Makalah Sistem Muskuloskeletal [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA SISTEM MUSKULOSKELETAL Dosen : Karmithasari Yandra K, Ners, M.Kep Mata Kuliah : Keperawatan Kritis



Di Susun oleh : Krisevi Handayani



(2017.C.09a.0895)



YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA SEKOLAH TINGGIILMU KESEHATAN PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN TAHUN AJARAN 2020



KATA PENGANTAR Puji syukur khadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat-Nya sehingg kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini. Di makalah ini memaparkan beberapa hal terkait “Asuhan Keperawatan Pada Sistem Muskuloskeletal ”. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak telah memberikan motivasi baik materi maupun pikirannya. Harapan arapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini ke depannya.



Palangka Raya, 19 Maret 2020



Penyusun



BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.



Latara Belakang Osteoartritis (OA, dikenal juga sebagai artritis degeneratif, penyakit degeneratif



sendi), adalah kondisi di mana sendi terasa nyeri akibat inflamasi ringan yang timbul karena gesekan ujung-ujung tulang penyusun sendi. Osteoartritis  (OA)  adalah bentuk dari  arthritis  yang berhubungan dengan degenerasi tulang dan kartilago yang paling sering terjadi pada usia lanjut. Osteoartritis, yang juga disebut dengan penyakit sendi degeneratif, artritis degeneratif, osteoartrosis, atau artritis hipertrofik, merupakan salah satu masalah kedokteran yang paling sering terjadi dan menimbulkan gejala pada orang – orang usia lanjut maupun setengah baya. Terjadi pada orang dari segala etnis, lebih sering mengenai wanita, dan merupakan penyebab tersering disabilitas  jangka panjang pada pasien dengan usia  lebih dari 65 tahun. Lebih dari sepertiga  orang  dengan  usia  lebih  dari  45  tahun  mengeluhkan  gejala  persendian  yang bervariasi mulai sensasi kekakuan sendi tertentu dan rasa nyeri intermiten yang berhubungan dengan aktivitas, sampai kelumpuhan anggota gerak dan nyeri hebat yang menetap,  biasanya dirasakan akibat deformitas dan ketidakstabilan sendi. Degenerasi sendi yang menyebabkan sindrom klinis osteoartritis muncul paling sering pada sendi tangan, kaki, panggul, dan spine, meskipun dapat terjadi pada sendi synovial mana pun. Prevalensi kerusakan sendi synovial ini meningkat dengan bertambahnya usia. Pada sendi, suatu jaringan tulang rawan yang biasa disebut dengan nama kartilago biasanya menutup ujung-ujung tulang penyusun sendi. Suatu lapisan cairan yang disebut cairan sinovial terletak di antara tulang-tulang tersebut dan bertindak sebagai bahan pelumas yang mencegah ujung-ujung tulang tersebut bergesekan dan saling mengikis satu sama lain.Oleh karena itu kami akan membahas tentang asuhan keperawatan osteoarthritis.



\\



A. Tujuan 1. Tujuan Umum Setelah mempelajari makalah ini diharapkan mahasiswa mampu mengerti dan memahami teori tentang askep osteoarthritis, serta dapat menegakan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem muskuloskeletal osteoarthritis.



BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Definisi Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau osteoartrosis (sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling sering ditemukan dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas). (Smeltzer , C Suzanne, 2002 hal 1087) Osteoarthritis adalah penyakit tulang degeneratif yang ditandai oleh pengeroposan kartilago artikular (sendi). Tanpa adanya kartilago sebagai penyangga, maka tulang dibawahnya akan mengalami iritasi, yang menyebabkan degenerasi sendi (Elizabeth J.Corwin, 2009). Osteoartritis diklasifikasikan menjadi : a) Tipe primer ( idiopatik)



tanpa kejadian



atau penyakit sebelumnya yang



berhubungan dengan osteoartritis b) Tipe sekunder seperti akibat trauma, infeksi dan pernah fraktur (Long, C Barbara, 1996 hal 336) Jadi Osteoarthritis adalah penyakit yang disebabkan oleh proses degenerasi atau penuaan sendi yang dibedakan menjadi Osteoarthritis primer dan sekunder. 2.2 Etiologi Beberapa penyebab dan faktor predisposisi adalah sebagai berikut: 2.2.1



Umur Perubahan fisis dan biokimia yang terjadi sejalan dengan bertambahnya umur dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan endapannya berbentuk pigmen yang berwarna kuning.



2.2.2



Pengausan (wear and tear) Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak rawan sendi melalui dua mekanisme yaitu pengikisan dan proses degenerasi karena bahan yang harus dikandungnya.



