’ taqdim qashar: ٓ‫اصعرش سفعتٗى نجهّلج بجصظُش نهع كقذٖم قرشا هلل كعجص‬



‫اصيٓ فش‬



“Saya tunaikan dzuhur diringkas 2 raka‟at dijama‟ taqdim dengan shalat ashar, sekaligus diqashar, karena Allah Ta‟ala”. Contoh niat shalat jama’ takhir qashar: ٓ‫اصعشجء سفعتٗى نجهعّلج بجصهغشب نهع قجفّ قرشا هلل كعجص‬



‫اصيٓ فش‬



“Saya tunaikan shalat fardhu isya dua rakaat, dijama‟ takhir dengan maghrib sekaligus diqashar karena Allah Ta‟ala”.



9



Ibnu Qasyim,Ilmu Fiqh(Semarang:Kalam Mulia),hal. 15 Abdul Hamid Hakim,Garis-garis Besar Fiqh,(Jakarta:Raja Grafindo Persada),2010,hal. 36



10



6. Cara mengerjakan sholat jamak dan qasar: 1. Solat zuhur dan asar itu hendaklah dilakukan dalam waktu zuhur. Kalau jamak takhir hendaklah dilakukan dalam waktu asar. 2. Berdiri lurus mengadap kiblat. 3. Berniat hendak mengerjakan solat zuhur secara jamak taqdim dan qasar. Kalau jamak takhir solat jamak dan qasar pada waktu terakhir. 4. Setelah itu kerjakan solat zuhur sebanyak dua rakaat sehingga selesai memberi salam. 5. Kemudian berdiri semula untuk mendirikan solat yang kedua iaitu asar. 6. Berniat untuk mengerjakan solat asar secara jamak takhir. 7. Kerjakanlah solat asar sebanyak dua rakaat sehingga selesai. 8. Kalau qasar jamak taqdim atau jamak takhir antara solat maghrib dan isyak, maka hendaklah niatkan solat maghrib secara jamak takdim atau jamak takhir sahaja tanpa menyebut qasarnya.11



7. Hikmah dan Hukum sholat Jamak dan Qasar Hikmah solat Jamak dan Qasar adalah untuk mempermudahkan atau memberikan keringanan kepada orang yang musafir lebih dari 2 marhalah. Orang musafir sering mengalami masalah dalam perjalanannya, sukar untuk berhenti solat dan sebagainya, maka dari itulah Allah memberikan kemudahan kepada umat Islam untuk jamak dan qasar solat fardhunya. Tiada alasan lagi bagi orang yang musafir untuk meninggalkan solat fardhu.12 Hukum solat jamak dan Qasar ini adalah harus, terpulang kepada orang yang musafir untuk mendirikan solat sempurna atau jamak dan qasar, tidak menjadi masalah, nak buat jamak qasar tidak menjadi masalah atau tidak.



11 12



Bihaqqy,Ulumul Fiqh,(Jakarta:Radar Jaya),2007,hal. 12 Muhammad Nur,Fiqh Islam,(Surabaya:Maktab Sa’ab Nasir Nabhan),1996,hal. 20



8.Perbedaan Pandangan antara Sunni dan Syi’ah



A. Menurut Sunni Pendapat dari Empat Mazhab Sunni: a. Pendapat Mazhab Hanafi 



Hanafi meyakini bahwa pelaksanaan men-jama‟ salat tidaklah memiliki kekuatan hukum, baik dalam perjalanan ataupun tidak, dengan segala macam masalah kecuali dalam dua kasus-Hari Arafah dan pada saat malam Muzdalifah dalam berbagai kondisi tertentu.



b. Pendapat Mazhab Syafi’i 



Syafi’i meyakini diperbolehkannya pelaksanaan men-jama‟ salat bagi para musafir perjalanan jauh (safar) dan saat hujan serta salju dalam kondisi tertentu. Bagi mereka, pelaksanaan men-jama’ salat seharusnya tidak diperbolehkan dalam keadaan gelap, berangin, takut atau sakit.



c. Pendapat Mazhab Maliki 



Maliki menganggap alasan untuk melaksanakan men-jama‟ salat sebagai berikut: sakit, hujan, berlumpur, keadaan gelap pada akhir bulan purnama dan pada Hari Arafah serta Malam Muzdalifah untuk yang sedang melaksanakan haji dalam kondisi tertentu.



d. Pendapat Mazhab Hambali 



Hambali memperbolehkan pelaksanaan men-jama‟ salat saat Hari Arafah dan Malam Muzdalifah dan bagi para musafir, pasien-pasien, ibu menyusui, wanita dengan haid berlebihan, orang yang terus-menerus buang air kecil, orang yang tidak dapat membersihkan dirinya sendiri, orang yang tidak dapat membedakan waktu, dan cuaca yang tidak mendukung.13



13



Abdul M anaf,Ilmu Kalam,(Tangerang:Jaya Mulia),2002,hal. 25



Pendapat Perawi Hadits lainnya 1. Pendapat Ibnu Syabramah 



Ibnu Syabramah memperbolehkan pelaksanaan men-jama‟ salat karena beberapa alasan dan bahkan tanpa kondisi khusus selama hal tersebut tidak berubah menjadi suatu kebiasaan.14



