Makalah HiV-AIDS (Stigma Pada ODHA) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KEPERAWATAN HIV-AIDS



MENGURANGI STIGMATISASI BURUK PADA ODHA Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memenuhi Proses Penilaian Salah Satu Mata AjarManajemen Mutu DosenPengampu : Iwan Disusun Oleh: Kelompok 3 Edi Santoso



(1811012005)



Yanita Dewi Ayu W.



(1811012008)



Umul Farifatin



(1811012011)



Debie Saktyana Iriawandani



(1811012012)



Febita Bella Pratidila



(1811012014)



Seby Prasasti Ritaningsih



(1811012015)



Bais Dwi Armanda



(1811012017)



PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER 2020



1



KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat, serta Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Mengurangi Stigmatisasi Buruk Pada ODHA” ini dengan sebaik-baiknya dan juga kami berterimakasih kepada selaku dosen mata kuliah Keperawatan HIVAIDS di Universitas Muhammadiyah Jember Fakultas Ilmu Kesehatan yang telah memberikan saran serta bimbingan kepada kami. Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita tentang bagaimana mengurangi stigmatisasi buruk pada ODHA. Kami juga menyadari bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Untuk itu kami mengharapkan saran, kritik, dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya terutama perawat dan tenaga kesehatan lainnya, karena stigmatisasi buruk pada ODHA ini sangat besar dampaknya sehingga perlu penanganan untuk mengurangi stigmatisasi itu sendiri. Sekiranya makalah yang telah kami susun ini dapat berguna bagi kami sendiri serta orang lain. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan makalah ini.



Jember,



Januari 2020



Penyusun



i



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR..............................................................................................i DAFTAR ISI............................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1 A. Latar Belakang..............................................................................................1 B. Rumusan Masalah.........................................................................................3 C. Tujuan...........................................................................................................3 D. Manfaat.........................................................................................................3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................5 A. Pengertian Stigmatisasi Dan Deskriminasi Pada ODHA..............................5 B. Perspektif Model Ekologi Stigma Dan Diskriminasi Pada ODHA..............6 C. Dampak Stigmatisasi Pada ODHA...............................................................8 D. Alasan Perlunya Menangani Stigma Dan Diskriminasi Pada ODHA..........9 E. Upaya Mengurangi Stigma Dan Diskriminasi Pada ODHA.........................9 BAB III PENUTUP...............................................................................................14 A. Kesimpulan.................................................................................................14 B. Saran............................................................................................................14 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16



ii



iii



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Salah satu hambatan paling besar dalam pencegahan dan penanggulangan



Human



Imunnodeficiency



Virus/Acquired



Immune



Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) di Indonesia adalah masih tingginya stigma dan diskriminasi terhadap orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Stigma berasal dari pikiran seorang individu atau masyarakat yang memercayai bahwa penyakit AIDS merupakan akibat dari perilaku amoral yang tidak dapat diterima oleh masyarakat. Stigma terhadap ODHA tergambar dalam sikap sinis, perasaan ketakutan yang berlebihan, dan pengalaman negatif terhadap ODHA. Banyak yang beranggapan bahwa orang yang terinfeksi HIV/AIDS layak mendapatkan hukuman akibat perbuatannya sendiri. Mereka juga beranggapan bahwa ODHA adalah orang yang bertanggung jawab terhadap penularan HIV/AIDS. Hal inilah yang menyebabkan orang dengan infeksi HIV menerima perlakuan yang tidak adil, diskriminasi, dan stigma karena penyakit yang diderita. Isolasi sosial, penyebarluasan status HIV dan penolakan dalam pelbagai lingkup kegiatan kemasyarakatan seperti dunia pendidikan, dunia kerja, dan layanan kesehatan merupakan bentuk stigma yang banyak terjadi. Tingginya penolakan masyarakat dan lingkungan akan kehadiran orang yang terinfeksi HIV/AIDS menyebabkan sebagian ODHA harus hidup dengan menyembunyikan status. Stigma terhadap ODHA memiliki dampak yang besar bagi program pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS termasuk kualitas hidup ODHA. Populasi berisiko akan merasa takut untuk melakukan tes HIV karena apabila terungkap hasilnya reaktif akan menyebabkan mereka dikucilkan. Orang dengan HIV positif merasa takut mengungkapkan status HIV dan memutuskan menunda untuk berobat apabila menderita sakit, yang akan berdampak pada semakin menurunnya tingkat kesehatan mereka dan penularan HIV tidak dapat dikontrol. Dampak stigma dan diskriminasi pada perempuan ODHA yang



