Makalah Tatalaksana Padang Pengembalaan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TATA LAKSANA PADANG PENGGEMBALAAN



Disusun Oleh: ENY PURWATI



1723060072



JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS PANCA BUDI MEDAN TAHUN 2020



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Peningkatan produksi dan produktivitas ternak terutama ternak ruminansia, harus seiring dengan peningkatan kualitas dan kuantitas pakan hijauan. Hal ini dikarenakan pakan hijauan merupakan sumber pakan utama bagi ternak ruminansia. Pakan hijauan selain berfungsi untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok ternak ruminansia, juga merupakan sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral. Salah satu factor penting yang perlu diperhatikan dalam menjaga ketersediaan hijauan pakan ternak secara kontinu baik dari segi kualitas dan kuantitas adalah dengan memanfaatkan hijauan yang tumbuh secara alami pada padang penggembalaan (pasture). Padang penggembalaan (pasture) merupakan suatu areal yang ditumbuhi vegetasi dominan famili rumput – rumputan (graminae) serta tumbuhan lainnya seperti legume yang digunakan sebagai sumber hijauan pakan ternak. Padang penggembalaan yang baik, mampu menyediakan hijauan berupa rumput dan leguminosa sebagai sumber pakan utama ternak ruminansia.



Gambar 1. Padang Pengembalaan / Pasture



Beberapa tahun terakhir ini, terdapat kecenderungan menurunnya produktivitas padang penggembalaan sebagai penyedia pakan hijauan dan basis ekologi untuk ternak khususnya ternak ruminansia akibat tata laksana padang penggembalaan yang buruk serta beberapa factor lainnya seperti perubahan fungsi lahan. Oleh karena itu perlu adanya upaya perbaikan terhadap tata laksana padang penggembalaan yang ada serta melakukan perluasan areal padang penggembalaan baru terhadap lahan yang belum dimanfaatkan sehingga kebutuhan akan pakan hijauan baik dari segi kualitas dan kuantitas dapat tersedia secara kontinu.



1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang penulisan makalah ini, maka rumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagi berikut: a. Apakah yang dimaksud dengan padang penggembalaan (pasture) ? b. Bagaimanakah kriteria padang penggembalaan yang baik? c. Bagaimana tata laksana pengelolaan padang penggembalaan (pasture) yang baik?



1.3 Tujuan Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui tata laksana pengelolaan padang penggembalaan (pasture) yang baik dalam mendukung peningkatan produksi dan produktivitas ternak ruminansia serta sebagai sumber informasi dan refrensi bagi para pembaca sekalian.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1



Padang Penggembalaan (Pasture) Menurut Reksohadiprodjo (1994) padang penggembalaan adalah suatu daerah padangan dimana tumbuh tanaman makanan ternak yang tersedia bagi ternak yang dapat merenggutnya menurut kebutuhannya dalam waktu singkat. Padang penggembalaan adalah tempat atau lahan yang ditanami rumput unggul dan atau legume (jenis rumput/ legume yang tahan terhadap injakan ternak) yang digunakan untuk menggembalakan ternak (Yunus, 1997). Pasture adalah suatu lapangan terpagar yang ditumbuhi hijauan dengan kualitas unggul dan digunakan untuk menggembalakan ternak ruminansia (Parakkasi, 1999), sehingga dapat disebut sebagai padang penggembalaan. Sebelum adanya mekanisasi pertanian, padang rumput adalah sumber makanan utama untuk penggembalaan ternak seperti kuda dan sapi. Hal tersebut masih digunakan secara ekstensif, terutama sekali di daerah kering apabila padang rumput daratan tidak cocok untuk produksi pertanian. Di daerah yang lebih lembab, padang penggembalaan dimanfaatkan secara ekstensif dalam bentuk “free range” dan pertanian organik. Pasture terdiri dari rumput-rumputan, leguminosa maupun hijauan lain (Wikipedia, 2008). Menurut Reksohadiprodjo (1985), pasture (padang penggembalaan) terdiri dari beberapa macam, yaitu : a. Padang Penggembalaan (Pasture) Alam ; merupakan padangan yang terdiri dari tanaman dominan yang berupa rumput perennial, sedikit atau tidak ada sama sekali belukar gulma (weed), tidak ada pohon, sering disebut padang penggembalaan permanen, tidak ada campur tangan manusia terhadap susunan floranya, tetapi hanya mengawasi ternak yang digembalakan. b. Padang Penggembalaan (Pasture) Alam Yang Sudah Ditingkatkan ; merupakan padangan yang terdiri dari spesies – spesies hijauan makanan ternak alami, namun komposisi botaninya telah diubah oleh manusia sehingga didapat spesies hijauan yang produktif dan menguntungkan dengan jalan mengatur pemotongan (defoliasi).



