Makalah Skoliosis [PDF]

  • Author / Uploaded
  • ryan
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA SKOLIOSIS



Disusun Oleh : IKHWATUL FITRI 1810306124



PROGRAM STUDI PROFESI FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA 2019



HALAMAN PENGESAHAN



MAKALAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA SKOLIOSIS



Disusun oleh : IKHWATUL FITRI 1810306124



Untuk memenuhi tugas profesi Fisioterapi pada Stase Pediatri. Program Studi Profesi Fisioterapi Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta



Tanggal :



Pembimbing Stase Pediatri



Lailatuz Zaidah, M.Or



KATA PENGANTAR



Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan



laporan



makalah



pada



Stase



Pediatri



yang



berjudul



“Penatalaksanaan Fisioterapi pada Skoliosis”. Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas profesi pada stase Pediatri. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu diperlukan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk perbaikan



Surakarta, September 2019 Penulis



iii



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ......................................................................................



i



HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................



ii



KATA PENGANTAR ....................................................................................



iii



DAFTAR ISI ...................................................................................................



iv



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .............................................................................



1



B. Rumusan Masalah ......................................................................................



2



C. Tujuan Penulisan .........................................................................................



2



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Skoliosis .......................................................................................



3



B. Kurva Skoliosis ...........................................................................................



4



C. Etiologi Skoliosis ........................................................................................



5



D. Tanda dan Gejala Skoliosis .........................................................................



8



E. Patofisiologi Skoliosis .................................................................................



8



F. Komplikasi Skoliosis...................................................................................



10



G. Problematika Fisioterapi pada Skoliosis ....................................................



11



H. Proses Fisioterapi pada Skoliosis ................................................................



11



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................................



16



B. Saran ...........................................................................................................



16



DAFTAR PUSTAKA



iv



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skoliosis adalah suatu kelainan bentuk pada tulang belakang dimana terjadi pembengkokan tulang belakang ke arah samping kiri atau kanan. Kelainan skoliosis ini sepintas terlihat sangat sederhana. Namun apabila diamati lebih jauh sesungguhnya terjadi perubahan yang luar biasa pada tulang belakang akibat perubahan bentuk tulang belakang secara tiga dimensi, yaitu perubahan struktur penyokong tulang belakang seperti jaringan lunak sekitarnya dan struktur lainnya (Rahayussalim, 2008). Seperti yang kita tahu, Skoliosis adalah kelengkungan tulang belakang yang Abnormal ke arah samping, yang dapat terjadi pada segmen servikal (leher), torakal (dada) maupun lumbal (pinggang). Sekitar 4% dari seluruh anak-anak yang berumur 10-14 tahun mengalami skoliosis dan 40-60% diantaranya ditemukan pada anak perempuan Scoliosis adalah suatu kelainan yang menyebabkan suatu lekukan yang abnormal dari spine (tulang belakang). Spine mempunyai lekukan-lekukan yang normal ketika dilihat dari samping, namun ia harus nampak lurus ketika dilihat dari depan. Kalau Kyphosis adalah suatu lekukan yang dilihat dari sisi dimana spine bengkok kedepan (maju). Sedangkan Lordosis adalah suatu lekukan yang dilihat dari sisi dimana spine bengkok kebelakang. Orang-orang dengan scoliosis mengembangkan lekukanlekukan tambahan ke setiap sisi, dan tulang-tulang dari spine melingkar pada masing-masing seperti sebuah pencabut sumbat botol (corkscrew).



B. Rumusan Masalah 1.



Apa definisi Skoliosis?



2.



Apa saja kurva Skoliosis?



3.



Apa etiologi Skoliosis?



4.



Apa tanda dan gejala Skoliosis?



5.



Bagaimana patofisiologi Skoliosis?



6.



Apa saja komplikasi Skoliosis?



7.



Apa saja problematika Fisioterapi pada Skoliosis?



8.



Bagaimana proses Fisioterapi pada Skoliosis?



C. Tujuan Makalah 1. Tujuan khusus Untuk memenuhi tugas profesi Fisioterapi pada Stase Pediatri. 2. Tujuan umum a. Untuk mengetahui tentang definisi Skoliosis. b. Untuk mengetahui tentangkurva Skoliosis. c. Untuk mengetahui tentang etiologi Skoliosis. d. Untuk mengetahui tentang tanda gejala Skoliosis. e. Untuk mengetahui tentang patofisiologi Skoliosis. f. Untuk mengetahui tentang komplikasi Skoliosis. g. Untuk mengetahui tentang problematika fisioterapi pada Skoliosis. h. Untuk mengetahui tentang proses fisioterapi pada Skoliosis.