1



hamil akan lebih besar ketika mereka tidak mau berobat untuk mencegah penularan ke bayinya. Jumlah penderita HIV di Jawa Timur pada tahun 2019 mencapai 7000 orang. Sedangkan di Kabupaten Jember ditemukan 506 ODHA selama tahun 2018 dengan angka orang dengan status AIDS sebanyak 150 orang. Pengetahuan dan pendidikan yang rendah, stigma dan diskriminasi ODHA masih banyak terjadi. Sebagai contoh, apabila diketahui terdapat ODHA yang meninggal, akan sulit mencari orang yang bersedia untuk melaksanakan pemulasaran jenazah. Demikian juga banyak masyarakat yang menolak bersahabat dengan ODHA. Walaupun tidak sampai terjadi pengusiran ODHA dari lingkungan, namun masih banyak masyarakat yang enggan melibatkan ODHA dalam kegiatan masyarakat. Banyak faktor yang memengaruhi terjadinya stigma pada ODHA di masyarakat. Pendidikan



kesehatan



yang



bertujuan



meningkatkan



pengetahuan



mengenai HIV/AIDS dalam banyak penelitian dibuktikan sebagai salah satu faktor yang paling memengaruhi terjadinya pengurangan stigma. Orang yang memiliki pengetahuan cukup tentang faktor risiko, transmisi, pencegahan, dan pengobatan HIV/AIDS cenderung tidak takut dan tidak memberikan stigma terhadap ODHA. Selain pengetahuan yang kurang, pengalaman atau sikap negatif terhadap penularan HIV dianggap sebagai faktor yang dapat memengaruhi munculnya stigma dan diskriminasi. Pendapat tentang penyakit AIDS merupakan penyakit kutukan akibat perilaku amoral juga sangat memengaruhi orang bersikap dan berperilaku terhadap ODHA. Stigma terhadap ODHA adalah suatu sifat yang menghubungkan seseorang yang terinfeksi HIV dengan nilai-nilai negatif yang diberikan oleh mereka (masyarakat). Stigma membuat ODHA diperlakukan secara berbeda dengan orang lain. Diskriminasi terkait HIV adalah suatu tindakan yang tidak adil pada seseorang yang secara nyata atau diduga mengidap HIV. Berdasarkan informasi dan data tersebut, maka penulis tertarik untuk membahas tentang cra mengurangi stigmatisasi buruk pada ODHA ini. Diharapkan hasil dari makalah ini dapat memberikan masukan kepada pembuat kebijakan untuk mendukung



2



program pengurangan stigma kepada ODHA sehingga memudahkan ODHA untuk mengungkapkan status dan memudahkan pengobatan serta pencegahan penularan kepada masyarakat hingga pada akhirnya akan membantu meningkatkan kualitas hidup ODHA. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam makalah ini antara lain: 1. Apa pengertian stigmatisasi dan deskriminasi pada ODHA? 2. Bagaimana perspektif model ekologi stigma dan diskriminasi pada ODHA? 3. Apa saja dampak stigmatisasi pada ODHA? 4. Apa alasan perlunya menangani stigma dan diskriminasi pada ODHA? 5. Bagaimana upaya mengurangi stigma dan diskriminasi pada ODHA? C. Tujuan Adapun tujuan dalam makalah ini sebagai berikut: 1. Menjelaskan pengertian stigmatisasi dan deskriminasi pada ODHA. 2. Menjelaskan perspektif model ekologi stigma dan diskriminasi pada ODHA. 3. Menyebutkan dampak stigmatisasi pada ODHA. 4. Menyebutkan alasan perlunya menangani stigma dan diskriminasi pada ODHA. 5. Menjelaskan upaya mengurangi stigma dan diskriminasi pada ODHA. D. Manfaat 1. Bagi Layanan Kesehatan Diharapkan dapat memberi masukan dan pertimbangan kepada institusi layanan kesehatan dalam melaksanakan program-program terkait ODHA terutama terkait cara mengurangi stigmatisasi buruk pada ODHA. 2. Bagi Penulis Menambah pengetahuan dan wawasan serta pengalaman yang berharga secara langsung untuk mengurangi stigmatisasi buruk pada