c. Padang Penggembalaan (Pasture) Buatan/Temporer) ; merupakan padangan yang vegetasinya sudah dipilih/ditentukan dari varietas tanaman yang unggul. Tanaman makanan ternak dalam padangan telah ditanam, disebar dan dikembangkan oleh manusia. Padangan buatan/temporer dapat menjadi padangan permanen atau diseling dengan tanaman pertanian. d. Padang Penggembalaan (Pasture) Dengan Irigasi ; merupakan padangan yang biasanya terdapat di daerah sepanjang sungai atau dekat sumber air. Penggembalaan dijalankan setelah padangan menerima pengairan selama 2 sampai 4 hari. Pemilihan jenis rumput dan legume yang akan ditanam pada padang penggembalaan (pasture)



bergantung kepada jenis ternak, keadaan topografi dan jenis tanah, kegunaan



(disengut langsung oleh ternak / dipotong), metode penggembalaan yang akan digunakan.



2.2 Ciri – Ciri Padang Penggembalaan (Pasture) Yang Baik Menurut



Setyati



(1991),



menyatakan



bahwa



ciri-ciri



padang



penggembalaan



(pasture) yang baik antara lain: 1. Produksi bahan kering tinggi; 2. Kandungan nutrisi tinggi, terutama kandungan protein kasar; 3. Tahan renggutan dan injakan serta tahan dari musim kemarau; 4. Mudah dalam pemeliharaan; Tingkat daya tumbuh cepat; 5. Nisbah daun dan batang tinggi; 6. Mudah dikembangkan bila dikombinasikan dengan tanaman legume; 7. Ekonomis dan mempunyai palatabilitas yang tinggi 2.3 Tata Laksana Pengelolaan Padang Penggembalaan (Pasture) Meurut Reksohadiprodjo (1985), padang penggembalaan (pasture) memiliki kegunaan yang sangat efesien, oleh sebab itu padang penggembalaan harus dikelola sebaik mungkin, sehingga hasilnya mampu menyediakan pakan hijauan secara optimal sepanjang waktu. Beberapa cara pengelolaan padang penggembalaan yang perlu diperhatikan agar bisa diperoleh produksi pakan hijauan optimal dan kontinu adalah sebagai berikut:







Pemotongan Tahun Pertama Pemotongan pada tahun pertama harus hati-hati, cukup dilakukan secara ringan atau tidak dipotong sama sekali. Hal ini dimaksudkan agar pertumbuhan awal hijauan pada penggembalaan bisa terjamin. Apabila hijauan hendak dipotong, haruslah dilakukan dengan cara meninggalkan pangkal batang ± 7,5 cm dari tanah, dimana hasil potongan tersebut dapat dipergunakan sebagai bahan silage atau hay.







Pemotongan Bergilir (Alternate Grazing) / Sistem Rotasi Sistem ini biasanya dilakukan dengan cara membagi-bagi areal padang penggembalaan menjadi petak-petak yang lebih sempit (paddock) sesuai dengan maksud peternak, sehubungan dengan jumlah ternak yang digembalakan, pertumbuhan hijauan serta kelebatannya. Pada umumnya padang penggembalaan itu dibagi menjadi dua atau empat areal.







Tidak Melakukan Penggembalaan Berat (Over-Grazing) Pelaksanaan penggembalaan berat yang tidak terkontrol akan merugikan, akibat daya tampung pada penggembalaan yang tak sesuai. Hal ini akan membawa akibat produksi berikutnya rendah, pertumbuhan kembali lemah, yang akhirnya banyak tumbuh rumput liar (weed) bahkan bisa menimbulkan erosi tanah.







