Makalah Strategi Belajar Mengajar Kel.7 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH “STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DAN STRATEGI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL” Untuk melengkapi Bidang Studi Strategi Belajar Mengajar Dosen Pengampu: Najib Hasan, M.Pd



Disusun Oleh : Ayu Anjani



(1886206220)



Azmy Hadisa



(1886206177)



Gita Harnum Syapitri



(1886206206)



Robby Wahyu Ilaihi Sofyan



(1886206256)



5D-PGSD PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG 2020



KATA PENGANTAR



Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas rahmat dan karunianya sehingga Kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Pada dasarnya makalah dengan materi Strategi Pembelajaran Berbasis Proyek dan Strategi Pembelajaran Multikurtural ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang strategi pembelajaran berbasis proyek dan pembelajaran multikultural serta untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Strategi Belajar Mengajar. Pada kesempatan ini Kami dari Kelompok 7, ingin mengucapkan terimakasih kepada bapak Najib Hasan, M.Pd sebagai Dosen Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar dan teman teman yang telah mendukung dan ikut memotivasi dalam menyelesaikan makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi materi maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka Kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhir kata Kami berharap semoga makalah ilmiah ini dapat memberikan manfaat maupun upaya terhadap pembaca.



Tangerang, 18 Desember 2020



ii



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii BAB I : PENDAHULUAN........................................................................................................4 A. Latar Belakang................................................................................................................4 B. Rumusan Masalah...........................................................................................................5 C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................5 BAB II : PEMBAHASAN.........................................................................................................6 A. Strategi Pembelajaran Berbasis Proyek..........................................................................6 1) Pengertian Strategi Pembelajaran Berbasis Proyek....................................................6 2) Prinsip- prinsip Pembalajaran Berbasis Proyek..........................................................6 3) Karakteristik Model Pembelajaran Berbasis Proyek..................................................8 4) Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis Proyek..........................8 B. Strategi Pembelajaran Multikultural...............................................................................9 1) Konsep Pembelajaran Multikultural.............................................................................9 2) Dimensi dan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Multikultural..............................10 BAB III : PENUTUP...............................................................................................................20 A. Kesimpulan...................................................................................................................20 B. Saran..............................................................................................................................21 DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................22



iii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada proses pembelajaran di kelas hingga saat ini masih juga ditemukan pengajar yang memposisikan peserta didik sebagai objek belajar, bukan sebagai individu yang harus dikembangkan potensi yang dimilikinya. Hal ini dapat mematikan potensi peserta didik. Dan dalam keadaan tersebut peserta didik hanya mendengarkan pidato guru di depan kelas, sehingga mudah sekali peserta didik merasa bosan dengan materi yang diberikan. Akibatnya, peserta didik tidak paham dengan apa yang baru saja disampaikan oleh guru. Proses pembelajaran adalah merupakan suatu sistem. Dengan demikian, pencapaian standar proses untuk meningkatkan kualitas pendidikan dapat dimulai dari menganalisis setiap komponen yang dapat membentuk dan memengaruhi proses pembelajaran. Namun demikian, komponen yang selama ini dianggap sangat memengaruhi proses pendidikan adalah komponen guru. Hal ini memang wajar, sebab guru merupakan ujung tombak yang berhubungan langsung dengan siswa sebagai subjek dan objek belajar. Guru adalah pihak yang bertugas membimbing siswa agar dapat mencapai tujuan dalam pembelajaran sekaligus mengelola kelas agar dapat menjadi sebuah tim yang solid, komunikatif dan kondusif selama proses pembelajaran. Dari segi efektifitas, seorang guru diharapkan mampu mengelola pembelajaran dengan baik. Pembelajaran yang monoton tentunya akan berpengaruh terhadap semangat belajar siswa dan prestasi belajar siswa. Pemilihan strategi pembelajaran yang relevan dengan standar kompetensi juga dapat memacu kemampuan serta minat belajar siswa demi tercapainya optimalisasi kualitas pembelajaran dan pembelajaran yang bermakna. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 pasal 19 ayat 1 mengenai Standar Nasional Pendidikan juga dinyatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan 4



perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Oleh sebab itu makalah ini akan membahas tentang Strategi Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) dan Strategi Pembelajaran Multikultural. Strategi Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) adalah model pembelajaran yang memberikan kesempatan



kepada guru untuk mengelola



pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek Pembelajaran berbasis proyek memiliki potensi yang amat besar untuk membuat pengalaman belajar yang lebih menarik dan bermanfaat bagi peserta didik. Dalam pembelajaran berbasis proyek, peserta didik terdorong lebih aktif dalam belajar. Guru hanya sebagai fasilitator, mengevaluasi produk hasil kerja peserta didik yang ditampilkan dalam hasil proyek yang dikerjakan. Sedangkan, Strategi Pembelajaran Multikultural (multicultural learning) adalah strategi pendidikan yang memanfaatkan keberagaman latar belakang kebudayaan dari peserta didik sebagai salah satu kekuatan untuk membentuk sikap multicultural. Strategi ini sangat bermanfaat untuk membentuk pemahaman bersama atas konsep kebudayaan dan perbedaan budaya. B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dari Strategi Pembelajaran Berbasis Proyek? 2. Bagaimana prinsip-prinsip Pembelajaran Berbasis Proyek? 3. Apa saja Karakteristik pembelajaran berbasis proyek? 4. Kelebihan dan kekurangan pembelajaran berbasis proyek? 5. Bagaimana Konsep Pembelajaran Multikultural? 6. Apa saja dimensi dan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Multikultural? C. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui pengertian dari Strategi Pembelajaran Berbasis Proyek 2. Untuk menjelaskan prinsip-prinsip Pembelajaran Berbasis Proyek 3. Untuk menjelaskan karakteristik pembelajaran berbasis proyek 4. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pembelajaran berbasis proyek 5. Untuk menjelaskan konsep Pembelajaran Multikultural 6. Untuk mengetahui Dimensi dan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Multikultural



