Tinjauan Pustaka Skoliosis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB 1 PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Tulang belakang atau columna vertebralis terletak ditengah bagian belakang dari tubuh. Merupakan bagian yang penting dari tubuh dan mempunyai banyak fungsi. Tulang belakang sangat diperlukan untuk membentuk struktur tubuh, fleksibilitas, penyangga dan pergerakan tubuh. Selain itu, tulang belakang berfungsi sebagai tempat melekatnya otot-otot punggung dan costa posterior. Tulang belakang juga menutupi dan membantu melindungi spinal cord (Balinger, 2003). Berdasarkan gambaran radiologi, columna vertebralis tidak sepenuhnya lurus. Ketika dilihat dari arah samping cenderung melengkung ke antero-posterior dan membentuk “S”. Bentukan tersebut adalah normal dan membantu aktivitas seharihari dengan menjaga keseimbangan dan fleksibilitas. Bentuk curve tersebut juga membantu menyangga beban tubuh dari pengaruh aktivitas seperti berlari dan melompat. Berdasarkan National Scoliosis Foundation, 2%-3% populasi memiliki bentuk tulang belakang yang tidak normal yang disebut Skoliosis (Anderson, 2007). Di setiap negara diperkirakan kira-kira 3% penduduk mengalami skoliosis dan cenderung diderita perempuan daripada laki-laki dengan perbandingan antara 3:1 (Jamaludin, 2006). Menurut ahli orthopedic dan rematologi RSU Dr Soetomo Surabaya, Dr Ketut Martiana Sp.Ort.(K), 4,1% dari 2000 anak SD hingga SMP di Surabaya, setelah diteliti ternyata mengalami tulang bengkok. Hasil rongten sebagai bentuk pemeriksaan lanjutan diketahui yang kebengkokanya mencapai 10 derajat sebanyak 1,8%, sedangkan yang lebih dari 10 derajat sebanyak 1% (Parjoto, 2007). Seringkali seseorang dengan skoliosis telah mengalami kondisi ini sejak masa kanak-kanak, namun karena skoliosis berkembang sangat cepat, kebanyakan kasus skoliosis tidak terdiagnosa sampai usia 10-14 tahun (Suyono, 2001). Skoliosis merupakan kelainan tulang belakang dimana tulang belakang mengalami pembengkokan ke arah samping (lateral curvature) membentuk huruf „S‟ atau



„C‟,



dapat



dilihat



ketika



kelengkungannya



semakin



parah



dan



juga



mengakibatkan ketidaknyamanan (Suyono, 2001). Tulang belakang mempunyai lekukan-lekukan yang normal ketika dilihat dari samping, namun ia harus Nampak lurus ketika dilihat dari depan. Hal itu dapat disertai kifosis tulang belakang (kifoskoliosis) atau lordosis (lordoskoliosis) (Tirza, 2010). 1



Deteksi dini terhadap gejala dan tanda Skoliosis merupakan awal prognosa yang baik terhadap kelanjutan terapi. Penatalaksanaan yang utama pada Skoliosis adalah non bedah yaitu dengan dilakukan fisioterapi baik dengan modalitas maupun terapi latihan. Prinsip terapi latihan pada Skoliosis adalah untuk mengembalikan mobilitas sendi, memutar balik dari rotasi deformitas vertebra, meregangkan otot yang kontraktur dan meningkatkan kekuatan otot. Selain itu, dilakukan pemeriksaan fisis dan radiologi tiap 3-6 bulan, untuk progressive type maka penggunaan gips atau brace (salah satu ortesa) merupakan pilihan meskipun tidak bisa mengembalikan dengan sempurna (Yohanes, 2009). Penanganan secara rehabilitasi medik masih bisa dilakukan bila lengkung curvaturenya dibawah 400, bila lebih dari itu harus dilakukan pembedahan. Jika kelengkungannya sudah menjadi sangat parah akhirnya dapat menganggu fungsi pernapasan dan jantung. Juga dapat merusak persendian tulang belakang serta rasa sakit di masa tua. Sehingga pembedahan adalah pilihan terapi yang utama untuk mengatasi hal tersebut (Yohanes, 2009).



