Referat Skoliosis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

REFERAT



SKOLIOSIS



Oleh : Amirul Antariksawati K. Putri Fikri Samudro Putro Eka Sukma



Dokter Pembimbing Klinis : dr. Andre, Sp. KFR



KEPANITERAAN KLINIK MADYA LABORATORIUM ILMU KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MARDI WALUYO KOTA BLITAR FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG JULI 2017



KATA PENGANTAR Assalamualaikum, wr.wb. Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul “Skoliosis” tepat pada waktunya. Referat ini dibuat untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik madya bagian Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi serta untuk menambah wawasan penulis tentang Skoliosis khususnya dibidang fisioterapi. Penulis menyadari bahwa dalam referat ini masih jauh dari sempurna. Kritik dan saran penulis harapkan untuk penyempurnaan referat ini. Semoga referat ini dapat berguna dan memberikan manfaat bagi kita semua. Amin. Wassalamualaikum wr.wb



Blitar, 15 Juli 2017



Penulis



2



BAB I PENDAHULUAN Skoliosis berasal dari kata Yunani yang berarti lengkungan, mengandung arti kondisi patologik. Vertebra servikal, tHorakal, dan lumbal membentuk kolumna vertikal dengan pusat vertebra berada pada garis tengah. Skoliosis adalah deformitas tulang belakang yang menggambarkan deviasi vertebra kearah lateral dan rotasional.Bentuk skoliosis yang paling sering dijumpai adalah deformitas



tripanal



dengan



komponen



lateral,anterior



posterior



dan



rotasional.Skoliosis dapat dibagi atas dua yaitu skoliosis struktural dan non structural (postural). Pada skoliosis postural, deformitas bersifat sekunder atau sebagai kompensasi terhadap beberapa keadaan diluar tulang belakang, misalnya dengan kaki yang pendek, atau kemiringan pelvis akibat kontraktur pinggul, bila pasien duduk atau dalam keadaan fleksi maka kurva tersebut menghilang. Pada skoliosis structural terdapat deformitas yang tidak dapat diperbaiki pada segmen tulang belakang yangterkena. Komponen penting dari deformitas itu adalah rotasi vertebra; processuss pinosus memutar kearah konkavitas kurva.Skoliosis structural dapat dibagi menjadi tiga kategori utama : kongenital,neuromuskular, dan skoliosis idiopatik. Sekitar 80% skoliosis adalah idiopatik,Skoliosis idiopatik dengan kurva lebih dari 10 derajat dilaporkan dengan prevalensi 0,5-3 per 100 anak dan remaja. Prevalensi dilaporkan pada kurva lebih dari 30 derajatyaitu 1,5-3 per 1000 penduduk. Insiden yang terjadi pada skoliosis idiopatik infantil bervariasi, namun dilaporkan paling banyak dijumpai di Eropa daripada AmerikaUtara, dan lebih banyak laki-laki dari pada perempuan.



3



BAB II PEMBAHASAN I.



Anatomi dan Struktur Tulang Belakang  Tulang punggung cervical Secara umum memiliki bentuk tulang yang kecil dengan spina atau procesus spinosus (bagian seperti sayap pada belakang tulang) yang pendek, kecuali tulang ke-2 dan 7 yang procesus spinosusnya pendek. Diberi nomor sesuai dengan urutannya dari C1-C7 (C dari cervical),



namun



beberapa



memiliki



sebutan khusus seperti C1 atau atlas, C2 atau aksis.Setiap mamalia memiliki 7 tulang



punggung



leher,



seberapapun



panjang lehernya. Ciri-cirinya :  Processus tranversus mempunyai foramen tranversarium untuk tempat lewatnya arteri dan vena vertebralis.  Spina kecil dan bifida.  Corpus kecil dan lebar dari sisi ke sisi.  Foramen vertebra besr dan berbentuk segitiga.  Processus articularis superior mempunyai facies yang menghadap ke belakang dan atas ; processus articularis inferior mempunyai facies yang menghadap ke bawah dan depan.  Vertebra I,II,IV , atipikal : 



Tidak mempunyai corpus.







Tidak mempunyai processus spinosus.



4







Tidak mempunyai arcus anterior dan arcus posterior.







Mempunyai massa lateralis .







V.Cervicalis II = axis.







V.Cervicalis VII = vertebra prominens.