2 . Pendapat Ibnu Mundzir dan Ibnu Sirin 



Ibnu Mundzir dan Ibnu Sirin, menurut Qaffal, memperbolehkan pelaksanaan menjama‟ salat dalam segala kondisi tanpa syarat apapun.15



Dalil yang memperkuat adalah: Dari Muadz bin Jabal: “Bahwa Rasulullah SAW pada saat perang Tabuk, jika matahari telah condong dan belum berangkat maka menjama‟ salat antara Dzuhur dan Asar. Dan jika sudah dalam perjalanan sebelum matahari condong, maka mengakhirkan salat dzuhur sampai berhenti untuk salat Asar. Dan pada waktu salat Maghrib sama juga, jika matahari telah tenggelam sebelum berangkat maka menjama‟ antara Maghrib dan „Isya. Tetapi jika sudah berangkat sebelum matahari matahari tenggelam maka mengakhirkan waktu salat Maghrib sampai berhenti untuk salat „Isya, kemudian menjama‟ keduanya.” (HR Abu Dawud dan at-Tirmidzi).



14 15



Ibnu Syabramah,At-Ta’rifat,(Jeddah,Annasyru Wattauzi’,1421H),hal. 101 Ibnu Munzir,Al-Muafaqat fi Ushul al-Syar’iyyah,jilid 2,(Kairo:Mustafa Muhammad,tt),hal. 2



B. Menurut Syi’ah Mazhab Syi’ah seperti Dua Belas Imam berpendapat bahwa setiap orang walaupun tidak dalam perjalanan jauh, berdiam di rumahnya, tidak berada dalam keadaan sakit, dapat menjama’ salat, baik jama’ taqdim maupun jama’ ta’khir. Dalil yang memperkuat hal tersebut adalah:16



Dirikanlah salat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula salat) subuh. Sesungguhnya salat subuh itu disaksikan (oleh malaikat). (QS. al-Israa’ [17]:78)



Dalil-dalil lain yang memperkuat hal ini ada dalam Ringkasan Shahih Muslim, Kitab Salat Musafir, Bab 6: Menjamak Dua Salat ketika Bermukim (Di Rumah, Tidak Bepergian):17



Ibnu Abbas r.a. berkata, “Rasulullah pernah menjama‟ salat Dzuhur dan salat Ashar, dan menjama‟ Maghrib dan Isya di Madinah bukan karena khauf (sedang berperang) dan bukan karena hujan.” Menurut hadits Waki‟, dia berkata, “Aku tanyakan kepada Ibnu Abbas, „Mengapa beliau melakukan hal itu?” Ibnu Abbas menjawab, „Agar beliau tidak menyulitkan umatnya.‟” Menurut hadits Mu‟awiyah, ditanyakan kepada Ibnu Abbas, “Apa maksud Nabi berbuat demikian?” Dia menjawab, “Beliau bermaksud tidak menyulitkan umatnya.” (Muslim)



16



Asiddiqy Ilham,Kalam Fiqh,(Jakarta:Jaya Pustaka),2003,hal.5 Adam Al-Idrus,Qitab Iqamah al-Dalil ‘ala Ibthal al-tahlil dalam majmu’ah fatawa Ibnu Taimiyyah,juz 3,(Surabaya:Daru Nasyri al-massirah),hal. 25 17



PENUTUP



A. Kesimpulan Sholat merupakan inti (kunci) dari segala ibadah juga merupakan tiang agama, dengannya agama bisa tegak dengannya pula agama bisa runtuh. Sholat mempunyai dua unsur yaitu dzohiriyah dan batiniyah. Unsur dzohiriyah adalah yang menyangkut perilaku berdasar pada gerakan sholat itu sendiri, sedangkan unsur yang bersifat batiniyah adalah sifatnya tersembunyi dalam hati karena hanya Allah-lah yang dapat menilainya. Shalat banyak macamnya ada shalat sunnah, ada juga sholat fardhu yang telah di tentukan waktunya. Khilafiyyah kaum muslimin tentang shalat adalah hal yang biasa karena rujukan dan pengkajiannya semuanya bersumber dari Al-Qur’an dan hadis, hendaknya perbedaan tersebut menjadi hikmah keberagaman umat islam. B. Saran Dalam pengumpulan materi pembahasan diatas tentunya kami banyak mengalami kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu hendaknya pembaca memberikan tanggapan dan tambahan terhadap makalah kami. Sebelum dan sesudahnya kami haturkan banyak terimakasih.



B. Saran Dalam pengumpulan materi pembahasan di atas tentunya kami banyak mengalami kekurangan dan kesalahan,oleh karena itu hendaknya pembaca memberikan tanggapan dan tambahan terhadap makalah ini.Sebelum dan sesudahnya kami ucapkan terima kasih.



FIQH IBADAH SHOLAT QASHAR DAN JAMA’



Disusun Oleh Nama : Auzia Amzar Nim



: 131207253



Prodi : Ekonomi Islam Dosen : Abdullah,MA



SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) 2014