1.2 Rumusan Masalah 1. Apa pengertian skoliosis? 2. Apa saja penyebab dan faktor resiko terjadinya skoliosis? 3. Bagaimana prevalensi skoliosis di dunia? 4. Apa saja klasifikasi skoliosis? 5. Bagaimana patofisiologi terjadinya skoliosis? 6. Apa saja gejala dan tanda dari skoliosis? 7. Bagaimana cara mendiagnosa skoliosis (pemeriksaan spesifik)? 8. Apa saja terapi skoliosis berdasarkan ilmu kedokteran fisik dan rehabilitasi? 9. Apa saja komplikasi dari skoliosis? 10. Bagaimana prognosis skoliosis berdasarkan derajat keparahan lengkung curvature dan terapi dini?



1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui penatalaksanaan skoliosis berdasarkan Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi secara komprehensive. 2



1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui pengertian skoliosis 2. Mengetahui penyebab dan faktor resiko skoliosis 3. Mengetahui prevalensi skoliosis 4. Mengetahui klasifikasi skoliosis 5. Mengetahui patofisiologi skoliosis 6. Mengetahui gejala dan tanda skoliosis 7. Mengetahui cara mendiagnosa skoliosis terutama pemeriksaan spesifik 8. Mengetahui penatalaksanaan skoliosis berdasarkan rehabilitasi medik 9. Mengetahui komplikasi skoliosis yang tidak diterapi dini 10. Mengetahui prognosis skoliosis berdasar derajat keparahan lengkung curvature dan terapi



3



BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA



2.1



Anatomi Vertebra Tubuh bagian belakang terdiri dari ruas-ruas yang disebut vertebrae. Masing-



masing dari keempat vertebrae (cervical, thoracal, lumbal dan sacral) memiliki lengkung curvature tersendiri bila dilihat dari lateral. Columna vertebrae bentuknya tidak lurus seperti tiang, tetapi terdapat pembengkokan-pembengkokan. Pada Gambar 1, tampak tulang belakang dalam posisi lateral dan menunjukkan primer normal dan kompensasi kurva tulang belakang. Poin A mewakili daerah cervical dan menunjukkan sedikit lordotic. Poin B mewakili thoracal dan menunjukkan kyphotyc normal. Poin C merupakan daerah pinggang dan poin D merupakan daerah sacral atau panggul yang masing-masing menunjukkan masing-masing kurva normalnya (Anderson, 2007).



Gambar 1. Posisi lateral tulang belakang 4



Bentuk columna vertebralis tidak lurus, di beberapa tempat membentuk lengkungan, yaitu: • Lordosis cervikalis : melengkung ke anterior didaerah cervical • Kyphosis torakalis : melengkung ke dorsal didaerah torakal • Lordosis lumbalis : melengkung ke anterior daerah lumbal • Kyphosis sacralis : melengkung ke daerah sacral Apabila kita lihat sebelah lateral, columna vertebralis itu berbentuk huruf “S”. Lordosis : pembengkokan ke arah anterior Kyphosis : pembengkokan ke arah posterior



lordosis kyphosis



Apabila columna vertebralis kita lihat dari sebelah posterior, tampak juga tidak lurus. Terjadi juga pembengkokan meskipun hanya sedikit. Pembengkokan itu disebut skoliosis (tampak pada gambar 2). Skoliosis merupakan pembengkokan vertebrae ke arah lateral. Ini terjadi karena penggunaan badan yang tidak simetris antara dextra dan sinistra (Anderson, 2007).



Gambar 2 Normal spine dan Scoliotic spine



2.2



Definisi Skoliosis Skoliosis berasal dari bahasa Yunani yang berarti “lengkungan” dan



mengandung arti suatu kondisi patologik. Vertebra servikal, torakal, dan lumbal membentuk columna vertikal dengan pusat vertebra berada pada garis tengah. Skoliosis adalah deformitas tulang belakang yang menggambarkan deviasi vertebra ke arah lateral dan rotasional. Bentuk skoliosis yang paling sering dijumpai adalah deformitas tripanal dengan komponen lateral, anterior posterior dan rotasional (Satria, 2011). 5



Skoliosis merupakan kelainan tulang belakang dimana tulang belakang mengalami pembengkokan ke arah samping (lateral curvature) membentuk huruf „S‟ atau



„C‟,



dapat



dilihat



ketika



kelengkungannya



semakin



parah



dan



juga



mengakibatkan ketidaknyamanan (Suyono, 2001). Skoliosis adalah suatu kelainan kelengkungan



tulang



belakang



atau



spinal



curvature



yang



terdiri



dari



kelengkungan kearah lateral yang disertai dengan pemutaran atau rotasi dari tulang belakang (Tirza, 2010).