 Tulang punggung thorax Procesus spinosusnya akan berhubungan dengan tulang rusuk. Beberapa gerakan memutar dapat terjadi. Bagian ini dikenal juga sebagai ‘tulang punggung dorsal’ dalam konteks manusia. Bagian ini diberi nomor T1 hingga T12. Ciri-cirinya :  Corpus berukuran sedang dan berbentuk jantung.  Foramen vertebra kecil dan bulat.  Processus spinosus panjang dan miring ke bawah.  Fovea costalis terdapat pada sisi-sisi corpus untuk bersendi dengan capitulum costae.  Fovea costalis terdapat pada processus tranversus untuk bersendi dengan tuberculum costae.  Processus articularis superior mempunyai facies yang menghadap ke belakang dan lateral ; processus articularis inferior menghadap ke depan dan medial ; processus articularis inferior T12 menghadap ke lateral seperti V.Lumbalis.  Tulang punggung lumbal Bagian ini (L1-L5) merupakan bagian paling tegap konstruksinya dan menanggung beban terberat dari yang lainnya. Bagian ini memungkinkan gerakan fleksi dan ekstensi tubuh, dan beberapa gerakan rotasi dengan derajat yang kecil.



5



Ciri-cirinya :  Corpus besar dan berbentuk seperti ginjal.  Pediculus kuat dan mengarah ke belakang.  Lamina tebal.  Foramina vertebra berbentuk segitiga.  Processus tranversus panjang dan langsing,  Processus spinosus pendek,rata dan berbentuk segiempat dan mengarah ke belakang.  Facies articularis procssus articularis superior menghadap ke medial dan facies articularis processus articularis inferior menghadap ke lateral.  Tulang punggung sacral Terdapat 5 tulang di bagian ini (S1-S5). Tulang-tulang bergabung dan tidak memiliki celah atau diskus intervertebralis satu sama lainnya.  Tulang punggung coccygeal Terdapat 3 hingga 5 tulang (Co1-Co5) yang saling bergabung dan tanpa celah. Beberapa hewan memiliki tulang coccyx atau tulang ekor yang banyak, maka dari itu disebut tulang punggung kaudal (kaudal berarti ekor).  Perdarahan vertebra  Arteri Arteri-arteri berikut ini mndarahi struktur-struktur di punggung. a) Daerah cervical : cabang-cabang yang berasal dari a.occipitalis , sebuah cabang a.carotis externa ; dari a.vertebralis , sebuah cabang a.subclavia ; dari a.cervicalis profunda , sebuah cabang dari truncus costocervicalis , cabang dari a.subclavia ; dan dari a.cervicalis ascendens , sebuah cabang dari a.thyroidea inferior.



6



b) Daerah thoracal : cabang-cabang bersal dari aa.intercostales posteriors. c) Daerah lumbal : cabang-cabang dari a.subcostalis dan lumbalis. d) Daerah sacral : cabang-cabang beasal dari a.iliolumbalis dan a.sacralis laeralis , cabang-cabang dari a.iliaca interna.  Vena Vena-vena yang mengalirkan darah dari struktur-struktur di punggung membentuk plexsus rumit yang membentang sepanjang columna vertebralis dari cranium sampai ke os coccygis. Vena-vena ini dapat dibagi menjadi (a) yang terletak diluar columna vertebralis dan mengelilnginya membentuk plexsus venosusvertebralis externus dan (b) yang terletak di dalam canalis vertebralis dan membentuk plexus venosus vertebralis internus. Plxus-plexus ini berhubungan secara bebas dengan vena-vena di leher, abdomen, thorak dan pelvis. Di atas , plexus ini berhubungan dengan sinus venosus occipitalis dan basilaris di dalam cavum crania melalui foramen magnum. Plexus venosus vertebralis internus terletak di dalam canalis vertebralis tetapi di luar duramater medulla spinalis. Plexus venosus vertebralis internus bermuara ke dalam v.intervertebralis, yang berjalan ke luar bersama dengan saraf spinalis melalui foramina intervertebralis. Di sini, vena ini bergabung dengn cabang-cabang dari plexus venosus vertebralis externus dan selanjutnya bermuaa berturut-turut ke dalam v.vertebralis, v.intercostalis, v.lumbalis, v.sacralis lateralis.  Persarafan punggung Kulit dan otot-otot punggung di persarafi secara segmental leh rami posterior 31 pasang saraf spinalis. Rami posterior C1,6,7 dan 8 serta L4 dan 5 mempersarafi otot punggung profunda, tetapi tidak mempersarafi kulitnya. Ramus posterior C2 (n. occipitalis major) berjalan ke atas melalui tekuk dan mempersarafi kulit kepala.Rami posterior



