Makalah SLE [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II “Systemic Lupus Erythematosus ( SLE )”



Disusun Oleh : A 2017 3 Kelompok II



1. Syintia Eka Putri 2. Wulan Dari 3. Maidenni Fortuna 4. Fitri Rabika Z 5. Fauziah Irwan 6. Firliany Triamanda 7. Dila Amelia 8. Novitasari Wijayanti 9. Nhelmy Nursepta 10. Ilham Muarif



( 1711113719 ) ( 1711113724 ) ( 1711113732 ) ( 1711113737 ) ( 1711113748 ) ( 1711113767 ) ( 1711113770 ) ( 1711113770 ) ( 1711114095 ) ( 1711113741 )



11. Fitri Karmila ( 1711114636 ) 12. Annisa Amelia ( 1711114620 ) 13. Yos Bayu A ( 1711114569 ) 14. Annisa Fitadaris ( 1711121604 ) 15. Fakhrana Hanniyati ( 1711114901 ) 16. Fitri Handayani ( 1711114861 ) 17. Dede Hidayat ( 17111121847 ) 18. Netty Ami Ruhama ( 1711114102 )



FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS RIAU 2018



KATA PENGANTAR Puji dan syukur senantiasa penulis ucapkan ke kehadirat Allah SWT, karena atas karunia dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II dalam pertemuan tutorial dan remukan yang terjadwal sebagai pleno. Dan juga penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu yang turut membantu kelancaran penyusunan makalah ini. Dalam makalah ini disajikan bahasan tentang “Systemic Lupus Erythematosus ( SLE )”. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya, baik dalam isi maupun sitematikanya. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Akhir kata, penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat berguna dan memberikan manfaat khususnya bagi mahasiswa dan umumnya bagi pembaca.



Pekanbaru, Maret 2019 Penulis



Kelompok II



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .............................................................................................. DAFTAR ISI ............................................................................................................. BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang .............................................................................................. B. Rumusan Masalah ......................................................................................... C. Tujuan ........................................................................................................... BAB II Pembahasan .................................................................................................. A. Tahap 1 .......................................................................................................... B. Tahap 2 .......................................................................................................... C. Tahap 3 .......................................................................................................... D. Tahap 4 .......................................................................................................... E. Tahap 5 .......................................................................................................... F. Tahap 6 .......................................................................................................... G. Tahap 7 1. Defenisi ............................................................................................. 2. Etiologi .............................................................................................. 3. Klasifikasi ......................................................................................... 4. Manifestasi Klinis ............................................................................. 5. Patofisiologi ...................................................................................... 6. Epidemiologi ..................................................................................... 7. Komplikasi ........................................................................................ 8. Penatalaksanaan ................................................................................ 9. Pemeriksaan ...................................................................................... 10. Asuhan Keperawatan SLE ................................................................ 11. Apakah lupus dapat disembuhkan .....................................................



