Makalah Teori Kebenaran [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH PENGANTAR ILMU FILSAFAT “TEORI KEBENARAN”



DOSEN PEMBIMBING Dr SIGIT SARDJONO, MS



DISUSUN OLEH



ELLY WIDYOWATI



(1221900174) /AKUNTANSI



ANITA SURYAWATI



(1221900158) /AKUNTANSI



YULIANA WATI



(1211508540) /MANAJEMEN



IDA RAHMAWATI



(1211508562) /MANAJEMEN



FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA



DAFTAR ISI



DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ..........................................................................................1 B. Rumusan Masalah.....................................................................................2 C. Tujuan .......................................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Kebenaran ...............................................................................3 B. Teori-Teori Kebenaran .............................................................................4 C. Macam-Macam Kebenaran.......................................................................6 D. Tingkat Kebenaran....................................................................................7 BAB III KESIMPULAN ....................................................................................9 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................10 PERTANYAAN ................................................................................................11



ii



KATA PENGANTAR



Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “TEORI KEBENARAN”. Penulis memohon maaf jika masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Kritik dan saran membangun sangat berarti untuk kemajuan penulis. Semoga makalah ini bermanfaat sebagai sumber belajar bagi penulis dan pembaca.



Surabaya, 16 Oktober 2019



Penulis



iii



1



BAB I PENDAHULUAN



A. LATAR BELAKANG



Manusia selalu berusaha menemukan kebenaran. Beberapa cara ditempuh untuk memperoleh kebenaran, antara lain dengan menggunakan rasio seperti para rasionalis dan melalui pengalaman atau empiris. Pengalaman-pengalaman yang diperoleh manusia membuahkan prinsip-prinsip yang lewat penalaran rasional, kejadian-kejadian yang berlaku di alam itu dapat dimengerti. Ilmu pengetahuan harus dibedakan dari fenomena alam. Fenomena alam adalah fakta, kenyataan yang tunduk pada hukum-hukum yang menyebabkan fenomena itu muncul. Ilmu pengetahuan adalah formulasi hasil aproksimasi atas fenomena alam atau simplifikasi atas fenomena tersebut. Struktur pengetahuan manusia menunjukkan tingkatan-tingkatan dalam hal menangkap kebenaran. Setiap tingkat pengetahuan dalam struktur tersebut menunjukkan tingkat kebenaran yang berbeda. Pengetahuan inderawi merupakan struktur terendah dalam struktur tersebut. Tingkat pengetahuan yang lebih tinggi adalah pengetahuan rasional dan intuitif. Tingkat yang lebih rendah menangkap kebenaran secara tidak lengkap, tidak terstruktur, dan pada umumnya kabur, khususnya pada pengetahuan inderawi dan naluri. Oleh sebab itulah pengetahuan ini harus dilengkapi dengan pengetahuan yang lebih tinggi. Pada tingkat pengetahuan rasional-ilmiah, manusia melakukan penataan pengetahuannya agar terstruktur dengan jelas. Filsafat ilmu memiliki tiga cabang kajian yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi. Ontologi membahas tentang apa itu realitas. Dalam hubungannya dengan ilmu pengetahuan, filsafat ini membahas tentang apa yang bisa dikategorikan sebagai objek ilmu pengetahuan. Dalam ilmu pengetahuan modern, realitas hanya dibatasi pada hal-hal yang bersifat materi dan kuantitatif. Ini tidak terlepas dari pandangan yang materialistik-sekularistik. Kuantifikasi objek ilmu pengetahuan berari bahwa aspek-aspek alam yang bersifat kualitatif menjadi diabaikan. Epistemologis membahas masalah metodologi ilmu pengetahuan. Dalam ilmu