7



berjalan ke bawah dan lateral mempersrafi sebagin kulit, sedikit di bawah tempat keluarnya dari foramen intervertebralis. Persarafan kulit yang tumpang tindih menyebabkan pemotongan satu saraf mengakibatkan berkurangnya sensasi kulit, tetapi tidak menghilangkan scara total. Setiap ramus posterior terbagi menjadi dua, yaitu cabang medial dan lateral.



II.



Definisi Skoliosis Skoliosis adalah kelainan bentuk tulang belakang yang melengkung abnormal ke lateral, yang dapat terjadi pada daerah thorakal, lumbal, dan jarang pada daerah cervical. Kurva yang terbentuk mungkin cembung ke kanan (lebih sering pada daerah thorakal) atau ke kiri (lebih sering pada daerah lumbal). Biasanya, kelainan ini disertai dengan adanya rotasi dari vertebra yang terlibat (Hay,2012).



8



Skoliosis



didefinisikan



juga



deformitas



tulang



belakang



yang



menggambarkan deviasi vertebra ke arah lateral dan rotasional, yang memiliki sudut cobb lebih dari 10o. Skoliosis adalah gangguan pada kurva tulang belakang atau



tulang



punggung. Tulang belakang memiliki kurva normal ketika dilihat dari samping. Pada scoliosis, tulang punggung dilihat dari depan atau belakang tidak lagi lurus. Orang dengan scoliosis terdapat lekukan-lekukan tambahan ke kedua sisi, dan tulang-tulang dari spine melingkar pada satu sama lain, membentuk "C" atau "S" pada tulang belakang. III.



Epidemiologi Skoliosis Pada suatu populasi, hampir 2% nya mengalami skoliosis. Jika ada salah satu anggota keluarga yang mengalami skoliosis, kemungkinan terjadinya skoliosis pada anggota keluarga lain akan semakin besar (sekitar 20%). Dari seluruh



kasus



skoliosis



yang



terjadi,



85%



di



antaranya



berupa



skoliosis idiopatik. Sekitar 4% dari seluruh anak-anak usia 10 tahun hingga 14 tahun mengalami skoliosis. Dan 40 % sampai 60% di antaranya ditemukan pada anak perempuan. IV.



Etiologi Skoliosis Penyebab skoliosis dibedakan menjadi : 



Idiopatik (Behrman,2004) Skoliosis idiopatik merupakan bentuk skoliosis yang paling banyak terjadi. Skoliosis ini terjadi pada orang sehat dengan penyebab yang tidak diketahui. Skoliosis idiopatik dapat dibedakan menjadi 4 : -



Infantile



: lahir – 3 tahun



-



Juvenile



: 4 – 10 tahun



-



Adolescent : 11 tahun ke atas



-



Adult



: saat sudah tercapai bone maturity



9







Neuromuskular (Behrman,2004) Skoliosis yang disebabkan karena gangguan pada sistem saraf dan penyakit otot (myopathy). Kelainan pada upper motor neuron contohnya adalah cerebral palsy, spinocerebellar degeneration, tumor di spinal cord, trauma di spinal cord). Sedangkan, kelainan pada lower motor neuron contohnya adalah poliomielitis dan atrofi otot spinal. Penyakit otot (myopathy) contohnya adalah dunchenne muscular dystrophy, arthrogryposis.







Kongenital (Behrman,2004) Skoliosis yang disebabkan karena adanya abnormalitas perkembangan vertebra selama trimester pertama kehamilan yang menyebabkan deformitas struktural dari tulang belakang. Skoliosis kongenital ini bisa berupa kegagalan formasi vertebra parsial atau total (wedge vertebrae / hemivertebrae), kegagalan segmentasi vertebra parsial atau total (unsegmented bars), atau kombinasi keduanya.







Sindroma genetik (Behrman,2004) Anak-anak



dengan



sindroma



tertentu,



seperti



neurofibromatosis dan Marfan syndrome mempunyai risiko lebih tinggi mengalami deformitas tulang belakang. 