BAB III Penutup A. Kesimpulan ................................................................................................... B. Saran .............................................................................................................. DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Systemic Lupus Erythematosus ( SLE ) atau disebut juga dengan Lupus adalah suatu penyakit autoimun, antibodi abnormal berlebihan diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh pasien disfungsional menyalahartikan sel – sel tubuh untuk musuh, secara langsung atau tidak langsung menyerang organ dan jaringan yang menyebabkan peradangan kronis. Istilah Lupus berasal dari bahasa latin yang berarti anjing hutan atau serigala. Sedangkan kata Erythematosus dalam bahasa Yunani berarti kemerahan. Penyakit kelainan kulit kemerahan di sekitar hidung dan pipi ini disebabkan oleh gigitan anjing hutan. Karena itulah penyakit ini diberi nama “Lupus”. Penyakit lupus adalah penyakit baru yang mematikan setara dengan kanker. Tidak sedikit pengindap penyakit ini tidak tertolong lagi, di dunia terdeteksi penyandang penyakit lupus mencapai 5 juta orang dan lebih dari 100 ribu kasus baru terjadi setiap tahunnya. Tubuh memiliki kekebalan untuk menyerang penyakit dan menjaga tetap sehat. Namun apa jadinya jika kekebalan tubuh justru menyerang organ tubuh yang sehat. Penyakit lupus diduga berkaitan dengan sistem imunologi yang berlebih, yaitu penyakit auto imun kronis yang menimbulkan bermacam macam manifestasi sesuai dengan target organ atau sistem yang terkena. Menurut data pustaka, penderita lupus di Indonesia, organisasi kesehatan dunia atau WHO mencatat jumlah penderita penyakit, diseluruh dunia,dewasa kini mencapai lima juta orang. Sebagaian besar dari mereka adalah perempuan usia produktif dan setiaptahun ditemukan lebih 100 ribu penderita baru. Dari 1.250.000 orang Indonesia yang terkena penyakit lupus (asumsi prevelensi 0,5% berdasarkan penelitian kalim dkk). Sangat sedikit menyadari penyakit lupus. Penyakit lupus masih sangat awam bagi masyarakat. Penyakit Lupus biasanya menyerang wanita produktif. ,meski kulit wajah penderita Lupus dan sebagian tubuh lainnya muncul bercak - bercak merah tetapi penyakit ini tidak



menular. Terkadang kita meremehkan rasa nyeri pada persendian seluruh organ tubuh terasa sakit atau terjadi kelainan pada kulit atau tubuh merasa kelelahan berkepanjangan serta sensitif terhadap sinar matahari. Semua itu merupakan sebagian dari gejala penyakit Lupus Faktor yang diduga sangat berperan terserang penyakit lupus adalah faktor lingkungan seperti paparan sinar matahari stres beberapa jenis obat dan virus. Oleh karena itu bagi para penderita lupus dianjurkan keluar rumah sebelum pukul 09.00 atau sesudah pukul 16.00. Saat bepergian penderita memakai sun block atau sun screen (pelindung kulit dari sengatan sinar matahari) pada bagian kulit yang akan terpapar. Oleh karena itu penyakit lupus merupakan penyakit autoimun sistemik dimana pengaruh utamanya lebih dari satu organ yang ditimbulkan. B. Rumusan Masalah 1. Apakah defenisi dari Systemic Lupus Erythematosus? 2. Apakah etiologi dari Systemic Lupus Erythematosus? 3. Bagaimana klasifikasi Systemic Lupus Erythematosus? 4. Bagaimana manifestasi klinis dari Systemic Lupus Erythematosus? 5. Bagaimana patofisiologi dari Systemic Lupus Erythematosus? 6. Bagaimana



prevalensi



atau



epidemiologi



dari



Systemic



Lupus



Erythematosus? 7. Apakah komplikasi dari Systemic Lupus Erythematosus? 8. Bagaimana penatalaksanaan Systemic Lupus Erythematosus? 9. Bagaimana pemeriksaan Systemic Lupus Erythematosus? 10. Bagaimana asuhan keperawatan dari Systemic Lupus Erythematosus? 11. Apakah Systemic Lupus Erythematosus ( SLE ) bisa disembuhkan?



C. Tujuan 1. Untuk mendeskripsikan defenisi dari Systemic Lupus Erythematosus 2. Untuk mengetahui etiologi dari Systemic Lupus Erythematosus 3. Untuk mengetahui klasifikasi Systemic Lupus Erythematosus 4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Systemic Lupus Erythematosus



5. Untuk mengetahui patofisiologi dari Systemic Lupus Erythematosus 6. Untuk mengetahui prevalensi atau epidemiologi dari Systemic Lupus Erythematosus 7. Untuk mengetahui komplikasi dari Systemic Lupus Erythematosus 8. Untuk mengetahui penatalaksanaan Systemic Lupus Erythematosus 9. Untuk mengetahui pemeriksaan Systemic Lupus Erythematosus 10. Untuk mengetahui asuhan keperawatan Systemic Lupus Erythematosus 11. Untuk mengetahui Systemic Lupus Erythematosus bisa disembuhkan atau tidak



BAB II PEMBAHASAN



Systemic Lupus Erythematosus ( SLE ) A. Tahap 1 Menentukan terminologi 



Butterfly Rash adalah ruam – ruam kemerahan di wajah seperti kupu – kupu, memanjang dari tulang pipi ke hidung.