2.2.3



Kegemukan Faktor kegemukan akan menambah beban pada sendi penopang berat badan, sebaliknya nyeri atau cacat yang disebabkan oleh osteoartritis mengakibatkan seseorang menjadi tidak aktif dan dapat menambah kegemukan.



2.2.4



Trauma Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoartritis adalah trauma yang menimbulkan kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik sendi tersebut.



2.2.5



Keturunan Heberden node merupakan salah satu bentuk osteoartritis yang biasanya ditemukan



pada



pria



yang



kedua



orang



tuanya



terkena



osteoartritis, sedangkan wanita, hanya salah satu dari orang tuanya yang terkena.



2.2.6



Akibat penyakit radang sendi lain Infeksi (artritis rematord; infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan reaksi peradangan matriks rawan sendi



2.2.7



dan



pengeluaran



enzim



perusak



oleh membran sinovial dan sel-sel radang.



Joint Mallignment Pada akromegali karena pengaruh hormon pertumbuhan, maka rawan sendi akan membal dan menyebabkan sendi menjadi tidak stabil/seimbang sehingga mempercepat proses degenerasi.



2.3 Manifestasi Klinis 2.3.1



Rasa nyeri pada sendi Merupakan gambaran primer pada osteoartritis, nyeri akan bertambah apabila sedang melakukan sesuatu kegiatan fisik.



2.3.2



Kekakuan dan keterbatasan gerak Biasanya akan berlangsung 15 – 30 menit dan timbul setelah istirahat atau saat memulai kegiatan fisik.



2.3.3



Peradangan Sinovitis sekunder, penurunan pH jaringan, pengumpulan cairan dalam ruang sendi akan menimbulkan pembengkakan dan peregangan simpai sendi yang semua ini akan menimbulkan rasa nyeri.



2.3.4



Mekanik Nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas lama dan akan berkurang pada waktu istirahat. Mungkin ada hubungannya dengan keadaan penyakit yang telah lanjut dimana rawan sendi telah rusak berat. Nyeri biasanya berlokasi pada sendi yang terkena tetapi dapat menjalar, misalnya pada osteoartritis coxae nyeri dapat dirasakan di lutut, bokong sebelah lateril, dan tungkai atas. Nyeri dapat timbul pada waktu dingin, akan tetapi hal ini belum dapat diketahui penyebabnya.



2.3.5



Pembengkakan Sendi Pembengkakan



sendi merupakan



reaksi peradangan



karena pengumpulan cairan dalam ruang sendi biasanya teraba panas tanpa adanya pemerahan. 2.3.6



Deformitas Disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi.



2.3.7



Gangguan Fungsi Timbul akibat Ketidakserasian antara tulang pembentuk sendi.



2.4 Patofisiologi Penyakit



sendi



degeneratif



merupakan



suatu



penyakit



kronik,



tidak



meradang, dan progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses penuaan, rawan sendi



mengalami



kemunduran



dan



degenerasi



disertai



dengan pertumbuhan



tulang baru pada bagian tepi sendi. Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit yang merupakan unsur penting rawan sendi. Pemecahan tersebut



diduga diawali oleh stress biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan dipecahnya polisakarida protein yang membentuk matriks di sekeliling kondrosit sehingga mengakibatkan kerusakan tulang rawan. Sendi yang paling sering terkena adalah sendi yang harus menanggung berat badan, seperti panggul lutut dan kolumna vertebralis. Sendi interfalanga distal dan proksimasi. Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya gerakan. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau diakibatkan penyempitan ruang sendi atau kurang digunakannya sendi tersebut. Perubahan-perubahan degeneratif yang mengakibatkan karena peristiwa-peristiwa tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi deformitas congenital dan penyakit peradangan sendi lainnya akan menyebabkan trauma pada kartilago yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur ada ligamen atau adanya perubahan metabolisme sendi yang pada akhirnya mengakibatkan tulang rawan mengalami erosi dan kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi penyempitan rongga sendi yang menyebabkan nyeri, kaki kripitasi, deformitas, adanya hipertropi atau nodulus. 2.5 Pemeriksaan Diagnostik 2.5.1



Untuk OA tidak ada pemeriksaan laboratorium yang diagnostik, tetapi pemeriksan laboratorium yang spesifik dapat membantu mengetahui penyakit yang mendasari pada OA sekunder.



2.5.2



Dengan uji serologik dengan pendeteksian di dalam cairan sinovium dan/ serum adanya makromolekul (mis, glikosaminoglikan) yang dilepas oleh tulang rawan / tulang yang mengalami degenerasi.