Degeneratif (Skinner,2003) Skoliosis degeneratif terjadi pada orang dewasa yang lebih tua. Skoliosis ini disebabkan oleh perubahan-perubahan pada tulang belakang dengan adanya pelemahan dari ligamen-ligamen dan jaringan-jaringan lunak lain yang normal dari tulang belakang digabungkan dengan pembentukan spur yang abnormal dapat menjurus pada suatu lekukan dari spine yang abnormal.



10







Compensatory scoliosis (Behrman,2004) Skoliosis yang terjadi pada orang dengan panjang kaki yang tidak sama. Perbedaan panjang kaki sekecil 0,5 cm dapat menyebabkan terjadinya skoliosis.



V.



Klasifikasi Skoliosis Berdasarkan terjadinya skoliosis terdapat 2 sebab scoliosis, yaitu : sebab



structural dan fungsional. 1. Skoliosis Struktural : Terjadi kelengkungan atau rotasi tulang belakang ke arah samping pada satu sisi dan termasuk jenis skoliosis terburuk oleh karena dapat menjadi progresif. Skoliosis struktural dibagi menjadi : 



Idiopatik skoliosis







Congenital : karena kelainan bawaan dari pembentukan tulang belakang yang abnormal , dan sering dikaitkan dengan cacat organ lainnya.







Neuromuskular : neuromuskular scoliosis disebabkan karena hilangnya kontrol dari saraf atau otot yang mendukung tulang belakang. Penyebab paling umum dari jenis scoliosis ini adalah cerebral palsy dan distrofi otot.



2. Skoliosis Fungsional Terjadi kelengkungan namun tidak terfiksasi dan tidak progresif. Skoliosis fungsional ini adalah skoliosis sekunder terhadap kebiasaan postur tubuh. Ada tiga tipe-tipe utama lain dari scoliosis: a. Functional : Pada tipe scoliosis ini, spine adalah normal, namun suatu lekukan abnormal berkembang karena suatu persoalan ditempat  lain di



11



dalam tubuh. Ini dapat disebabkan oleh satu kaki adalah lebih pendek daripada yang lainnya atau oleh kekejangan-kekejangan di punggung. b. Neuromuscular : Pada tipe scoliosis ini, ada suatu persoalan ketika tulang-tulang dari spine terbentuk. Baik tulang-tulang dari spine gagal untuk membentuk sepenuhnya, atau mereka gagal untuk berpisah satu darilainnya. c. Degenerative : Tidak seperti bentuk-bentuk lain dari scoliosis yang ditemukan pada anak-anak dan remaja-remaja, degenerative scoliosis terjadi pada dewasa-dewasa yang lebih tua. d. Lain-Lain : Ada penyebab-penyebab potensial lain dari scoliosis, termasuk tumor-tumor spine seperti osteoid osteoma. Ini adalah tumor jinak yang dapat terjadi pada spine dan menyebabkan nyeri/sakit.Nyeri menyebabkan orang-orang untuk bersandar pada sisi yang berlawanan untuk mengurangi jumlah dari tekanan yang diterapkan pada tumor.Ini dapat menjurus pada suatu kelainan bentuk spine. IV. Kurva Skoliosis Berdasarkan derajat kurvanya, skoliosis dapat dibedakan menjadi 3, yaitu skoliosis ringan, sedang, dan berat. 



Skoliosis ringan : kurva < 20 o







Skoliosis sedang : kurva 20 º – 40 º / 50 º. Mulai terjadi perubahan struktural vertebra dan costa.







Skoliosis berat : > 40 º /50 º. Berkaitan dengan rotasi vertebra yang lebih besar, sering disertai nyeri, penyakit sendi degeneratif. Pada



sudut



>



60



º



-



70



º



terjadi



gangguan



fungsi kardiopulmonal, bahkan menurunnya harapan hidup. Kurva skoliosis bisa berbentuk “C” atau “S”. Kurva “C” umumnya di thoracolumbal, tidak terkompensasi, kemungkinan karena posisi asimetri dalam waktu lama, kelemahan otot, atau keseimbangan duduk yang tidak baik.