2



pengetahuan modern, jalan bagi diperolehnya ilmu pengetahuan adalah metode ilmiah dengan pilar utamanya rasionalisme dan empirisme. Aksiologi menyangkut tujuan diciptakannya ilmu pengetahuan, mempertimbangkan aspek pragmatismaterialistis. Dari semua pengetahuan, maka ilmu merupakan pengetahuan yang aspek ontologi, epistemologi,



dan aksiologinya telah jauh lebih berkembang



dibandingkan dengan pengetahuan-pengetahuan lain, dilaksanakan secara konsekuen dan penuh disiplin. misalnya hukum-hukum, teori-teori, ataupun rumusrumus filsafat, juga kenyataan yang dikenal dan diungkapkan. Mereka muncul dan berkembang maju sampai pada taraf kesadaran dalam diri pengenal dan masyarakat pengenal.



B. RUMUSAN MASALAH Dalam makalah ini ada beberapa masalah yang akan dibahas, antara lain : 1. Bagaiman Pengertian kebenaran? 2. Bagaimana Teori-teori kebenaran filsafat ilmu? 3. Bagaimana (sesuai isi) macam2 kebenaran 4. Bagaimana (sesuai isi) Tingkat kebenaran



C. TUJUAN Adapun manfaat penbuatan makalah ini adalah : 1. Agar mahasiswa mampu mengetahui pengertian dan tingkatan-tingkatan kebenaran ilmu pengetahuan. 2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang teori-teori kebenaran ilmu pengetahuan. 3. Mahasiswa mampu menjabarkan apa saja tingkatan-tingkatan dan sifat-sifat kebenaran ilmu pengetahuan.



3



BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Kebenaran Kebenaran adalah satu nilai utama di dalam kehidupan human. Sebagai nilainilai yang menjadi fungsi rohani manusia. Artinya sifat manusiawi atau martabat kemanusiaan (human dignity) selalu berusaha “memeluk” suatu kebenaran. Berbicara tentang kebenaran ilmiah tidak bisa dilepaskan dari makna dan fungsi ilmu itu sendiri sejauh mana dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh manusia. Di samping itu proses untuk mendapatkannya haruslah melalui tahap-tahap metode ilmiah. Kriteria ilmiah dari suatu ilmu memang tidak dapat menjelaskan fakta dan realitas yang ada. Apalagi terhadap fakta dan kenyataan yang berada dalam lingkup religi ataupun yang metafisika dan mistik, ataupun yang non ilmiah lainnya. Di sinilah perlunya pengembangan sikap dan kepribadian yang mampu meletakkan manusia dalam dunianya. Penegasan di atas dapat kita pahami karena apa yang disebut ilmu pengetahuan diletakkan dengan ukuran, pertama, pada dimensi fenomenalnya yaitu bahwa ilmu pengetahuan menampakkan diri sebagai masyarakat, sebagai proses dan sebagai produk. Kedua, pada dimensi strukturalnya, yaitu bahwa ilmu pengetahuan harus terstruktur atas komponen-komponen, obyek sasaran yang hendak diteliti (begenstand), yang diteliti atau dipertanyakan tanpa mengenal titik henti atas dasar motif dan tata cara tertentu, sedang hasil-hasil temuannya diletakkan dalam satu kesatuan system. Tampaknya anggapan yang kurang tepat mengenai apa yang disebut ilmiah telah mengakibatkan pandangan yang salah terhadap kebenaran ilmiah dan fungsinya bagi kehidupan manusia. Ilmiah atau tidak ilmiah kemudian dipergunakan orang untuk menolak atau menerima suatu produk pemikiran manusia. Dalam bahasan, makna “kebenaran” dibatasi pada kekhususan makna “kebenaran keilmuan (ilmiah)”. Kebenaran ini mutlak dan tidak sama atau pun langgeng, melainkan bersifat nisbi (relatif), sementara (tentatif) dan hanya merupakan pendekatan. Kebenaran intelektual yang ada pada ilmu bukanlah suatu efek dari keterlibatan ilmu dengan bidang-bidang kehidupan. Kebenaran