Menghindari Defoliasi Yang Terlalu Ringan (Under-Grazing) Praktek-praktek defoliasi semacam ini pun juga akan merugikan, maka hal tersebut harus dihindarkan. Sebab hijauan menjadi terlalu tua, serat kasar tinggi dan kurang palatable dan nilai gizinaa sangat rendah.



BAB III PEMBAHASAN



Padang penggembalaan (pasture) merupakan sumber penyediaan hijauan makanan ternak secara langsung yang sangat ekonomis dan murah. Padang penggembalaan (pasture) adalah tempat atau lahan yang terdiri dari rumput unggul dan atau legume (jenis rumput/ legume yang tahan terhadap injakan ternak) yang digunakan untuk menggembalakan ternak. Padang penggembalaan dapat terdiri atas rumput-rumputan, kacang-kacangan atau campuran keduanya, dimana fungsi kacang-kacangan dalam padang penggembalaan adalah memberikan nilai makanan yang lebih baik terutama berupa protein, phosphor dan kalium. Fungsi padang penggembalaan adalah untuk menyediakan hijauan pakan bagi ternak ruminansia yang paling murah, karena hanya membutuhkan tenaga kerja sedikit serta ternak dapat memilih dan merenggut sendiri makanannya. Rumput dan legum yang ada di dalam padang penggembalaan dapat memperbaiki kesuburan tanah. Hal ini disebabkan, rumput dan legum yang dimakan oleh ternak dikembalikan ke padang penggembalaan sebagai kotoran yang menyuburkan dan menstabilkan produktivitasnya dari tanah itu sendiri.



 Tipe Padang Penggembalaan (Pasture)



Gambar 2. Pasture Alami



Padang penggembalaan dapat diklasifikasikan menjadi empat golongan utama, yaitu: 1. Padang Penggembalaan (Pasture) Alam ; merupakan padangan yang terdiri dari tanaman dominan yang berupa rumput perennial, sedikit atau tidak ada sama sekali belukar gulma



(weed), tidak ada pohon, sering disebut padang penggembalaan permanen, tidak ada campur tangan manusia terhadap susunan floranya, tetapi hanya mengawasi ternak yang digembalakan. 2. Padang Penggembalaan (Pasture) Alam Yang Sudah Ditingkatkan ; merupakan padangan yang terdiri dari spesies – spesies hijauan makanan ternak alami, namun komposisi botaninya telah diubah oleh manusia sehingga didapat spesies hijauan yang produktif dan menguntungkan dengan jalan mengatur pemotongan (defoliasi). 3. Padang Penggembalaan (Pasture) Buatan/Temporer) ; merupakan padangan yang vegetasinya sudah dipilih/ditentukan dari varietas tanaman yang unggul. Tanaman makanan ternak dalam padangan telah ditanam, disebar dan dikembangkan oleh manusia. Padangan buatan/temporer dapat menjadi padangan permanen atau diseling dengan tanaman pertanian. 4. Padang Penggembalaan (Pasture) Dengan Irigasi ; merupakan padangan yang biasanya terdapat di daerah sepanjang sungai atau dekat sumber air. Penggembalaan dijalankan setelah padangan menerima pengairan selama 2 sampai 4 hari.



 Ciri – Ciri Padang Penggembalaan (Pasture) Yang Baik Ciri-ciri padang penggembalaan (pasture) yang baik antara lain adalah sebagai berikut : 1. Produksi bahan kering tinggi; 2. Kandungan nutrisi tinggi, terutama kandungan protein kasar; 3. Tahan renggutan dan injakan serta tahan dari musim kemarau; 4. Mudah dalam pemeliharaan; Tingkat daya tumbuh cepat; 5. Nisbah daun dan batang tinggi; 6. Mudah dikembangkan bila dikombinasikan dengan tanaman legume; 7. Ekonomis dan mempunyai palatabilitas yang tinggi.



 Faktor Yang Mempengaruhi Padang Penggembalaan (Pasture) a. Air Air yang terbatas mempengaruhi fotosintesis dan perluasan daun pada tanaman karena tekanan air mempengaruhi pembukaan pada stomata perluasan sel. Air berfungsi untuk



fotosintesis, penguapan, pelarut zat hara dari atas ke daun. Jika ketersediaan air terpenuhi maka seluruh proses metabolisme tubuh tanaman berlangsung, berakibat produksi tanaman tinggi.



b. Intensitas Sinar Intensitas sinar di bawah pohon atau tanaman pertanian tergantung pada bermacammacam tanaman, umur, dan jarak tanam, selain waktu penyinaran. Keadaan musim dan cuaca juga berpengaruh terhadap intensitas sinar yang jatuh pada tanaman selain yang ada di bawah tanaman utama.



c. Spesies Kemampuan suatu tanaman untuk beradaptasi dengan lingkungan dan faktor genetik berpengaruh pada produktivitas tanaman tersebut. Tanaman satu dengan tanaman lain mempunyai tingkat adaptasi dan genetik yang berbeda-beda.



d. Temperatur Tanaman memerlukan temperatur yang optimum untuk melakukan aktivitas fotosintesis. Temperatur tanah berpengaruh terhadap proses biokimia dimana terjadi pelepasan nutrien tanaman dan berpengaruh juga pada absorbsi air dan nutrien.



e. Curah Hujan Curah hujan bverpengaruh pada produksi bahan kering yang dihasilkan oleh hijauan pakan. Semakin tinggi curahn hujan maka produksi bahan keringnya akan semakin rendah.



f. Tanah Tanah berfungsi sebagai mendukung pertumbuhan tanaman sebagai sumber hara dan mineral, kesuburan tanah juga ditentukan oleh kelarutan zat hara, PH, kapasitas pertukaran kalori, tekstur tanah dan jumlah zat organiknya.



 Tata Laksana Padang Penggembalaan



Gambar 3. Pasture Alami Yang Sudah Ditinggal



Padang penggembalaan merupakan tempat menggembalakan ternak untuk memenuhi kebutuhan pakan dimana pada lokasi ini telah ditanami rumput unggul dan atau legume (jenis rumput/ legume yang tahan terhadap injakan ternak). Tujuan utama dalam pembuatan padang penggembalaan adalah menyediakan hijauan makanan ternak yang berkualitas, efisien dan tersedia secara kontinyu sepanjang tahun, disamping itu sebagai media intensifikasi kawin alam. Untuk memenuhi tujuan di atas maka perlu memperhatikan Tata Laksana Penggembalaan, karena cara menggembalakan ternak di daerah padang penggembalaan tidak cukup hanya dengan memasukkan ternak kedalamnya.



 Perbaikan Lahan Syarat padang penggembalaan yang baik adalah produksi hijauan tinggi dan kualitasnya baik, persistensi biasa ditanam dengan tanaman yang lain yang mudah dikembangbiakkan. Padang penggembalaan yang baik memilik canopy yang tinggi yaitu 25 – 30 cm setelah dipotong. Biota tanah sangat sensitif terhadap gangguan oleh adanya aktivitas manusia, sebagai contoh adanya sistem pertanian yang intensif, karena intensifikasi pertanian menyebabkan berubahnya beberapa proses dalam tanah. Kegiatan pertanian yang dimaksud antara lain adalah penyiangan, pemupukan, pengapuran, pengairan dan penyemprotan herbisida dan insektisida. Tujuan dari hal tersebut itu sendiri adalah untuk mempersiapkan kualitas padang penggembalaan yang unggul.



 Sistem Penanaman Sistem penanaman hijauan makanan ternak disesuaikan dengan kondisi kemiringan tanah dan kebiasaan masyarakat setempat. Namun sebagai alternatif dapat pula dilakukan dengan cara lain yaitu sistem 3 (tiga) strata dan sabuk lereng. 1.



Sistem Tiga Strata (STS) Sistem tiga strata merupakan suatu pola tanam hijauan makanan ternak yang ditujukan untuk menyediakan pakan sepanjang tahun yang terdiri dari 3 (tiga) strata.



Strata – 1



:



Terdiri dari tanaman rumput potongan dan legume herba/ menjalar (sentro, kalopo, kudzu, arachis, dsb.) yang disediakan bagi ternak pada musim penghujan.



Strata – 2



:



Terdiri dari tanaman legume perdu/ semak (alfalfa, stylosanthes, desmodium rensonii, dsb.) yang disediakan bagi ternak apabila rumput sudah mulai berkurang produksinya pada awal musim kemarau.



Strata – 3



:



Terdiri dari legume pohon (gamal, lamtoro, kaliandra, turi, acasia, sengon, waru, dsb.) yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai fungsi. Selain untuk pakan pada musim kemarau panjang, tanaman tersebut juga dapat digunakan sebagai tanaman pelindung dan pagar kebun HMT maupun kayu bakar.



2.



Sistem Sabuk Lereng Sistem sabuk lereng dilaksanakan pada lahan yang memiliki kemiringan relatif tinggi. Pada sistem ini perlu memperhatikan kaidah-kaidah konservasi karena merupakan upaya untuk melestarikan tanah, air dan lingkungan. Sistem sabuk lereng merupakan kombinasi antara penanaman legume pohon dan rumput, dimana legume pohon ditanam sebanyak 3 (tiga) baris secara zig-zag, lahan



berikutnya ditanami rumput. Hal ini dilakukan terus-menerus secara berselang-seling. Semakin tinggi kemiringan lahan maka jarak tanam legume pohon semakin rapat.



 Renovasi Padang Penggembalaan Pada umumnya untuk padang penggembalaan dengan system penggembalaan secara kontinyu setelah 3 (tiga) tahun perlu diperbaharui. Untuk pembaharauan ini tanaman lama dibongkar, tanah diolah kembali dan dilakukan penanaman yang baru. Sedangkan pada padang penggembalaan bergilir jangka panjang (6 - 9 tahun) dapat dilakukan 2 - 3 kali renovasi.



 Penentuan Daya/Kapasitas Tampung Daya/kapasitas tampung (carrying capacity) adalah kemampuan padang penggembalaan untuk menghasilkan hijauan makanan ternak yang dibutuhkan oleh sejumlah ternak yang digembalakan dalam luasan satu hektar atau kemampuan padang penggembalaan untuk menampung ternak per hektar. Menurut Parakkasi (1999) konsumsi bahan kering satu ekor sapi per hari sbesar 3% dari bobot badan. Satu satuan ternak (ST) setara dengan satu ekor sapi seberat 455 kg (Santosa, 1995). Semakin besar tingkat produksi hijauan per satuan luas lahan, maka akan semakin tinggi pula kemampuannya untuk menampung sejumlah ternak. Pada padang penggembalaan yang baik biasanya mampu menampung sebanyak 2,5 ekor ternak/ha/th. Hal ini sesuai dengan pendapat Susetyo (1980) yang menyatakan beberapa padang penggembalaan yang baik mempunyai kapasitas tampung 0,4 hektar untuk 1 ST atau satuan hektar lahan dapat menampung 2,5 ST/th.



Gambar 4. Pasture Buatan/Temporer



Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan kapasitas tampung menurut yaitu : 1. Penaksiran Kuantitas Produksi Hijauan ; umumnya dilakukan dengan metode cuplikan dengan memakai frame berukuran 1 x 0,5 m dengan bentuk persegi panjang. Pengambilan sampel dilapangan dilakukan secara acak. Hijauan yang terdapat di areal frame dipotong lebih kurang 5 – 10 cm diatas permukaan tanah dan ditimbang beratnya. 2. Penentuan Proper Use Factor ; tergantung pada jenis ternak yang digembalakan, spesies hijauan di padangan, tipe iklim setempat serta kondisi tanah padangannya. Dari hasil perhitungan yang dilakukan proper use factor lahan penggembalaan Universitas Tadulako didapatkan hasil 418,1 kg. 3. Menaksir Kebutuhan Luas Tanah per bulan ; penaksiran ini didasarkan pada kemampuan ternak mengkonsumsi hijauan, kenutuhan satu ekor dalam satu bulan memerlukan lahan lahan seluas 0,6458 ha/ekor artinya dengan luasan lahan yang telah diukur lahan mampu mencukupi konsumsi hijauan selama satu bulan. 4. Menaksir Kebutuhan Luas Tanah per tahun ; suatu padangan memerlukan masa agar hijauan yang telah dikonsumsi ternak tumbuh kembali dan siap untuk digembalai lagi, masa ini disebut masa istirahat, dengan periode merumput selama 30 hari dan masa istrahat lahan selama 70 hari maka kebutuhan lahan satu ekor ternak selama satu tahun sekitar 2,15 ha/ekor.  Pemotongan Tahun Pertama Pemotongan pada tahun pertama harus hati-hati, cukup dilakukan secara ringan atau tidak dipotong sama sekali. Hal ini dimaksudkan agar pertumbuhan awal hijauan pada penggembalaan bisa terjamin. Apabila hijauan hendak dipotong, haruslah dilakukan dengan cara meninggalkan pangkal batang ± 7,5 cm dari tanah, dimana hasil potongan tersebut dapat dipergunakan sebagai bahan silage atau hay.