3



ODHA dengan menerapkan teori yang penulis peroleh dari institusi pendidikan. 3. Bagi Institusi Pendidikan Dapat menjadi bahan masukan dalam pengembangan pendidikan dan sebagai referensi tentang cara mengurangi stigmatisasi buruk pada ODHA.



4



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Stigmatisasi Dan Deskriminasi Pada ODHA Stigma terhadap ODHA telah melekat sejak pertama kali virus ini ditemukan dan menyebar luas. Penyakit ini sering dikaitkan dengan penggunaan obat-obatan terlarang, perilaku seks bebas, serta hubungan sesame jenis (homoseksual). Karena kaitan tersebut, ODHA pun mendapat cap yang negative dalam masyarakat. Padahal, HIV/AIDS bisa ditularkan pada siapa saja. Termasuk orang yang tidak pernah menggunakan narkoba, tidak pernah menggunakan jasa pekerja seks komersial (PSK), dan tidak pernah berhubungan seks sesama jenis. Stigma adalah prasangka memberikan label sosial yang bertujuan untuk memisahkan atau mendiskreditkan seseorang atau sekelompok orang dengan cap atau pandangan buruk. Stigma dan diskrimansi terhadap ODHA merupakan tantangan yang bila tidak teratasi, potensial untuk menjadi penghambat upaya penanggulangan HIV dan AIDS. Diskriminasi yang dialami ODHA baik pada unit pelayanan kesehatan, tempat kerja, lingkungan keluarga maupun di masyarakat umum harus menjadi prioritas upaya penanggulangan HIV dan AIDS. Oleh sebab itu perlu dukungan dan perberdayaan kelompok-kelompok dukungan sebaya (KDS) sebagai mitra kerja yang efektif dan mahasiswa sebagai kelompok yang potensial dalam mengurangi stigma dan diskriminasi (Kemenkes RI, 2012). Prasangka masih mengenai sikap, keyakinan atau predisposisi untuk bertindak sedangkan diskriminasi mengarah pada tindakan nyata. Prasangka dan diskriminasi diibarakatan seperti lingkaran setan the viciou scyle. Dalam kehidupan bermasyarakat selalu ada prasangka dan diskriminasi keduanya saling menguatkan, selama ada prasangaka disana akan ada diskriminasi. Berdasarkan Thomas Theorem, konsep hubungan conditioning antara prasangka dan diskriminasi bukan dikarenakan individu rendah diri, tetapi karena adanya sosial infiority. Menurut



5



Zastrow dalam buku Prasangka dan Konflik, diskriminasi merupakan faktor yang merusak kerjasama antar manusia maupun komunikasi diantara mereka. Doob dalam buku yang sama lebih jauh mengakui bahwa diskriminasi merupakan perilaku yang ditujukan untuk mencegah suatu kelompok, atau membatasi kelompok lain yang berusaha memiliki atau mendapatkan sumberdaya. Perwujudan dari prasangka perjudice negatif yaitu berupa aksi tindakan yang mendiskriminasi, diskriminasi ini bisa berupa pemberian lebel atau stigma pada seseorang, penolakan, pemisahan individu atau kelompok tertentu. B. Perspektif Model Ekologi Stigma Dan Diskriminasi Pada ODHA Stigma dan diskriminasi dapat dilihat dari perspektif model ekologi sebab model ekologi memiliki 4 prinsip utama, yaitu: 1. Perilaku dipengaruhi oleh berbagai faktor pada berbagai tingkat lingkungan. 2. Setiap tingkatan lingkungan berinteraksi dan saling mempengaruhi. 3. Perilaku dapat diubah dengan intervensi pada berbagai tingkat lingkungan. 4. Model ekologi berlaku efektif terutama pada perilaku yang spesifik. Secara ilustrasi, model ekologi dapat digambarkan sebagai berikut:



a) Stigma dan Diskriminasi di Lingkungan Individual HIV dan AIDS masih memiliki citra yang menakutkan di kalangan masyarakat khususnya pada ODHA sendiri, selain karena faktor cara penularannya, AIDS dianggap sebagai vonis hukuman mati. Orang yang pertama kali terdiagnosis HIV dan AIDS seringkali merasa 6



depresi, takut, gundah dan putus asa. Hal ini menyebabkan ODHA melakukan stigma dan diskriminasi terhadap dirinya sendiri. b) Stigma dan Diskriminasi di Lingkungan Keluarga Stigma dan diskriminasi di lingkungan keluarga di Kota Bandung masih sering terjadi hingga saat ini walaupun sudah mulai terjadi perubahan ke arah yang lebih baik. Perubahan terjadi seiring dengan mulai bertambahnya pengetahuan masyarakat mengenai HIV dan AIDS. c) Stigma dan Diskriminasi di Lingkungan Komunitas Seperti halnya pada lingkungan keluarga, stigma dan diskriminasi di lingkungan komunitas pun telah banyak menunjukkan perubahan ke arah yang lebih baik dibandingkan pada tahun tahun sebelumnya. Masyarakat saat ini telah menerima ODHA sebagai bagian dari komunitas. Tindakan diskriminatif yang sebelumnya ada seperti pengucilan, tidak mau berjabat tangan atau melakukan kontak dengan ODHA masih ada di tengah-tengah masyarakat, namun menunjukkan banyak perubahan sikap dan perilaku ke arah yang lebih baik. d) Stigma dan Diskriminasi di Lingkungan Institusi Institusi dapat dibagi dalam beberapa macam diantaranya institusi pendidikan, institusi pekerjaan serta institusi kesehatan. Stigma dan diskriminasi di berbagai lingkungan institusi di Kota Bandung, terbilang masih tinggi dan menimbulkan banyak hambatan. e) Stigma dan Diskriminasi di Lingkungan Kebijakan Kebijakan Pencegahan dan Penanggulangan HIV dan AIDS di Kota Bandung saat ini jumlahnya sangat banyak, namun belum ada kebijakan yang secara spesifik mengatur stigma dan diskriminasi terhadap ODHA. Kebijakan yang ada pun dinilai kurang sosialisasi ke masyarakat umum, sehingga yang mengetahui kebijakan tersebut hanya pemerintah. Kebijakan pun dinilai hanya sebagai aturan tertulis, namun implementasinya di lapangan sangat berbeda.



7



C. Dampak Stigmatisasi Pada ODHA 1) Isolasi sosial, penyebarluasan status HIV dan penolakan dalam berbagai lingkup kegiatan kemasyarakatan seperti dunia pendidikan, dunia kerja, dan layanan kesehatan membuat ODHA mengalami isolasi sosial 2) Tingginya penolakan masyarakat dan lingkungan akan kehadiran orang yang terinfeksi HIV/AIDS menyebabkan sebagian ODHA harus hidup dengan menyembunyikan status. 3) Stigma terhadap ODHA memiliki dampak yang besar bagi program pencegahan dan penanggulanganHIV/AIDS termasuk kualitas hidup ODHA. 4) Populasi berisiko akan merasa takut untuk melakukan tes HIV karena apabila terungkap hasilnya reaktif akan menyebabkan mereka dikucilkan. 5) Orang dengan HIV positif merasa takut mengungkapkan status HIV dan memutuskan menunda untuk berobat apabila menderita sakit,yang akan berdampak pada semakin menurunnyaTingkat kesehatan mereka dan penularan HIV tidak dapat dikontrol. 6) Dampak stigma dan diskriminasi pada perempuan ODHA yang hamil akan lebih besar ketika mereka tidak mau berobat untuk mencegah penularanke bayinya termasuk kualitas hidup ODHA 7) ODHA yang meninggal, akan sulit mencari orang yang bersedia untuk melaksanakan pemulasaran jenazah. 8) Masyarakat enggan melibatkan ODHA dalam kegiatan masyarakat. 9) ODHA sulit menjembatani diri dengan orang lain dan takut untuk berbagi pengalamannya,bahkan untuk menyatakan dirinya sakit 10) Menghindari aktivitas sehari–hari seperti berbelanja,bersekolah, dan bersosialisasi dengan masyarakat