4



merupakan ciri asli dari ilmu itu sendiri. Dengan demikian maka pengabdian ilmu secara netral, tak bermuara, dapat melunturkan pengertian kebenaran sehingga ilmu terpaksa menjadi steril. Uraian keilmuan tentang masyarakat sudah semestinya harus diperkuat oleh kesadaran terhadap berakarnya kebenaran. Selaras dengan Poedjawiyatna yang mengatakan bahwa persesuaian antara pengatahuan dan obyeknya itulah yang disebut kebenaran. Artinya pengetahuan itu harus yang dengan aspek obyek yang diketahui. Jadi pengetahuan benar adalah pengetahuan obyektif. Meskipun demikian, apa yang dewasa ini kita pegang sebagai kebenaran mungkin suatu saat akan hanya pendekatan kasar saja dari suatu kebenaran yang lebih jati lagi dan demikian seterusnya. Hal ini tidak bisa dilepaskan dengan keberadaan manusia yang transenden, dengan kata lain, keresahan ilmu bertalian dengan hasrat yang terdapat dalam diri manusia. Dari sini terdapat petunjuk mengenai kebenaran yang trasenden, artinya tidak henti dari kebenaran itu terdapat diluar jangkauan manusia. Kebenaran dapat dikelompokkan dalam tiga makna: kebenaran moral, kebenaran logis, dan kebenaran metafisik. Kebenaran moral menjadi bahasan etika, ia menunjukkan hubungan antara yang kita nyatakan dengan apa yang kita rasakan. Kebenaran logis menjadi bahasan epistemologi, logika, dan psikologi, ia merupakan hubungan antara pernyataan dengan realitas objektif. Kebenaran metafisik berkaitan dengan yang-ada sejauh berhadapan dengan akalbudi, karena yang ada mengungkapkan diri kepada akal budi. Yang ada merupakan dasar dari kebenaran, dan akalbudi yang menyatakannya.



B. Teori-Teori Kebenaran Ada 3 teori Kebenaran yaitu : 1. Teori Kebenaran Korespondensi Kebenaran korespondesi adalah kebenaran yang bertumpu pada relitas objektif.Kesahihan korespondensi itu memiliki pertalian yang erat dengan kebenaran dan kepastian indrawi. Sesuatu dianggap benar apabila yang diungkapkan (pendapat, kejadian, informasi) sesuai dengan fakta (kesan, ideide) di lapangan.



5



Contohnya: ada seseorang yang mengatakan bahwa Provinsi Yogyakarta itu berada di Pulau Jawa. Pernyataan itu benar karena sesuai dengan kenyataan atau realita yang ada. Tidak mungkin Provinsi Yogyakarta di Pulau Kalimantan atau bahkan Papua. Cara berfikir ilmiah yaitu logika induktif menggunakan teori korespodensi ini. Teori kebenaran menurut corespondensi ini sudah ada di dalam masyarakat sehingga pendidikan moral bagi anak-anak ialah pemahaman atas pengertianpengertian moral yang telah merupakan kebenaran itu. Apa yang diajarkan oleh nilai-nilai moral ini harus diartikan sebagai dasar bagi tindakan-tindakan anak di dalam tingkah lakunya.



2. Teori Kebenaran Koherensi Teori ini disebut juga dengan konsistensi, karena mendasarkan diri pada kriteria konsistensi suatu argumentasi. Makin konsisten suatu ide atau pernyataan yang dikemukakan beberapa subjuk maka semakin benarlah ide atau pernyataan tersebut. Paham koherensi tentang kebenaran biasanya dianut oleh para pendukung idealisme, seperti filusuf Britania F. H. Bradley (18461924). Teori ini menyatakan bahwa suatu proposisi (pernyataan suatu pengetahuan, pendapat kejadian, atau informasi) akan diakui sahih atau dianggap benar apabila memiliki hubungan dengan gagasan-gagasan dari proporsi sebelumnya yang juga sahih dan dapat dibuktikan secara logis sesuai dengan kebutuhankebutuhan logika. Sederhannya, pernyataan itu dianggap benar jika sesuai (koheren/konsisten) dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Contohnya; Setiap manusia pasti akan mati. Soleh adalah seorang manusia. Jadi, Soleh pasti akan mati. 3. Teori Kebenaran Pragmatik/Pragmatisme Artinya, suatu pernyataan itu benar jika pernyataan itu atau konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia. Teori pragmatis ini pertama kali dicetuskan oleh Charles S. Peirce (1839-1914)