2.5.3



Sinar-X. Gambar sinar X pada engsel akan menunjukkan perubahan yang terjadi pada tulang seperti pecahnya tulang rawan.



2.5.4



Tes darah. Tes darah akan membantu memberi informasi untuk memeriksa rematik.



2.5.5



Analisa cairan engsel Dokter akan mengambil contoh sampel cairan pada engsel untuk kemudian diketahui apakah nyeri/ngilu tersebut disebabkan oleh encok atau infeksi.



2.5.6



ArtroskopiArtroskopi adalah alat kecil berupa kamera yang diletakkan dalan engsel tulang. Dokter akan mengamati ketidaknormalan yang terjadi.



2.5.7



Foto Rontgent menunjukkan penurunan progresif massa kartilago sendi sebagai penyempitan rongga sendi



2.6 Penatalaksanaan Medis 2.6.1 Medikamentosa 1) Analgesic yang dapatdipakai adalah asetaminofen dosis 2,6-4,9 g/hari atau profoksifen HCL. Asam salisilat juga cukup efektif namun perhatikan efek samping pada saluran cerna dan ginjal 2) Jika tidak berpengaruh, atau tidak dapat peradangan maka OAINS, seperti fenofrofin, piroksikam,ibuprofen dapat digunakan. Dosis untuk osteoarthritis biasanya ½-1/3 dosis penuh untuk arthritis rematoid. Karena pemakaian biasanya untuk jangka panjang, efek samping utama adalahganggauan mukosa lambung dan gangguan faal ginjal. 3) Injeksi cortisone. Dokter akan menyuntikkan cortocosteroid pada engsel yang mempu mengurangi nyeri/ngilu 4) Suplementasi-visco. Tindakan ini berupa injeksi turunan asam hyluronik yang akan mengurangi nyeri pada pangkal tulang. Tindakan ini hanya dilakukan jika osteoarhtritis pada lutut. 2.6.2



Perlindungan sendi Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh yang kurang baik. Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit. Pemakaian tongkat, alat-alat listrik yang dapat memperingan kerja sendi juga perlu diperhatikan. Beban pada lutut berlebihan karena kakai yang tertekuk (pronatio).



2.6.3



Diet Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk harus menjadi program utama pengobatan osteoartritis. Penurunan berat badan seringkali dapat mengurangi timbulnya keluhan dan peradangan.



2.6.4



Dukungan psikososial Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena sifatnya yang menahun dan ketidakmampuannya yang ditimbulkannya. Disatu pihak pasien ingin menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin orang lain turut memikirkan penyakitnya. Pasien osteoartritis sering kali keberatan untuk memakai alat-alat pembantu karena faktor-faktor psikologis



2.6.5



Fisioterapi Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang meliputi pemakaian panas dan dingin dan program latihan ynag tepat. Pemakaian panas yang sedang diberikan sebelum latihan untk mengurangi rasa nyeri dan kekakuan. Pada sendi yang masih aktif sebaiknya diberi dingin dan



obat-obat gosok jangan dipakai sebelum pamanasan. Berbagai sumber panas dapat dipakai seperti Hidrokolator, bantalan elektrik, ultrasonic, inframerah, mandi paraffin dan mandi dari pancuran panas. Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan memperkuat otot yang biasanya atropik pada sekitar sendi osteoartritis. Latihan isometrik lebih baik dari pada isotonik karena mengurangi tegangan pada sendi. Atropi rawan sendi dan tulang yang timbul pada tungkai yang lumpuh timbul karena berkurangnya beban ke sendi oleh karena kontraksi otot. Oleh karena otot-otot periartikular memegang peran penting terhadap perlindungan rawan senadi dari beban, maka penguatan otototot tersebut adalah penting 2.6.6



Operasi Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan kerusakan sendi yang nyata dengan nyari yang menetap dan kelemahan fungsi. Tindakan yang dilakukan adalah osteotomy untuk mengoreksi ketidaklurusan atau ketidaksesuaian, debridement sendi untuk menghilangkan fragmen tulang rawan sendi, pebersihan osteofit. 1) Penggantian engsel (artroplasti). Engsel yang rusak akan diangkat dan diganti dengan alat yang terbuat dari plastik atau metal yang disebut prostesis. 2) Pembersihan sambungan (debridemen). Dokter bedah tulang akan mengangkat serpihan tulang rawan yang rusak dan mengganggu pergerakan yang menyebabkan nyeri saat tulang bergerak. 3) Penataan tulang. Opsi ini diambil untuk osteoatritis pada anak dan remaja. Penataan dilakukan agar sambungan/engsel tidak menerima beban saat bergerak.