2.3



Epidemiologi Angka kejadian Skoliosis adalah kira-kira dua kali lebih sering pada



perempuan daripada laki-laki. Hal ini dapat dilihat pada semua umur, namun sering terlihat pada usia lebih dari 10 tahun. Seringkali seseorang dengan Skoliosis telah mengalami kondisi ini sejak



masa



kanak-kanak, namun



karena



Skoliosis



berkembang sangat cepat, kebanyakan kasus skoliosis tidak terdiagnosa sampai usia 10-14 tahun (Suyono, 2001). Menurut ahli Orthopedic dan Rematologi RSUD dr. Soetomo Surabaya, dr. Ketut Martiana, Sp.Ort (K), 4,1% dari 2000 anak SD hingga SMP di Surabaya, setelah diteliti ternyata mengalami tulang bengkok. Hasil foto rontgen sebagai bentuk pemeriksaan lanjutan diketahui yang kebengkokannya mencapai 100 sebanyak 1,8%, sedangkan yang lebih dari 100 sebanyak 1% (Parjoto, 2007).



2.4



Etiologi Walaupun penyebab skoliosis adalah idiopatik, namun beberapa perbedaan



teori yang menunjukkan penyebabnya yaitu seperti faktor genetik, hormonal, abnormalitas pertumbuhan, gangguan biomekanik dan neuromuscular tulang, otot dan jaringan fibrosa (Soultanis K, 2008). 



Faktor genetik Dilaporkan bahwa adanya peningkatan insiden pada keluarga pasien dengan



skoliosis idiopatik dibandingkan dengan pasien yang tidak mempunyai riwayat keluarga dengan skoliosis. 



Faktor hormonal Defisiensi melatonin menjadi salah satu penyebab skoliosis. Sekresi melatonin



pada malam hari menyebabkan penurunan progresivitas skoliosis dibandingkan dengan pasien tanpa progresivitas. Hormon pertumbuhan juga diduga mempunyai 6



peranan pada perkembangan skoliosis. Kecepatan progresivitas skoliosis pada umumnya dilaporkan pada pasien dengan gangguan hormone pertumbuhan. 



Perkembangan spinal dan teori biomekanik Abnormalitas dari mekanisme pertumbuhan spinal juga menunjukkan



penyebab dari perkembangan dan progresivitas skoliosis. Dimana dihubungkan dengan waktu kecepatan pertumbuhan pada remaja. 



Abnormalitas jaringan Beberapa teori menyatakan bahwa komponen struktural pada komponen



tulang belakang (otot, tulang, ligamentum dan atau discus) bila terdapat kelainan maka bisa menjadi penyebab skoliosis. Beberapa teori didasari atas observasi pada kondisi seperti Marfan syndrome (gangguan fibrillin), duchenne muscular dystrophy (gangguan otot) dan displasia fibrosa pada tulang.



2.5



Faktor Resiko Ada beberapa hal yang termasuk dalam faktor resiko yang mengakibatkan



terjadinya skoliosis, yaitu (Anderson, 2007): a. Jenis kelamin : Lengkung curvature tulang belakang pada anak perempuan progresivitasnya cenderung cepat memburuk daripada anak laki-laki. b. Usia : Semakin muda usia munculnya skoliosis, semakin besar kemungkinannya menjadi lebih parah lengkung curvaturenya. c. Sudut kurva : Semakin besar sudut, semakin besar kemungkinan akan memburuk keadaan tulang belakangnya. d. Lokasi



:



Skoliosis di



tulang



belakang



bagian



atas



lebih



besar



kemungkinannya menjadi buruk daripada skoliosis di tulang belakang bagian bawah. Resiko tinggi perkembangan lengkung curvature dikaitkan dengan jenis kelamin, pola kurva (toraks kanan dan kurva ganda pada anak perempuan dan kurva lumbal pada anak laki-laki), waktu terjadinya (anak perempuan sebelum menstruasi), usia (waktu percepatan pubertas) dan lengkung kurvanya (>30 derajat), disisi lain kurva toraks kiri menunjukkan kecenderungan lemah untuk mengalami perbaikan (Soultanis K, 2008).