2



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Skoliosis Skoliosis adalah lengkungan (curvature) lateral tulang punggung, yang selalu merupakan kondisi patologik. Hal itu dapat disertai kifosis tulang belakang (kifoskoliosis) atau lordosis (lordoskoliosis) (Tirta, 2010). Skoliosis adalah suatu kelainan bentuk pada tulang belakang dimana terjadi pembengkokan tulang belakang ke arah samping kiri atau kanan. Kelainan skoliosis ini sepintas terlihat sangat sederhana. Namun apabila diamati lebih jauh sesungguhnya terjadi perubahan yang luar biasa pada tulang belakang akibat perubahan bentuk tulang belakang secara tiga dimensi, yaitu perubahan sturktur penyokong tulang belakang seperti jaringan lunak sekitarnya dan struktur lainnya (Rahayussalim, 2015). Skoliosis tidak menyebabkan kesakitan, masalah ini jarang diberi perhatian dan perawatan hingga postur badan berubah. Kebanyakan dari orang tua tidak sadar kemunculan awal penyakit ini. Dalam kebanyakan kasus, skoliosis hanya diberi perhatian apabila sudah menampakkan masalah pada penampilan diri. Walaupun tidak mendatangkan rasa sakit, rata-rata penderita merasa malu, rendah diri dan ini mempengaruhi rasa percaya diri terhadap diri sendiri. Tanpa perawatan, tulang belakang menjadi semakin bengkok dan menimbulkan berbagai komplikasi (Jamaluddin, 2011). Rata rata tulang berhenti tumbuh pada saat usia 19 tahun. Skoliosis terlihat nyata untuk pertama kalinya di masa remaja (saat percepatan pertumbuhan). Pertumbuhan



3



merupakan faktor resiko terbesar terhadap memburuknya pembengkokan tulang punggung ( Anonim, 2010). Disamping juga dapat menimbulkan gangguan sistem kardiovaskuler atau jantung atau pernapasan, bengkoknya tulang belakang juga bisa mengakibatkan volume paru paru ataupun rongga dada jadi berkurang karena sebagian bengkoknya tulang mengambil ruang atau tempat paru paru (Ketut, 2015). Skoliosis adalah penyimpangan tulang belakang ke lateral dari garis tengah atau terjadi lengkungan yang abnormal pada vertebra kearah lateral. (Suratun, 2008). Kongenital skoliosis adalah suatu kondisi perubahan kurvatura spina kearah lateral yang disebabkan oleh anomali dari perkembangan tulang belakang. (Helmi, 2013) B. Kurva skoliosis 1. Deskripsi kurva skoliosis yaitu : a. Arah skoliosis ditentukan berdasarkan letak apexnya. b. Kurva mayor/kurva primer adalah kurva yang paling besar, dan biasanya struktural. Umumnya pada skoliosis idiopatik terletak antara T4 s/d T12 c. Kurva kompensatori adalah kurva yang lebih kecil, bisa kurva struktural maupun non struktural. Kurva ini membuat bahu penderita sama tingginya. d. Kurva mayor double, disebut demikian jika sepadan besar dan keparahannya, biasanya keduanya kurva struktural. e. Apex kurva adalah vertebra yang letaknya paling jauh dari garis tengah spine.



4



2. Klasifikasi dari derajat kurva skoliosis a. Skoliosis ringan : kurva kurang dari 20º b. Skoliosis sedang : kurva 20º – 40º /50º. Mulai terjadi perubahan struktural vertebra dan costa. c. Skoliosis berat : lebih dari 40º /50º. Berkaitan dengan rotasi vertebra yang lebih besar, sering disertai nyeri, penyakit sendi degeneratif, dan pada sudut lebih dari 60º - 70º terjadi gangguan fungsi kardiopulmonal bahkan menurunnya harapan hidup. Sedangkan menurut letaknya, dapat di klafisikasikan menjadi thoracal, lumbal atau kombinasi. Menurut bentuknya dapat di klafisikasikan menjadi: a. Kurva



C



:



umumnya



di



thoracolumbal



tidak



terkompensasi,



kemungkinan posisi asimetris dalam waktu yang lama, kelemahan otot atau sitting balance yang tidak baik. b. Kurva S : lebih sering terjadi pada skoliosis idiophatik, di thoracal kanan dan lumbal kiri, umumnya struktural. C. Etiologi Penyebab seseorang dapat mengalami skoliosis tidak dapat diketahui secara pasti (idiopatik). Penyebab skoliosis 70-90 % belum dapat diketahui (idiopatik) sebagian kecil yang penyebabnya sudah diketahui dikelompokan pada: Kelainan tulang dan sendi, kelainan pada otot (miopati). Kelainan pada syaraf (neuropati) infeksi, trauma dan lain-lain (Anonim, 2009).