6



dalam sebuah makalah yang terbit pada tahun 1878 yang berjudul "How to Make Our Ideas Clear". Dari pengertian diatas, teori ini (teori Pragmatik) berbeda dengan teori koherensi dan korespondensi. Jika keduanya berhubungan dengan realita objektif, sedangkan pragmamtik berusaha menguji kebenaran suatu pernyataan dengan cara menguji melalui konsekuensi praktik dan pelaksanaannya. Pegangan pragmatis adalah logika pengamatan. Aliran ini bersedia menerima pengalaman pribadi, kebenaran mistis, yang terpenting dari semua itu membawa akibat praktis yang bermanfaat.



C. Macam-macam Kebenaran Kebenaran bermacam-macam, tergantung dari sudut mana orang berpijak untuk membaginya. Dipandang dari segi “perantara” untuk mendapatkannya, kebenaran dibagi dalam : a. Kebenaran indrawi (empiris), yang ditemui dalam pengamatan pengalaman. b. Kebenaran ilmiah ( rational), yang lewat konsepsi akal. c. Kebenaran filosofis (reflective thinking), yang dicapai dengan perenungan (murni) d. Kiebenaran religius ( supernatural), yang diterima melalui wahyu Ilahi. Dilahat dari segi “kekuasaan” untuk menekan orang menerimanya, kebenaran dibagi dua : a.Kebenaran Subyektif, yang hanya diterima oleh subyek pengamat sendiri. b. Kebenaran obyektif, yang diakui tidak hanya oleh subyek pengamat, tatpi juga oleh subyek-subyek yang lain. Dari segi “luas berlakunya” kebenaran dibagi menjadi: a. Kebenaran individual, yang berlaku bagi perorangan. b. Kebenaran universal, yang berlaku bagi semua orang. Dari segi “kualitasnya”, kebenaran dibagi dalam : a. Kebenaran dasar, yaitu kebenaran yang paling rendah. b. Kebenaran nisbi, yaitu kebenaran yang satu atau beberapa tingkat diatas kebenaran dasar, namun belum sempurna. c. Kebenaran mutlak, yaitu kebenaran yang sempurna, yang sejati, yang hakiki.



7



D. Tingkat Kebenaran Ada beberapa wujud kebenaran, dan wujud ini berbeda – beda tingkatannya. Perbedaan tingkat ini terutama ditentukan oleh potensi subjek yang menyadari atau menangkap kebenaran itu. Baik panca indra, maupun rasio, bahkan juga budinurani manusia adalah potensi subjek yang menangkap dan menghayati kebenaran itu. Berdasarkan scope potensi subjek itu tadi, maka susunan tingkatan kebenaran itu menjadi: 1) Tingkat kebenaan indra adalah tingkat yang paling sederhana dan pertama yang dialami manusia. Indra adalah gerbang kesadaran manusia. 2) Tingakat ilmiah, pengalaman – pengalaman yang didasarkan disamping melalui indera, diolah pula dengan rasio. 3) Tingkat filosofis, kedua tingkat di atas telah dilalui sebagai tahap pendahuluan. Rasio dan pikir murni, renungan yang mendalam, mengolah kebenaran itu semakin tinggi nilainya. 4) Tingkat religius , kebenaran mutlak yang bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa, dan dihayati dengan seluruh kepribadian, dengan integritas kepribadian, dengan iman dan kepercayaan.