7



2.6



Klasifikasi Deskripsi kurva skoliosis yaitu : a. Arah skoliosis ditentukan berdasarkan letak apexnya. b. Kurva mayor/kurva primer adalah kurva yang paling besar, dan biasanya struktural. Umumnya pada skoliosis idiopatik terletak antara T4 s/d T12 c. Kurva kompensatori adalah kurva yang lebih kecil, bisa kurva struktural maupun non struktural. Kurva ini membuat bahu penderita sama tingginya. d. Kurva mayor double, disebut demikian jika sepadan besar e. Apex kurva adalah vertebra yang letaknya paling jauh dari garis tengah tulang belakang (Sariani S, 2013).



Adapun klasifikasi dari derajat kurva skoliosis : a. Skoliosis ringan : kurva kurang dari 20º b. Skoliosis sedang : kurva 20º – 40º/50º. Mulai terjadi perubahan struktural vertebra dan costa. c. Skoliosis berat : lebih dari 40º /50º. Berkaitan dengan rotasi vertebra yang lebih besar, sering disertai nyeri, penyakit sendi degeneratif, dan pada sudut lebih dari 60º - 70º terjadi gangguan fungsi kardiopulmonal bahkan menurunnya harapan hidup (Tirza,2010)



Menurut bentuknya dapat diklasifikasikan menjadi : a. Kurva C : umumnya di thoracolumbal, tidak terkompensasi, kemungkinan karena posisi asimetri dalam waktu lama, kelemahan otot, atau sitting balance yang tidak baik. b. Kurva S : lebih sering terjadi pada skoliosis idiopati, di thoracal kanan dan lumbal kiri, umumnya structural (Suriani S, 2013).



Skoliosis pada klasifikasi berdasarkan usia penderita terdiri atas tipe; Infantile terjadi pada usia 0 hingga 3 tahun, Juvenile muncul di antara usia 4 hingga 9 tahun, dan Adolescent kelainannya muncul di antara usia 10 tahun hingga akhir masa pertumbuhan tulang (16-17 tahun). Sebab-sebab pembengkokan (skoliosis) belum seluruhnya diketahui (Soultanis K, 2008).



8



a. Nonstruktural Skoliosis tipe ini bersifat reversibel (dapat dikembalikan ke bentuk semula) dan tanpa perputaran (rotasi) dari tulang belakang a. Skoliosis postural : disebabkan oleh kebiasaan postur tubuh yang buruk b. Spasme otot dan rasa nyeri yang dapat berupa:  Nyeri pada spinal nerve roots



:



skoliosis skiarik



 Nyeri pada tulang belakang



:



dapat



disebabkan



oleh



:



dapat



disebabkan



oleh



inflamasi atau keganasan  Nyeri pada abdomen apendisitis c. Perbedaan panjang antara tungkai bawah  Actual shortening  Apparent shortening 



Kontraktur adduksi pada sisi tungkai yang lebih pendek







Kontraktur abduksi pada sisi tungkai yang lebih panjang



b. Struktural Skoliosis tipe ini bersifat irreversibel dan dengan rotasi dari tulang belakang a) Idiopatik (tidak diketahui penyebabnya) : 80% dari seluruh skoliosis  Bayi



: dari lahir-3 tahun



 Anak-anak



: 4-9 tahun



 Remaja



: 10-19 tahun (akhir masa pertumbuhan)



 Dewasa



: > 19 tahun



b) Osteopatik  Kongenital (didapat sejak lahir) 



Terlokalisasi :  Kegagalan



pembentukan



tulang



belakang



(hemivertebrae)  Kegagalan segmentasi tulang belakang (unilateral bonny bar) 



General  Osteogenesis imperfecta  Arachnodactily



9



 Didapat 



Fraktur dislokasi dari tulang belakang, trauma







Rickets dan Osteomalasia







Emfisema, Thoracoplasty



c) Neuropatik  Congenital 



Spina bifida







Neurofibromatosis



 Didapat 



Poliomielitis







Paraplegia







Cerebral palsy







Friedreich‟s ataxia







Syringomielia



Sedangkan menurut letaknya, dapat diklasifikasikan menjadi thoracal, lumbal, atau kombinasi (Sabatini, 2002) .



Gambar 3. Skoliosis berdasarkan letak vertebraenya.



2.7.