12



Kurva “S” lebih sering terjadi pada skoliosis idiopatik, di thoracal kanan dan lumbal kiri, dan umumnya struktural. Berdasarkan letaknya, kurva bisa terjadi di cervical, thorakal, dan lumbal, atau kombinasi. Lokasi ini ditentukan dari sisi konveksitas kurva dan tinggi apex. Apex kurva adalah vertebra yang letaknya paling jauh dari garis tengah tulang belakang. Pada kurva cervical, apex ada di antara C1 – C6, kurva cervicothoracic apexnya antara C7 – T1, kurva thorakal apexnya antara T2 – T11, kurva thorakolumbal apexnya antara T12 – L1, kurva lumbal apexnya antara L2 – L4, dan kurva lumbosakral bila apexnya L5 ke bawah. Kurva mayor / kurva primer adalah kurva yang paling besar, dan biasanya struktural. Kurva ini umumnya terjadi pada skoliosis idiopatik terletak antara vertebra T4 - T12. Kurva kompensatori adalah kurva yang lebih kecil, bisa struktural maupun non-struktural. Kurva ini membuat bahu penderita sama tingginya. Kurva mayor double



jika sepadan besar dan keparahannya,



biasanya keduanya kurva struktural.



VII.



Manifestasi Klinis Skoliosis Gejala klinis yang dapat dijumpai pada penderita skoliosis adalah sebagai



berikut : 



Badan condong ke lateral flexion







Kepala tidak sejajar langsung dengan panggul







Salah satu bahu lebih tinggi dari yang lain



13







Terdapat penonjolan dari salah satu scapula







Payudara asimetris pada wanita







Salah satu pinggul lebih tinggi dari yang lain







Nyeri punggung







Kelelahan pada tulang belakang setelah duduk atau berdiri lama







Skoliosis yang berat (dengan kelengkungan yang lebih besar dari 60%) bisa menyebabkan gangguan pernafasan



VIII. Diagnosis Skoliosis 



Anamnesa : Skoliosis ringan biasanya tidak menimbulkan keluhan, mungkin hanya menimbulkan rasa pegal. Pada skoliosis sedang, penderita akan mengalami penurunan daya tahan dalam posisi duduk atau berdiri berlama-lama. Pada skoliosis berat akan menyebabkan lengkungnya tulang belakang yang berat, dapat disertai dengan kesulitan jalan, nyeri punggung, pinggang, paha, dan sesak (Skinner, 2003). Pada saat melakukan anamnesa pasien skoliosis, pertanyaan berikut sebaiknya ditanyakan.  “Pada umur berapa kelengkungan tulang belakang pertama kali terlihat?” (Penting untuk menentukan prognosis dan derajat keparahan skoliosis)  “Bagaimana keadaan ibunya ketika sedang mengandung dulu?” (apakah ada kelainan atau suatu masalah  ketika kehamilan dulu)  “Apakah pasien mengalami perkembangan yang normal?” (developmental milestone) (berjalan, berbicara)  “Apakah ada riwayat keluarga yang menderita Skoliosis atau masalah tulang belakang lainnya?” (karena 20 % akan mewarisi kelainan ini, bila dalam keluarganya ada yang menderita skoliosis)  “Apakah pasien mengalami nyeri punggung?”



14



(Biasanya Soliosis pada anak atau remaja tidak menimbulkan nyeri.Bila terdapat nyeri,pemerikan selanjutnya harus dilakukan untuk mengetahui adanya kelainan-kelainan yang lain.) 



Pemeriksaan fisik Inspeksi :



- Tulang belakang melengkung secara abnormal ke arah samping. - Badan miring ke salah satu sisi - Bahu kanan dan bahu kiri tidak simetris. - Scapula salah satu sisi lebih menonjol - Pinggang yang tidak simetris, salah satu pinggul lebih tinggi atau lebih menonjol daripada yang lain. - Ketika membungkuk ke depan, terlihat adanya rib hump dan dadanya tidak simetris. - Ketika memakai baju, perhatikan lipatan baju yang tak rata, batas celana yang tak sama panjang. - Untuk Skoliosis yg idiopatik kemungkinan terdapat kelainan yang mendasarinya, misalnya neurofibromatosis yang harus diperhatikan adalah bercak “café au lait” atau pasien tinggi dengan tungkai yang panjang mungkin mengalami Marfan’s syndrome sehingga harus diperiksa lebih lanjut, atau anak yang pendek dengan dwarfisme. Palpasi :  Pemeriksaan spesifik skoliosis : “The Adam’s Forward Bending test” Pemeriksaan dilakukan dengan melihat pasien dari belakang yaitu dengan menyuruhnya membungkuk 90° ke depan  dengan lengan menjuntai ke bawah dan telapak tangan berada pada lutut. Temuan abnormal berupa asimetri ketinggian iga (rib hump) atau otot-otot paravertebra pada satu sisi, menunjukan rotasi badan yang berkaitan dengan kurvatura lateral. Rib hump dapat diukur secara langsung dari tingginya atau dengan menggunakan scoliometer. Deformitas tulang iga dan asimetri garis pinggang tampak jelas pada