 Pemotongan Bergilir (Alternate Grazing) / Sistem Rotasi Sistem ini biasanya dilakukan dengan cara membagi-bagi areal padang penggembalaan menjadi petak-petak yang lebih sempit (paddock) sesuai dengan maksud peternak, sehubungan dengan jumlah ternak yang digembalakan, pertumbuhan hijauan serta



kelebatannya. Pada umumnya padang penggembalaan itu dibagi menjadi dua atau empat areal.



 Tidak Melakukan Penggembalaan Berat (Over-Grazing) Pelaksanaan penggembalaan berat yang tidak terkontrol akan merugikan, akibat daya tampung pada penggembalaan yang tak sesuai. Hal ini akan membawa akibat produksi berikutnya rendah, pertumbuhan kembali lemah, yang akhirnya banyak tumbuh rumput liar (weed) bahkan bisa menimbulkan erosi tanah.



 Menghindari Defoliasi Yang Terlalu Ringan (Under-Grazing) Praktek-praktek defoliasi semacam ini pun juga akan merugikan, maka hal tersebut harus dihindarkan. Sebab hijauan menjadi terlalu tua, serat kasar tinggi dan kurang palatable dan nilai gizinaa sangat rendah.



 Pemagaran Bagi padang penggembalaan pagar berfungsi sebagai alat pengaman yang membatasi ruang gerak ternak agar ternak tidak keluar dari batas areal padang penggembalaan. Tiang penguat dapat berupa besi atau kayu yang kuat disesuaikan dengan bahan yang ada di daerah setempat. Jarak antara tiang penguat adalah 20 meter dengan tinggi 1,35 – 1,5 meter. Tiang semu berupa pagar hidup (legume) dapat berupa tanaman gamal, turi, lamtoro dan lain-lain dengan jarak tanam 1 meter. Tiang penguat dan tiang semu dihubungkan dengan kawat berduri yang bersusun 2 (dua).



BAB IV PENUTUP



4.1



Kesimpulan Padang penggembalaan merupakan tempat menggembalakan ternak untuk memenuhi kebutuhan pakan dimana pada lokasi ini telah ditanami rumput unggul dan atau legume (jenis rumput/ legume yang tahan terhadap injakan ternak). Tujuan utama dalam pembuatan padang penggembalaan adalah menyediakan hijauan makanan ternak yang berkualitas, efisien dan tersedia secara kontinyu sepanjang tahun, disamping itu sebagai media intensifikasi kawin alam. Untuk memenuhi tujuan di atas maka perlu memperhatikan Tata Laksana Penggembalaan, karena cara menggembalakan ternak di daerah padang penggembalaan tidak cukup hanya dengan memasukkan ternak kedalamnya.



DAFTAR PUSTAKA



Mc Llroy, R.J. 1976. Pengantar Budidaya Padang rumput Tropika. Pradnya Paramita, Jakarta. Reksohadiprojo, S. 1994. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik. BFFE, Yogyakarta. Santosa, U. 1995. Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi. Penebar Swadaya. Jakarta. Subagyo I, Kusmartono 1988. Ilmu Kultur Padangan. Malang: Nuffic, Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Susetyo, I. Kismono dan B. Suwardi. 1981. Hijauan Makanan Ternak. Direktorat Jendral Peternakan Departemen Pertanian, Jakarta. Tandi,



Ismail.



2010.



Analisis



Ekonomi



Pemeliharaan



Ternak



Sapi



Bali



dengan



Sistem Penggembalaan di Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Gowa. Jurnal Agrisistem, Juni 2010, Vol. 6 No. 1ISSN 2089-0036.