Patofisiologi Skoliosis diakibatkan salah satunya dari posisi tubuh yang salah misalnya



duduk dengan berulang-ulang, punggung terlalu membungkuk, kepala terlalu terangkat, menyandarkan tubuh pada posisi yang salah pada satu sisi tubuh, maka hal tersebut kerja otot tidak akan pernah seimbang. Sikap tubuh yang tidak natural atau tidak baik bisa disebabkan oleh berbagai faktor antara lain peralatan kerja,



10



lingkungan kerja, jenis pekerjaan atau ketidaktahuan seseorang tentang sikap tubuh yang optimal baik dalam pengertian statis maupun dinamis (Suriani S, 2013). Skoliosis merupakan kelainan postur dimana sekilas penderita tidak mengeluh sakit atau yang lain, tetapi suatu saat dalam posisi yang dibutuhkan suatu kesiapan tubuh membawa beban tubuh misalnya berdiri, duduk dalam waktu yang lama maka kerja otot tidak akan pernah seimbang. Hal ini akan mengakibatkan suatu mekanisme proteksi dari otot-otot tulang belakang untuk menjaga keseimbangan, manifestasinya yang terjadi justru overuse pada salah satu sisi otot yang dalam waktu terus menerus dan hal yang sama terjadi ketidak seimbangan postur tubuh ke salah satu sisi tubuh. Jika hal ini berlangsung terus-menerus pada sistem musculoskeletal tulang belakang akan mengalami bermacam-macam keluhan antara lain nyeri otot, keterbatasan gerak, dari tulang belakang, back pain, kontraktur otot, dan menumpuknya masalah yang lebih serius seperti gangguan pada sistem pernapasan, sistem pencernaan dan system kardiovaskuler (Suyono, 2001). Pembengkokan yang disebabkan karena salah sikap terjadi pada masa anakanak antara umur 6-17 tahun dan dapat disebabkan karena kebiasaan yang salah, terutama dalam sikap duduk di sekolah. Ketegangan otot pada vertebra salah satu sisi dapat meningkatkan derajat lengkungan ke arah lateral atau skoliosis (Suriani S, 2013).



2.8 Sign dan Symptom Berikut ini merupakan gejala-gejala klinis yang dapat dijumpai pada penderita skoliosis : a.



Badan condong ke lateral flexion



b.



Salah satu bahunya lebih tinggi dari yang lain



c.



Salah satu hip lebih tinggi dari yang lain



d.



Terdapat penonjolan salah satu scapula (shoulder blade)



e.



Payudara yang asimetris pada wanita



f.



Rib cage menonjol di satu sisi



g.



Kepala tidak sejajar langsung dengan panggul (Harjono, 2005).



2.9 Diagnosa  Anamnesa Pertanyaan yang sebaiknya ditanyakan pada pasien antara lain : 11







“Pada umur berapa kelengkungan tulang belakang pertama kali terlihat?”



(Penting untuk menentukan prognosis dan derajat keparahan skoliosis) 



“Bagaimana keadaan ibunya ketika sedang mengandung dulu?”



(apakah ada kelainan atau suatu masalah ketika kehamilan dulu) 



“Apakah pasien mengalami perkembangan yang normal?”



(berjalan, berbicara) 



“Apakah ada riwayat keluarga yang menderita skoliosis atau masalah tulang belakang lainnya?”



(karena 20 % akan mewarisi kelainan ini, bila dalam keluarganya ada yang menderita skoliosis) 



“Apakah pasien mengalami nyeri punggung?”



(Biasanya skoliosis pada anak atau remaja tidak menimbulkan nyeri. Bila terdapat nyeri, pemeriksaan selanjutnya harus dilakukan untuk mengetahui adanya kelainankelainan yang lain.) 



Pemeriksaan Fisik  Inspeksi



Terdapat ciri- ciri penting, yaitu : 1. Tulang belakang melengkung secara abnormal ke arah samping. 2. Bahu kanan dan bahu kiri tidak simetris. Salah satu bahu ada yang letaknya lebih tinggi. 3. Pinggang yang tidak simetris, salah satu pinggul lebih tinggi atau lebih menonjol daripada yang lain. 4. Ketika membungkuk ke depan, terlihat dadanya tidak simetris. 5. Badan miring ke salah satu sisi, paha kirinya lebih tinggi daripada paha kanan . 6. Ketika memakai baju, perhatikan lipatan baju yang tak rata, batas celana yang tak sama panjang. 7. Untuk skoliosis yang Idiopatik kemungkinan terdapat kelainan yang mendasarinya, misalnya neurofibromatosis yang harus diperhatikan adalah



bercak



“café



au



lait”



atau



Spina



Bifida



yang



harus



memperhatikan tanda hairy patches (sekelompok rambut yg tumbuh di daerah pinggang). 8. Pasien berjalan dengan kedua kaki lebar. 9. Perut menonjol. 12