5



BAB II PEMBAHASAN A. Strategi Pembelajaran Berbasis Proyek



1)



Pengertian Strategi Pembelajaran Berbasis Proyek Joel L Klein et. Al dalam Widyantini (2014) menjelaskan bahwa “Pembelajaran



berbasis



proyek



adalah



strategi



pembelajaran



yang



memberdayakan siswa untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman baru berdasar pengalamannya melalui berbagai presentasi”. Menurut Thomas, dkk (1999) dalam Wati (2013) disebutkan bahwa Pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek. Pembelajaran berbasis proyek memiliki potensi yang amat besar untuk membuat pengalaman belajar yang lebih menarik dan bermanfaat bagi peserta didik. Pembelajaran berbasis proyek atau Project Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan



kepada guru



untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek. Kerja proyek memuat tugas-tugas yang kompleks berdasarkan kepada pertanyaan dan permasalahan yang sangat menantang, dan menuntut siswa untuk merancang, memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan kegiatan investigasi, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja secara mandiri. berbasis proyek berfokus pada konsep dan prinsip inti sebuah disiplin, memfasilitasi siswa untuk berinvestigasi, pemecahan masalah, dan tugas-tugas bermakna lainnya, berpusat pada siswa (students centered) dan menghasilkan produk nyata. Tujuannya adalah agar siswa mempunyai kemandirian dalam menyelesaikan tugas yang dihadapinya.



2) Prinsip- prinsip Pembalajaran Berbasis Proyek Menurut Thomas (dalam Wena, 2011), pembelajaran berbasis proyek memiliki beberapa prinsip dalam penerapan-nya yaitu: 1. Prinsip Sentralistis Prinsip sentralistis menegaskan bahwa kerja proyek merupakan esensi dari 6



kurikulum. Model ini merupakan pusat dari strategi pembelajaran, dimana siswa mempelajari konsep utama dari suatu pengetahuan melalui kerja proyek. Oleh karena itu, kerja proyek bukan merupakan praktik tambahan dan aplikasi praktis dari konsep yang sedang dipelajari, melainkan menjadi sentral kegiatan pembelajaran di kelas. Dalam pembelajaran berbasis proyek, proyek adalah strategi pembelajaran; siswa mengalami dan belajar konsepkonsep inti suatu disiplin ilmu melalui proyek. 2. Prinsip Pertanyaan Penuntun Prinsip ini berarti bahwa kerja proyek berfokus pada “pertanyaan atau permasalahan” yang dapat mendorong siswa untuk berjuang memperoleh konsep atau prinsip utama suatu bidang tertentu. Jadi, dalam hal ini kerja sebagai external motivation yang mampu menggugah siswa untuk menumbuhkan



kemandiriannya



dalam



mengerjakan



tugas-tugas



pembelajaran. 3. Prinsip Investigasi Konstruktif Prinsip Investigasi Konstruktif merupakan proses yang mengarah kepada pencapaian tujuan, yang mengandung kegiatan inkuiri, pembangunan konsep, dan resolusi. Dalam investigasi memuat proses perancangan, pembuatan keputusan, penemuan masalah, pemecahan masalah, discovery, dan pembentukan model. Disamping itu, dalam kegiatan pembelajaran berbasis proyek ini harus tercakup proses transformasi dan konstruksi pengetahuan agar siswa dapat melakukan proses pencarian dan atau pendalaman konsep pengetahuan dalam rangka menyelesaikan masalah atau proyek yang dihadapi. 4. Prinsip Otonomi Prinsip otonomi dalam pembelajaran berbasis proyek dapat diartikan sebagai kemandirian siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran, yaitu bebas menentukan pilihannya sendiri dan bertanggung jawab terhadap apa yang dikerjakan. Dalam hal ini, guru hanya berperan sebagai fasilitator dan motivator untuk mendorong tumbuhnya kemandirian siswa. 5. Prinsip Realistis Prinsip realistis berarti bahwa proyek merupakan sesuatu yang nyata yang sesuai dengan kenyataan dilapangan kerja atau dimasyarakat. Proyek yang dikerjakan bukan dalam simulasi atau imitasi, melainkan pekerjaan atau 7



permasalahan yang benar-benar nyata. 3) Karakteristik Model Pembelajaran Berbasis Proyek Pembelajaran berbasis proyek mempunyai karakteristik sebagai berikut:  Peserta didik membuat keputusan mengenai suatu kerangka kerja  Terdapat permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta didik  Peserta didik mendesain proses untuk menetapkan solusi atas permasalahan atau tantangan yang diajukan  Peserta didik bersama-sama berkolaborasi dan bertanggung jawah dalam mengakses dan mengelola informasi dalam pemecahan masalah  Proses evaluasi dilakukan secara kontinyu  Peserta didik secara berkala menjalankan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dijalankan  Produk akhir kegiatan belajar akan dievaluasi dengan kualitatif dan kondisi pembelajaran sangat toleran pada kesalahan dan perubahan. 4) Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis Proyek Boss dan Kraus dalam [ CITATION Abi07 \l 1033 ] menyatakan model pembelajaran berbasis proyek mempunyai kelebihan atau keunggulan yakni berikut ini: 



Model



ini sifatnya terpadu dengan kurikulum



menjadikan



tidak



membutuhkan tambahan apapun dalam menjalankannya. 



Siswa terlibat dalam aktivitas dunia nyata dan mempratikkan strategi otentik secara disiplin







Siswa bekerja dengan berkolaborasi dalam menyelesaikan masalah yang penting untuk mereka







Teknologi terintegrasi sebagai alat untuk penemuan, kolaborasi dan komunikasi dalam meraih tujuan pembelajaran penting dalam cara-cara baru







Peningkatan



kerja



sama



guru dalam



merancang



dan



melakukan



implementasi proyek-proyek yang melintasi batas-batas geografis atua bahkan melompat zona waktu.



8



Abidin (2013:171) menyatakan selain keunggulan, model pembelajaran berbasis proyek mempunyai kelemahan antara lain: 



Membutuhkan banyak waktu dan juga biaya







Membutuhkan banyak media dan sumber belajar







Membutuhkan guru dan siswa yang sama-sama siap belajar dan berkembang







Adanya kekhawatiran siswa hanya akan mengusai satu topik tertentu yang dikerjakannya.



B. Strategi Pembelajaran Multikultural 1) Konsep Pembelajaran Multikultural Berdasarkan dari definisi kata, multikultural terdiri dari gabungan kata multi dan kulturan. Multi berarti lebih dari satu, sedangkan kultural berarti sesuatu yang terkait dengan kebudayaan kelompok tertentu secara kebiasaan mereka yang meli puti kepercayaa, tradisi, kesenian dan sebagainya. Sehingga secara sederhana mul tikultural dapat diartikan sebagai keberagaman budaya. Pembelajaran multikultural adalah kebijakan dalam praktik pendidikan dalam mengakui, menerima dan menegaskan perbedaan dan persamaan manusia yang di kaitkan dengan gender, ras, dan kelas (Sleeter and Grant, 1988). Pembelajaran mu lticultural sendiri pada dasarnya merupakan implementasi dari pendidikan multic ultural yang kemudian dijalankan dalam proses pembelajaran di sekolah-sekolah melalui pengintregasian nilai-nilai multikultur kedalam mata pelajaran. Pembelaja ran berbasis multikultural didasarkan pada gagasan filosofis tentang kebebasan, k eadilan, kesederajatan dan perlindungan terhadap hak-hak manusia dan juga berus aha memberdayakan siswa untuk mengembangkan rasa hormat kepada orang yan g berbeda budaya, memberi kesempatan untuk bekerja bersama dengan orang ata u kelompok orang yang berbeda etnis atau rasnya secara langsung. Tujuan dari pembelajaran multicultural sendiri dapat diidentifikasi sebagai: a) Untuk memfungsikan peranan sekolah dalam memandang keberadaan si swa yang beraneka ragam; b) Untuk membantu siswa dalam membangun perlakuan yang positif terhad ap perbedaan kultural, ras, etnik, dan kelompok keagamaan; c) Memberikan ketahanan siswa dengan cara mengajar mereka dalam meng ambil keputusan dan keterampilan sosialnya; 9



d) Untuk membantu peserta didik dalam membangun ketergantungan lintas budaya dan memberi gambaran positif kepada mereka mengenai perbeda an kelompok (Banks, dalam Skeel, 1995) Di samping itu, pembelajaran berbasis multikultural dibangun atas dasar kons ep pendidikan untuk kebebasan (Dickerson, 1993; Banks, 1994); yang bertujuan u ntuk: (1) membantu siswa atau mahasiswa mengembangkan pengetahuan, sikap d an keterampilan untuk berpartisipasi di dalam demokrasi dan kebebasan masyara kat; (2) memajukan kekebasan, kecakapan, keterampilan terhadap lintas batas-bat as etnik dan budaya untuk berpartisipasi dalam beberapa kelompok dan budaya or ang lain. Perlunya pembelajaran berbasis multicultural ini karena dipandang memiliki keutamaan-keutamaan, terutama dalam: a) Memberikan terobosan baru pembelajaran yang mampu meningkatkan empat i dan mengurangi prasangka siswa atau mahasiswa sehingga tercipta manusia (warga negara) antar budaya yang mampu menyelesaikan konflik dengan tan pa kekerasan (nonviolent); b) Menerapkan pendekatan dan strategi pembelajaran yang potensial dalam men gedepankan proses interaksi sosial dan memiliki kandungan afeksi yang kuat; c) Model pembelajaran multikultural membantu guru dalam mengelola proses p embelajaran menjadi lebih efisien dan efektif, terutama memberikan kemamp uan peserta didik dalam membangun kolaboratif dan memiliki komitmen nila i yang tinggi dalam kehidupan masyarakat yang serba majemuk; d) Memberikan kontribusi bagi bangsa Indonesia dalam penyelesaian dan meng elola konflik yang bernuansa SARA yang timbul di masyarakat dengan cara meningkatkan empati dan mengurangi prasangka. 2) Dimensi dan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Multikultural James A. Banks (1993, 1994-a), mengidentifikasi ada lima dimensi pendidik an multikultural yang diperkirakan dapat membantu guru dalam mengimplementa sikan beberapa program yang mampu merespon terhadap perbedaan pelajar (sisw a), yaitu: a) Dimensi integrase isi/materi (content integration). Dimensi ini digunakan ole h guru untuk memberikan keterangan dengan “poin kunci” pembelajaran den gan merefleksi materi yang berbeda-beda. Secara khusus, para guru menggab 10



ungkan kandungan materi pembelajaran ke dalam kurikulum dengan beberap a cara pandang yang beragam. Salah satu pendekatan umum adalah mengaku i kontribusinya, yaitu guru-guru bekerja ke dalam kurikulum mereka dengan membatasi fakta tentang semangat kepahlawanan dari berbagai kelompok. Di samping itu, rancangan pembelajaran dan unit pembelajarannya tidak dirubah Dengan beberapa pendekatan, guru menambah beberapa unit atau topik seca ra khusus yang berkaitan dengan materi multikultural. b) Dimensi konstruksi pengetahuan (knowledge construction). Suatu dimensi di mana para guru membantu siswa untuk memahami beberapa perspektif dan merumuskan kesimpulan yang dipengaruhi oleh disiplin pengetahuan yang m ereka miliki. Dimensi ini juga berhubungan dengan pemahaman para pelajar terhadap perubahan pengetahuan yang ada pada diri mereka sendiri. c) Dimensi pengurangan prasangka (prejudice reduction). Guru melakukan ban yak usaha untuk membantu siswa dalam mengembangkan perilaku positif ten tang perbedaan kelompok. Sebagai contoh, ketika anak-anak masuk sekolah dengan perilaku negatif dan memiliki kesalahpahaman terhadap ras atau etni k yang berbeda dan kelompok etnik lainnya, pendidikan dapat membantu sis wa mengembangkan perilaku intergroup yang lebih positif, penyediaan kondi si yang mapan dan pasti. Dua kondisi yang dimaksud adalah bahan pembelaj aran yang memiliki citra yang positif tentang perbedaan kelompok dan meng gunakan bahan pembelajaran tersebut secara konsisten dan terus-menerus. Pe nelitian menunjukkan bahwa para pelajar yang datang ke sekolah dengan ban yak stereotipe, cenderung berperilaku negatif dan banyak melakukan kesalah pahaman terhadap kelompok etnik dan ras dari luar kelompoknya. Penelitian juga menunjukkan bahwa penggunaan teksbook multikultural atau bahan pen gajaran lain dan strategi pembelajaran yang kooperatif dapat membantu para pelajar untuk mengembangkan perilaku dan persepsi terhadap ras yang lebih positif. Jenis strategi dan bahan dapat menghasilkan pilihan para pelajar untu k lebih bersahabat dengan ras luar, etnik dan kelompok budaya lain. d) Dimensi pendidikan yang sama/adil (equitable pedagogy). Dimensi ini memp erhatikan cara-cara dalam mengubah fasilitas pembelajaran sehingga memper mudah pencapaian hasil belajar pada sejumlah siswa dari berbagai kelompok. Strategi dan aktivitas belajar yang dapat digunakan sebagai upaya memperlak ukan pendidikan secara adil, antara lain dengan bentuk kerjasama (cooperatv 11



e learning), dan bukan dengan cara-cara yang kompetitif (competition learnin g). Dimensi ini juga menyangkut pendidikan yang dirancang untuk membent uk lingkungan sekolah, menjadi banyak jenis kelompok, termasuk kelompok etnik, wanita, dan para pelajar dengan kebutuhan khusus yang akan memberi kan pengalaman pendidikan persamaan hak dan persamaan memperoleh kese mpatan belajar. e) Dimensi pemberdayaan budaya sekolah dan struktur sosial (empowering sch ool culture and social structure). Dimensi ini penting dalam memperdayakan budaya siswa yang dibawa ke sekolah yang berasal dari kelompok yang berb eda. Di samping itu, dapat digunakan untuk menyusun struktur sosial (sekola h) yang memanfaatkan potensi budaya siswa yang beranekaragam sebagai ka rakteristik struktur sekolah setempat, misalnya berkaitan dengan praktik kelo mpok, iklim sosial, latihan-latihan, partisipasi ekstra kurikuler dan pengharga an staff dalam merespon berbagai perbedaan yang ada di sekolah. Pendekatan yang bisa dipakai dalam proses pembelajaran di kelas multikultur al adalah pendekatan kajian kelompok tunggal (Single Group Studies) dan pendek atan perspektif ganda (Multiple Perspektives Approach). Pendidikan multikultural di Indonesia pada umumnya memakai pendekatan kajian kelompok tunggal. Pend ekatan ini dirancang untuk membantu siswa dalam mempelajari pandangan-panda ngan kelompok tertentu secara lebih mendalam. Oleh karena itu, harus tersedia da ta-data tentang sejarah kelompok itu, kebiasaan, pakaian, rumah, makanan, agama yang dianut, dan tradisi lainnya. Data tentang kontribusi kelompok itu terhadap p erkembangan musik, sastra, ilmu pengetahuan, politik dan lain-lain harus dihadap kan pada siswa. Pendekatan ini terfokus pada isu-isu yang sarat dengan nilai-nilai kelompok yang sedang dikaji. Sedangkan pendekatan perspektif ganda (Multiple Perspectives) adalah pend ekatan yang terfokus pada isu tunggal yang dibahas dari berbagai perspektif kelo mpok-kelompok yang berbeda. Pada umumnya, guru-guru memiliki berbagai pers pektif dalam pembelajarannya. Dalam kaitan ini, Bannet dan Spalding (1992) me nyarankan agar pembelajaran menggunakan pendekatan perspektif ganda, dengan alasan pendekatan itu nampak lebih efektif. Pendekatan perspektif ganda memban tu siswa untuk menyadari bahwa suatu peristiwa umum sering diinterpretasikan s ecara berbeda oleh orang lain, dimana interpretasinya sering didasarkan atas nilai12



nilai kelompok yang mereka ikuti. Solusi yang dianggap baik oleh suatu kelompo k (karena solusi itu sesuai dengan nilai-nilainya), sering tidak dianggap baik oleh kelompok lainnya karena tidak cocok dengan nilai yang diikutinya (Savage & Ar mstrong, 1996). Keunggulan pendekatan perspektif ganda ini terletak pada proses berpikir kri tis terhadap isu yang sedang dibahas sehingga mendorong siswa untuk menghilan gkan prasangka buruk. Interaksi dengan pandangan kelompok yang berbeda-beba da memungkinkan siswa untuk berempati. Hasil penelitian (Byrnes, 1988) memb uktikan bahwa siswa yang rendah prasangkanya menunjukkan sikap yang lebih se nsitif dan terbuka terhadap pandangan orang lain. Mereka juga mampu berpikir kr itis, karena mereka lebih bersikap terbuka, fleksibel, dan menaruh hormat pada pe ndapat yang berbeda (Walsh, 1988). Bahan pelajaran dan aktivitas belajar yang k uat aspek afektifnya tentang kehidupan bersama dalam perbedaan kultur terbukti efektif untuk mengembangkan perspektif yang fleksibel (Byrnes, 1988). Siswa ya ng memiliki rasa empati yang besar memungkinkan dia untuk menaruh rasa horm at terhadap perbedaan cara pandang. Tentu saja hal itu akan mampu mengurangi prasangka buruk terhadap kelompok lain. Membaca buku sastra multietnik dapat mengurangi stereotipe negatif tentang budaya orang lain (Walker-Dalhouse, 199 2). Pendekatan perspektif ganda mengandung dua sasaran yaitu meningkatkan em pati dan menurunkan prasangka. Empati terhadap kultur yang berbeda merupakan prasyarat bagi upaya menurunkan prasangka. 3) Bagaimana Mengembangkan Pembelajaran Berbasis Multikultural Ada beberapa hal yang perlu dijadikan perhatian dalam mengembangkan pe mbelajaran berbasis multikultural a. Melakukan analisis faktor potensial bernuansa multikultural Analisis faktor yang dipandang penting dijadikan pertimbangan dalam menge mbangkan model pembelajaran berbasis multikultural, yang meliputi: 1. Tuntutan kompetensi mata pelajaran yang harus dibekalkan kepada peser ta didik berupa pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), dan etik a atau karakter (ethic atau disposition). 2. Tuntutan belajar dan pembelajaran, terutama terfokus membuat orang un tuk belajar dan menjadikan kegiatan belajar adalah proses kehidupan; 3. Kompetensi guru dalam menerapkan pendekatan multikultural. Guru seb 13



aiknya menggunakan metode mengajar yang efektif, dengan memperhati kan referensi latar budaya siswanya. Guru harus bertanya dulu pada diri sendiri, apakah ia sudah menampilkan perilaku dan sikap yang mencermi nkan jiwa multikultural; 4. Analisis terhadap latar kondisi siswa. Secara alamiah siswa sudah me nggambarkan masyarakat belajar yang multikultural. Latar belakang kult ural siswa akan mempengaruhi gaya belajarnya. Agama, suku, ras/etnis d an golongan serta latar ekonomi orang tua, bisa menjadi stereotipe siswa ketika merespon stimulus di kelasnya, baik berupa pesan pembelajaran maupun pesan lain yang disampaikan oleh teman di kelasnya. Siswa bisa dipastikan memiliki pilihan menarik terhadap potensi budaya yang ada d i daerah masingmasing; materi pembelajaran yang bernuansa multikultur al. 5. Analisis materi otensial yang relevan dengan pembelajaran berbasis mult ikultural, antara lain meliputi: a. Menghormati perbedaan antar teman ( gaya pakaian, mata pencahari an, suku, agama, rtnis dan budaya); b. menampilkan perilaku yang didasari oleh keyakinan ajaran agama m asingmasing; c. kesadaran bermasyarakat, berbangsa dan bernegara; d. membangun kehidupan atas dasar kerjasama umat beragama untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan; e. mengembangkan sikap kekeluargaan antar suku bangsa dan antra ba ngsabangsa; f. tanggung jawab daerah (lokal) dan nasional; g. menjagakehormatan diri dan bangsa; h. mengembangkan sikap disiplin diri, sosial dan nasional; i. mengembangkan kesadaran budaya daerah dan nasional; j. mengembangkan perilaku adil dalam kehidupan; k. membangun kerukunan hidup; l. menyelenggarakan „proyek budaya‟ dengan cara pemahaman da n sosialisasi terhadap simbol-simbol identitas nasional, seperti bahas a Indonesia, lagu Indonesia Raya, bendera Merah Putih, Lambang n egara Garuda Pancasila, bahkan budaya nasional yang menggambar 14



kan puncakpucak budaya di daerah; dan sebagainya. b. Menetapkan strategi pembelajaran berkadar multikultural Pilihan strategi yang digunakan dalam mengembangkan pembelajaraan b erbasis multikultural, antara lain: strategi kegiatan belajar bersama-sama (Co operative Learning), yang dipadukan dengan strategi pencapaian konsep (Co ncept Attainment) dan strategi analisis nilai (Value Analysis); strategi analisi s sosial (Social Investigation). Beberapa Pilhan strategi ini dilaksanakan seca ra simultan, dan harus tergambar dalam langkah-langkah model pembelajara n berbasis multikultural. Namun demikian, masing-masing strategi pembelaja ran secara fungsional memiliki tekanan yang berbeda. Strategi Pencapaian K onsep, digunakan untuk memfasilitasi siswa dalam melakukan kegiatan ekspl orasi budaya lokal untuk menemukan konsep budaya apa yang dianggap men arik bagi dirinya dari budaya daerah masing-masing, dan selanjutnya mengga li nilai-nilai yang terkandung dalam budaya daerah asal tersebut. Strategi cooperative learning, digunakan untuk menandai adanya perkem bangan kemampuan siswa dalam belajar bersama-sama mensosialisasikan ko nsep dan nilai budaya lokal dari daerahnya dalam komunitas belajar bersama teman. Dalam tataran belajar dengan pendekatan multikultural, penggunaan s trategi cooperative learning, diharapkan mampu meningkatkan kadar partisip asi siswa dalam melakukan rekomendasi nilai-nilai lokal serta membangun c ara pandang kebangsaan. Dari kemampuan ini, siswa memiliki keterampilan mengembangkan kecakapan hidup dalam menghormati budaya lain, toleransi terhadap perbedaan, akomodatif, terbuka dan jujur dalam berinteraksi dengan teman (orang lain) yang berbeda suku, agama etnis dan budayanya, memiliki empati yang tinggi terhadap perbedaan budaya lain, dan mampu mengelola k onflik dengan tanpa kekerasan (conflict non violent). Selain itu, penggunaan strategi cooperative learning dalam pembelajaran dapat meningkatkan kualita s dan efektivitas proses belajar siswa, suasana belajar yang kondusif, memba ngun interaksi aktif antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa dalam pe mbelajaran. Sedangkan strategi analisis nilai, difokuskan untuk melatih kema mpuan siswa berpikir secara induktif, dari setting ekspresi dan komitmen nila i-nilai budaya lokal (cara pandang lokal) menuju kerangka dan bangunan tata pikir atau cara pandang yang lebih luas dalam lingkup nasional (cara pandan g kebangsaan). 15



Bertolak dari keempat strategi pembelajaran di atas, pola pembelajaran b erbasis multikultural dilakukan untuk meningkatkan kesadaran diri siswa terh adap nilai-nilai keberbedaan dan keberagaman yang melekat pada kehidupan siswa lokal sebagai faktor yang sangat potensial dalam membangun cara pan dang kebangsaan. Dengan kesadaran diri siswa terhadap nilai-nilai lokal, sis wa di samping memiliki ketegaran dan ketangguhan secara pribadi, juga ma mpu melakukan pilihan-pilihan rasional (rational choice) ketika berhadapan d engan isuisu lokal, nasional dan global. Siswa mampu menatap perspektif glo bal sebagai suatu realitas yang tidak selalu dimaknai secara emosional, akan t etapi juga rasional serta tetap sadar akan jati diri bangsa dan negaranya. Kem ampuan akademik tersebut, salah satu indikasinya ditampakkan oleh siswa da lam perolehan hasil pembelajaran yang di alami. Kriteria yang dapat digunak an untuk mengetahui keberhasilan kegiatan belajar siswa adalah laporan kerj a (makalah), unjuk kerja dan partisipasi yang ditampilkan oleh siswa dalam p embelajaran dengan cara diskusi dan curah pendapat, yang meliputi rasional berpendapat, toleransi dan empati terhadap menatap nilai-nilai budaya daerah asal teman, serta perkembangan prestasi belajar siswa setelah mengikuti tes d i akhir pembelajaran. Selain itu, kriteria lain yang dapat digunakan adalah unj uk kerja yang ditampilkan oleh guru di dalam melaksanakan pendekatan mult ikultural dalam pembelajarannya. Guru yang bersangkutan selalu terlibat dalam setiap fase kegiatan pembe lajaran, baik dalam kegiatan diskusi dan refleksi hasil temuan awal, penyusun an rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dalam pelaksaan tind akan, diskusi dan refleksi hasil pelaksanaan tindakan, dan penentuan/penyusu sunan rencana tindakan selanjutnya dalam pencapain tujuan pembelajaran. c. Menyusunan rancangan pembelajaran berbasis multikultural Penyusunan rancangan pembelajaran PKn yang bernuansa multikultural, dapat dilakukan melalui lima tahapan utama, yaitu: (1) analisis isi (content an alysis); (2) analisis latar kultural (setting analysis); (3) pemetaan materi (map ing contents); (4) pengorganisasian materi (contents organizing) pembelajara n PKn; dan (5) menuangkan dalam format pembelajaran. Kelima tahapan pro ses dalam merumuskan rancangan pembelajaran PKn tersebut dapat dideskri psikan sebagai berikut: 1. Analisis isi, yaitu proses untuk melakukan identifikasi, seleksi, dan peneta 16



pan materi pembelajaran PKn. Proses ini bisa ditempuh dengan berpedoma n atau menggunakan rambu-rambu materi yang terdapat dalam GBPP, anta ra lain mengenai materi standar minimal, urutan (sequence) dan keluasan (scope) materi, kompetensi dasar yang dimiliki, serta ketrampilan yang dik embangkan. Di samping itu, dalam menganalisis materi guru hendaknya ju ga menggunakan pendekatan nilai-moral, yang karakteristiknya meliputi p engetahuan moral, pengenalan moral, pembiasaan moral dan pelakonan m oral (Depdiknas, 2000). 2. Analisis latar kultural dikembangkan dari pendekatan kultural dan siklus k ehidupan (life clycle), yang di dalamnya mengandung dua konsep, yaitu ko nsep wilayah atau lingkungan (lokal, regional, nasional dan global); dan ko nsep manusia beserta aktivitasnya yang mencakup seluruh aspek kehidupa n. Selain itu, analisis latar juga mempertimbangkan nilai-nilai kultural yan g tumbuh dan berkembang serta dijunjung tinggi oleh suatu masyarakat ser ta kemungkinan kemanfaatannya bagi kehidupan siswa. 3. Pemetaan materi pembelajaran yang berkaitan erat dengan prinsip yang ha rus dikembangkan dalam mengajarkan nilai dan moral, yaitu prinsip: dari yang mudah ke sukar; dari yang sederhana ke sulit; dari konkrit ke abstrak s; dari lingkungan sempit/dekat menuju lingkungan yang meluas. 4. Pengorganisasian Materi PKn, dengan pendekatan multikultural harus dila kukan dengan memperhatikan prinsip “4 W dan 1 H”, yaitu: What (apa), Why (mengapa), When (kapan), Where (di mana) dan How (bagaimana). Dalam rancangan pembelajaran PKn, kelima prinsip ini, harus diwarnai ol eh ciri-ciri pembelajaran dengan multikultural, dalam menuju pelakonan (e xperiences) nilai-moral yang berlandaskan pada asas empatisitas tinggi dan kejujuran serta saling menghargai keunggulan masing-masing. Selain itu, p engorganisasian materi pembelajaran perlu memperhatikan beberapa dime nsi yang mampu menggambarkan karakteristik kerja multikultural, antara l ain dimensi isi/materi (content integration), dimensi konstruksi pengetahua n (konwledge construction), dimensi pengurangan prasangka (prejudice re duction); dimensi pendidikan yang sama/adil (eguitable pedagogy), dan di mensi pemberdayaan budaya sekolah dan sruktur sosial (empawering scho ol culture and social structure) Kesemuanya dilakukan dengan memberday akan metode pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk bermultikultu 17



ral. 5. Menuangkan ke dalam tahapan model pembelajaran berbasis multikultural. Tahapan proses tindakan yang dilakukan dalam mengembangkan pembelaj aran pembelajaran berbasis multikultural dikemukakan dalam matriks beri kut. No 1



2



Tahapan Kegiatan Studi



Menugaskan kepada siswa untuk melakukan eksplorasi eksplorasi diri lokal, yang meliputi diri sendiri dan lingkungan sosialbudaya bernuansa multikultural (daerah asal), dengan dan ketentuan: a. Memilih masalah yang menarik bagi mereka, bisa lingkungan masalah stereotipe, suku, agama, ras/etnis, bahasa sosialbudaya daerah, adat-kebiasaan, kesenian dan organisasi sosial (lokal) siswa setempat, yang potensial b. Menggambarkan bagaimana ekspresinya (perangkat dantampilan) dengan c. Menggali nilai-nilai dan landasan filosofik yang digunakan oleh masyarakat asal siswa substansi d. Memproyeksikan prospek nilai-nilai dan filosofi dari multikultural masalah terpilih dalam konteks kehidupan bermasyarakat dan berbangsa dan bernegara. Presentasi Siswa mempresentasikan hasil eksplorasi (bisa individual hasil atau kelompok) terhadap masalah lokal yang menarik eksplorasi. bagi dirinya, di hadapan teman atau kelompok lain.



3



Peer group analysis



4



Expert opinion



5



Deskripsi Kegiatan



Teman lain atau siswa yang telah dibagi menjadi beberapa kelompok, dimohon untuk mengalisis dan memberi komentar terhadap presentasi hasil eksplorasi masalah terpilih. Secara bergiliran masing-masing siswa atau kelompok memprensentasikan hasil analisisnya. Guru merekam beberapa masukan dan komentar yang muncul di antara mereka. Guru memberikan komentar mengenai hasil eksplorasi yang dipresentasikan dan beberapa komentar teman.



Refleksi,



Guru bersama siswa melakukan refleksi tampilan siswa



rekomendasi



dan rekomendasi terhadap keunggulan nilainilai budaya



dan



lokal yang diperkirakan memiliki potensi dan prospek



membangun



dalam membangun komitmen nilai yang dapat digunakan 18



komitmen



sebagai perekat persatuan dan kesatuan baik dalam kehidupan lokal maupun kehidupan nasional (cara pandang kebangsaan)



4) Prosedur Pengelolaan Pembelajaran Multikultural Prosedur yang ditempuh dalam pengelolaan pembelajaran multikultural adala h melalui tahapan; kegiatan pendahuluan, kegiatan utama, analisis, abstraksi, pen erapan, dan kegiatan penutup. a. Kegiatan pendahuluan dalam pembelajaran multikultural adalah menciptakan suasana yang kondusif sehingga setiap peserta didik dapat belajar dalam har moni dan kebersamaan. b.



Kegiatan utama merupakan kegiatan instruksional yang menekankan pada p enciptaan pembelajaran yang harmoni untuk membentuk kepribadian peserta didik yang penuh toleransi didasarkan pada keanekaragaman budaya.



c.



Kegiatan analisis dalam tahapan pembelajaran multikultural adalah memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berbagi pemikiran dan pemahaman p ribadi tentang sesuatu yang sudah dipelajarinya.



d.



Abstraksi dalam pembelajaran multikultural merupakan upaya pendidik untu k memperjelas materi inti yang harus dipahami oleh peserta didik.



e.



Penerapan dalam pembelajaran multikultural adalah untuk mengukur peruba han yang terjadi pada peserta didik setelah mengikuti pembelajaran.



f. [ CITATION Roo20 \l 1033 ] penutup adalah kegiatan akhir dari prosedur pembel ajaran multikultural yang dapat dilakukan sekaligus dengan kegiatan penilaia n.



19



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. Pembelajaran berbasis proyek atau Project Based Learning (PBL) a. Model pembelajaran yang memberikan kesempatan



kepada guru untuk



mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek. b. Prinsip-prinsip Pembalajaran Berbasis Proyek yaitu prinsip sentralis, prinsip pernyataan penuntun, prinsip investigasi konstruktif, prinsip otonomi, dan prinsip realistis.



c. Karakteristik pembelajaran berbasis proyek yaitu membuat keputusan, terdapat permasalahan atau tantangan, mendesain proses, berkolaborasi dalan akses infomasi, proses evaluasi, menjalankan refleksi terhadap kegiatan, dievaluasi dengan kualitatif dan kondisi pembelajaran.



d. Kelebihan dan kekurangan pembelajaran berbasis proyek yaitu kelebihannya model ini bersifat terpadu, siswa turut terlibat, siswa bekerja untuk menyelesaikan masalah, peningkatan kerja guru sedangkan kekkurangannya membutuhkan waktu yang banyak, media dan sumber ajar.



2. Pembelajaran multicultural a. Merupakan implementasi dari pendidikan multicultural yang kemudian dijalankan



dalam



proses



pembelajaran



di



sekolah-sekolah



melalui



pengintregasian nilai-nilai multikultur kedalam mata pelajaran. b. Dimensi pembelajaran multicultural yaitu dimensi integrase isi/materi, dimensi konstrusi pengetahuan, dimensi pengurangan prasangka, dimensi pendidikan yang sama/adil, dan dimensi pemberdayaan budaya sekolah dan struktur. c. Pendekatan pembelajaran multicultural yang bisa dipakai dalam proses pembelajaran di kelas multukuktural adalah pendekatan kajian kelompok tunggal dan pendekatan perspektif ganda. d. Pengembangan menetapkan



pembelajaran



strategi



multicultural



pembelajaran



yaitu



berkadar



melakukan



multicultural,



analisis, menyusun



rancangan pembelajaran berbasis multicultural, dan menuangkan ke dalam tahapan model pembelajaran berbasis multukultural. e. Adapun prosedur yang ditempuh dalam pengelolaan pembelajaran multikultur 20



al adalah melalui tahapan; kegiatan pendahuluan, kegiatan utama, analisis, abs traksi, penerapan, dan kegiatan penutup. B. Saran Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan atau pengetahuan para pembaca tentang “Strategi Pembelajaran Berbasis Proyek dan Strategi Pembelajaran Multikultural”. Kami menyadari bahwa masih ada kekurangan yang terdapat dalam makalah ini, semoga para pembaca dapat memakluminya.



21



DAFTAR PUSTAKA Hardini, I., & Puspitasari, D. (2015). Strategi Pembelajaran Terpadu (Teori, Konsep, & Implementasi). Yogyakarta: Familia (Group Relasi Inti Media). Rati, N. W., & Nyoman, N. K. dan. (2017). Model Pembelajaran Berbasis Proyek , Kreativitas. Jurnal Pendidikan Indonesia, 6(1), 2.



Abe'i, R. (2020, Desember 18). Pembelajaran Multikultural. 2011. Abidin. (2007). menyatakan model pembelajaran berbasis proyek mempunyai kelebihan atau keunggulan yakni berikut ini. Lingua, P. (2019). Pembelajaran Multikultural dan Strategi Pengelolaan Pembelajaran Multikultural. https://www.purwarupalingua.com/2020/11/pembelajaranmultikultural-dan-strategi.html?m=1. Diakses pada tanggal 18 Desember 2020. Pradikto, B. (2017). Pembelajaran Multikultural. http://www.pradikto.com/2017/11/pembelajaran-multikultural.html?m=1. Diakses pada tanggal 18 Desember 2020. Sumardi, K. (2011). Pembelajaran Berbasis Multikultural. http://kaminsumardi.staf.upi.edu/files/2011/10/Pembelajaran-BerbasisMultikultural.pdf. Diakses pada tanggal 18 Desember 2020. Susanti, Y. (2020). Pembelajaran Multikultural Di Sekolah. https://osf.io/hba69/download. Diakses pada tanggal 18 Desember 2020.



22