Makalah Tasawuf Doa Zuhud Ridho [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH DO’A, ZUHUD, dan RIDHO DALAM TASAWUF Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhlak Tasawuf Dosen Pengampu : Insan Nulyaman, M.Pd.I



Disusun Oleh : Irma Rahmawati Tina Nurlaela Euis Nurafifah



PROGRAM SARJANA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU KEISLAMAN UNIVERSITAS ISLAM AL-IHYA KUNINGAN



KATA PENGANTAR Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya. Penulis



sangat



berharap



semoga



makalah



ini



dapat



menambah



pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.



Kuningan, 02 Oktober 2021 Penulis



i



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR.............................................................................................i DAFTAR ISI..........................................................................................................ii BAB I.......................................................................................................................1 PENDAHULUAN...................................................................................................1 1.1 Latar Belakang Masalah..............................................................................1 1.2 Rumusan Masalah........................................................................................1 1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................1 PEMBAHASAN.....................................................................................................2 1.



DO’A................................................................................................................2 a.



Pengertian Do’a...........................................................................................2



b.



Keutamaan Doa...........................................................................................3



2.



ZUHUD............................................................................................................4 a.



Pengertian Zuhud.......................................................................................4



b.



Tanda-tanda Zuhud....................................................................................4



3.



RIDHO.............................................................................................................5 a.



Pengertian Ridho.........................................................................................5



c.



Nilai positif sikap ridho..............................................................................8



d.



Membiasakan sikap ridho..........................................................................8



BAB III....................................................................................................................9 PENUTUP...............................................................................................................9 Kesimpulan.........................................................................................................9 DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................9



ii



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembuatan makalah ini dilatar belakangi oleh keingintahuan kami sebagai makhluk ciptaan tuhan yang diberi akal dan pikiran sehingga menuntut kami untuk mencari tahu segala sesuatu yang telah diciptakannya. Dari sekian banyak penciptaan Allah SWT. Salah satunya adalah kehidupan. Akhlak adalah hal ikhwal yang melekat pada jiwa (Sanubari). Kedudukan akhlak manusia menempati tempat yang penting, sebagai individu maupun masyarakat dan bangsa, sebab jatuh bangunnya suatu masyarakat tergantung kepada bagaimana akhlaknya. Apabila akhlaknya baik, maka sejahteralah lahir dan batinnya. Dan bagi orang-orang yang mempunyai akhlak. Tentunya mereka adalah orang-orang yang mempunyai sifat terpuji. Diantaranya Taubat, Zuhud, Wara’ dan Ikhlas. Seperti dalam menyusun makalah ini didasarkan atas tugas kelompok yang harus diselesaikan.



1.2 Rumusan Masalah A. Apa pengertian dari sifat terpuji: Do’a, zuhud dan ridho? B. Apa saja keutamaan dari do’a, zuhud, dan ridho? C. Apa saja tanda-tanda Zuhud, tingkatan wara’ dan Hakikat Ikhlas?



1.3 Tujuan Penulisan 1. Mengetahui apa pengertian dari Do’a, Zuhud, dan Ridho 2. Mengetahui apa saja keutamaan dari Do’a, Zuhud, dan Ridho 3. Mengetahui tanda-tanda dari Zuhud



1



BAB II



PEMBAHASAN 1. DO’A a. Pengertian Do’a Doa merupakan salah satu jenis ibadah yang luar biasa. Permohonan manusia kepada Allah dihitung juga sebagai ibadah. Pada saat yang bersamaan, doa meski praktiknya sama saja dimaknai secara berbeda oleh manusia sesuai dengan tingkat spiritual mereka. Artinya, “Terkait doa, manusia terbagi menjadi tiga kelompok: awam, khawas, dan khawashul khawash,” (Syekh Ali bin Abdullah bin Ahmad Baras, Syifa’us Saqam wa Fathu Khaza’inil Kalim fi Ma’nal Hikam, [Beirut, Darul Hawi: 2018 M/1439 H], halaman 132). Syekh Ali Baras menerangkan secara rinci tiga jenis manusia yang dimaksud dalam kaitannya dengan doa : 1.



Orang awam (pada umumnya) memandang doanya sebagai alat pengabulan permohonan mereka. Mereka menjadikan terwujudnya permintaan mereka sebagai puncak dan tujuan akhir doa mereka. Jelas lapisan orang awam berada pada kelalaian, kerendahan himmah, dan sedikit adab di hadapan Allah.



2. Orang khawash (orang tertentu) memaknai doa sebagai perwujudan kehambaan. Mereka mengartikan doa sebagai ibadah belaka, bahkan murni ibadah semata. Kelompok ini mendapat rahmat Allah karena Allah mendorong mereka melalui doa untuk beribadah sebagai puncak keinginan dan kesenangan mereka. Mereka senantiasa bermunajat dengan Allah melalui pemaknaan mereka atas doa. 3. Orang khawashul khawash (hamba Allah paling istimewa) memandang doa sebagai sambutan dan keramahan Allah SWT terhadap mereka di mana Allah menjawab “Labbayka yā abdī” atas seruan mereka “Yā rabbī.” Suatu hari Nabi Musa AS pernah bermunajat, “Wahai Tuhanku.” “Labbayka,” jawab Allah dengan kehangatan. “Tuhanku, apakah sambutan



2



keramahan ini khusus untukku atau umum untuk hamba-hamba-Mu?” tanya Nabi Musa AS. “Untuk setiap orang yang memanggil-Ku dengan seruan tersebut (Yā rabbi),” kata Allah. Orang khawashul khawash tidak memiliki tujuan, permintaan, permohonan perlindungan apapun dalam doa mereka. Mereka dengan doa hanya menyukai jawaban atau talbiyah Allah, senang “berdampingan” dengan-Nya, dan menikmati “perbincangan” dengan-Nya. (Syekh Ali Baras, 2018 M: 134). Keterangan ini diangkat ketika Syekh Ali Baras menerangkan salah satu butir hikmah Al-Hikam berikut ini: Artinya, “Jangan sampai penundaan ijabah atau pemberian Allah yang disertai dengan keseriusan doa membuatmu putus asa. Allah telah menjamin ijabah-Nya pada sesuatu yang Dia pilihkan untukmu, bukan pada apa yang kaupilihkan untuk dirimu, dan pada waktu yang Dia kehendaki, bukan pada waktu yang kauinginkan.” (Syekh Ibnu Athaillah, Al-Hikam). Syekh Ali Baras terkait hikmah ini berpesan agar umat Islam menjauhkan diri dari sikap putus asa karena misalnya doa yang menurut ukuran mereka belum terkabul. Pasalnya, putus asa adalah sifat orang kafir, orang ingkar, dan orang yang durhaka kepada Allah. b. Keutamaan Doa Banyak terdapat keutamaan yang sangat dahsyat. Berikut ini beberapa keutamaan yang bisa kita peroleh dari memanjatkan doa. Berkata al- Ghazali Faedah doa walaupun doa tidak dapat menolak qadha Tuhan, ialah melahirkan khudhu‟ dan hajat kepada Allah. Disini ada beberapa keutamaan doa: a. Keutamaan doa di sisi Allah melebihi dari segala keutamaan. b. Doa adalah senjata bagi orang-orang mukmin: doa adalah ibadah, kedudukan



doa dalam ibadah. Berdoa berarti menghadapkan hati



kepada Allah dengan penuh keyakinan dan keikhlasan. c. Doa adalah dzikir kepada Allah Swt. Merupakan obat bagi jiwa, menghilangkan kesusahan, dan menjauhkan manusia dari dosa. Dengan doa manusia akan mendapat pengampunan Allah sehingga jiwanya lebih tenang.



3



2. ZUHUD a. Pengertian Zuhud Jika berbicara tentang zuhud ini ada kaitannya dengan sufi, maksudnya zuhud merupakan bagian dari sufi. Zuhud dalam istilah tasawuf berarti jalan spiritual atau tahapan-tahapan spiritual (maqamat) yang harus dilalui seorang sufi. Zuhud artinya sikap menjauhkan diri dari segala sesuatu yang berkaitan dengan dunia. Seorang yang zuhud seharusnya hatinya tidak terbelenggu atau hatinya tidak terikat oleh hal-hal yang bersifat duniawi dan tidak menjadikannya sebagai tujuan. Hanya sarana untuk mencapai derajat ketaqwaan yang merupakan bekal untuk akhirat. Allah berfirman dalam surat An-Nisa’ (4):77, yang artinya: “Katakanlah, ‘kesenangan dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertaqwa,”



b. Tanda-tanda Zuhud Ada tiga tanda kezuhudan yang harus ada pada batin seseorang: Pertama, tidak bergembira dengan apa yang ada dan tidak bersedih karena hal yang hilang. Sebagaimana firman Allah: “Supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu.” (alHadid:23) Kedua, sama saja disisinya orang yang mencela dan orang yang mencacinya. Yang pertama merupakan tanda zuhud dalam harta sedangkan yang kedua merupakan tanda zuhud dalam kedudukan. Ketiga, hendaknya ia bersama Allah dan hatinya lebih banyak didominasi oleh lezatnya ketaatan, karena hati tidak dapat terbebas sama sekali dari cinta; cinta dunia atau cinta Allah. Kedua cinta ini di dalam hati seperti air dan udara yang ada di dalam gelas. Apabila air dimasukkan kedalam gelas maka udara pun akan keluar. Keduanya tidak dapat bertemu. Setiap orang yang akrab dengan Allah pasti ia akan sibuk



4



dengan-Nya dan tidak akan sibuk dengan selain-Nya. Oleh karena itu dikatakan sebagian me"reka, “Kepada apa zuhud itu membawa mereka?” dijawab, “Kepada keakraban dengan Allah.” Sedangkan keakraban dengan dunia dan keakraban dengan Allah tidak akan pernah bertemu. Jadi tanda zuhud adalah tidak adanya perbedaan antara kemiskinan dan kekayaan, kemuliaan dan kehinaan, pujian dan celaan, karena adanya dominasi keakraban dengan Allah. Dari tanda-tanda ini tentu muncul beberapa tanda yang lainnya. Yahya bin Mu’adz berkata, “Tanda zuhud adalah kedermawanan dengan apa yang ada.” Ibnu Khafif berkata, “Tandanya ialah adanya rasa lega dalam keluar dari kepemilikan. “Zuhud adalah menghindari dunia tanpa terpaksa.” Ahmad bin Hanbal dan Sufyan rahimahumallah berkata, “Tanda zuhud pendeknya angan-angan.” As-Surri berkata, “Tidak akan baik kehidupan orang yang zuhud apabila ia sibuk dari dirinya, dan tidak akan baik kehidupan orang yang ‘arif apabila ia sibuk dengan dirinya.” As-Surri berkata lagi, “Aku telah mempraktekan segala sesuatu dari perkara zuhud lalu aku mendapatkan darinya apa yang aku inginkan kecuali zuhud pada orang; karena sesungguhnya aku tidak dapat mencapainya dan tidak kuasa mendapatkannya.” Al-Fudhail rahimahumallah berkata, “Allah menjadi segenap keburukan dalam sebuah rumah dan menjadikan kuncinya adalah cinta dunia. Dan Allah menjadikan segenap kebaikan dalam sebuah rumah dan menjadikan kuncinya adalah zuhud dari dunia.”



5



3. RIDHO a. Pengertian Ridho Secara harfiah ridha artinya rela, suka, senang. Harun Nasution mengatakan ridha berarti tidak berusaha, tidak menentang kada dan kadar Tuhan. Menerima kada dan kadar dengan hati senang. Mengeluarkan perasaaan benci dari hati sehingga yang tinggal di dalamnya hanya perasaan senang dan gembira. Merasa senang menerima malapetaka sebagaimana merasa senang menerima nikmat. Tidak meminta surga dari Allah dan tidak meminta dijatuhkan dari nerak. Tidak berusaha sebelum turunnya kada dan kadar, tidak merasa pahit dan Sakit sesudah turunnya kada dan kadar, malahan perasaan cinta bergelora di waktu turunnya bala’ (cobaan yang berat). Manusia biasanya sukar menerima kaeadaan-keadaan yang biasa menimpa dirinya, seperti kemiskinan, kerugian, kehilangan barang, pangkat, dan kedudukan, kematian dan lain-lain yang dapat mengurangi kesenangannya. Yang dapat bertahan dari berbagai cobaan itu hanyalah orang-orang yang telah memiliki sifat ridha. Selain itu ia juga rela berjuang atas jalan Allah, rela menghadapi srgala kesukaran, rela membela kebenaran, rela berkorban harta, jiwa dan lainnya. Semua itu bagi sufi dipandang sebagai sifat-sifat yang terpuji akhlak yang bernilai tinggi bahkan dianggap sebagai ibadat semata-mata karena mengharapkan keridhaan Allah. Orang yang berhati rela terhadap takdir, hatinya senantiasa gembira, meski mengidap penyakit atau tertimpa kemiskinan dan malapetaka yang melintang, lantaran dia berpandangan bahwa itu terjadi selaras dengan kehendak Allah SWT. Setelah mencapai maqom tawakal, nasib hidup mereka bulat-bulat diserahkan pada Pemeliharaan dan rahmat Allah, meninggalkan dan membelakangi segala keinginan terhadap apa sja yang selain Tuhan, maka selanjutnya harus segera diikuti menata hati mencapai maqom ridha. Maqom ridha adalah ajaran untuk menanggapi da mengubah segala bentuk pebderitaan, kesengsaraan, dan kesusahaan menjadi kegembiraan dan kenikmatan.



6



Allah SWT berfirman yang artinya: “ ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaraan mereka. Bagi mereka surga yang dibawahnya mengair sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha trhadap-Nya. Itulah keberuntungan yang paling besar”. (Qs. AlMaidah:119) Dalam Risalah al-Qusyairiyyah diceritkan adanya seorang sufi yang selama hidupnya selalu bermuram hati dan tidak pernah tertawa terkecuali sewaktu kematian anak satu-satunya. Yakni tertawa lantaran diberi cobaan yang paling akbar di dunia bisa diatasinya,, dan bahkan cobaan itu bisa ditanggapinya sebagai nikmat. Masih diperhatikan Tuhan, yang msih mau menegurnya melalui cobaan tadi. Diceritakan, Ahmad al-Harun pernah menderita sakit, indera penglihatannya berubah menjadi buta. Rasa nyerinya bukan min. Upaa pengobatan acapkali dilakukan, namun senantiasa upaya tersebut berpulang dengan hampa. Ada salah satu muridnya menjenguk ingin mengetahui bagaimana keadaan gurunya. Setelah sampai dihadapannya tiba-tiba sang guru menangis tersedu-sedu sang murid berupaya menenangkan hatinya. Ia mohon kepada gurunya agar tabah menghadapi cobaan yang diderita. Lantas sang guru membeberkan keterangan, mengapa dia meratap seperti itu. Bukannya ia tidak ulet dalam menahan rasa nyeri, demam dan lain lain. Akan tetapi, aku menangis lantaran amat gembira, sebab aku dijadikan oleh Allah sebagai makhluk yang layak menerima cobaan yang aung ini.    Kisah tersebut menggambarkan bagaimana pandangan orang-orang sufi terhadap maqam ridha. Hal yang demikian adalah merupakan sesuatu yang wajar bila dilihat dari berbagai pengertian maqam ridha ini menurut pengalaman dan renungan mereka. Ruwain mengatakan  "Ridha itu seandainya Allah menjadikan neraka jahannam di kanannnya, tida akan dipindah kekirinya”.



7



1.



Ibn Khafi mengatakan“ Ridha adalah hati menerima ketentuan tuhan, dan persetujuan hainya terhadap yang diridhoi Allah untuknya”.



2.



Abu Bakar Thahir mengatakan“ ridha itu hilangnya ketidaksenangan dari hatinya, sehinggan yang tinggal kegembiraan dan kesenangan (suka cita) dalam ketentraman jiwa dan hatinya”. b. Macam-macam Ridho







Ridha terhadap perintah dan laranga







Ridha terhadap takdir Allah.







Ridha terhadap perintah orang tua.







Ridha terhadap peraturan dan perundang-undangan negara. c. Nilai positif sikap ridho



 Ridha menciptakan suasana batin yang puas, lega dan bahagia.  Ridha membawa pada ketentraman jiwa dan kesehatan rohani.  Dapat menghilangkan kebencian.  Dapat mendorong berfikir positif atau husnudzon.  Mendorong unruk beramal shaleh.  Menuju ridha Allah dan surga.  Mendorong seseorang memahami bahwa apa yang ditakdirkan Allah SWT adalah yang terbaik.



d. Membiasakan sikap ridho 



Menyadari pentingnya sikap ridha.







Memahami apa yang ditakdirkan Allah SWT.







Berfikir positif dan berbaik sangka.







Selalu optimis terhadap hasil prestasi dan berusaha untuk memperbaiki.



8







Tidak membenci kegagalan dan kemalangan atau musibah karena dibalik semua iu pasti ada hikmahnya.



BAB III PENUTUP Kesimpulan Kesimpulan yang dapat kita ambil dari materi yang telah disampaikan adalah : 1. Doa adalah senjata bagi orang-orang mukmin: doa adalah ibadah, kedudukan



doa dalam ibadah. Berdoa berarti menghadapkan hati



kepada Allah dengan penuh keyakinan dan keikhlasan. 2. Doa adalah dzikir kepada Allah Swt. Merupakan obat bagi jiwa, menghilangkan kesusahan, dan menjauhkan manusia dari dosa. Dengan doa manusia akan mendapat pengampunan Allah sehingga jiwanya lebih tenang. 3. Zuhud artinya sikap menjauhkan diri dari segala sesuatu yang berkaitan dengan dunia 4. Seorang yang zuhud seharusnya hatinya tidak terbelenggu atau hatinya tidak terikat oleh hal-hal yang bersifat duniawi dan tidak menjadikannya sebagai tujuan. 5. Ridha adalah hati menerima ketentuan tuhan, dan persetujuan hanya terhadap yang diridhoi Allah untuknya.



DAFTAR PUSTAKA Sumber: https://islam.nu.or.id/post/read/123559/3-makna-doa-dalam-kajiantasawuf



9