10. Sedangkan pada kasus yang berat dapat menyebabkan :











Kepala agak menunduk ke depan







Punggung lurus dan tidak mobile







Pangggul yang tidak sama tinggi



Palpasi



Pada palpasi dapat kita raba apakah terdapat krepitasi, adanya tandatanda inflamasi dan ada tidaknya gibus. 



Pemeriksaan Penunjang



X-RayProyeksi Foto polos : Harus diambil dengan posterior dan lateral penuh terhadap tulang belakang dan krista iliaka dengan posisi tegak, untuk menilai derajat kurva dengan metode Cobb dan menilai maturitas skeletal dengan metode Risser. Kurva structural akan memperlihatkan rotasi vertebra ; pada proyeksi posterior-anterior, vertebra yang mengarah ke puncak prosessus spinosus menyimpang kegaris tengah; ujung atas dan bawah kurva diidentifikasi sewaktu tingkat simetri vertebra diperoleh kembali (Anderson, 2007).



Gambar 4. Rontgen skoliosis 



Pemeriksaan Spesifik a. “The Adam’s Forward Bending test” Pemeriksaan dilakukan dengan melihat pasien dari belakang yaitu dengan menyuruhnya membungkuk 90° ke depan dengan lengan menjuntai 13



ke bawah dan telapak tangan berada pada lutut.. Temuan abnormal berupa asimetri ketinggian iga atau otot-otot paravertebra pada satu sisi, menunjukan rotasi badan yang berkaitan dengan kurvatura lateral. Skoliosis torakalis kanan akan menunjukkan lengkung konveks ke kiri pada daerah torak yang merupakan tipe kurva idiopatik yang umum. Deformitas tulang iga dan asimetri garis pinggang tampak jelas pada kelengkungan 30° atau lebih. Jika pasien dilihat dari depan asimetri payudara dan dinding dada mungkin terlihat. Tes ini sangat sederhana, hanya dapat mendeteksi kebengkokannya saja tetapi tidak dapat menentukan secara tepat kelainan bentuk tulang belakang. Pemeriksaan neurologis (saraf) dilakukan untuk menilai kekuatan, sensasi atau reflex (Yohanes, 2009).



Gambar 5 The Adam‟s Forward Bending test



b. Metode Cobb Test ini digunakan untuk mengukur sudut kelengkungan dari tulang belakang . Caranya: -



Mengukur sudut Cobb dengan menggambar garis tegak lurus dari lempeng



ujung superior dari vertebra paling atas pada lengkungan (mengukur dari puncak T9) -



Dan garis tegak lurus dari lempeng akhir inferior vertebra paling bawah dari



lengkungan (mengukur dari alas L3 ) -



Perpotongan dari kedua garis ini membentuk suatu sudut yang diukur.



14



Gambar 6. Metode Cobb



c. Scoliometer (inclinometer) Scoliometer (inclinometer) adalah sebuah alat untuk mengukur sudut kurva pada tulang belakang pada procesus spinosus yang asimetris (Gordon,et.al, 2008). Cara pengukuran dengan inclinometer dilakukan pada pasien dengan posisi membungkuk, kemudian atur posisi pasien karena posisi ini akan berubah-ubah tergantung pada lokasi kurvatura scoliosis, sebagai contoh kurva dibawah vertebra lumbal akan membutuhkan posisi membungkuk lebih jauh dibanding kurvapada thorokal.Kemudian letakkan inclinometer pada apeks kurva, biarkan inclinometer tanpa ditekan, kemudian baca angka derajat kurva. Pada screening, pengukuran ini signifikan apabila hasil yang diperoleh labih besar dari 5 derajat, hal ini biasanya menunjukkan derajat adanya rib hump. Ini disebabkan karna adanya rotasi pada daerah vertebra thorakal, dan ini juga dapat menunjukan kelengkungan vertebra. Perlu dicatat hal ini hanya menunjukan adanya kelainan pada spine akan tetapi tidak menunjukan tingkat keparahan dan deformitas tersebut (Gordon, 2008).