15



kelengkungan 30° atau lebih. Jika pasien dilihat dari depan asimetri payudara dan dinding dada mungkin terlihat. Tes ini sangat sederhana, namun hanya dapat mendeteksi kebengkokannya saja, tidak dapat menentukan secara tepat kelainan bentuk tulang belakang.



 Scoliometer Scoliometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur sudut kurvatura. Cara pengukurannya dilakukan dengan posisi pasien membungkuk, kemudian scoliometer diletakkan pada apeks kurva, biarkan skoliometer tanpa ditekan, kemudian baca angka derajat kurva.



16



 Plumb line test : Tes ini dilakukan dengan menjatuhkan plumb line dari vertebra C7. Pada orang normal, ujung plumb line akan jatuh di gluteal cleft, sedangkan pada penderita skoliosis akan terjadi pergeseran ke kanan atau ke kiri dari gluteal cleft.







Pemeriksaan penunjang Foto x-ray AP dan lateral yang mencakup seluruh tulang belakang dengan posisi berdiri bila memungkinkan. Apabila ada masalah neuromuskular yang membuat pasien tidak dapat berdiri, foto dapat diambil dalam keadaan duduk (Skinner, 2003). Kurva pada foto x-ray diukur dengan menggunakan metode Cobb. Metode ini digunakan untuk mengukur sudut kelengkungan dari tulang belakang . Mengukur sudut Cobb dilakukan dengan menggambar garis tegak lurus dari lempeng ujung superior dari vertebra paling atas pada lengkungan. Dan garis tegak lurus dari lempeng akhir inferior vertebra paling bawah dari lengkungan. Perpotongan dari kedua garis ini membentuk suatu sudut yang diukur.



17



IX. 



Penatalaksanaan Skoliosis Terapi konservatif (Skinner,2003) 1. Skoliosis ringan ( < 10o ) hanya dilakukan observasi, kecuali pada pasien dengan usia sangat muda dengan skoliosis neuromuskular dan mempunyai risiko tinggi progresivitas kurva. 2. Skoliosis ringan ( < 20o ) dapat diatasi secara konservatif. 3. Skoliosis dengan derajat kurva > 20o pada pasien dengan skeletal yang belum matur memerlukan penggunaan alat penyangga. 4. Ada beberapa macam penyangga yang dapat digunakan untuk terapi skoliosis. a. Milwaukee brace (cervical – thoracic – lumbar - sacral orthosis) Alat ini dapat digunakan untuk hampir semua kurvatura. Alat ini tidak hanya mempertahankan tulang belakang dalam posisi lurus, tetapi juga mendorong pasien agar menggunakan otot-ototnya sendiri untuk menyokong dan mempertahankan proses perbaikan tersebut. Penyangga harus dipakai 16 - 23 jam sehari. Alat penyangga ini harus terus digunakan sampai ada bukti objektif yang nyata akan adanya kematangan rangka dan



18



berhentinya



pertumbuhan



tulang



belakang



selanjutnya



(Skinner,2003).



b. Boston brace ( thoracic – lumbal – sacral orthosis ) Suatu penyangga yang memberikan sokongan lumbal atau torakolumbal yang rendah (terbatas untuk skoliosis dengan apex di vertebra T8 ke bawah). Penyangga ini digunakan selama 16-23 jam sehari sampai skeletal penderita matur. Terapi ini bertujuan untuk mencegah dan memperbaiki deformitas yang tidak dikehendaki oleh pasien (Skinner,2003).



c. Charleston night bending brace Alat ini hanya digunakan pada waktu malam (saat tidur) kurang lebih 8 jam per malam. Alat ini akan memberikan tahanan



19



dan menekuk penderita ke arah yang berlawanan dengan kurvatura (Skinner,2003).