Radang amandel adalah infeksi yang disebabkan oleh virus atau bakteri sehingga amandel mengalami inflamasi yang menyebabkan pembengkakan.







Sistem imun adalah sistem yang menjaga kekebalan tubuh







Pemeriksaan penunjang diagnostik adalah pemeriksaan yang dilakukan menggunakan alat – alat untuk menunjang diagnosa.



B. Tahap 2 Identifikasi Masalah 1. Apa saja tindakan yang dapat dilakukan terhadap keluhan pasien? 2. Apakah sakit menelan, tenggorokan terasa tidak nyaman berhubungan dengan timbulnya Butterfly Rash pada pasien?



3. Apakah flu menyebabkan rasa sakit menelan dan tenggorokan terasa tidak nyaman? 4. Apa dampak dari flu selama 2 minggu? 5. Apakah aktivitas sehari - hari pasien berkaitan dengan keluhan pasien? 6. Apa pemeriksaan penunjang diagnostik yang dilakukan? 7. Apa yang menyebabkan ibu mengalami Butterfly Rash? 8. Apa nama virus yang menyebabkan radang amandel? 9. Apa tindakan keperawatan untuk Butterfly Rash dan radang amandel? 10. Apa saja diagnosa kemungkinan yang terjadi pada pasien? 11. Kenapa suhu pasien normal sedangkan pasien mengalami inflamasi atau peradangan? 12. Masalah apa saja yang dapat menyerang sistem imun tubuh? 13. Apa saja gejala lain yang menyerang sistem imun? 14. Masalah apa yang mungkin muncul setelah keluar hasil pemeriksaan? C. Tahap 3 Analisis Masalah 1. a. Mengatasi radang amandel b. Mengganti makanan dengan makanan yang lembut atau lunak, seperti bubur. c. Memberikan obat anti radang d. Menganjurkan untuk lebih sering minum air hangat. 2. Butterfly Rash disebabkan oleh sensitivitas paparan sinar ultra violet, sedangkan sakit saat menelan, tenggorokan terasa tidak nyaman disebabkan oleh adanya peradangan pada amandel. 3. a. Rasa sakit saat menelan dan tenggorokan terasa tidak nyaman disebabkan oleh adanya peradangan di amandel. 4. a. Memungkinkan penurunan berat badan dan sulit bernafas b. Menyebabkan keterbatasan aktivitas c. Resiko menularkan penyakit d. Ketidakbersihan jalan nafas



5. Dikarenakan aktivitas yang berlebihan sehingga kurang beristirahat menyebabkan penurunan sistem imun dan juga ketidak seimbangan input nutrisi dan output. Dan jika pasien tetap melakukan aktivitas berat atau berlebihan dapat menyebabkan kondisi klien semakin parah. 6. a. Pemeriksaan darah b. CT Scan 7. Butterfly Rash disebabkan oleh sensitivitas terhadap sinar matahari, lingkungan, faktor genetik, hormon dan juga jenis kelamin yang cenderung pada perempuan. 8. Virus Influenza type A 9. a. Kolaborasi obat-obatan anti inflamasi b. Anjurkan klien untuk banyak istirahat c. Memberikan edukasi kepada pasien terkait penyakitnya 10. a. Nyeri b. Gangguan rasa nyaman c. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh d. Gangguan mekanisme koping ( koping individu kurang efektif ) e. Intoleransi aktivitas f. Gangguan menelan 11. Suhu tubuh pasien tidak termasuk normal karena terjadi peradangan dan kenaikan suhu tubuh merupakan respon saat tubuh diserang. Suhu normal yaitu 36,5C - 37,2C sedangkan suhu tubuh pasien 37,8C. 12. HIV 13. a. Nafsu makan berkurang sehingga terjadi penurunan berat badan b. Mudah terserang penyakit c. Keadaan menjadi lemah, pucat 14. Masalah kemungkinan yang dapat timbul setelah pemeriksaan penunjang adalah Lupus



D. Tahap 4 Tema : Sistemik Lupus Eritematous ( SLE ) Ibu Susi ( 32 tahun )



Data subjektif



   



Sakit saat menelan Tenggorokan tidak nyaman Badan lemah Flu selama 2 minggu yang hilang timbul



Data Objektif



TTV    



Tekanan Darah : Normal Respirasi : Normal Nadi : Normal Suhu : 37,8C



Ditemukan Butterfly Rash



Gangguan sistem imun Sistemik Lupus Eritomatous ( SLE / LES )



E. Tahap 5 Learning Objektif 1. Defenisi Sistemik Lupus Eritematous 2. Etiologi Sistemik Lupus Eritematous 3. Klasifikasi Sistemik Lupus Eritematous 4. Manifestasi Klinis Sistemik Lupus Eritematous 5. Patofisiologi Sistemik Lupus Eritematous 6. Prevalensi dari Sistemik Lupus Eritematous 7. Komplikasi Sistemik Lupus Eritematous



Laboratorium Belum Keluar



8. Penatalaksanaan Sistemik Lupus Eritematous 9. Pemeriksaan Sistemik Lupus Eritematous 10. Asuhan Keperawatan Sistemik Lupus Eritematous 11. Apakah Lupus dapat disembuhkan?



F. Tahap 6 Diskusi Mandiri



G. Tahap 7 Tinjauan Teori 1. Defenisi 



Systemic Lupus Erythematosus ( SLE ) adalah suatu penyakit autoimun, antibodi abnormal berlebihan diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh pasien disfungsional menyalahartikan sel – sel tubuh untuk musuh, secara langsung atau tidak langsung menyerang organ dan jaringan yang menyebabkan peradangan kronis. ( Hospital Authority, 2018 )







Penyakit Systemic Lupus Erythematosus (SLE) adalah penyakit yang ditandai dengan produksi antibodi yang berlebihan terhadap komponen inti sel, dan menimbulkan berbagai macam manifestasi klinis pada organ (Cleanthous, Tyagi, Isenberg, & Newman, 2012).







Suatu penyakit autoimun pada jaringan ikat, autoimun adalah sistem imun yang menyerang dirinya sendiri, pada LES sistem imun menyerang inti sel (Matt, 2013)







Penyakit autoimun sistemik yang ditandai dengan adanya autoantibodi terhadap autoantigen, pembentukan kompleks imun, dan disregulasi sistem imun, sehingga terjadi kerusakan pada beberapa organ tubuh.



2. Etiologi 1. Faktor genetik Para peneliti dari John Hopkins Center, pertama kali tertarik oleh faktor penyebab penyakit lupus, dari adanya hubungan antara gen keluarga dengan penderita.



Nyatanya, keberadaan penderita lupus dalam sebuah keluarga, dapat meningkatkan kecenderungan penyakit lupus pada anggota keluarga lain. Selain itu, anggota keluarga penderita lupus, ketika melakukan tes medis, cenderung positif hasilnya. Lalu, dengan adanya gen yang memicu berkembangnya suatu penyakit, bukan berarti juga orang tersebut dapat langsung terkena atau dapat mewariskan penyakit lupus. Di lain hal, para peneliti yakin kalau penyebab penyakit lupus ada kaitannya dengan kondisi lingkungan yang buruk. Tapi sayangnya, mereka masih belum bisa menentukan faktor mana yang paling kuat menyebabkan seseorang menderita lupus. 2. Hormon Nyatanya, wanita 9 kali lebih berisiko terkena lupus dibandingkan pria. Fenomena ini dapat dijelaskan oleh hormon seks yang dihasilkan sistem kekebalan tubuh perempuan dan laki-laki, di mana keduanya jelas berbeda. Tubuh wanita menghasilkan dan menggunakan hormon estrogen yang lebih banyak, sementara tubuh laki-laki bergantung pada hormon yang disebut androgen. Estrogen dikenal sebagai hormon “immuno-enhancing“, yang berarti bahwa wanita memiliki sistem kekebalan tubuh lebih kuat daripada pria, mengingat kebutuhan evolusioner bagi wanita untuk bertahan hidup, berperan melahirkan, dan mengasuh anak-anak mereka. Namun akibatnya, saat sistem imun ini berbalik menyerang tubuh, wanita akan lebih mudah mengalami penyakit autoimun. 3. Lingkungan Selain itu, beberapa faktor lingkungan telah dikaitkan menjadi penyebab penyakit lupus. Para peneliti telah menghubungkan antara lupus dan berbagai racun lingkungan, contohnya seperti asap rokok, gel natrium silika, dan merkuri. Virus herpes zoster (virus yang menyebabkan herpes zoster), dan sitomegalovirus digadang-gadang juga menjadi salah satu penyebab seseorang terkena lupus. Beberapa faktor lingkungan dapat bertindak sebagai antigen yang bereaksi dalam tubuh dan berperan dalam timbulnya SLE. Faktor lingkungan tersebut terdiri



dari: a. Infeksi virus dan bakteri Agen infeksius, seperti virus dan bakteri, dapat berperan dalam timbulnya SLE. Agen infeksius tersebut terdiri dari Epstein Barr Virus (EBV), Herpes zoster bakteri Streptococcus dan Clebsiella. b. Paparan sinar ultra violet Sinar ultra violet dapat mengurangi penekanan sistem imun, sehingga terapi menjadi kurang efektif dan penyakit SLE dapat kambuh atau bertambah berat. Hal ini menyebabkan sel pada kulit mengeluarkan sitokin dan prostaglandin sehingga terjadi inflamasi di tempat tersebut secara sistemik melalui peredaran pembuluh darah. 4. Faktor Stres Stres berat dapat memicu terjadinya SLE pada pasien yang sudah memiliki kecenderungan akan penyakit ini. Hal ini dikarenakan respon imun tubuh akan terganggu ketika seseorang dalam keadaan stres. Stres sendiri tidak akan mencetuskan SLE pada seseorang yang sistem autoantibodinya tidak ada gangguan sejak awal. 5. Faktor Obat-obatan Obat pada pasien SLE dan diminum dalam jangka waktu tertentu dapat menyebabkan Drug Induced Lupus Erythematosus (DILE). Jenis obat yang dapat menyebabkan



DILE



diantaranya



kloropromazin,



metildopa,



hidralasin,



prokainamid, dan isoniazid 6. Faktor makanan Konsumsi lemak jenuh yang berlebihan dapat juga menyebabkan kan terjadi nya lupus.



3. Klasifikasi 



Secara umum LES dan kelainan terkait Lupus (lupus- related disorder) dapat bermanifestasi dalam beberapa bentuk yaitu:



a. Cutaneous Lupus Tipe ini juga dikenal sebagai Discoid Lupus Tipe lupus ini hanya terbatas pada kulit dan ditampilkan dalam bentuk ruam yang muncul pada muka, leher, atau kulit kepala. Ruam ini dapat menjadi lebih jelas terlihat pada daerah kulit yang terkena sinar ultraviolet (seperti sinar matahari, sinar fluorescent). Meski terdapat beberapa macam tipe ruam pada lupus, tetapi yang umum terdapat adalah ruam yang timbul, bersisik dan merah, tetapi tidak gatal. b. Discoid Lupus Tipe lupus ini dapatmenyebabkan inflamasi pada beberapa macam organ. Untuk beberapa orang mungkin saja hal ini hanya terbatas pada gangguan kulit dan sendi. Tetapi pada orang yang lain, sendi, paru-paru, ginjal, darah ataupun organ dan/atau jaringan lain yang mungkin terkena. SLE pada sebagian orang dapat memasuki masa dimana gejalanya tidak muncul (remisi) dan pada saat yang lain penyakit ini dapat menjadi aktif (flare). c. Drug-induced lupus Tipe lupus ini sangat jarang menyerang ginjal atau sistem syaraf. Obat yang umumnya dapat menyebabkan druginduced lupus adalah jenis hidralazin (untuk penanganan tekanan darah tinggi) dan pro-kainamid (untuk penanganan detak jantung yang tidak teratur/tidak normal). Tidak semua orang yang memakan obat ini akan terkena drug-induced lupus. Hanya 4 persen dari orang yang mengkonsumsi obat itu yang bakal membentuk antibodi penyebab lupus. Dari 4 persen itu, sedikit sekali yang kemudian menderita lupus. Bila pengobatan dihentikan, maka gejala lupus ini biasanya akan hilang dengan sendirinya Dari ketiganya, Discoid Lupus paling sering menyerang. Namun, Systemic Lupus selalu lebih berat dibandingkan dengan Discoid Lupus, dan dapat menyerang organ atau sistem tubuh. Pada beberapa orang, cuma kulit dan persendian yang diserang.



Meski begitu, pada orang lain bisa merusak persendian, paru-paru, ginjal, darah, organ atau jaringan lain. 



Derajat Berat Ringannya Penyakit SLE



Seringkali terjadi kebingungan dalam proses pengelolaan SLE, terutama menyangkut obat yang akan diberikan, berapa dosis, lama pemberian dan pemantauan efek samping obat yang diberikan pada pasien. Salah satu upaya yang dilakukan untuk memperkecil berbagai kemungkinan kesalahan adalah dengan ditetapkannya gambaran tingkat keparahan SLE. Penyakit SLE dapat dikategorikan ringan atau berat sampai mengancam nyawa. Kriteria untuk dikatakan SLE ringan adalah: 1. Secara klinis tenang 2. Tidak terdapat tanda atau gejala yang mengancam nyawa 3. Fungsi organ normal atau stabil, yaitu: ginjal, paru, jantung, gastrointestinal, susunan saraf pusat, sendi, hematologi dan kulit. Contoh SLE dengan manifestasi arthritis dan kulit. Penyakit SLE dengan tingkat keparahan sedang manakala ditemukan: 1. Nefritis ringan sampai sedang ( Lupus nefritis kelas I dan II) 2. Trombositopenia (trombosit 20-50x103/mm3) 3. Serositis mayor Penyakit SLE berat atau mengancam nyawa apabila ditemukan keadaan sebagaimana tercantum di bawah ini, yaitu: a. Jantung: endokarditis Libman-Sacks, vaskulitis arteri koronaria, miokarditis, tamponade jantung, hipertensi maligna. b. Paru-paru: hipertensi pulmonal, perdarahan paru, pneumonitis, emboli paru,



infark paru, ibrosis interstisial, shrinking lung. c. Gastrointestinal: pankreatitis, vaskulitis mesenterika. d. Ginjal: nefritis proliferatif dan atau membranous. e. Kulit: vaskulitis berat, ruam difus disertai ulkus atau melepuh (blister). f. Neurologi: kejang, acute confusional state, koma, stroke, mielopati transversa, mononeuritis, polineuritis, neuritis optik, psikosis, sindroma demielinasi. g. Hematologi: anemia hemolitik, neutropenia (leukosit