15



Gambar 7. Scoliometer/Inclinometer



2.10 Terapi Jenis terapi yang dibutuhkan untuk skoliosis tergantung pada banyak faktor. Sebelum menentukan jenis terapi yang digunakan, dilakukan observasi terlebih dahulu. Terapi disesuaikan dengan etiologi, umur skeletal, besarnya lengkungan, dan ada tidaknya progresivitas dari deformitas. Keberhasilan terapi sebagian tergantung pada deteksi dini dari skoliosis. Fisioterapi 1. Modalitas Fisik misalnya Cotrel traction



Gambar 8. Cotrel traction 16



2. Terapi Latihan



Prinsip terapi latihan pada skoliosis adalah: o Mengembangkan mobilitas sendi-sendi yang telah hilang o Meregangkan otot yang kontraktur o Meningkatkan kekuatan otot o Memutar balik dari rotasi deformitas vertebra o Mengembangkan muscular seluruh badan supaya mampu memelihara curve yang telah dikoreksi o Memelihara keseimbangan dan keindahan sikap yang telah dikoreksi semaksimal mungkin o Membuat kompensasi apabila koreksi tidak mungkin Latihan peregangan sisi concave, Latihan elongasi trunk Latihan peregangan otot leher, bahu atau hip, Latihan penguatan otot sisi convex, Latihan deep breathing untuk meningkatkan fungsi paru, dapat dilakukan bersamaan dengan latihan penguatan abdominal, stretching trunk, dan saat stretching otot pectoralis , Latihan derotasi trunk, Sambil deep breathing exercise dan lateral fleksi trunk (untuk meregangkan sisi concave), Latihan Yoga disarankan melakukan derotasi vertebra (Kaiser, 2008). Macam-macam gerakan terapi latihan pada skoliosis adalah sebagai berikut: Gambar 9. Macam-macam terapi latihan skoliosis



17



18



Orthotik Alat penyangga, digunakan untuk skoliosis dengan kurva 25°-40° dengan skeletal yang tidak matang (immature). Alat penyangga tersebut antara lain : “Penyangga Milwaukee” Alat ini tidak hanya mempertahankan tulang belakang dalam posisi lurus, tetapi alat ini juga mendorong pasien agar menggunakan otot-ototnya sendiri untuk menyokong dan mempertahankan proses perbaikan tersebut. Penyangga harus dipakai 23 jam sehari. Alat penyangga ini harus terus digunakan terus sampai ada bukti objektif yang nyata akan adanya kematangan rangka dan berhentinya pertumbuhan tulang belakang selanjutnya (Suriani, 2013).



Gambar 10. Milwaukee Brace 19



“Penyangga Boston” Suatu penyangga ketiak sempit yang memberikan sokongan lumbal atau torakolumbal yang rendah. Penyangga ini digunakan selama 16-23 jam sehari sampai skeletalnya matur. Terapi ini bertujuan untuk mencegah dan memperbaiki deformitas yang tidak dikehendaki oleh pasien (Suriani, 2013). 



Medikamentosa Tujuan pemberian obat adalah untuk mengurangi atau menghilangkan rasa



nyeri dan kemungkinan infeksi baik dari alat ataupun pembedahan, bukan untuk mengobati skoliosis. Obat yang digunakan antara lain : 1. Analgesik (Paracetamol, asam asetil salisilat) 2. NSAID Tindakan Pembedahan Umumnya, jika kelengkungan lebih dari 40 derajat dan pasien skeletalnya imatur, operasi direkomendasikan. Lengkung dengan sudut besar tersebut, progresivitasnya meningkat secara bertahap, bahkan pada masa dewasa. Tujuan terapi bedah dari skoliosis adalah memperbaiki deformitas dan mempertahankan perbaikan tersebut sampai terjadi fusi vertebra. Beberapa tindakan pembedahan untuk terapi skoliosis antara lain : Penanaman Harrington rods (batangan Harrington) Batangan Harrington adalah bentuk peralatan spinal yang dipasang melalui pembedahan yang terdiri dari satu atau sepasang batangan logam untuk meluruskan atau menstabilkan tulang belakang dengan fiksasi internal. Peralatan yang kaku ini terdiri dari pengait yang terpasang pada daerah mendatar pada kedua sisi tulang vertebrata yang letaknya di atas dan di bawah lengkungan tulang belakang. Keuntungan utama dari penggunaan batangan Harrington adalah dapat mengurangi



kelengkungan



tulang



belakang



ke



arah



samping



(lateral),



pemasangannya relatif sederhana dan komplikasinya rendah. Kerugian utamanya adalah setelah pembedahan memerlukan pemasangan gips yang lama. Seperti pemasangan pada spinal lainnya , batangan Harrington tidak dapat dipasang pada penderita osteoporosis yang signifikan (Ballinger, 2003).