Fisioterapi Pada pasien skoliosis, perlu dilakukan fisioterapi yang meliputi terapi modalitas dan terapi latihan. Penangganan skoliosis dengan latihan pada prinsipnya harus mengandung 3 unsur DEF yaitu Derotasi, Elongasi dan Fleksibilitas. Tujuan latihan ini adalah menguatkan otot stabilisator trunk, dan secara aktif mengurangi / mengoreksi kurva dan deformitas lain yang menyertai. Otot yang perlu dilatih ialah otot abdominal, otot thoracic, lumbar extensor, dan hip extensor. Selain itu, juga dilakukan elongasi spine dengan cara bergantung pada stall bars atau dengan memakai invertion traction. Terapi latihan yang dilakukan juga meliputi latihan peregangan sisi concave, latihan elongasi trunk, latihan peregangan otot leher, bahu atau hip, latihan penguatan otot sisi convex, latihan deep breathing untuk meningkatkan fungsi paru, dan latihan derotasi trunk dan lateral fleksi trunk. Pasien juga harus dilatih terapi postural untuk melakukan postur tubuh yang benar saat berdiri, duduk, tidur. Kemudian, dapat dilakukan intervensi massage untuk merelaksasi otot dan mengurangi nyeri. Terapi modalitas yang dapat diberikan, seperti traksi dan elektrostimulasi. Elektro Stimulasi diberikan dengan stimulasi intermittent di sisi convex scoliosis pada paraspinal muscles dan / atau midaxillary line. Keberhasilan pemakaian elektro stimulasi untuk mengoreksi skoliosis ringan – sedang  mencapai 80 % termasuk mengurangi resiko operasi.  20



Muscle Exercise



Stall Bar Stretch







Medikamentosa : analgesik untuk mengurangi nyeri bila perlu







Terapi operasi (pembedahan) Terapi pembedahan dilakukan bila sudut kurva lebih dari 40 o karena sudut yang terlalu besar sulit untuk dikontrol dengan alat penyangga (brace) karena tekanan yang diberikan untuk koreksi harus lebih besar. Selain itu, sudut kurva yang besar mempunyai risiko untuk mengalami progresivitas, bahkan pada pasien dewasa. Terapi pembedahan dilakukan ketika terapi konservatif tidak memungkinkan atau gagal (Skinner,2003).



a. Harringtod rod Pada terapi pembedahan, biasanya dilakukan penanaman Harrington rod. Harrington rod adalah satu atau sepasang batangan logam untuk meluruskan atau menstabilkan tulang belakang dengan fiksasi internal. Peralatan yang kaku ini terdiri dari pengait yang terpasang pada daerah mendatar pada kedua sisi tulang vertebrata yang letaknya di atas dan di



21



bawah lengkungan tulang belakang. Keuntungan utama dari penggunaan Harrington rod adalah dapat mengurangi kelengkungan tulang belakang ke arah



samping



(lateral),



pemasangannya



relatif



sederhana



dan



komplikasinya rendah. Kerugian utamanya adalah setelah pembedahan memerlukan pemasangan gips yang lama. Seperti pemasangan  pada spinal lainnya , Harrington rod tidak dapat dipasang pada penderita osteoporosis yang signifikan.



b. Cotrel-Dubousset system Terapi pembedahan lain yang dapat dilakukan adalah CotrelDubousset system. Cotrell-Dubousset meliputi pemasangan beberapa batangan dan pengait untuk menarik, menekan, menderotasi tulang belakang. Alat ini dipasang melintang antara kedua batangan untuk menjaga tulang belakang lebih stabil.



22



X.



Komplikasi Skoliosis Penderita skoliosis perlu mendapatkan perawatan sedini mungkin. Tanpa perawatan, tulang belakang menjadi semakin bengkok dan menimbulkan berbagai komplikasi seperti :



1. Kerusakan paru-paru dan jantung. Komplikasi ini dapat terjadi jika tulang belakang membengkok melebihi 60 derajat. Tulang rusuk akan menekan paru-paru dan jantung, menyebabkan penderita sukar  bernafas dan cepat capai. Jantung juga akan mengalami kesukaran memompa darah. Dalam keadaan ini, penderita lebih mudah mengalami penyakit paru-paru dan pneumonia. 2. Sakit tulang belakang. Semua penderita, baik dewasa atau kanak-kanak, berisiko tinggi mengalami masalah sakit tulang belakang kronik. Jika tidak dirawat, penderita mungkin akan menghidap masalah sakit sendi. Tulang belakang juga mengalami lebih banyak masalah apabila penderita berumur 50 atau 60 tahun. 3. Terjepitnya saraf-saraf disepanjang ruas tulang belakang. Hal ini dapat mengakibatkan kelumpuhan. XI.



