Makalah Surveilens [PDF]

  • Author / Uploaded
  • ekki
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Surveilans Epidemiologi adalah kegiatan pengamatan secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan serta kondisi yang mempengaruhi resiko terjadinya penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan, pengolahan data dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan. Pada awalnya surveilans epidemiologi banyak dimanfaatkan pada upaya pemberantasan penyakit menular, tetapi pada saat ini surveilans mutlak diperlukan pada setiap upaya kesehatan masyarakat, baik upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, maupun terhadap upaya kesehatan lainnya. Pelaporan Penyakit Menular hanya salah satu bagian saja namun yang paling penting dari suatu system surveilans kesehatan masyarakat. Bertambahnya jumlah penduduk dan “overcrowding” mempercepat terjadinya penularan penyakit dari orang ke orang. Faktor pertumbuhan dan mobilitas penduduk ini juga memperngaruhi perubahan gambaran Epidemiologis serta virulensi dari penyakit menular tertentu. Perpindahan penduduk dari satu wilayah ke wilayah baru yang mempunyai ekologi lain membawa konsekuensi orang-orang yang pindah tersebut mengalami kontak dengan agen penyakit tertentu yang dapat menimbulkan masalah penyakit baru. Apapun jenis penyakitnya, apakah dia penyakit yang sangat prevalens di suatu wilayah ataukah penyakit yang baru muncul ataupun penyakit yang digunakan dalam bioteririsme, yang paliang penting dalam upaya pencegahan dan pemberantasan adalah mengenal dan mengidentifikasinnya sedini mungkin. Untuk mencapai tujuan tersebut maka system surveilans yang tertata rapi sangat diperlukan. CDC Atlanta telah mengembangkan rencana strategis untuk mengatasi masalah-masalah yang muncul termasuk mengembangkan jaringan susrveilans sentinel, pengembangan pusat-pusat surveilans berbasis masyarakat dan berbagai proyek yang melengkapi kegiatan surveilans. Sebagai tambahan, Journal baru yang berjudul Emerging Infectious Diseases telah diterbitkan. CDC dengan WHO telah pula melakukan kerjasama tukar menukar informasi melalui media elektronika sejak 1



tahun 1990 an. Bagaimanapun juga deteksi dini terhadap suatu kejadian penyakit menular sangat tergantung kepada kejelian para petugas kesehatan yang berada di ujung tombak untuk mengenali kejadian kesehatan yang tidak biasa secara dini. Dokter atau tenaga kesehatan yang menemukan yang aneh di lapangan punya kewajiban untuk melaporkan kepada otoritas kesehatan yang lebih tinggi agar dapat dilakukan tindakan yang semestinya. B. Rumusan Masalah 1. Apa itu Surveilans ? 2. Apa jenis-jenis Surveilans ? 3. Apa kegunaan dan manfaat Surveilans ? 4. Bagaimana langkah-langkah dalam melakukan Surveilans ? 5. Apa itu Screening ?



C. Tujuan 1. Mengetahui apa itu surveilans 2. Mengetahui jenis-jenis surveilans 3. Mengetahui kegunaan dan manfaat surveilans 4. Mengetahui bagaimana langkah-langkah melakukan surveilans 5. Mengetahui apa itu screening



2



BAB II PEMBAHASAN 1. Surveilans 1.1 Pengertian Surveilans Menurut WHO (2004), surveilans adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data secara sistemik dan terus menerus serta penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan. Berdasarkan definisi diatas dapat diketahui bahwa surveilans adalah suatu kegiatan pengamatan penyakit yang dilakukan secara terus menerus dan sistematis terhadap kejadian dan distribusi penyakit serta faktor-faktor yang mempengaruhinya pada masyarakat sehingga dapat dilakukan penanggulangan untuk dapat mengambil tindakan efektif. Surveilans kesehatan masyarakat adalah proses pengumpulan data kesehatan yang mencakup tidak saja pengumpulan informasi secara sistematik, tetapi juga melibatkan analisis, interpretasi, penyebaran, dan penggunaan informasi kesehatan. Hasil surveilans dan pengumpulan sertaanalisis data digunakan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang status kesehatan populasi guna merencanakan, menerapkan, mendeskripsikan, dan mengevaluasi program kesehatan masyarakat untuk mengendalikan dan mencegah kejadian yang merugikan kesehatan. Dengan demikian, agar data dapat berguna, data harus akurat, tepat waktu, dan tersedia dalam bentuk yang dapat digunakan (Timmreck, 2005). Istilah surveilans digunakan untuk dua hal yang berbeda : a. Surveilans dapat diartikan sebagai pengawasan secara terus-menerus terhadap faktor penyebab kejadian dan sebaran penyakit, dan yang berkaitan dengan keadaan sehat atau sakit. Surveilans ini meliputi pengumpulan, analisis, penafsiran, dan penyebaran data yang terkait, dan dianggap sangat berguna untuk penanggulangan dan pencegahan secara efektif. Definisi yang demikian luas itu mirip dengan surveilans pada sistem informasi kesehatan rutin, dan karena itu keduanya dapat dianggap berperan bersama-sama.



3



b. Menyangkut sistem pelaporan khusus yang diadakan untuk menanggulangi masalah kesehatan utama atau penyakit, misalnya penyebaran penyakit menahun suatu bencana alam. Sistem surveilans ini sering dikelola dalam jangka waktu yang terbatas dan terintegrasi secara erat dengan pengelolaan program intervensi kesehatan. Bila informasi tentang insidens sangat dibutuhkan dengan segera, sedangkan sistem informasi rutin tidak dapat diandalkan maka sistem ini dapat digunakan. (Vaughan, 1993). 1.2 Jenis-Jenis Surveilans Ada beberapa jenis surveilans ; a. Surveilans Individu Surveilans individu (individual surveillance) mendeteksi dan memonitor individu yang mengalami kontak dengan penyakit serius, misalnya pes, cacar, tuberkulosis, tifus, demam kuning, sifilis. Surveilans individu memungkinkan dilakukannya isolasi institusional segera terhadap kontak, sehingga penyakit yang dicurigai dapat dikendalikan. Sebagai contoh, karantina merupakan isolasi institusional yang membatasi gerak dan aktivitas orang –orang atau binatang yang sehat tetapi telah terpapar oleh suatu kasus penyakit menular selama periode menular. Tujuan karantina adalah mencegah transmisi penyakit selama masa inkubasi seandainya terjadi infeksi (Last, 2001). Isolasi institusional pernah digunakan kembali ketika timbul AIDS 1980an dan SARS. Dikenal dua jenis karantina: (1) Karantina total; (2) Karantina parsial. Karantina total membatasi kebebasan gerak semua orang yang terpapar penyakit menular selama masa inkubasi, untuk mencegah kontak dengan orang yang tak terpapar. Karantina parsial membatasi kebebasan gerak kontak secara selektif, berdasarkan perbedaan tingkat kerawanan dan tingkat bahaya transmis penyakit. Contoh, anak sekolah diliburkan untuk mencegah penularan penyakit campak, sedang orang dewasa diperkenankan terus bekerja. Satuan tentara yang ditugaskan pada pos tertentu dicutikan, sedang di pospos lai nnya tetap bekerja. Dewasa ini karantina diterapkan secara terbatas, sehubungan dengan masalah legal, politis, etika, moral, dan filosofi tentang legitimasi, 4



akseptabilitas, dan efektivitas langkah-langkah pembatasan tersebut untuk mencapai tujuan kesehatan masyarakat (Bensimon dan Upshur, 2007). b. Surveilans Penyakit Surveilans penyakit (disease surveillance) melakukan pengawasan terusmenerus terhadap distribusi dan kecenderungan insidensi penyakit, melalui peng umpulan sistematis, konsolidasi, evaluasi terhadap laporan-laporan penyakit dan kematian, serta data relevan lainnya. Jadi focus perhatian surveilans penyakit adalah



penyakit,



bukan individu.



Di



banyak



negara,



pendekatan



surveilans penyakit biasanya didukung melalui program vertical (pusat-daerah). Contoh, program surveilans tuberkulosis, program surveilans malaria. Beberapa dari sistem surveilans vertikal dapat berfungsi efektif, tetapi tidak sedikit yang tidak terpelihara dengan baik dan akhirnya kolaps, karena pemerintah kekurangan biaya. Banyak program surveilans penyakit vertical yang berlangsung



parallel



antara



satu



penyakit



dengan



penyakit



lainnya,



menggunakan fungsi penunjang masing-masing, mengeluarkan biaya untuk sumberdaya masing-masing, dan memberikan informasi duplikatif, sehingga mengakibatkan inefisiensi. c. Surveilans Sindromik Syndromic surveillance (multiple disease surveillance) melakukan pengawasan terus-menerus terhadap sindroma (kumpulan gejala) penyakit, bukan masing-masing penyakit. Surveilans sindromik mengandalkan deteksi indikator-indikator kesehatan individual maupun populasi yang bias diamati sebelum konfirmasi diagnosis. Surveilans sindromik mengamati indikatorindikator individu sakit, seperti pola perilaku, gejala-gejala, tanda, atau temuan laboratorium, yang dapat ditelusuri dari aneka sumber, sebelum diperoleh konfirmasi laboratorium tentang suatu penyakit. Surveilans sindromik dapat dikembangkan pada level lokal, regional, maupun nasional. Sebagai contoh, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menerapkan kegiatan surveilans sindromik berskala nasional terhadap penyakit-penyakit yang mirip influenza (flu-like illnesses) berdasarkan laporan berkala praktik dokter di AS. Dalam surveilans tersebut, para dokter yang 5



berpartisipasi melakukan skrining pasien berdasarkan definisi kasus sederhana (demam dan batuk atau sakit tenggorok) dan membuat laporan mingguan tentang jumlah kasus, jumlah kunjungan menurut kelompok umur dan jenis kelamin, dan jumlah total kasus yang teramati. Surveilans tersebut berguna untuk memonitor aneka penyakit yang menyerupai influenza, termasuk flu burung, dan antraks, sehingga dapat memberikan peringatan dini dan dapat digunakan



sebagai



instrument



untuk



memonitor



krisis



yang



tengah berlangsung. (Mandl et al., 2004; Sloan et al., 2006) Suatu system yang mengandalkan laporan semua kasus penyakit tertentu dari fasilitas kesehatan, laboratorium, atau anggota komunitas, pada lokasi tertentu, disebut surveilans sentinel. Pelaporan sampel melalui system surveilans sentinel merupakan cara yang baik untuk memonitor masalah kesehatan dengan menggunakan sumber daya yang terbatas.(DCP2, 2008; Erme dan Quade, 2010) d. Surveilans Berbasis Laboratorium Surveilans berbasis laboartorium digunakan untuk mendeteksi dan menonitor penyakit infeksi. Sebagai contoh, pada penyakit yang ditularkan melalui makanan seperti salmonellosis, penggunaan sebuah laboratorium sentral untuk mendeteksi strain bakteri tertentu memungkinkan deteksi outbreak penyakit



dengan



lebih



segera



dan



lengkap



daripada



system



yang



mengandalkan pelaporan sindroma dari klinik-klinik. (DCP2, 2008) e. Surveilans Terpadu Surveilans terpadu (integrated surveillance) menata dan memadukan semua kegiatan surveilans di suatu wilayah yurisdiksi (negara/ provinsi/ kabupat en/ kota) sebagai sebuah pelayanan public bersama. Surveilans terpadu menggunakan struktur, proses, dan personalia yang sama, melakukan fungsi mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk tujuan pengendalian penyakit. Kendatipun pendekatan surveilans terpadu tetap memperhatikan perbedaan kebutuhan data khusus penyakit-penyakit tertentu. (WHO, 2001, 2002; Sloan et al., 2006).



6



Karakteristik pendekatan surveilans terpadu: 1. Memandang surveilans sebagai pelayanan bersama (common services); 2. Menggunakan pendekatan solusi majemuk; 3. Menggunakan pendekatan fungsional, bukan struktural; 4. Melakukan sinergi antara fungsi inti surveilans (yakni,pengumpulan, pelapor an, analisis data, tanggapan) dan fungsi pendukung surveilans (yakni, pelatih an dan supervisi, penguatan laboratorium, komunikasi, manajemen sumber daya); 5. Mendekatkan fungsi surveilans dengan pengendalian penyakit. Meskipun menggunakan pendekatan terpadu, surveilans terpadu tetap memandang penyakit yang berbeda memiliki kebutuhan surveilans yang berbeda. (WHO, 2002) f. Surveilans Kesehatan Masyarakat Global Perdagangan dan perjalanan internasional di abad modern, migrasi manusia dan binatang serta organisme, memudahkan transmisi penyakit infeksi lintas negara. Konsekunsinya, masalah-masalah yang dihadapi negara-negara berkembang dan Negara maju di dunia makin serupa dan bergayut. Timbulnya epidemic global (pandemi) khususnya menuntut dikembangkannya jejaring yang terpadu di seluruh dunia, yang manyatukan para praktisi kesehatan, peneliti, pemerintah, dan organisasi internasional untuk memperhatikan kebutuhan-kebutuhan surveilans yang melintasi batas-batas negara. Ancaman aneka



penyakit



menular



merebak



pada



skala



global, baik penyakit-



penyakit lama yang muncul kembali (re-emerging diseases), maupun penyakitpenyakit yang baru muncul (newemerging diseases), seperti HIV/AIDS, flu burung, dan SARS. Agenda surveilans global yang komprehensif melibatkan aktor-aktor baru, termasuk pemangku kepentingan pertahanan keamanan dan ekonomi (Calain, 2006; DCP2, 2008) 1.3 Kegunaan dan Manfaat Surveilans a. Kegunaan Surveilans Surveilans Epidemiologi digunakan untuk :



7



1. Mengetahui gambaran epidemiologi masalah kesehatan atau penyakit. Yang dimaksud gambaran epidemiologi dari suatu penyakit adalah epidemiologi deskriptif penyakit itu menurut waktu, tempat, dan orang. 2. Menetapkan prioritas masalah kesehatan Minimal ada 3 persyaratan untuk mendapatkan prioritas masalah kesehatan untuk ditanggulangi yaitu besarnya masalah, adanya metode untuk memecahkan masalah, dan tersedianya biaya untuk mengatasi masalah. 3. Mengetahui cakupan pelayanan Atas dasar data kunjungan ke puskesmas, dapat diperkirakan cakupan pelayanan puskesmas terhadap karakteristik tertentu dari penderita, dengan membandingkan proporsi penderita menurut karakteristik tertentu yang berkunjung ke puskesmas, dan proporsi penderita menurut karakteristik yang sama di populasi atas dasar data statistic dari daerah yang bersangkutan. 4. Untuk kewaspadaan dini terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) KLB adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan frekuensi suatu penyakit dalam periode waktu tertentu di suatu wilayah. Di Indonesia, penyakit menular yang sering menimbulkan KLB adalah penyakit diare, penyakit yang dapat diimunisasikan, infeksi saluran nafas, dan lain-lain. 5. Untuk memantau dan menilai program. b. Manfaat Surveilans Pada awalnya surveilans epidemiologi banyak dimanfaatkan pada upaya pemberantasan penyakit menular, tetapi pada saat ini surveilans mutlak diperlukan pada setiap upaya kesehatan masyarakat baik upaya pencegahan maup un pemberantasa penyakit menular. Secara garis besar, tujuan surveilans epidemio logi yaitu: 1. Mengetahui distribusi geografis penyakit endemis dan penyakit yang dapat menimbulkan epidemic. 2. Mengetahui perioditas suatu penyakit. 3. Menentukan apakah terjadi peningkatan insidensi yang disebabkan oleh kejadian luar biasa atau karena perioditas penyakit. 8



4. 5. 6. 7.



Mengetahui situasi suatu penyakit tertentu. Memperoleh gambaran epidemiologi tentang penyakit tertentu. Melakukan pengendalian penyakit. Mengetahui adanya pengulangan outbreak yang pernah menimbulkan end



emic 8. Pengamatan epidemiologi terhadap influenza untuk mengetahui adanya tipe baru dari virus influenza. 1.4 Langkah-langkah melakukan surveilans Langah-langkah dalam surveilans sangat di butuhkan agar kita mendapatkan hasil yang diinginkan dan tepat penggunaannya. Terdapat beberapa langkah-langkah dalam suerveilans epidemiologi, antara lain yaitu: a. Perencanaan surveilans Perencanaan kegiatan surveilans dimulai membuat kerangka kegiatan surveilans yaitu dengan penetapan tujuan surveilans, dilanjutkan dengan penentuan definisi kasus, perencanaan perolehan data, teknik pengumpulan data, teknik analisis dan mekanisme penyebarluasan informasi. b. Pengumpulan data Pengumpulan data merupakan awal dari rangkaian kegiatan untuk memproses data selanjutnya. Data yang dikumpulkan memuat informasi epidemiologi yang dilaksanakan secara teratur dan terus-menerus dan dikumpulkan tepat waktu. Pengumpulan data dapat bersifat pasif yang bersumber dari Rumah sakit, Puskesmas dan lain-lain, maupun aktif yang diperoleh dari kegiatan survey. Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan pencatatan insidensi terhadap orang-orang yang dianggap penderita malaria atau population at risk melalui kunjungan rumah (active surveillance) atau pencatatan insidensi berdasarkan laporan sarana pelayanan kesehatan yaitu dari laporan rutin poli umum setiap hari, laporan bulanan Puskesmas desa dan Puskesmas pembantu, laporan petugas surveilans di lapangan, laporan harian dari laboratorium dan laporan dari masyarakat serta petugas kesehatan lain (passive surveillance). Atau dengan kata lain, data dikumpulkan dari unit kesehatan sendiri dan dari unit kesehatan yang paling rendah, misalnya laporan dari Pustu, Posyandu, Bar kesra, Poskesdes. 9



Proses pengumpulan data diperlukan system pencatatan dan pelaporan yang baik. Secara umum pencatatan di Puskesmas adalah hasil kegiatan kunjungan pasien dan kegiatan luar gedung. Sedangkan pelaporan dibuat dengan merekapitulasi data hasil pencatatan dengan menggunakan formulir tertentu, misalnya form W1 Kejadian Luar Biasa (KLB) , form W2 (laporan mingguan) dan lain-lain. c. Pengolahan dan penyajian data Data yang sudah terkumpul dari kegiatan diolah dan disajikan dalam bentuk tabel, grafik (histogram, polygon frekuensi), chart (bar chart, peta/map area). Penggunaan computer sangat diperlukan untuk mempermudah dalam pengolahan data diantaranya dengan menggunakan program (software). d. Analisis data Analisis merupakan langkah penting dalam surveilans epidemiologi karena akan dipergunakan untuk perencanaan, monitoring dan evaluasi serta tindakan



pencegahan



dan



penanggulangan



penyakit.



Kegiatan



ini



menghasilkan ukuran ukuran epidemiologi seperti rate, proporsi, rasio dan lain-lain untuk mengetahui situasi, estimasi dan prediksi penyakit. Data yang sudah diolah selanjutnya dianalisis dengan membandingkan data bulanan atau tahun-tahun sebelumnya, sehingga diketahui ada peningkatan atau penurunan, dan mencari hubungan penyebab penyakit malaria dengan factor resiko yang berhubungan dengan kejadian malaria. e. Penyebarluasan informasi Penyebarluasan informasi dapat dilakukan ketingkat atas maupun ke bawah. Dalam rangka kerja sama lintas sektoral instansi-instansi lain yang terkait dan masyarakat juga menjadi sasaran kegiatan ini. Untuk diperlukan informasi yang informative agar mudah dipahami terutama bagi instansi diluar bidang kesehatan. Penyebarluasan informasi yang baik harus dapat memberikan informasi yang mudah dimengerti dan dimanfaatkan dalam menentukan arah kebijakan kegiatan, upaya pengendalian serta evaluasi program yang dilakukan. Cara 10



penyebarluasan informasi yang dilakukan yaitu membuat suatu lapora hasil kajian yang disam paikakepada atasan, membuat laporan kajian untuk seminar dan pertemuan, membuat suatu tulisan di majalah rutin, memanfaatkan media internet yang set iap saat dapat di akses dengan mudah. f. Umpan balik Kegiatan umpan balik dilakukan secara rutin biasanya setiap bulan saat menerima laporan setelah diolah dan dianalisa melakukan umpan balik kepada unit kesehatan yang melakukan laporan dengan tujuan agar yang mengirim laporan mengetahui bahwa laporannya telah diterima dan sekaligus mengoreksi dan member petunjuk tentang laporan yang diterima. Kemudian mengadakan umpan balik laporan berikutnya akan tepat waktu dan benar pengisiannya. Cara pemberian umpan balik dapat melalui surat umpan balik, penjelasan pada saat pertemuan serta pada saat melakukan pembinaan/suvervisi Bentuk dari umpan balik bias berupa ringkasan dari informasi yang dimuat dalam bulletin (news letter) atau surat yang berisi pertanyaanpertanyaan sehubungan dengan yang dilaporkan atau berupa kunjungan ke tempat asal laporan untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya. Laporan perlu diperhatikan waktunya agar terbitnya selalu tepat pada waktunya, selain itu bila mencantumkan laporan yang diterima dari eselon bawahan, sebaliknya yang dicantumkan adalah tanggal penerimaan laporan. g. Investigasi penyakit Setelah pengambilan keputusan perlunya mengambil tindakan maka terlebih dahulu dilakukan investigasi/penyelidikan epidemiologi penyakit. Dengan investigator membawa ceklis/format pengisian tentang masalah kesehatan yang terjadi dalam hal ini adalah penyakit malaria dan bahan untuk pengambilan sampel di laboratorium. Setelah melakukan investigasi penyelidikan kemudian disimpulkan bahwa benarbenar telah terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) malaria yang perlu mengambil tindakan atau sebaliknya. h. Tindakan penanggulangan



11



Tindakan penanggulangan yang dilakukan melalui pengobatan segera pada penderita yang sakit, melakukan rujukan penderita yang tergolong berat, melakukan penyuluhan mengenai penyakit malaria kepada masyarakat untuk meningkatkan kesadaran agar tidak tertular penyakit atau menghindari penyakit



tersebut,



melakukan



gerakan



kebersihan



lingkungan



untuk



memutuskan rantai penularan. i. Evaluasi data sistem surveilans Program surveilans sebaiknya dinilai secara periodic untuk dapat dilakukan evaluasi manfaat kegiatan surveilans. Sistem dapat berguna apabila memenuhi salah satu dari pernyataan berikut: 1. Apakah kegiatan surveilans dapat mendeteksi kecenderungan dan mengidentifikasi perubahan dalam kejadian kasus. 2. Apakah program surveilans dapat mendeteksi epidemic kejadian kasus di wilayah tersebut. 3. Apakah kegiatan surveilans dapat memberikan informasi tentang besarnya morbiditas dan mortalitas yang berhubungan dengan kejadian penyakit di wilayah tersebut. 4. Apakah program surveilans dapat mengidentifikasi faktor-faktor resiko yang berhubungan dengan kasus atau penyakit. 5. Indikator surveilans Indikator surveilans meliputi: a. Kelengkapan laporan. b. Jumlah dan kualitas kajian epidemiologi dan rekomendasi yang dapat diha silkan. c. Terdistribusinya berita epidemiologi lokal dan nasional. d. Pemanfaatan informasi epidemiologi dalam manajemen program kesehata n. e. Meningkatnya kajian Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) penyakit. 2. Screening 2.1 Pengertin Screening Screening atau penyaringan kasus adalah cara untuk mengidentifikasi penyakit yang belum tampak melalui suatu tes atau pemeriksaan atau prosedur 12



lain yang dapat dengan cepat memisahkan antara orang yang mungkin menderita penyakit dengan orang yang mungkin tidak menderita. Latar belakang sehingga screening ini dilakukan yaitu karena hal berikut ini: a. b. c. d. e.



Banyaknya kejadain penomena gunung es (Ice Berg Phenomen) Sebagai langkah pencegahan khususnya Early diagnosis dan prompt treatment Banyaknya penyakit yang tanpa gejala klinis Penderita mencari pengobatan setelah studi lanjut Penderita tanpa gjl mempunyai potensi untuk menularkan penyakit



2.2 Tujuan Screening Tujuan screeaning, antara lain : a. Deteksi dini penyakit tanpa gejala atau dengan gejala tidak khas terhadap orang- orang yang tampak sehat, tetapi mungkin menderita penyakit, yaitu orang yang mempunyai resiko tinggi terkena penyakit (Population at risk). b. Dengan ditemukan penderita tanpa gejala dapat dilakukan pengobatan secara tuntas sehingga tidak membahayakan dirinya atau lingkungan dan tidak menjadi sumber penularan penyakit. 2.3 Sasaran Screening Sasaran penyaringan adalah penyakit kronis seperti : a. Infeksi Bakteri (Lepra, TBC dll. b. Infeksi Virus (Hepatitis c. Penyakit Non-Infeksi : (Hipertensi, Diabetes mellitus, Jantung Koroner, Ca Serviks, Ca Prostat, Glaukoma) d. HIV-AIDS 2.4 Proses Pelaksanaan Proses pelaksanaan sceening adalah : Tahap 1 : melalukan pemeriksaan terhadap kelompok penduduk yang dianggap mempunyai resiko tinggi menderita penyakit. a) Apabila hasil negatif, dianggap orang tersebut tidak menderita penyakit.



13



b) Apabila hasil positif dilakukan pemeriksaan tahap 2 Tahap 2 : pemeriksaan diagnostik a) Hasilnya positif maka dianggap sakit dan mendapat pengobatan. b) Hasilnya negatif maka dianggap tidak sakit (dilakukan pemeriksaan ulang secara periodik). Tahap 3 : Pengolahan dan Pelaporan Kegiatan perekaman, pengumpulan, pengolahan dan pelaporan data menjadi bagian penting dari upaya memperoleh data yang dihimpun dari berbagai sumber data surveilans. Misalnya surveilans campak, maka tugas besar surveilans adalah merekam semua kasus campak yang ada di Puskesmas, Rumah Sakit dan sumber data lainnya, kemudian menghimpun dan mengolahnya menjadi kelompok-kelompok data yang merupakan distribusi kasus-kasus campak sesuai karakteristik epidemiologi yang diperlukan.



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Surveilans epidemiologi sangat penting untuk mengetahui besar masalah kesehatan/ penyakit (frekuensi atau insidensi) di masyarakat, sehingga bisa dibuat perencanaan dalam hal pencegahan, penanggulangan maupun pemberantasannya. Istilah surveilans digunakan untuk dua hal yang berbeda : a. Surveilans dapat diartikan sebagai pengawasan secara terus-menerus terhadap faktor penyebab kejadian dan sebaran penyakit, dan yang berkaitan dengan keadaan sehat atau sakit. 14



b. Menyangkut sistem pelaporan khusus yang diadakan untuk menanggulangi masalah kesehatan utama atau penyakit, misalnya penyebaran penyakit menahun suatu bencana alam. B. Saran Semoga dengan adanya makalah ini dapat membersikan manfaat bagi sipembaca dan apabila ada kesalahan dari penulisan makalah tersebut kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar dapat lebih baik dari pembuatan makalah selanjutnya.



15