8



D. Alasan Perlunya Menangani Stigma Dan Diskriminasi Pada ODHA Stigma dan diskriminasi sangat dipengaruhi upaya pencegahan HIV, pengobatan dan perawatan : 1. Memperlemah upaya pencegahan dan perubahan perilaku. Ketakutan terhadap stigma dan diskriminasi membuat orang tidak berani dan tidak percaya diri dalam usaha menegosiasikan seks yang lebih aman atau untuk melakukan tes HIV. Ketidaktahuan tentang risiko yang dimiliki seseorang, karena persepsi “HIV hanya menular pada kelompok tertentu”, bisa mengakibatkan tidak diambilnya perilaku pencegahan secara serius. 2. Kesulitan atau keterlambatan mengakses layanan perawatan, dukungan dan pengobatan (PDP). Ketakutan terhadap stigma dan diskriminasi mengakibatkan mereka yang hidup dengan HIV terlambat atau tidak mau mengakses layanan PDP yang mereka butuhkan karena takut membuka status mereka kepada yang lain. Dengan mengtasi stigma dan diskriminasi kita dapat: a. Memperkuat respon efektif pada HIV b. Mendorong pengembangan dan rasa percaya diri yang kuat pada ODHA c. Menciptakan role model positif dan memahami upaya anti stigma dan diskriminasi lebih jauh. d. Memperkuat ikatan ODHA, keluarga mereka dan komunitas untuk bersama-sama melakukan upaya pencegahan E. Upaya Mengurangi Stigma Dan Diskriminasi Pada ODHA Beberapa langkah praktis yang dapat dilakukan untuk menghadapi stigma dan diskriminasi adalah sebagai berikut: 1. Jadilah contoh yang baik Terapkan apa yang sudah kita ketahui. Pikirkanlah kata-kata yang kita gunakan dan bagaimana kita memperlakukan ODHA, lalu cobalah untuk mengubah pikiran dan tindakanmu



9



2. Berbagilah pada orang lain mengenai hal-hal yang sudah kita ketahui dan ajaklah mereka untuk membicarakan tentang stigma dan bagaimana mengubahnya 3. Atasilah masalah stigma ketiaka anda melihatnya di rumah, tempat kerja maupun masyarakat. Bicaralah, katakana masalahnya dan buatalah orang paham bahwa stigma itu melukai 4.



Lawanlah stigma melalui kelompok Setiap kelompok dapat menemukan stigma dalam situasi mereka sendiri dan setuju untuk melakukan satu atau dua tindakan praktis agar terjadi perubahan.



5.



Mengatakan stigma sebagai sesuatu yang “salah” atau “buruk” tidaklah cukup. Bantulah orang untuk bertindak melakukan perubahan. Setuju pada tindakan yang harus dilakukan, mengembangkan rencana dan lakukan.



6.



Berpikir besar. Mulai dari yang kecil dan bertindak sekarang. Hal yang bisa dilakukan secara individual:



1. Waspada pada bahasa yang kita gunakan dan hindari kata menstigma 2. Sediakan perhatian untuk mendengarkan dan mendukung anggota keluarga ODHA di rumah 3. Kunjungi dan dukung ODHA beserta keluarganya di lingkungan tempat tinggal kita. 4. Doronglah ODHA untuk menggunakan layanan yang tersedia seperti konseling, tes HIV, pengobatan medis, ART, merujuk mereka pada siapapun yang dapat menolong. Hal yang dapat dilakukan dengan melibatkan orag lain: 1. Gunakan percakapan informal sebagai kesempatan untuk membicarakan stigma 2. Gunakan kisah nyata sehingga dapat menggambarkan stigma dalam konteks praktis, misalnya cerita mengenai perlakuan buruk pada ODHA dapat mengakibatkan depresi, demikian juga sebaliknya kisah nyata perlakuan baik pada ODHA dan hasil yang dapat dipetik.