5



Selain itu ada beberapa perbedaan teori yang menunjukkan penyebabnya lain selain idiopatik seperti : 1. Faktor genetic Dilaporkan bahwa faktor genetik mempunyai komponen pada perkembangan skoliosis, terjadi peningkatan insiden pada keluarga pasien dengan skoliosis idiopatik dibandingkan dengan pasien yang tidak mempunyai riwayat penyakit skoliosis. 2. Faktor hormonal Defisiensi melatonin diajukan sebgai penyebab skoliosis. Sekresi melatonin pada malam hari menyebabkan penurunan progresivitas skoliosis dibandingkan dengan pasien tanpa progresivitas. Hormon pertumbuhan juga diduga mempunyai peranan pada perkembangan skoliosis. Kecepatan progresivitas skoliosis pada umumnya dilaporkan pada pasien dengan growth hormone. 3. Perkembangan spinal dan teori biomekanik Abnormalitas dari mekanisme pertumbuhan spinal juga menunjukkan penyebab



dari



perkembangan



dan



progresivitas



skoliosis,



dimana



dihubungkan dengan waktu kecepatan pertumbuhan pada remaja. 4. Abnormalitas Jaringan. Beberapa teori diajukan sebagai komponen struktural pada komponen tulang belakang (otot, tulang, ligamentum dan atau diskus) sebagai penyebab skoliosis. Beberapa teori didasari atas observasi pada kondisi seperti syndrome Marfan (gangguan fibrillin), duchenne muscular dystrophy (gangguan otot) dan displasia fibrosa pada tulang.



6



Klasifikasi penyebab skoliosis dan sisi postural (non struktural) karena kebiasaan postur tubuh yang kurang baik, nyeri pada tulang belakang, ataupun karena tungkai bawah yang tidak sama panjang. Skoliosis jenis ini bersifat dapat berubah kembali seperti sedia kala (reversible) apabila penyebabnya diatasi dan sisi struktural, penyebabnya karena kelainan bawaan dan lahir ataupun yang didapat pada masa perkembangan tubuh. Kelainan tersebut dapat berasal dari kelainan tulang (osteopathic skoliosis), kelainan pada sistem syaraf (neuropathic skoliosis), kelainan pada otot (myopathic skoliosis), ataupun skoliosis yang tidak diketahui penyebabnya (skoliosis idiopatik). Skoliosis pada klasifikasi berdasarkan usia penderita terdiri atas tipe; Infantile terjadi pada usia 0 hingga 3 tahun, Juvenile muncul di antara usia 4 hingga 9 tahun, dan Adolescent kelainannya muncul di antara usia 10 tahun hingga akhir masa pertumbuhan tulang (16-17 tahun). Sebab-sebab pembengkokan (skoliosis) belum seluruhnya diketahui, tetapi ada beberapa sebab yang jelas diantaranya: a. Conginental Disini pembengkokan disebabkan semenjak lahir dan sifatnya bisa progresif. b. Karena salah sikap c. Imbalance Skoliosis ini disebabkan karena rusaknya keseimbangan otot-otot disebelah kiri dan kanan tulang punggung, terutama pada penyakit polio dan Pontius dapat menyebabkan imbalance skoliosis ini.