2.6.7



Terapi konservatif mencakup penggunaan kompres hangat, penurunan berat badan, upaya untuk menhistirahatkan sendi serta menghindari penggunaan sendi yang berlebihan pemakaian alat-alat ortotail. Untuk menyangga sendi yang mengalami inflamasi ( bidai penopang) dan latihan isometric serta postural. Terapi okupasioanl dan fisioterapi dapat membantu pasien untuk mengadopsi strategi penangan mandiri.



2.6.8



Pengkajian



1. Riwayat Kesehatan Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada tungkai.



Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum pasien mengetahui dan merasakan adanya perubahan pada sendi. 2. Pengkajian osteoarthtritis a. Aktivitas/istirahat Gejala : nyeri sendi karena pergerakan, nyeri tekan, yang memburuk dengan stress dengan sendi, kekakuan senda pada pagi hari, biasanya terjadi secara bilateral dan simetris. Tanda : malaise, keterbatasan ruang gerak, atrofi otot, kulit kontraktur atau kelainan pada sendi dan otot. b. Kardiovaskur Gejala : fenomena Raynaud jari tangan/kaki, missal pucat intermitten, sianotik kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal c. Integritas ego Gejala : factor-faktor stress akut/kronis missal finansial, pekerjaan, ketidakmampuan,



factor-faktor



hubungan



social,



keputusan



dan



ketidakberdayaan. Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas diri missal ketergantungan pada orang lain, dan perubahan bentuk anggota tubuh d. Makanan / cairan Gejala : ketidakmampuan untuk menghasilkan atau mengonsumsi makanan atau cairan adekuat : mual, anoreksia, dan kesulitan untuk mengunyah. Tanda : penurunan berat badan, dan membrane mukosa kering. e. Hygiene Gejala : berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi secara mandiri, ketergantungan pada orang lain. f. Neurosensory Gejala : kebas/ kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan. Tanda : pembengkakan sendi simetri g. Nyeri/kenyamanan Gejala : fase akut dari nyeri ( disertai / tidak disertai pembengkakan jaringan lunak pada sendi ), rasa nyeri kronis dan kekakuan ( terutama pada pagi hari ) h. Keamanan Gejala : kulit mengkilat, tegang, nodus subkutaneus. Lesi kulit, ulkus kaki, kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga, demam ringan menetap, kekeringan pada mata, dan membrane mukosa. i. Interaksi social



Gejala : kerusakan interaksi dengan keluarga/orang lain, perubahan peran, isolasi. 3. Riwayat Psiko Sosial Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi apalagi pada pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karean ia merasakan adanya kelemahan-kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat melakukan pengkajian terhadap konsep diri klien khususnya aspek body image dan harga diri klien. j. Diagnosa Keperawatan 1. Intoleransi Aktivitas b/d tirah baring dan imobilitas, kelemahan umum, gaya hidup kurang gerak 2. Ansietas b/d ancaman atau perubahan pada kesehatan, kebutuhan yang tidak terpenuhi 3. Gangguan citra tubuh b/d penyakit, ditandai dengan deformitas sendi 4. Resiko jatuh b/d penurunan kekuatan ekstremitas bawah, kelemahan umum 5. Defisiensi pengetahuan tentang proses penyakit b/d keterbatasan kognitif, kurang familier dengan sumber-sumber informasi 6. Nyeri b/d penyempitan rongga sendi 7. Defisit perawatan diri b/d gangguan muskuloskeletal, kelemahan k. Intervensi Keperawatan 1. Intoleransi Aktivitas b/d tirah baring dan imobilitas, kelemahan umum, gaya hidup kurang gerak Kriteria Hasil : a. Menoleransi aktivitas yang biasa dilakukan b. Menunjukkan toleransi aktivitas c. Mendemonstrasikan penghematan energi Intervensi : a. Kaji tingkat kemampuan klien berpindah dari tempat tidur, berdiri, ambulasi. b. Evaluasi motivasi dan keinginan pasien untuk meningkatkan aktivitas c. Tentukan penyebab keletihan d. Pantau asupan nutrisi untuk memastikan sumber-sumber energi yang adekuat



2. Ansietas b/d ancaman atau perubahan pada kesehatan, kebutuhan yang tidak terpenuhi Kriteria hasil : a. Ansietas berkurang, dibuktikan oleh tingkat ansietas hanya ringan hingga sedang b. Menunjukkan pengendalian diri terhadap ansietas yang dibuktikan oleh indikator 1-5 (tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering, atau selalu) Intervensi : a. Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien b. Gali bersama pasien tentang teknik yang berhasil dan tidak berhasil menurunkan ansietas c. Bantu pengalihan ansietas melalui radio, TV, permainan untuk menurunkan ansietas dan memperluas fokus d. Kolaborasi pemberian obat untuk menurunkan ansietas 3. Gangguan citra tubuh b/d penyakit, ditandai dengan deformitas sendi Kriteria Hasil : a. Gangguan citra tubuh berkurang yang dibuktikan oleh selalu menunjukkan adaptasi dengan ketunadayaan fisik b. Menunjukkan citra tubuh Intervensi : a.