20



Gambar 11. Pemasangan peralatan Cotrell-Dubousset



Peralatan Cotrell-Dubousset meliputi pemasangan beberapa batangan dan pengait untuk menarik, menekan, menderotasi tulang belakang. Alat yang dipasang melintang antara kedua batangan untuk menjaga tulang belakang lebih stabil. Pemasangan peralatan Cotrell-Dubousset spinal dikerjakan oleh dokter ahli bedah yang berpengalaman dan asistennya Edukasi 1. Hindari posisi punggung terlalu membungkuk, kepala terlalu terangkat, bersandar pada salah saru sisi tubuh saat duduk 2. Jangan duduk dengan tegang dan kaku 3. Lakukan relaksasi jika duduk terlalu lama 4. Pakailah tempat duduk yang ergonomi saat bekerja 5. Lakukan latihan peregangan dan penguatan otot secara rutin di rumah 6. Pakailah brace secara benar untuk koreksi tulang belakang 2.11 Komplikasi Skoliosis adalah penyakit 3 dimensi yang sangat komplek walaupun prinsipnya berasal dari kurva ke arah lateral yang kemudian membuat vertebra berputar. Perputaran vertebra merubah bentuk dan volume dari rongga thorak maupun rongga abdominal. Sehingga berujung pada organ di dalamnya misalnya berkurangnya sistem kerja kardiopulmonal dan dapaat menimbulkan nyeri (Harjono, 2005).



21



Komplikasi-komplikasi yang dapat timbul antara lain : a.



Gangguan jantung dan paru karena adanya perubahan struktur rib cage



b.



Gangguan punggung terkait dengan struktur terlibat misalnya spasme otot,



saraf terjepit yang menyebabkan nyeri, fatigue, ataupun muscle weakness. c.



Deformitas berat



d.



Memperburuk penampilan



e.



Penyakit sendi degeneratif



2.12 Prognosis Prognosis tergantung atas besarnya derajat kurva, deformitas dan maturitas. Derajat kurva yang ringan dengan skeletal yang sudah matur umumnya tidak mengalami progresif (Suriani S, 2013). Pada umumnya skoliosis tidak akan memburuk dalam waktu yang singkat. Semakin muda usia munculnya skoliosis, semakin besar kemungkinan menjadi lebih parah, sebab waktu perkembangan skoliosis juga menjadi lebih lama. Semakin besar sudut, semakin besar skoliosis kemungkinan akan memburuk (Safitri, 2010). Adapun kondisi yang dapat memperburuk scoliosis adalah: a. Kegemukan Kelebihan berat badan dapat memperberat beban terhadap tulang belakang disamping memengaruhi keberhasilan pemakaian brace dan latihan. b. Usia Semakin muda usia munculnya skoliosis, semakin besar kemungkinan gangguan ini akan menjadi semakin parah jika tidak diperbaiki. c. Sudut kurva Semakin besar sudut, semakin besar kemungkinan akan mengalami perburukan apabila tidak dilakukan tindakan. d. Lokasi Skoliosis di bagian tengah atau bawah tulang punggung lebi kemungkinan menjadi buruk ketimbang skoliosis di bagian atas karena beban berat badan di bagian bawah lebih besar.



22



BAB 3 KESIMPULAN Skoliosis merupakan kelainan tulang belakang dimana tulang belakang mengalami pembengkokan ke arah samping (lateral curvature) membentuk huruf „S‟ atau „C‟, dapat dilihat ketika kelengkungannya semakin parah dan juga mengakibatkan ketidaknyamanan Adapun pilihan terapi yang dapat dipilih, dikenal sebagai “The three O‟s” adalah : 1. Observasi Pemantauan dilakukan jika derajat skoliosis tidak begitu berat, yaitu