Makalah Stigma [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH STIGMA DAN DESKRIMINASI PADA ODHA Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah (KEPERAWATAN HIV AIDS) yang diampu oleh (NAILY HUZAIMAH, S. Kep., Ns., M. Kep)



Kelompok 4 Indri Nur Safitri



:717.6.2.0911



Ivan Fajriyanto



:717.6.2.0936



PROGRAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP TAHUN 2019



KATA PENGANTAR



Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami ucapkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah stigma dan deskriminasi pada odha. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya, makalah yang telah disusun dapat bermanfaat untuk menambah ilmu dan wawasan untuk kami dan orang pembacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dimasa depan.



Sumenep, 02 Maret 2019 Penulis



DAFTAR ISI



BAB I



PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stigma masyarakat terhadap Orang Dengan HIV&AIDS sampai sekarang ini masih sangat besar. Stigma sering kali menyebabkan terjadinya diskriminasi dan pada gilirannya akan mendorong munculnya pelanggaran HAM bagi ODHA dan keluarganya, hal semacam itu dapat memperparah epidemik HIV&AIDS. Mereka menghambat usaha pencegahan dan perawatan dengan memelihara kebisuan dan penyangkalan tentang HIV&AIDS, seperti juga mendorong keterpinggiran ODHA dan mereka yang rentan terhadap infeksi HIV. Mengingat HIV&AIDS sering diasosiasikan dengan seks, penggunaan narkoba dan kematian, banyak orang yang tidak peduli, tidak menerima, dan takut terhadap penyakit ini di hampir seluruh lapisan masyarakat. Bentuk lain dari stigma berkembang melalui internalisasi oleh ODHAdengan persepsi negatif tentang diri mereka sendiri. Stigma yang dihubungkan dengan penyakit menimbulkan efek psikologi yang berat tentang bagaimana ODHA melihat diri mereka sendiri. Hal ini bisa mendorong dalam beberapa kasus terjadinya depresi. Begitu angka HIV&AIDS meningkat, kemiskinan semakin bertambah parah dan kombinasi dari keduanya akan menyebabkan krisis pangan. Permasalahan tingginya kasus HIV&AIDS yang terjadi di Kota Yogyakarta menjadikan ODHA (Orang Dengan HIV&AIDS) cenderung membatasi diri dengan lingkungan sekitar. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Waluyo, dkk yang dikutip oleh Pian Hermawati. Menyimpulkan bahwa stigma yang diberikan oleh masyarakat membuat ODHA menjadi tertutup. Stigma terhadap ODHA yang masih melekat di dalam masyarakat yang membuat diskriminasi terhadap ODHA semakin kuat. Masih banyak masyarakat yang mengganggap bahwa ODHA itu adalah manusia yang kotor yang melakukkan hal-hal yang tidak bermoral seperti pengguna narkoba, PSK (Penjaja Seks Komersil), wanita simpanan dan lain-lain



1.2 Rumusan Masalah 1.2.1



Bagaimana konsep dasar HIV AIDS?



1.2.2



Bagaimana stigma masyarakat terhadap odha?



1.2.3



Apa bentuk deskriminasi terhadap odha?



1.2.4



Bagaimana manajemen masalah psikososiospriritual odha?



1.3 Tujuan Tujuan yang dapat diperoleh dari makalah ini adalah : 1.3.1



Tujuan Umum



1.3.1.1 Untuk mengetahui penjelasan secara detail tentang stigma dan deskriminasi terhadap odha. 1.3.2 Tujuan Khusus 1.3.2.1 Untuk mengetahui bagaimana konsep dasar HIV AIDS 1.3.2.2 Untuk mengetahui bagaimana stigma masyarakat terhadap odha 1.3.2.3 Untuk mengetahui bentuk deskriminasi terhadap 1.3.2.4 Untuk mengetahui manejemen masalah psikososiospiritual odha 1.4 Manfaat penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari makalah ini adalah: 1.4.1



Manfaat bagi penulis Mendapat pengetahuan tentang penjelasan secara rinci tentang stigma dan deskriminasi pada odha.



1.4.2



Manfaat bagi instansi memberikan informasi mengenai penyakit HIV AIDS dan sebagai bahan untuk membuat program pencegahan pemberian label negatif dan deskriminasi terhadap odha khusunya di Indonesia.



1.4.3



Manfaat bagi pembaca Sebagai bahan referensi dalam pembuatan karya tulis ilmiah dengan tema yang sama atau sejenis



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Konsep Dasar HIV AIDS 2.1.1



Definisi HIV AIDS Virus Human immunodeficiency virus (HIV) adalah retrovirus yang



termasuk dalam family lentivirus. Retrovirus mempunyai kemampuan menggunakan RNA dan DNA penjamu untuk membentuk virus DNA dan dikenali selama periode inkubasi yang panjang, utamanya menyebabkan munculnya tanda dan gejala AIDS. Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh HIV, ditandai dengan adalnya kegagalan progresif system imun (Irianto, 2014). Kerusakan progresif pada system kekebalan tubuh menyebabkan orang dengan HIV/AIDS (ODHA) sangat rentan terserang berbagai penyakit. Serangan penyakit yang biasanya tidak terlalu berbahaya lama kelamaan akan menyababkan pasien sakit parah bahkan meninggal 2.1.2



Etiologi Penyebab kelainan imun pada AIDS adalah suatu agen viral yang



disebut HIV dari kelompok virus yang dikenal dengan retrovirus. Retrovirus ditularkan oleh darah melalui kontak intim dan mempunyai afinitas yang kuat terhadap limfosit T (Desmawati, 2013). Virus HIV menyerang sel CD4 menjadikannya tempat berkembang biak virus HIV baru dan menyebabkan kerusakan pada sel darah putih sehingga tidak dapat digunakan lagi. Ketika seseorang terkena HIV, virus ini tidak langsung menyebabkan penyakit AIDS tapi memerlukan waktu yang cukup lama. 2.1.3



Patofisiologi Perjalanan klinis ODHA dari tahap terinfesi HIV sampai tahap AIDS,



sejalan dengan penurunan derajat imunitas pasien, terutama imunitas sekunder dan menunjukkan gambaran penyakit yang kronis. Penurunan imunitas biasanya diikuti dengan adanya peningkatan resiko dan derajat keparahan infeksi oportunistik serta penyakit keganasan. Semua orang yang



terinfesi HIV sebagian besar berkembang menjadi AIDS pada tiga tahun pertama, 50% menjadi AIDS sesudah sepuluh tahun dan hampir 100% ODHA menunjukkan gejala AIDS setelah 13 tahun. Perjalanan alamiah penyakit HIV pada umumnya terdiri dari 3 tahap, tahap infeksi primer, tahap asimptomatik dan tahap simptomatik dan AIDS. Pada tahap infeksi primer, terjadi repilkasi virus HIV secara cepat diikuti dengan kadar CD4+ penderita yang menurun. Pada tahap tersebut, respon imun tubuh juga akan berusaha melawan virus HIV dengan mekanisme imunitas seluler dan humoral. Tahap selanjutnya adalah tahap asimptomatik, dimana pada tahap ini, replikasi virus tetap terjadi, namun cenderung lambat. Jumlah CD4+ pada tahap ini juga menurun lebih lambat dari pada tahap sebelumnya. Jika jumlah sel CD4+ penderita mencapai 1bulan tanpa sebab yang jelas, diarekronis >1 bulan, kandidiasis oral, serta gejala lainnya. 2.2 Pengertian Stigma 2.2.1



Definisi Stigma



Menurut Lacko, Gronholm, Hankir, Pingani, dan Corrigan dalam Fiorillo, Volpe, dan Bhugra (2016) stigma berhubungan dengan kehidupan sosial yang biasanya ditujukan kepada orang-orang yang dipandang berbeda, diantaranya seperti menjadi korban kejahatan, kemiskinan, serta orang yang berpenyakitan salah satunya orang HIV. Orang yang mendapat stigma dilabelkan atau ditandai sebagai orang yang bersalah. 2.2.2



Faktor-faktor terbentuk Stigma



Faktor-faktor terbentuknya stigma sebagai berikut: 1.1 Pengetahuan Stigma terbentuk karena ketidaktahuan, kurangnya pengetahuan tentang HIV/AIDS, dan kesalahpahaman tentang penularan HIV (Liamputtong, 2013). Hal-hal tersebut dikarenakan rendahnya tingkat pengetahuan seseorang. Pengetahuan adalah hasil tahu dari informasi yang ditangkap oleh panca



indera. Pengetahuan dipengaruhi oleh faktor pendidikan, pekerjaan, umur, lingkungan, sosial dan budaya. 2.1 Persepsi. Persepsi terhadap seseorang yang berbeda dari orang lain dapat mempengaruhi perilaku dan sikap terhadap orang tersebut. Cock dan kawankawan menyatakan bahwa stigma bisa berhubungan dengan persepsi seperti rasa malu dan menyalahkan orang yang memiliki penyakit seperti HIV. 3.1 Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan dapat mempengaruhi munculnya stigma. Jika tingkat pendidikan tinggi maka tingkat pengetahuan juga akan tinggi. 4.1 Lama Bekerja Seseorang yang masa bekerja yang paling lama maka memiliki pengalaman yang banyak sehingga dapat membuat keputusan yang tepat untuk melaksanakan tugasnya. 5.1 Umur Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi stigma seseorang. Semakin bertambah umur seseorang maka semakin berubah sikap dan perilaku seseorang sehingga pemikiran seseorang bisa berubah. 6.1 Pelatihan



Pemberian pelatihan yang sesuai dengan bidang, salah satunya pelatihan HIV, dapat memotivasi tenaga kesehatan untuk meningkatkan kinerja dirinya dalam pekerjaan. Selain itu, pelatihan juga meningkatkan pengetahuan, pengalaman, dan sikap bagi seseorang sehingga dapat berpikir kritis. 7.1 Dukungan Institusi Pada institusi kesehatan, seperti rumah sakit dan puskesmas, memiliki SOP (Standard Operating Procedure) sesuai kebijakan masing-masing institusi, sarana dan fasilitas, serta penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) dalam melakukan tindakan khusus kepada pasien dengan penyakit tertentu, seperti HIV. 8.1 Kepatuhan Agama



Kepatuhan agama bisa mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang. Seseorang yang patuh pada nilai-nilai agama bisa mempengaruhi peran dalam kinerja bekerja dalam pelayanan kesehatan khususnya terkait HIV. 9.1 Jenis Kelamin Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kerja seseorang. Perempuan juga cenderung memiliki stigma yang tinggi dimana bersikap menyalahkan dibanding dengan laki-laki. 2.3 Pengertian Diskriminasi Diskriminasi mengandung arti perlakuan tidak seimbang terhadap sekelompok orang, yang pada hakekatnya adalah sama dengan kelompok pelaku diskriminasi. Menurut Baron & Donn (2003) diskriminasi dapat berakar dari sikap implisit yang terpicu secara otomatis dan stereotip (sikap di mana individu tidak menyadarinya). Diskriminasi di Indonesia juga diatur dalam suatu susunan UUD, Secara formal pengertian diskriminasi diatur di dalam UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Pasal 1 ayat (3) undang-undang tersebut menyatakan: “Diskriminasi adalah setiap pembatasan, pelecehan, atau pengucilan yang langsung ataupun tak langsung didasarkan pada pembedaan manusia atas dasar agama, suku, ras, etnik, kelompok, golongan, status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa, atribut khas, keyakinan politik, yang berakibat pengurangan, penyimpangan, atau penghapusan pengakuan, pelaksanaan, atau penggunaan hak asasi manusia dan kebebasan dasar dalam kehidupan baik individual maupun kolektif dalam bidang politik, ekonomi, hukum, sosial, budaya dan aspek kehidupan lainnya”.



BAB III LITERATUR REVIEW 2.1 Stigma dan Dekriminasi Terhadap ODHA Pada penelitian Irfan Ardani dan Sri Handayani di Jakarta pada tahun 2017 yang berjudul “Stigma terhadap Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) sebagai Hambatan Pencarian Pengobatan: Studi Kasus pada Pecandu Narkoba Suntik di Jakarta” Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan. Dalam penelitian ini dibahas bagaimana stigma dan bentuk