Kaji dan dokumentasikan respons verbal dan nonverbal pasien terhadap tubuh klien



b.



Identifikasi mekanisme koping yang biasa digunakan klien



c.



Tentukan harapan klien tentang citra tubuh berdasarkan tahap perkembangan



4. Resiko jatuh b/d penurunan kekuatan ekstremitas bawah, kelemahan umum Kriteria Hasil : Resiko jatuh akan menurun atau terbatas, yang dibuktikan oleh keseimbangan, gerakan terkoordinasi, perilaku pencegahan jatuh, kejadian jatuh, dan pengetahuan : Pencegahan Jatuh Intervensi : a. Lakukan pengkajian resiko jatuh pada pasien b. Identifikasi karakteristik lingkungan yang dapat meningkatkan potensi jatuh c. Ajarkan klien bagaimana posisi terjatuh yang dapat meminimalkan cedera d. Bantu pasien saat ambulasi



e. Sediakan alat bantu berjalan 5. Defisiensi pengetahuan tentang proses penyakit b/d keterbatasan kognitif, kurang familier dengan sumber-sumber informasi Kriteria Hasil : Mengidentifikasi kebutuhan terhadap informasi tambahan tentang proses penyakit Intervensi : a. Kaji tingkat pengetahuan klien saat ini dan pemahaman terhdapa materi b. Tetapkan tujuan pembelajaran bersama yang realistis dengan klien c. Pilih metode dan strategi penyuluhan yang sesuai d. Beri waktu pada klien untuk mengajukan pertanyaan dan mendiskusikan permasalahannya 6. Nyeri b/d penyempitan rongga sendi Kriteria Hasil : a. Melaporkan nyeri dapat dikendalikan b. Menunjukkan pengurangan tingkat nyeri Intevensi : a. Kaji tingkat nyeri b. Ajarkan penggunaan teknik non farmakologis pengendalian nyeri setelah atau selama aktivitas yang menimbulkan nyeri c. Kolaborasi pemberian analgesik untuk mengurangi nyeri (berat) d. Kendalikan faktor lingkungan yang memengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan 7. Defisit perawatan diri b/d gangguan muskuloskeletal, kelemahan Kriteria Hasil : Menunjukkan perawatan diri : Aktivitas kehidupan sehari-hari dapat terpenuhi Intervensi : a. Kaji kemampuan personal hygiene b. Pantau adanya perubahan kemampuan fungsi c. Dukung kemandirian klien dalam personal hygiene, bantu klien hanya jika diperlukan d. Libatkan keluarga dalam pemberian asuhan e. Akomodasi pilihan dan kebutuhan klien seoptimal mungki



BAB 3 PENUTUP 3.1



Kesimpulan Jadi Osteoarthritis adalah penyakit yang disebabkan oleh proses degenerasi atau



penuaan sendi yang dibedakan menjadi Osteoarthritis primer dan sekunder. Faktor penyebabnya meliputi: umur,pengausan,kegemukan,trauma,keturunan,akibat penyakit radang sendi lain, Joint Mallignment 3.2



Saran Penulisan makalah  ini memuat saran-saran yang ditujukan ke berbagai



pihak, antara lain: 1. Bagi pembaca, terutama mahasiswa diharapkan dapat menggunakan makalah ini sebagai referensi untuk menambah pengetahuan tentang anfisman. 2. Bagi pembaca agar memperbaiki segala kekurangan yang terdapat pada makalah ini, sehingga makalah ini dapat terbit dengan kondisi yang lebih baik.



DAFTAR PUSTAKA Doenges E Marilynn, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta Mansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius FKUI, Jakarta. Muttaqin, Arif. 2011. Buku Saku Gangguan Muskuloskeletal : Aplikasi Pada Praktik Klinik Keperawatan. Jakarta : EGC Nurma, Ningsih lukman. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Musculoskeletal. Jakarta: Salemba Medika Smeltzer C. Suzannne. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Andry Hartono, dkk. Jakarta : EGC Wilkinson, Judith.M, Nancy R.Ahern. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan : Diagnosis NANDA, intervensi NIC, kriteria hasil NOC.Edisi 9. Jakarta : EGC Zairin, Noor Helmi. 2014. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika