Makalah Strategi Pengajaran Kelompok 10 - Psikologi Pendidikan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

STRATEGI PENGAJARAN MAKALAH Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan Dosen Pengampu : Cucu Arumsari,M.Pd.



Disusun oleh : Kelompok 10 (BK-2B) Delvira Nur Anbiya



C2086201010



Dhiya Haifa Hasna



C2086201002



Rika Andriyani



C2086201003



PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA 2021



KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan dalam menyelesaikan tugas kelompok mata kuliah Psikologi Pendidikan dengan tanpa banyak kesulitan. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman jahilliah menuju zaman islamiah yang penuh dengan hidayah Allah SWT, serta menuntun umatnya kepada realisasi kehidupan yang sesuai dengan Al-Quran dan As-Sunnah. Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehatNya, sehingga makalah “Strategi Pengajaran” dapat diselesaikan. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan. Kami berharap makalah ini dapat menjadi referensi bagi pembaca. Kami menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan dalam penulisan makalah ini dan kami mohon kepada pembaca untuk saran dan kritik agar ketika penulisan makalah kembali dapat lebih baik dari makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk pembaca maupun penulis.



Tasikmalaya, April 2021



Penyusun



DAFTAR ISI



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada mulanya istilah strategi digunakan dalam dunia militer dan diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu peperangan. Seorang yang berperang dalam mengatur strategi, untuk memenangkan peperangan sebelum melakukan tindakan, ia akan menimbang bagaimana kekuatan pasukan yang dimilikinya baik dilihat dari kuantitas maupun kualitasnya. Setelah semuanya diketahui, baru kemudian ia akan menyusun tindakannya yang harus dilakukan, baik tentang siasat peperangan yang harus dilakukan, taktik dan teknik peperangan, maupun waktu yang tepat untuk melakukan serangan. Dengan demikian dalam menyusun strategi perlu memperhitungkan berbagai faktor, baik dari dalam maupun dari luar. Guru sebagai pengembang media pembelajaran harus mengetahui perbedaan pendekatan-pendekatan dalam belajar agar dapat memilih strategi pengajaran yang tepat. Strategi pengajaran harus dipilih untuk memotivasi para pembelajar, memfasilitasi proses belajar, membentuk manusia seutuhnya, melayani perbedaan individu, mengangkat belajar bermakna, mendorong terjadinya interaksi dan memfasilitasi belajar kontekstual. Tapi saat sekarang realitanya kita dapat melihat proses pembelajaran itu sendiri guru masih belum bisa mengkondisikan pembelajarannya sesuai yang diharapkan oleh siswa maupun kurikulum yang dituntut. Tidak hanya itu, terkadang guru belum bisa memahami seperti apa pembelajaran siswa itu sendiri. Pemilihan strategi pengajaran sangatlah penting. Strategi yang diterapkan dalam kegiatan pembelajaran disebut Strategi Pengajaran. Pengajaran adalah upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Tujuan strategi pengajaran adalah terwujudnya efisiensi dan



efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik. Pihak-pihak yang terlibat dalam pengajaran adalah pendidik (perorangan dan atau kelompok) serta peserta didik (perorangan, kelompok, dan atau komunitas) yang berinteraksi edukatif antara satu dengan yang lainnya. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan



latar



belakang



diatas,



permasalahan



yang



ingin



diungkapkan dalam karya tulis ini yaitu sebagai berikut : 1. Bagaimana aspek dalam perencanaan pengajaran? 2. Bagaimana taksonomi dalam pembelajaran? 3. Bagaimana strategi dalam pembelajaran? 4. Bagaimana cara mempertimbangkan keberagaman kelompok? 1.3 Tujuan Masalah Tujuan yang ingin dicapai dalam karya tulis ini yaitu sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui aspek perencanaan pengajaran 2. Untuk mengetahui taksonomi pembelajaran 3. Untuk mengetahui strategi pembelajaran 4. Untuk mengetahui cara mempertimbangkan keberagaman kelompok 1.4 Metode Penelitian Metode penulisan yang kami gunakan dalam karya tulis ini adalah metode



studi



kepustakaan



(library



research)



dilaksanakan



dengan



menggunakan literature (kepustakaan) dari penelititan sebelumnya. Metode studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan (Nazir, 1988 : 111) 1.5 Manfaat Penelitian Karya tulis ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktik. a) Manfaat Teoritis



Manfaat penulisan karya tulis ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai strategi dalam melaksanakan pengajaran. b) Manfaat Praktis 1) Bagi siswa dapat menambah pengetahuan tentang strategi dalam melaksanakan pengajaran. 2) Dapat digunakan sebagai acuan dalam referensi tentang strategi dalam melaksanakan pengajaran.