diskriminasi



pada ODHA pecandu



narkoba suntik



dengan



menggunakan desain penelitian kualitatif dengan responden sebanyak 14 orang, terdiri dari 11 orang laki-laki dan 3 orang perempuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Stigma yang diterima oleh ODHA pecandu narkoba suntik di Jakarta terdiri dari stigma dari masyarakat dan self stigma. Stigma dari masyarakat bisa berasal dari keluarga terdekat, teman dan tetangga, serta dari petugas kesehatan. Stigma masyarakat yang diterima ODHA pecandu narkoba suntik di Jakarta berupa diskriminasi, perlakuan yang merendahkan, perlakuan kasar, dan pembiaran baik di dalam keluarga, lingkungan sosial maupun pelayanan kesehatan. Self stigma berupa perasaan takut terhadap kondisi diri sendiri dan takut terhadap penerimaan masyarakat, serta internalisasi stigma masyarakat atau mengganggap bahwa cap negatif masyarakat terhadap mereka adalah benar. Dari stigma yang muncul mempengaruhi upaya ODHA pecandu narkoba suntik di Jakarta untuk mencari pengobatan atas infeksi HIV yang diderita serta pengobatan atas adiksi narkoba. ODHA pecandu narkoba yang merasa terstigma akan mengurangi kemungkinan untuk mencari pengobatan, bagi yang telah menjalani pengobatan mungkin akan memilih mengakhiri pengobatan, dan mungkin akan mengurangi kepercayaan diri mereka untuk menolak adiksi narkoba. Dalam penelitian Misrina Retnowati di Banyumas pada tahun 2017 yang berjudul “Hubungan Pendidikan dan Kepercayaan dengan Stigma Tokoh Agama Terhadap Orang dengan HIV AIDS (ODHA) di Kabupaten



Banyumas” Akademi Kebidanan YLPP Purwokerto. Dalam penelitian ini dibahas hubungan pendidikan dan kepercayaan dengan stigma pada ODHA serta peran tokoh agama terhadap ada atau tidaknya stigma terhadap ODHA dengan menggunakan desain penelitian analitik korelasional dengan pendekatan waktu Cross Sectional yaitu melakukan pengamatan sekali terhadap variabel bebas dan variabel terikat pada saat yang samadengan responden sebanyak 164 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tidak ada hubungan pendidikan dengan stigma tokoh agama terhadap ODHA menunjukkan bahwa perilaku seseorang bukan hanya dipengaruhi oleh tingkat pendidikan di bangku sekolah saja namun banyak diperoleh dari pengalaman hidup dan Terdapat hubungan antara /kepercayaan dengan stigma tokoh agama terhadap ODHA karena tokoh agama memegang peran yang sangat penting Banyaknya orang yang memiliki pemahaman yang minim serta pemahaman yang salah akan HIV/AIDS menyebabkan penyakit tersebut menjadi sumber stigma dan diskriminasi, peran tokoh agama sangat dibutuhkan dalam proses pengobatan ODHA serta kepercayaan diri sendiri pada ODHA. 3.2 Manajemen Masalah Psikososiospiritual pada ODHA Pada penelitian Yunie Armiyati , Desy Ariana Rahayu, Siti Aisah di Semarang



pada



tahun



2015



yang



berjudul



”Manajemen



Masalah



Psikososiospiritual Pasien HIV AIDS di Kota Semarang” Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang. Dalam penelitian ini dibahas bagaimana manajemen masalah psikososiospiritual yang dihadapi ODHA dengan menggunakan desain penelitian kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam dan FGD (focus group discussion) dengan responden sebanyak 16 orang, 9 partisipan primer (ODHA), satu Manajer Kasus dan satu Koordinator KDS. FGD dilakukan pada 5 keluarga pasien. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masalah yang muncul pada ODHA adalah masalah psikososiospiritual yang sangat membuat ODHA menutup diri dari apapun, dan dari masalah tersebut juga didapat bagaimana mekanisme koping guna memanajeman masalah psikososiospiritual pada



odha. Dari hasil penelitian juga didapat manajemen masalah psikososial: Peningkatan koping dan upaya spiritual, Peningkatan support system dan konseling.