10



3. Tanggapi kata-kata stigma ketika kita mendengarnya, namun lakukanlah dengan cara-cara yang bijak sehingga membuat orang mengerti bahwa kata-kata mereka dapat melukai hati orang. 4. Doronglah



orang



untuk



beribicara



mengenai



ketakutan



dan



kekhawatirannya mengenai HIV dan AIDS. 5. Koreksilah mitos dan persepsi tentang AIDS dan ODHA 6. Promosikan ide mengenai “ menjadi pendengar yang baik dan bagaimana kita dapat mendukung ODHA beserta keluarganya” Hal-hal yang dapat dilakukan agar masyarakat membicarakan dan bertindak melawan stigma: 1. Testimoni oleh ODHA maupun keluarganya mengenai pengalaman mereka hidup dengan HIV atau hidup dengan orang yang positif HIV 2. Pengawasan bahasa (language watch). Lakukan “survey mendengarkan” untuk mengidentifikasi kata-kata yang menstigma yang sering digunakan dalam masyarakat (di media maupun lahu-lagu popular). 3. Community mapping mengenai stigma. Tunjukkan peta pada tempat pertemuan 4. Community walk untuk mengidentifikasi titik stigma di masyarakat. 5. Pertunjukan drama berdasarkan kisah nyata 6. Pameran Gambar sebagai titik fokus untuk memulai diskusi mengenai stigma. Penghapusan stigma dan diskriminasi terhadap ODHA merupakan bagian terpenting dalam gerakan nasional HIV/AIDS (GNHA). Melalui penghapusan stigma dan diskriminasi, proses preventif dan kuratif terhadap kasus HIV dan AIDS menjadi lebih optimal. Salah satu upaya dalam menanggulangi adanya diskriminasi terhadap ODHA adalah meningkatkan pemahaman tentang HIV dan AIDS di masyarakat, khususnya di kalangan petugas kesehatan dan terutama pelatihan tetang perawatan. Pemahaman tentang HIV/ AIDS pada gilirannya akan disusul dengan perubahan sikap dan cara pandang masyarakat terhadap HIV dan AIDS dan ODHA.



11



Berdasarkan Badan Narkotika dan HIV/AIDS Sulawesi Selatan terdapat 5 langkah untuk mengeliminasi stigma dan diskriminasi masyarakat terhadap ODHA yang harus dilakukan oleh para penggiat HIV/AIDS antara lain: 1.



Melakukan sosialisasi tentang patofisiologi HIV/AIDS secara benar kepada masyarakat



2.



Melakukan simulasi hubungan sosial atau terapi kerja dengan ODHA sehingga dapat menghapuskan fobia masyarakat pada ODHA terakait dalam hal interaksi sosial.



3.



Berhenti melakukan eksploitasi ODHA yang dapat menimbulkan “negatif feedback” oleh masyarakat terhadap ODHA. Bisa saja rasa simpati berubah menjadi antipasti.



4.



Melakukan upaya-upaya advokasi terhadap instansi atau lembaga pemerintah/ swasta dalam hal penegakan hukum terhadap hak-hak dasar (HAM) ODHA.



5.



Memberikan bantuan hukum terhadap semua bentuk diskriminasi terhadap ODHA yang menyebakan HAM ODHA terzalimi. Selain itu upayanya / program yang bisa dilakukan adalah



1.



Menggunakan program HEBAT (Hidup Sehat Bersama Sahabat), yaitu pengadaan materi kesehatan reproduksi dan HIV / AIDS ke dalam kurikulum mata pelajaran BK di sekolah menengah pertama (SMP).



2.



Warga Peduli AIDS, yaitu sosialisasi HIV/ AIDS kepada tokoh masyarakat dan masyarakat luas



3.



KIE HIV / AIDS oleh berbagai pihak, baik oleh berbagai Dinas maupun LSM diberbagai tempat



4.



Pelatihan tenaga kesehatan dimana salah satu materi yang diberikan adalah mengenai stigma dan diskriminasi. Program ini diharapkan dapat memberikan informasi yang benar



mengenai HIV / AIDS kepada masyarakat. Dengan pengetahuan yang adekuat diharapkan stigma dan diskriminasi dapat terus menurun dan tercapai “Zero Stigma and Discrimination”. Dalam banyak penelitian mengatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan



antara



pengetahuan



dengan



12



stigma



dan



diskriminasi.