Keempat tingkat kebenaran ini berbeda-beda wujud sifat dan kualitasnya. Bahkan juga proses dan cara terjadinya, di samping potensi subyek yang menyadarinya. Potensi subyek yang dimaksud di sini ialah aspek kepribadian yang menangkap kebenaran itu. Misalnya pada tingkat kebenaran indra. Demikian seterusnya, yaitu rasio, kebijaksanaan, dan budinurani atau consciencia yang superrasional. Dari uraian tentang tingkat-tingkat kebenaran diatas tadi kita dapat simpulkan batasan kebenaran itu sebagai berikut : • Bahwa kebenaran itu sangat ditentukan oleh potensi subyek. Demikian pula tingkatan validitas kebenaran ditentukan oleh potensi subyek yang berperan didalam penghayatan atas sesuatu itu. • Bahwa kebenaran itu adalah perwujudan dari pemahaman (comprehension) subyek tentang sesuatu. Terutama yang bersumber dari sesuatu yang diluar



8



subyek, yaitu realita, peristiwa, nilai-nilai (norma, hukum) yang bersifat umum. Ada pula yang bersumber dari dalam berupa ide-ide, konsepsi-konsepsi, kreasi tertentu. • Bahwa kebenaran itu ada yang relatif, terbatas ; ada pula yang umum. Bahkan ada pula yang mutlak, abadi dan universal. Wujud kebenaran itu ada yang berupa penghayatan lahiriah (jasmaniah, indra). Ada yang berupa ide-ide yang merupakan pemahaman potensi suyek (mental, rasio, intelektual). Ada pula kebenaran yang berwujud transcendetal, rohaniah, spritual yang di jangkau oleh potensi subyek(budinurani, consciencia, super rasional).



9



BAB III KESIMPULAN



Semua teori kebenaran itu ada dan dipraktekkan manusia di dalam kehidupan nyata. Yang mana masing-masing mempunyai nilai di dalam kehidupan manusia Uraian dan ulasan mengenai berbagai teori kebenaran di atas telah menunjukkan kelebihan dan kekurangan dari berbagai teori kebenaran. Dari beberapa Teori Tentang Kebenaran dapat disimpulkan : Teori Korespondensi : "Kebenaran/keadaan benar itu berupa kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh sebuah pendapat dengan apa yang sungguh merupakan halnya/faktanya" Teori Konsistensi: "Kebenaran tidak dibentuk atas hubungan antara putusan (judgement) dengan sesuatu yang lain, yaitu fakta dan realitas, tetapi atas hubungan antara putusan-putusan itu sendiri ". Teori Pragmatis : "Suatu preposisi adalah benar sepanjang preposisi tersebut berlaku (works), atau memuaskan (satisfied); berlaku dan memuaskannya itu diuraikan dengan berbagai ragam oleh para penganut teori tersebut ".



10



DAFTAR PUSAKA https://syafrudinmtop.blogspot.com/2015/03/makalah-filsafat-ilmu-memahamiteori.html https://raafsyamjani.wordpress.com/2013/04/25/maklalah-teori-kebenaran-filspat-ilmu/



https://www.google.com/search?safe=strict&biw=1242&bih=597&tbm=isch &sxsrf=ACYBGNQPGesE9puPBvCPIh0PAMYi7801Iw%3A1571194055314 &sa=1&ei=x4SmXYPsEpWKmgeuj6aIBA&q=contoh+tgl+materai+yg+siisi &oq=contoh+tgl+materai+yg+siisi&gs_l=img.3...9766.18307..18688...2.0..0.1 17.2184.27j2......0....1..gws-wizimg.......35i39j0i131j0j0i67j0i10j0i8i30j0i24.dQeBadUW3j0&ved=0ahUKEw jD66j84Z_lAhUVheYKHa6HCUEQ4dUDCAY&uact=5#imgrc=XxC1Z484 mY79wM:



11



PERTANYAAN