Prognosis Skoliosis Umumnya, prognosis dari skoliosis bergantung pada kecenderungan progresivitas kurva. Pasien dengan sudut kurva lebih besar mempunyai risiko progresif lebih tinggi dibandingkan dengan sudut kurva yang lebih kecil. Juga, pasien dengan kurva di vertebra thoracalis dan kurva primer dobel mempunyai risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan kurva tunggal di daerah lumbal. Selain itu, pasien yang belum mencapai maturitas skeletal juga mempunyai risiko progresif yang lebih tinggi. Kurva dengan sudut yang kecil dan tidak progresif mungkin dapat menyebabkan deformitas minor, tetapi biasanya masih dapat ditoleransi dengan baik oleh penderita selama hidupnya. Penderita harus diedukasi mengenai kemungkinan genetik dari skoliosis, sehingga sebaiknya anak-



23



anak penderita diperiksa secara rutin. Deteksi awal memungkinkan terapi yang sederhana, seperti penggunaan alat penyangga bila diperlukan (Hay, 2012).



24



BAB III KESIMPULAN 1. Skoliosis adalah kelainan bentuk tulang belakang yang melengkung abnormal ke lateral, biasanya disertai dengan adanya rotasi dari vertebra yang terlibat, yang dapat terjadi pada daerah thorakal, lumbal, dan jarang pada daerah cervical. 2. Penyebab skoliosis dapat idiopatik, neuromuskular, kongenital, berkaitan dengan sindroma genetik, faktor degeneratif, dan kompensasi. 3. Klasifikasi skoliosis ada 2, yaitu struktural dan non-struktural. 4. Penatalaksanaan skoliosis meliputi observasi, terapi konservatif ( brace, fisioterapi, dan medikamentosa), serta terapi pembedahan.



25



DAFTAR PUSTAKA 1. Behrman, Richard E.,Kliegman,Robert M., Jenson,Hal B. 2004. Nelson Textbook of Pediatrics 17th edition.USA : Saunders. 2. Hay, William W., Levin, Myron J., Deterding, Robin R., Abzug, Mark J., Sondheimer, Judith M. 2012. Current Diagnosis & Treatmen in Pediatrics 21st edition. USA : McGraw-Hill. 3. Skinner, Harry B. 2003. Current Diagnosis & Treatment in Orthopedics 3rd edition. USA : Appleton & Lange. 4. Apley GA, Solomon L. Buku Ajar : Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley . Edisi 7. Jakarta : Widya Medika, 1995. p.84-91. 5. Snell RS. Anatomi Klinik. Edisi 6. Jakarta : EGC, 2006. p: 880-914. 6. Medicinet Reference [Internet] Scoliosis. [Last Update April 26, 2015] Available From : http://www.medicinenet.com/scoliosis/page4.htm.Accessed on July, 2017. 7. Mayo Clinic Reference [Internet] Scoliosis. [Last Update Feb. 3, 2016 ] Available From : http://www.mayoclinic.com/health/scoliosis/DS00194/DSECTION. Accessed on July, 2017. 8. SRS Reference [Internet] Scoliosis. Available From : http://www.srs.org/patient_and_family/scoliosis/idiopathic/adults/adult_s pinal_deformity/treatment_options.htm. Accessed on July, 2017. 9. The free dictionary Reference [Internet] Scoliosis. Available From : http://medicaldictionary.thefreedictionary.com/Idiopathic+adult+scoliosis . Accessed on July, 2017 10. Espine Reference [Internet] Adult Idiopathic Scoliosis . Available From: http://espine.com/scoliosis/adult-idiopathic-scoliosis/. Accessed on July, 2017



26



11. Parkviewspine Reference [Internet] Adult Idiopathic Scoliosis. Available From : http://parkviewspine.com/patient-education/adult-idiopathic-scoliosis/. Accessed on July, 2017. 12. NHS Reference [Internet] Scoliosis. [Last Update Feb. 19, 2016] Available From : http://www.nhs.uk/Conditions/Scoliosis/Pages/Complications.aspx. Accessed on July, 2017. 13. Medscape Reference [Internet] Scoliosis. Available From : http://emedicine.medscape.com/article/1265794-overview#a0104. Accessed on July, 2017.



27