7



d. Metabolic skoliosis Beberapa kali menamakan metabolic skoliosis ini idiopathic skoliosis, sebab musababnya tidak begitu jelas, akan tetapi dipikirkan adanya hubungan antara idiophatik skoliosis dan proses metabolisme didalam tubuh terutama yang berhubungan dengan pertumbuhan tulang. D. Tanda dan Gejala Pada kebanyakan kasus, pada mulanya pendrita tidak merasakan adanya gangguan, kemudian pada kondisi yang lebih parah baru dirasakan adanya ketidak seimbangan posisi thorax, scapula yang menonjol pada satu sisi, posisi bahu yang tidak horizontal, panggul yang tidak simetris, dan kadang-kadang penderita merasakan pegal-pegal pada daerah punggung (Liklukaningsih, 2009). E. Patofisiologi Kelainan bentuk tulang punggung yang disebut skoliosis ini berawal dari adanya syaraf – syaraf yang lemah atau bahkan lumpuh yang menarik ruas – ruas tulang belakang. Tarikan ini berfungsi untuk menjaga ruas tulang belakang berada pada garis yang normal yang bentuk nya seperti penggaris atau lurus. Tetapi karena suatu hal, diantaranya kebiasaan duduk yang miring, membuat sebagian syaraf yang bekerja menjadi lemah. Bila ini terus berulang menjadi kebiasaan, maka syaraf itu bahkan akan mati. Ini berakibat pada ketidakseimbangan tarikan pada ruas tulang belakang. Oleh karena itu, tulang belakang yang menderita skoliosis itu bengkok atau seperti huruf “S” ataupun huruf “C”. Dari 4% populasi terdapat 10-15 tahun yang kebanyakan perempuan bentuk normal dari tulang belakang dilihat dari belakang berbentuk



8



lurus dari atas sampai os coccygeus. Bentuk skoliosis yang paling sering dijumpai adalah deformitas tripanal dengan komponen lateral, anterior posterior dan rotasional (Rosadi, 2008). Gambaran patologi anatomi skoliosis non-idhiopatik sangat berhubungan dengan penyebab (etiologi). Pada skoliosis idiopatik, terdapat gambaran yang khas yang dapat diikuti. Pada skoliosis idiopatik, kurva struktural dimulai sebagai kurva nonstruktural (fungsional). Tidak semua kurva non-struktural akan menjadi struktural akan terjadi perubahan struktur jaringan lunak sebagai berikut: 1. Kapsul sendi intervertebralis memendek pada sisi cekung (konkaf), terjadi komperesi pada sendi facet 2. Pemendekan ligamen-ligamen pada sisi cekung (konkaf) a. ligamen longitudinal anterior b. ligamen longitudinal posterior c. ligamen interspinosus 3. Pada



otot-otot



juga



terjadi



suatu



perubahan



seperti



kontraktur



(pemendekan) otot-otot sisi konkaf yaitu: a. otot erector spine b. otot kuadratus lumborum c. otot psoas mayor dan minor d. otot latisimus dorsi e. otot perut obeliqus abdominis, kecuali otot multifidus dikatakan lebih pendek disisi konveks akibat kurva kelateral bersama rotasi vertebra.



9



Apabila sudah terjadi ”mal aligement” posisi struktur berubah kolumna vertebralis terjadi rotasi korpus vertebra kearah konveks. Perbedaan tekanan antara kedua sisi vertebra menyebabkan perbedaan kepadatan dan kesempatan bertumbuh. Terjadi kondisi asimetris dimana sisi konkaf cekung menjadi lebih pendek. Diskus intervertebralis sisi konkaf menipis. Vertebra yang mengalami gaya tekan terbesar akan terdorong lebih menjauh dari gaya kompresi tersebut akan menjadi apex puncak vertebra dari skoliosis. Ruas vertebra torakalis menyebabkan tulang-tulang iga pada sisi konveks tergeser kearah posterior, akan timbul tonjolan iga rib hump ke posterior. Tulang-tulang iga sisi konkaf bergeser ke anterior, sehingga rongga thorak bebentuk oval. Pada anak wanita akan tampak buah dada (mammae) sisi konvek lebih kecil. F. Komplikasi Skoliosis adalah penyakit 3 dimensi yang sangat komplek walaupun prinsipnya berasal dari kurva ke arah lateral yang kemudian membuat vertebra berputar. Perputaran vertebra merubah bentuk dan volume dari rongga thorak maupun rongga abdominal. Sehingga berujung pada organ di dalamnya misalnya berkurangnya system kerja kardiopulmonal, jantung, dan dapaat menimbulkan nyeri (Harjono,2015). Skoliosis merupakan kelainan bentuk kurva tulang belakang. Bentuk tulang belakang yang melengkung ke kiri ataupun ke kanan dengan tingkat derajat kelengkungan besar akan mendesak organ-organ dalam tubuh. Akibatnya terjadi, mempengaruhi sistem pencarnaan, pernapasan, jantung dan tentunya muscular dengan manifestasinya berbagai macam, yaitu nyeri otot, 10



spasme otot, kontraktur otot, penurunan elasisitas otot, penurunan kekuatan otot dan penurunan lingkup gerak sendi pada tulang belakang. Skoliosis dengan derajat kurva tulang belakang yang basar dapat menyebabkan gangguan fungsi kardiopulmonal yang disebabkan kompensasi dari ketidak normalan tulang vertebra sehingga mempengaruhi bentuk costa. Akibat terus menerus berkontraksi, sehingga akan mengkibatkan pemendekan jaringan, kontraktur, komplikasi dari kontraksi otot terus menerus di satu sisi tubuh. G. Problematika Fisioterapi pada Skoliosis Problematika Fisioterapi adalah suatu keluhan (gerak dan fungsi) dari pasien yang dapat ditangani oleh Fisioterapi untuk mengembalikan, memulihkan gerak dan fungsi yang mengalami keterbatasan (gangguan). Problem fisioterapi pada scoliosis adalah : -