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Aspek Perencanaan Pengajaran Kompenen terpenting pada perencanaan pengajaran diarahkan pada lima aspek yaitu : a) Perumusan tujuan pembelajaran, b) Pemilihan dan pengorganisasian materi ajar, c) Pemilihan sumber belajar / media pembelajaran, d) Skenario / kegiatan pembelajaran, e) Penilaian hasil belajar yang akan dijelaskan sebagai berikut :  Perumusan tujuan pembelajaran 1. Kejelasan tujuan : Rumusan tujuan pembelajaran tidak menimbulkan penafsiran ganda. 2. Kelengkapan cangkupan rumusan : Rumusan tujuan pembelajaran minimal mengandung kompenen siswa dan perilaku yang merupakan hasil belajar. 3. Kesesuaian dengan kompetensi dasar : Tujuan pembelajaran dijabarkan dari kompetensi dasar yang terdapat dalam kurikulum.  Pemilihan dan pengorganisasian materi ajar 1. Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran : Materi dipilih berdasarkan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. 2. Kesesuaian dengan karakteristik siswa : Tingkat keluasan dan kedalaman materi disesuaikan dengan karakteristik siswa. Hal ini dapat tampak dalam skenario/ kegiatan pembelajaran. 3. Keruntutan dan sistematika materi : Penataan materi disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran, misalnya prosedural, kronologis, dll. 4. Kesesuaian materi dengan alokasi waktu : Kemungkinan tindaknya keluasan dan kedalam materi dapat dicapai dalam waktu yang disediakan.  Pemilihan sumber belajar / media pembelajaran



1. Kesesuaian sumber belajar / media pembelajaran dengan tujuan pembelajaran : Sumber belajar / media pembelajaran yang dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran, misalnya : buku, modul untuk kompetensi kognitif, media audio untuk kompetensi keterampilan dan sebagainya. 2. Kesesuaian sumber belajar / media pembelajaran dengan materi pembelajaran : Sumber belajar / media pembelajaran yang dipilih dapat memudahkan pemahaman siswa, misalnya : sempoa digunakan untuk operasi hitung (matematika), lampu senter, glode dan vola untuk mengilustrasikan proses kognitif gerhana, dan sebagainya. 3. Kesesuaian sumber belajar / media pembelajaran karakteristik siswa : Sumber belajar / media pembelajaran yang diplih sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif, karakteristik afektif, dan keterampilan mororik siswa.  Skenario / kegiatan pembelajaran 1. Kesesuaian



strategi



dan



metode



pembelajaran



dengan



tujuan



pembelajaran : Pendekatan, metode, dan strategi pembelajaran yang digunakan relevan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai / kompetensi yang arus dikuasai siswa. 2. Kesesuaian



metode



dan



strategi



pembelajaran



dengan



materi



pembelajaran : Metode dan strategi pembelajaran yang dipilih dapat mempermudah pemahaman siswa. 3. Kesesuaian metode dan strategi pembelajaran dengan karakteristik siswa : Metode dan strategi pembelajaran yang dipilih sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif, karakteristik afektif, dan keterampilan motorik siswa. 4. Kelengkapan langkah-langkah dalam setiap tahapan pembelajaran dan kesesuaian dengan alokasi waktu yang disediakan.  Penilaian hasil belajar