Kesalahpahaman atau kurangnya pengetahuan ini akan berdampak pada ketakutan dan memunculkan sikap penolakan, stigma negative dan diskriminasi kepada ODHA. Intinya bahwa pemberian pengetahuan atau informasi yang baik dan benar akan menghasilkan persepsi/ pemahaman yang baik pula. Dari persepsi ini nantinya akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku seseorang terhadap ODHA.



13



BAB III PENUTUP



A. Kesimpulan Stigma adalah prasangka memberikan label sosial yang bertujuan untuk memisahkan atau mendiskreditkan seseorang atau sekelompok orang dengan cap atau pandangan buruk dan Prasangka masih mengenai sikap, keyakinan atau predisposisi untuk bertindak sedangkan diskriminasi mengarah pada tindakan nyata.. macam stigma dan deskriminasi pada ODHA yaitu Stigma dan Diskriminasi di Lingkungan Individual, Stigma dan Diskriminasi di Lingkungan Keluarga, Stigma dan Diskriminasi di Lingkungan Komunitas, Stigma dan Diskriminasi di Lingkungan Institusi, Stigma dan Diskriminasi di Lingkungan Kebijakan. Stigma dan deskriminasi memiliki dampak bagi ODHA antara lain isolasi sosial, penyebarluasan status HIV dan penolakan dalam berbagai lingkup kegiatan kemasyarakatan seperti dunia pendidikan, dunia kerja, dan layanan kesehatan membuat ODHA mengalami isolasi social, tingginya penolakan masyarakat dan lingkungan akan kehadiran orang yang terinfeksi HIV/AIDS menyebabkan sebagian ODHA harus hidup dengan menyembunyikan status. B. Saran Perlu pemberian informasi HIV/AIDS yang lengkap kepada masyarakat untuk memberikan pemahaman yang dapat mengubah persepsi individu dan masyarakat termasuk keluarga, tetangga, dan tokoh masyarakat tentang ODHA. Selain itu, juga diperlukan upaya penurunan stigma terhadap ODHA melalui penyuluhan oleh tenaga kesehatan, sebagai contoh untuk meluruskan mitos dan penularan HIV/AIDS agar tidak terjadi kekhawatiran dan ketakutan masyarakat terhadap ODHA.



14



15



DAFTAR PUSTAKA Paryati, T., Ardini S. R., & Irvan A. 2013. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stigma dan Diskriminasi kepada ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) oleh petugas kesehatan : kajian literature. Universitas Padjadjaran Bandung. Bandung. Kemenkes. RI. 2012. Buku Pedoman Penghapusan Stigma & Diskriminasi Bagi Pengelola Program, Petugas Layanan Kesehatan Dan Kader. Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan Direktorat Pengendalian Penyakit Menular Langsung . Jakarta Wisnu, A, 2017. Diskriminasi Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). (Study Kasus Kelompok Dukungan Sebaya (KDS) Smile Plus Temanggung). Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Epidemiologi HIV-AIDS di Kota Bandung. Bandung: Dinas Kesehatan Kota Bandung; 2012. Janesick VJ. Tarian Desain Penelitian Kualitatif Metafora, Metodolatri, dan Makna. In: Denzin NK, Lincoln YS, editors. The Handbook of Qualitative Research. Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2009. p. 263-76.3. Huberman AM, Miles MB. Manajemen Data dan Metode Analisis. In: Denzin NK, Lincoln YS, editors. Handbook of Qualitative Research. Jogjakarta: Pustaka Pelajar; 2009. p. 591-609.4. Pharris A, Hua NP, Tishelman C, Marrone G, Chuc NTK, Brugha R, et al. Community Patterns of Stigma Towards Persons Living with HIV: A Population-Based Latent Class Analysis from Rural Vietnam. Biomed Central Public Health. 2011;11(705) Nyblade L, Stangl A, Weiss E, Ashburn K. Combating HIV Stigma in Health Care Settings: What Works? Journal of The International AIDS Society. 2009;12(15).



16



17