Nyeri pada punggung



-



Spasme otot pada vertebra lumbal



-



Keterbatasan LGS trunk.



H. Proses Fisioterapi 1. Pemeriksaan Fisik a. Inspeksi : - bahu asimetris - Thorakal membesar - Lateral fleksi trunk b. Palpasi : - Spasme - Nyeri tekan pada otot-otot vertebra



11



c. PFGD - Aktif : Pasien belum mampu melakukan gerakan lateral fleksi trunk sinistra - Pasif : Pasien belum full ROM pada gerakan lateral fleksi trunk sinistra 2. Pemeriksaan Khusus - Scoliometer - LGS : untuk mengukur ROM - Bandulan 3. Diagnosa Fisioterapi a. Impairment and Body Structure -



Nyeri pada punggung



-



Spasme otot pada vertebra lumbal



-



Keterbatasan LGS trunk.



-



Gangguan keseimbangan



b. Functional Limitation -



Posisi duduk tidak normal



-



Saat berjalan dan berdiri kurang seimbang



c. Participation Retriction Adanya hambatan saat bermain. 4. Intervensi Fisioterapi a. Tujuan Jangka Pendek -



Mengurangi nyeri pada punggung



-



Mengurangi spasme otot pada vertebra lumbal



12



-



Mengembalikan LGS trunk yang mengalami keterbatasan.



-



Memulihkan keseimbangan yang terganggu



b. Tujuan Jangka Panjang Memulihkan ADL seperti semula. 5. Penatalaksanaan a. IR (Infra Red) Sinar infra merah adalah pancaran gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang 7700-4 juta Ǻ, letak diantara sinar merah dan hertzain yang memberikan efek fisiologis dan efek terapeutik pada area yang sakit (Sujatno, Ig, 2016). b. Terapi Latihan Terapi latihan yang diajarkan terapis kepada pasien adalah terapi latihan dengan menggunakan metode Mc. Kenzie, core stability dan manual traksi. Dengan alasan karena letak gangguan mekanik dari nyeri pinggang terutama terletak didaerah lumbosacral, maka latihan yang ditujukan terutama pada daerah tersebut. Pada dasarnya tujuan latihan adalah untuk penguatan dan peregangan otot – otot fleksor dan ekstensor sendi lumbosacralis dan otot – otot sendi paha. c. Orthosis (Brace) Pasien disarankan untuk menggunakan brace untuk mencegah pertambahan kelengkungan ketika pasien masih bertumbuh dan derajat kelengkungan berkisar 250-300. Brace harus digunakan 16-23 jam sehari dan harus dipakai sampai ada maturitas skeletal, yang biasanya terjadi pada usia 14 tahun pada wanita dan 16 tahun pada laki-laki. Pada saat skeletal



13



matur, pasien secara bertahap dilepaskan dari brace. Secara periodik, selama terapi brace, radiograf dilakukan untuk mengetahui manfaat terapi. Meskipun memakai brace, kira-kira 15-20 % pasien yang diterapi akan memperlihatkan



progresifitas



lengkung



yang



nyata.



Pemasangan



penyangga dapat digunakan seperti penyangga dari Milwaukee atau penyangga dari Boston. 6. Evaluasi Setelah diberikan intervensi, pasien mengalami perubahan seperti nyeri mulai berkurang, spasme mulai berkurang, keseimbangan sudah mulai stabil, LGS sudah bertambah. 7. Edukasi Edukasi merupakan hal penting yang harus diajarkan kepada pasien untuk menghindari terjadinya trauma berulang, mengurangi keluhan nyeri yang dirasakan dan untuk mengajarkan kepada pasien pola-pola aktivitas yang baik dan benar. -



Menyarankan untuk tidak membawa barang yang berat.



-



Menggunakan orthosis saat melakukan aktifitas.



-



Menganjurkan pasien agar mengulangi latihan di rumah seperti yang sudah terapis ajarkan minimal 2 kali sehari.



-



Pasien dianjurkan untuk mengompres punggung bawah dengan handuk yang direndam air hangat atau dengan menempelkan botol yang berisi air hangat pada punggung bawah.



14



8. Prognosis Prognosis tergantung atas besarnya derajat kurva, deformitas dan maturitas skelertal. Pada derajat kurva yang ringan dengan skeletal yang sudah matur umumnya tidak mengalami progresif. Program-program penyaringan sekolah telah membantu untuk mengidentifikasi banyak kasus-kasus dari scoliosis secara dini. Ini mengizinkan orang-orang dirawat dengan pengamatan atau membangitkan semangat dan menghindari keperluan untuk operasi pada banyak kasus-kasus. Kebanyakan orang-orang dengan scoliosis dapat hidup kehidupan kehidupan yang penuh, produktif, dan yang normal. Orang-orang dengan scoliosis mampu menjadi hamil dan mempunyai anak-anak dengan tidak ada risiko yang meningkat untuk komplikasi-komplikasi. Mereka mungkin berada pada risiko yang meningkat untuk tambahan nyeri bagian bawah belakang selama kehamilan.



15



BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Skoliosis adalah keadaan kelainan pada tulang belakang yang terdapat lengkungan ke arah samping yang merupakan kondisi patologi. Skoliosis sendiri dapat terjadi akibat kebiasan yang buruk, seperti membawa tas di sebelah sisi, posisi duduk yang tidak benar. Kondisi ini perlu mendapatkan intervensi fisioterapis berupa terapi latihan. Terapi Latihan untuk kasus skoliosis bertujuan untuk, memperbaiki atau mengembalikan kearah sikap tubuh yang normal (corect posture), mengulur atau meregangkan otot – otot yang tegang, untuk relaksasi otot. Infra Red (IR) pada skoliosis bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan



nyeri,



rileksasi



otot,



meningkatkan



suplai



darah,



menghilangkan sisa-sisa hasil metabolisme. B. Saran Suatu keberhasilan terapi juga ditentukan oleh sikap dari pasien itu sendiri, jadi perlu ada kerjasama dengan baik antara terapis, pasien serta keluarga pasien. Untuk mengoptimalkan hasil terapi yang diberikan akan diberikan saran sebagai berikut : 1. Bagi Pasien Bagi penderita diharapkan kerja sama yang baik dengan terapis selama proses terapi berlangsung. Pasien diharapkan tetap selalu rutin menjalani program-program terapi yang telah diberikan dan ditentukan serta tetap menjalani home program seperti yang telah diedukasikan oleh fisioterapis.



16



2. Bagi Keluarga Kepada keluarga hendaknya selalu memberikan motivasi kepada pasien untuk membantu dalam proses latihan dengan kerjasama yang baik antara terapis, pasien dan keluarga pasien diharapkan akan dapat tercapai keberhasilan terapi. 3. Bagi Fisioterapis Fisioterapis hendaknya sebelum melakukan terapi kepada pasien diawali dengan pemeriksaan dengan mencatat permasalahan pasien, melakukan evaluasi dan memberikan edukasi pada pasien sehingga memperoleh hasil yang optimal. 4. Bagi Masyarakat Hendaknya



masyarakat



tetap



memperhatikan



kesehatannya



demi



meningkatkan derajat kehidupan serta segera melakukan pengobatan pencegahan jika terjadi gejala seperti yang penderita alami.



17



DAFTAR PUSTAKA



Afrian Faturrahman. 2013. Penatalaksanaan Fisioterapi pada Scoliosis Vetebra Thoracal 7 – Lumbal 1 Di RSAL Dr.Ramelan. Andung Maheswara Rakasiwi. 2009. Hubungan Sikap Duduk Salah dengan Terjadinya Skoliosis Pada Anak Usia 10 – 12 Tahun Di Sekolah Dasar Negeri Jetis 1 Juwiring Suriani Sari. 2013. Tesis Swiss Ball Exercise dan Koreksi Postur Tidak Terbukti Lebih Baik dalam Memperkecil Derajat Skolisis Idiopatik daripada Klapp Exercise dan Koreksi Postur pada Anak Usia 11 – 13 Tahun Suyono, Slamet KE. dkk. 2016. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid ll. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Tirza Z.Tamin. 2010. Bahan Mata Ajar Fisioterapi Pediatri. Fisioterapi UI. Jakarta: Vokasi Kedokteran