1. Kesesuaian teknik penilaian dengan tujuan pembelajaran, misalnya : tes tulis untuk mengukur penguasaan pengetahuan, tes kinerja untuk mengukur keterampilan, dan skala sikap untuk mengukur sikap. 2. Kesesuaian prosedur penilaian : Tampak jelas dideskripsikan prosedur penilaian awal, proses, dan akhir, termasuk metode yang digunakan (tes dan nontes). 3. Kelengkapan instrumen : Soal, rubrik, dan kunci jawaban. 2.2 Taksonomi Pembelajaran Taksonomi berasal dari bahasa yunani “tassein” yang berarti untuk mengklasifiaksi dan “nomos” yang berarti aturan. Taksonomi berarti klasifikasi berhirarki dari sesuatu atau prinsip yang mendasari klasifikasi. Semua hal yang hidup, benda diam, tempat, dan kejadian sampai pada kemampuan berpikir dapat diklasifikasikan menurut beberapa skema taksonomi. Kegiatan pembelajaran dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu, yaitu hasil belajar berupa perubahan tingkah-laku. Tanpa adanya tujuan pembelajaran yang jelas, pembelajaran akan menjadi tidak efektif dan menjadi tanpa arah. Agar dapat menetukan tujuan pembelajaran yang diharapkan, pemahaman taksonomi tujuan atau hasil belajar menjadi sangat penting bagi seorang pendidik. Dengan pemahaman ini seorang pendidikan dapat menetukan dengan lebih jelas dan tegas apa tujuan pembelajaran lebih bersifat kognitif, dan mengacu kepada tingkat intelektual tertentu, atau lebih bersifat afektif atau psikomotor. Jadi, taksonomi pembelajaran adalah usaha pengelompokan yang disusun dan diurutkan berdasarkan ciri-ciri suatu bidang tertentu dan menjadi salah satu aspek yang harus dipertimbangkan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Sebab segala kegiatan pembelajaran intinya adalah pada



tercapainya tujuan tersebut. Taksonomi tujuan pembelajaran diperlukan dengan pertimbangan sebagai berikut :  Perlu adanya kejelasan tekminology tujuan yang digunakan dalam tujuan pembelajaran karena tujuan pembelajaran berfungsi untuk memberikan arah kepada proses belajar dan menentukan perilaku yang dianggap sebagai bukti hasil belajar.  Sebagai alat yang akan membantu guru dalam mendeskripsikan dan menyusun tes, teknis penilaian dan evaluasi. Keuntungan dari penuangan taksonomi pembelajaran adalah sebagai berikut :  Waktu untuk kegiatan belajar mengajar dapat dialokasikan dan dimanfaatkan secara tepat.  Pokok bahasan dapat dibuat seimbang sehingga tidak ada materi pelajaran yang dibahas terlalu mendalam atau terlalu sedikit dan sesuai.  Pendidik dapat menetapkan berapa banyak materi pembelajaran yang dapat atau sebaiknya diberikan dalam setiap jam pembelajaran.  Pendidikan dapat menetapkan berapa banyak materi pelajaran yang dapat atau sebaiknya diberikan dalam setiap pelajaran.  Pendidikan dapat menetapkan susunan dan rangkaian materi pelajaran secara tepat.  Pendidik dapat menetapkan dan mempersiapkan strategi belajar mengajar yang cocok dan menarik dengan mudah.  Pendidik dapat dengan mudah mempersiapkan berbagai keperluan peralatan maupun bahan dalam keperluan belajar.  Pendidik dapat dengan mudah megukur keberhasilan siswa dalam belajar. Sehingga seorang pendidik dituntut untuk mampu menyusun dan merumuskan tujuan pembelajaran secara jelas dan tegas. Karna rumusan dalam tujuan pembelajaran yang dilakukannya akan berujung pada inefektivitas dan inefesiensi pembelajaran.



Melihat pada karya Hamzah B. Uno terdapat beberapa pengertian mengenai konsep dasar taksonomi pembelajaran yang dikemukakan oleh para ahli, yaitu sebagai berikut :  Robert F. Mager Tujuan pembelajaran adalah perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu.  Kemp dan David E.Kapel Tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan.  Hanry Ellington Tujuan pembelajaran adalah pernyataan yang diharapkan dapat tercapai sebagai hasil belajar.  Oemar Hamalik Tujuan pembelajaran adalah suatu deskripsi tingkah laku yang diharapkan dicapai oleh siswa setelah berlangsung pembelajaran.  Menurut Standar Proses pada Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007. Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar. Ini berarti kemampuan yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran mencakup kemampuan yang akan dicapai siswa selama proses belajar dan hasil akhir belajar. Meskipun pengertian dari para ahli berbeda-beda dalam memberikan rumusan tujuan pembelajaran, tetapi mempunyai maksud yang sama, yaitu :  Tujuan pembelajaran adalah tercapainya perubahan perilaku pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.  Tujuan dirumuskan dalam bentuk pernyataan atau deskripsi yang spesifik.



Upaya merumuskan tujuan pembelajaran dapat memberikan manfaat tertentu, baik bagi pendidikan maupun peserta didik. Manfaat dari tujuan pembelajaran, yaitu sebagai berikut :  Memudahkan dalam mengkomunikasikan maksud kegiatan belajar mengajar kepada siswa, sehingga siswa dapat melakukan perbuatan belajarnya secara lebih mandiri.  Mempermudah guru memilih dan menyusun bahan ajar.  Membantu memudahkan guru menentukan kegiatan belajar dan media pembelajaran.  Memudahkan guru mengadakan penilaian. Dan kriteria yang harus dipenuhi dalam memilih tujuan pembelajaran, yaitu sebagai berikut :  Preferensi nilai, yaitu cara pandangan dan keyakinan guru mengenai apa yang penting dan seharusnya diajarkan kepada siswa serta bagaimana cara membelajarkannya.  Analisis taksonomi perilaku, dengan menganalisis taksonomi perilaku ini, guru akan dapat menentukan bentuk dan jenis pembelajaran yang akan dikembangkan, apakah seorang pendidik hendak menitikberatka pada pembelajaran kognitif, afektif, atau psikomotor. 2.3 Strategi Pembelajaran Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai a plan method, or series of activities degigned to achieves a particukar educational goal (J.R. David, 1976). Jadi, dengan demikian strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai merencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Ada dua hal yang perlu dicermati dari pegertian di atas. Pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbabagi sumber daya /



kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja belum sampai pada tindakan. Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Dengan demikian, penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan. Oleh sebab itu, sebelum mentukan strategi, perlu dirumuskan tujuan yang jelas yang dapat diukur keberhasilannya, sebab tujuan adalah rohnya dalam implementasi suatu strategi (Wina Sanjaya, 2006 : 126). Macam-macam strategi pembelajaran menurut Wina Sanjaya, 2006 : 128-129 dalam Buku Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, yaitu sebagai berikut : Rownteree (1974) membagi strategi pembelajaran dalam beberapa kelompok 1. Strategi pembelajaran penyampaian (Exposition) Bahan pelajaran disajikan kepada siswa dalam bentuk jadi dan dituntut untuk menguasai bahan tersebut. Roy Killen menyebutnya dengan strategi pembelajaran langsung (direct instruction). Mengapa dikatakan langsung? Sebab dalam strategi ini, materi pelajaran disajikan begitu saja kepada siswa, siswa dituntut untuk mengelolanya. Kewajiaban siswa adalah menguasai secara penuh. Dengan demikian, dalam strategi ekspositori guru berfungsi sebagai penyampaian. 2. Strategi pembelajaran penemuan (Discovery) Bahan pelajaran dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa melalui berbagai aktivitas, sehingga tugas guru lebih banyak menjadi fasilitator dan pembimbing bagi siswanya. Karena sifatnya yang demikian strategi ini sering dinamakan strategi pembelajaran tidak langsung. 3. Strategi pembelajaran individual (Individual) Strategi belajar individual dilakukan oleh siswa secara mandiri. Kecepatan, kelambatan, dan keberhasilan pembelajaran siswa sangat ditentukan oleh



kemampuan individu siswa yang bersangkutan, bahan pelajaran serta bagaimana mempelajari didesain untuk belajar sendiri. 4. Strategi Pembelajaran Kelompok (Groups) Strategi belajar kelompok dilakukan secara beregu. Sekelompok siswa diajar oleh seorang atau beberapa orang guru. Bentuk belajar kelompok ini bisa dalam pembelajaran kelompok besar atau pembelajaran klasikal, atau bisa jugsa siswa dalam kelompok-kelompok kecil semacam buzz group. Strategi kelompok tidak memperhatikan kecepatan belajar individual. Setiap individu dianggap sama. Oleh karena itu, belajar dalam kelompok dapat terjadi siswa memiliki kemampuan tinggi akan terhambat oleh siswa yang memiliki kemampuan kurang akan merasa tergusur oleh siswa yang mempunyai kemampuan tinggi. Dari cara penyajian dan pengolahannya, strategi pembelajaran juga dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut : 1. Strategi pembelajaran deduktif Strategi pembelajaran deduktif adalah strategi pembelajaran yang dilakukan dengan mempelajari konsep-konsep terlebih dahulu untuk kemudian dicari kesimpulan dan ilustrasi-ilustrasi, atau bahan pelajaran yang dipelajari dimulai dari hal-hal yang konkret. Strategi ini disebut juga strategi pembelajaran dari umum ke khusus. 2. Strategi pembelajaran induktif Strategi ini bahan yang dipelajari dimulai dari hal-hal yang konkreat atau contoh-contoh yang kemudian secara perlahan siswa dihadapkan pada materi yang kompleks dan sukar. Strategi ini kerap dinamakan strategi pembelajaran dari khusus ke umum. Pemilihan strategi pembelajaran dalam Buku Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan menurut Wina Sanjaya, 2006 : 129131). Pembelajaran pada dasarnya adalah proses penambahan informasi dan kemampuan baru. Ketika berpikir informasi dan kemampuan apa yang harus



dimiliki oleh siswa, maka pada saat itu juga kita semestinya berpikir strategi apa yang harus dilakukan agar semua ini dapat tercapai secara efektif dan efisien. Ini sangat penting untuk dipahami, sebab apa yang arus dicapai akan menetukan bagaimana cara pencapaiannya. Oleh Karena itu sebelum menetukan strategi pembelajaran yang dapat digunakan, ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan. 1. Pertimbangan yang berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai. Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan adalah : - Apakah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai berkenaan dengan aspek kognitif, afektif, atau psikomotor? - Bagaimana kompleksitas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, apakah tingkat tinggi atau rendah? - Apakah untuk mencapai tujuan itu memerlukan keterampilan akademis? 2. Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran. Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajuka adalah : - Apakah materi pelajaran itu berupa fakta, konsep, hukum, atau teori tertentu? - Apakah untuk mempelajari materi pembelajaran itu memerlukan prasyarat tertentu atau tidak? - Apakah tersedia buku-buku sumber untuk mempelajari materi itu? 3. Pertimbangan dari sudut siswa. Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan adalah : - Apakah strategi pembelajaran sesuai dengan tingkat kematangan siswa? - Apakah strategi pembelajaran itu sesuai dengan minat, bakat, dan kondisi siswa? - Apakah strategi pembelajaran itu sesuai dengan gaya belajar siswa? 4. Pertimbangan-pertimbangan lainnya adalah: - Apakah untuk mencapai tujuan hanya cukup dengan satu strategi saja?



- Apakah strategi yang kita tetapkan dianggap satu-satunya strategi yang dapat digunakan? - Apakah strategi itu memiliki nilai efektivitas dan efisiensi? Pertanyaan-pertanyaan diatas, merupaka bahan pertimbangan dalam menetapkan strategi yang ingin ditetapkan. Misalnya untuk mencapai tujuan yang berhubungan dengan aspek kognitif, akan memiliki strategi yang berbeda dengan upaya untuk mencapai tujuan efektif atau psikomotor. Demikian juga halnya, untuk mempelajari bahan pelajaran yang bersifat fakta akan berbeda dengan mempelajari bahan pembuktian suatu teori, dan lain sebagainya. 2.4 Mempertimbangkan Keberagaman Kelompok Keberagaman kelompok akan mempengaruhi komposisi di kelas, termasuk dalam memilih strategi-strategi pembelajaran yang mengakomodir kebutuhan siswa. Pada masa 1bulan pertama kelas baru biasanya merupakan masa perjuangan bagi guru-guru. Di tiap kelas sepulang sekolah, akan ada saja diskusi-diskusi kelompok guru yang sedang menceritakan tantangan yang dihadapi ketika kegiatan belajar. Tuntutan tuntas belajar untuk setiap materi yang dibawakan di kelas, diikuti kondisi kelas yang dihuni individu yang unik dan tak dapat didandingkan satu sama lain, adalah hal paling seru bagi guru dimanapun. Ketersediaan waktu berbanding terbalik dengan gemuknya materi yang harus dikuasai siswa. Tantangan level selanjutnya adalah kehadiran siswa berkebutuhan khusus di dalam kelas. Kebutuhan mereka yang seringkali beragam dan memerlukan penanganan individual lebih besar dibandingkan teman-teman sekelasnya, menjadikan tim guru di kelas perlu waktu dan tenaga ekstra merancang dan mendampingin mereka belajar. Berbekal keyakinan kuat bahwa tidak ada penyakit yang tidak ada obatnya, pasti berlaku juga di ruang kelas. Tidak ada tantangan yang tidak ada solusinya. Begitupun, para pengajar percaya bahwa tidak ada siswa yang



hadir dalam keadaan kosong. Semua memiliki sesuatu yang bisa menjadi pengetahuan baru bagi yang lain. Kelas “hanya” memerlukan komposer yang tepat dan dapat dioptimalkan di kelas. Berdasarkan diskusi para pengajar, strategi dalam kelompok sampai saat ini masih paling mujarab untuk mengatasi keberagaman. Studi mengenai bekerja dalam kelompok ini sudah digagas puluhan tahun lalu. Bahkan sekarang, dengan adanya keterampilan abad 21 yang perlu dikuasai siswa yaitu kolaborasi, membuat pentingnya bekerja sama dalam kelompok menjadi hal yang tak bisa dihindari. Strategi bekerja dalam kelompok (group work) telah dipraktikkan dalam pendidikan di Indonesia sejak lama, yaitu dengan istilah CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif). Siswa duduk dalam kelompok-kelompok, dengan harapan dapat berinteraksi selama pembelajaran. Sayangnya, praktik bekerja dalam kelompok tidak semulus yang dibayangkan. Tidak hanya di Indonesia, pelaksanaan group work sering kali malah dijadikan alat bagi guru untuk mendapatkan waktu luang melakukan kegiatan lain. Siswa diberikan tugas untuk menyelesaikan administrasi, menulis laporan, dan sebagainya (Quinn, 2013). Selain itu, kerja kelompok yang tidak terencana dan tidak dipantau prosesnya juga berpotensi menimbulkan hasil belajar yang tidak optimal. Dalam bekerja kelompok, ada hal-hal mendasar yang terlebih dahulu harus sudah menjadi kebiasaan siswa dan guru, yaitu sebagai berikut : 1. Mendengarkan orang lain 2. Kompromi, menghargai perbedaan 3. Menetapkan tujuan bersama dan menentukan ukuran keberhasilannya 4. Memahami peran dan tanggung jawab 5. Memberi umpan balik 6. Memantau kemajuan dari waktu ke waktu Adanya siswa berkebutuhan khusus di dalam kelas seringkali dipandang sebagai hambatan bagi siswa lain untuk lebih cepat menguasai materi.



Padahal riset membuktikan, meski penuh tantangan dan perlu perencanaan matang, berbagai keuntungan dapat diperoleh siswa, baik yang regular maupun yang berkebutuhan khusus melalui kegiatan kerja kelompok ini. Siswa regular mendapatkan pengalaman terutama dalam hal kepekaan terhadap lingkungan sekitar (Baines, Blatcford, & Webster, 2015). Agar strategi bekerja dalam kelompok ini dapat berjalan dengan optimal,



biasanya



pengelompokan.



harus Untuk



menentukan memahami



terlebih



dahulu



konsep-konsep



tujuan



dari



abstrak,



mengekompokkan siswa dengan mudah memahami sebuah konsep jika disampaikan dalam bahasa yang sesuai dengan kemampuannya. Di sini peran siswa berkemampuan verbal yang baik dapat berkembang, Karena ia dapat menjelaskan kembali suatu konsep kepada temannya dalam kalimatnya sendiri, juga dengan bahasa yang biasanya lebih mudah dimengerti teman. Lain lagi jika perlu melakukan remedial teaching. Siswa dengan kemapuan yang sudah baik dan sudah menguasai materi akan dikelompokan untuk selanjutnya meneriman pengayaan, sementara siswa yang belum menguasai materi akan mendapatkan penjelasan serta kegiatan diskusi terbimbing. Kelompok siswa yang mendapatkan materi pengayaan dapat diberi tanggung jawab untuk mempelajari secara mandiri terlebih dahulu, agar memiliki waktu untuk mendampingi kelompok remedial. Untuk keperluan proyek dengan durasi pengajaran agak panjang, dikelompokan siswa berdasarkan kemampuan bekerja sama dengan kelompok. Ada yang akan berperan sebagai pemimpin, percurahan gagasan, do-ers, bahkan motivator. Ada kalanya memberi kepercayaan kepada mereka untuk menentukan sendiri kelompoknya, yang dianggap sudah dapat saling memahami cara kerja masing-masing. Namun, sebelum diberi kepercayaan seperti ini, harus dipastikan siswa memang sudah paham tentang peran dan tanggung jawab, juga rasa empati sudah terbangun di antara mereka terutama berkaitan dengan keikutsertaan siswa berkebutuhan khusus.



Di waktu-waktu tertentu berharap siswa bisa bekerja sama dengan siapa saja. Ini biasanya dilakukan untuk membagi kelompok ketika akan melakukan sesi curah gagasan atau awalan sebelum memulai sebuah pembahasan. Dengan tujuan seperti ini, siswa dikelompokan secara acak saja, misalnya melaui kriteria tertentu yang sifatnya tidak mengikat, seperti berkelompok dengan teman yang lahir dibulan yang sama, atau berhitung dan sebagainya. Para praktiknya, masih saja ada siswa yang tidak bisa meneriman salah satu teman kelompoknya. Bisa juga meski sudah dipikirkan dengan matang, hasil kerja kelompok tidak semaksimal yang diharapkan. Di saat seperti itu, pengajar harus mengajak siswa melakukan refleksi dan bersama-sama menilai keberhasilan kegiatan. Sebagai pengajaran, apabila kegiatan sudah selesai, pengajar harus melakukan refleksi. Tidak ada satu strategi yang sempurna untuk semua kegiatan belajar. Pengajar perlu melihat kebutuhannya saat akan membagi kelompok, melihat tujuan belajar yang ingin dicapai, juga melihat kesiapan anak sebelum membuat kelompok.



BAB III PENUTUP 3.1 Simpulan Kompenen terpenting pada perencanaan atau strategi pengajaran diarahkan pada lima aspek yaitu : a)Perumusan tujuan pembelajaran, b)Pemilihan dan pengorganisasian materi ajar, c)Pemilihan sumber belajar / media pembelajaran, d)Skenario / kegiatan pembelajaran, dan e)Penilaian hasil belajar. Strategi pengajaran dalam kegiatan pembelajaran dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu, yaitu hasil belajar berupa perubahan tingkah-laku. Tanpa adanya tujuan pembelajaran yang jelas, pembelajaran akan menjadi tidak efektif dan menjadi tanpa arah. Agar dapat menetukan tujuan pembelajaran yang diharapkan, pemahaman taksonomi tujuan atau hasil belajar menjadi sangat penting bagi seorang pendidik atau pengajar. Ada dua hal yang perlu dicermati dalam strategi pengajaran. Pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbabagi sumber daya / kekuatan dalam pembelajaran. Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian, penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya tercapainya tujuan pengajaran. 3.2 Saran Setelah kami menyelesaikan karya tulis ini, kami berharap agar pembaca dapat memberikan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan karya tulis ini, sebab kami hanyalah manusia biasa yang tidak lepas dari kesalahan. Saran dan kritik pembaca akan sangat bermanfaat untuk menjadikan karya tulis ini lebih baik lagi.



DAFTAR PUSTAKA



Ayuningtias,



Tomah.



Makalah



Strategi



Pembelajaran.



24



Mei



2016.



https://tomahayuningtiasblog.wordpress.com/2016/05/24/makalah-strategipembelajaran/ (Diakses 8 April 2021)



Yenisa,



Nabela



Ilma.



Aspek



Perencanaan



Pembelajaran.



2014.



http://lagibelajargoblog.blogspot.com/2014/09/konsep-dasar-perencanaanpembelajaran_28.html#:~:text=ASPEK%20PERENCANAAN%20PEMBELAJAR AN,Oleh%20Nabela%20Ilma&text=1.,pembelajaran%20tidak%20menimbulkan%20 penafsiran%20ganda.&text=Kelengkapan%20cangkupan%20rumusan%3A%20r umusan%20tujuan,perilaku%20yang%20merupakan%20hasil%20belajar (Diakses 8 April 2021)



Burhanuddin,



Afid.



Taksonomi



Pembelajaran.



19



Mei



2014.



https://afidburhanuddin.wordpress.com/2014/05/19/taksonomi-pembelajaran2/#:~:text=Taksonomi%20pembelajaran%20adalah%20usaha%20pengelompokan ,dipertimbangkan%20dalam%20melaksanakan%20kegiatan%20pembelajaran (Diakses 8 April 2021)



Bubu. Kerja Kelompok, Strategi Sederhana Mengatasi Keberagaman. 1 Februari 2019.



https://www.sekolahmutiarabunda.com/post/kerja-kelompok-strategi-



sederhana-mengatasi-keberagaman (Diakses 8 April 2021)