Manajemen masalah sosial: konseling, dukungan emosi,



keluarga dan kelompok, peningkatan peran dan support system enhancement, konseling, dukungan emosi, dan keluarga serta edukasi (Bulechek, Butcher, Dochterman & Wagner, 2012). Dalam penelitian ini, 9 responden tidak mengalami masalah dalam spiritual dan justru sebaliknya mereka yang sudah positif HIV menjadi lebih sering beribadah dan berdoa, karena menurut mereka akan merasa lebih tenang. 3.3 Aksi Global Untuk Mengurangi Stigma dan Diskriminasi Pada JIAS (journal of the international AIDS society) dikemukakan Stigma dan diskriminasi terkait HIV terus membahayakan orang yang hidup dengan virus, dan itu masih mencegah jutaan orang untuk datang ke depan untuk pengujian dan untuk layanan pencegahan dan perawatan. Sekitar 50_60% orang yang hidup dengan HIV tidak mengetahui status mereka. Banyak orang lain memilih untuk menyembunyikannya. Masyarakat yang paling terpengaruh oleh epidemi - pekerja seks, orang-orang yang menggunakan narkoba, pria yang berhubungan seks dengan pria dan orangorang transgender - tetap memiliki stigma yang tinggi. Orang-orang ini dan keluarga mereka seringkali tidak dapat menggunakan hak mereka untuk kesehatan, non-diskriminasi dan kebebasan dari kekerasan. Pada Pertemuan Tingkat Tinggi PBB 2011 tentang HIV / AIDS, Negara-negara Anggota berkomitmen untuk tujuan mengurangi stigma, diskriminasi dan kekerasan yang terkait dengan HIV. Inilah saatnya menggandakan upaya kita. Negara-negara harus mengintensifkan tindakan mereka untuk membangun program dan kebijakan stigma yang efektif; hukum dan protokol perlindungan; dan kerangka kerja hukum, sosial dan kebijakan yang sesuai yang akan menghilangkan stigma, diskriminasi dan kekerasan terkait HIV. Ini adalah tanggung jawab bersama global, dan termasuk penelitian berkelanjutan tentang sebab, manifestasi dan metrik baru serta pendekatan pemantauan.



BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Salah satu kendala dalam pengendalian penyakit HIV/AIDS adalah stigma dan diskriminasi terhadap penderita HIV/AIDS (ODHA). Stigma dan diskriminasi terkait HIV bertahan sebagai hambatan utama untuk HIV yang efektif respon di semua bagian dunia , dengan survei nasional menemukan bahwa diskriminasi pengobatan orang yang hidup dengan HIV terus terjadi dibeberapa aspek kehidupan, termasuk akses ke perawatan kesehatanStigma terhadap HIV menyebabkan hilangnya keyakinan odha terhadap lembaga yang mereka butuhkan untuk mengakses pengobatan dan partisipasi pada program. Stigma menyebabkan sebagian besar odha keberatan membuka status HIV positif mereka kepada orang lain. 4.2 Saran Pengurangan stigma dapat dilakukan dengan meningkatkan pendidikan kesehatan yaitu promosi kesehatan. stigma mempengaruhi upaya ODHA untuk mencari pengobatan atas infeksi HIV yang diderita. ODHA yang merasa terstigma akan mengurangi kemungkinan untuk mencari pengobatan, bagi yang telah menjalani pengobatan mungkin akan memilih mengakhiri pengobatan.



DAFTAR PUSTAKA Ardani, Irfan, Handayani, Sri. 2017. Stigma terhadap Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) sebagai Hambatan Pencarian Pengobatan: Studi Kasus pada Pecandu Narkoba Suntik di Jakarta. (http://dx.doi.org/10.22435/bpk.v45i2.6042.81-88) diakses 1 Maret 2019 Retnowati, Misrina. 2017. Hubungan Pendidikan dan Kepercayaan dengan Stigma Tokoh Agama Terhadap Orang dengan HIV AIDS (ODHA) di Kabupaten Banyumas” Akademi Kebidanan YLPP Purwokerto.(http://schoolar.google.co.id/schoolar?start=10&q=hubungan +etnis+dan+stigma+pada+odha&hl=id&as_sdt=0,5#d=gs_qabs&u=%23 p%%3DyoQpqEnHtsgJ) diakses 06 Maret 2019 Armiyati, Yunie, dkk. 2015. Manajemen Masalah Psikososiospiritual Pasien HIV AIDS di Kota Semarang” Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang. (http://schoolar.google.co.id?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=manajemen+mas alah+psikososiospiritual+pasien+odha&btnG=#d=gs_qabs&u=%23p%3 De72ZPUqShVUJ) diakses 01 Maret 2019 Stigma-wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia (https://id.m.wikipedia.org/wiki/Stigma ) diakses 06 Maret 2019



bebas



Diskriminasi-wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas (https://id.m.wikipedia.org/wiki/Diskriminasi ) diakses 06 Maret 2019 AIDS-wikipediabahasa indonesia,ensiklopediabebas. (http://id.m.wikipedia.org/wiki/AIDS) diakses 06 Maret 2019