Bab 6 Makalah Kebenaran Ilmiah [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Ilmu pengetahuan terus berkembang dan mengalami kemajuan terutama ilmu pengetahuan sains, sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan cara berpikir manusia. Sains dalam perkembangannya senantiasa terus berusaha untuk menjawab berbagai pernyataan yang muncul. Berbagai jawaban yang coba diajukan terus menerus dan memunculkan perbedaan diantara jawaban yang diajukan satu dengan yang lainnya. Perbedaan jawaban mendorong untuk menguji kebenaran yang ada. Kebenaran ilmiah dalam Sains telah melalui serangkaian eksperimen untuk menguji kebenaran ilmiah yang ada. Usaha untuk menguji kebenaran dilakukan untuk mendapatkan kebenaran ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan. Sains memiliki kebenaran ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan karena telah melalui rangkaian proses pengujian yang panjang. Sains pada perkembangan masih dalam pencarian kebenaran mengenai fenomena alam yang ada. Fenomena alam yang sebagian besar belum terpecahkan membuat masih banyak ketidakpastian yang muncul di dalam kepastian ilmu pengetahuan Sains. Ketidakpastian yang ada mendorong untuk terus mencari kebenaran dengan berbagai cara, walaupun akan menunjukkan banyak kekeliruan dan kesalahan yang muncul dalam proses tersebut. Kebenaran ilmiah dalam Sains tidak dapat berdiri sendiri bila tidak diuji dan didukung oleh beberapa hal seperti pernyataan, teori keterkaitan, konsistensi, keterukuran, dapat dibuktikan, berfungsi, dan bersifat netral atau tidak netral, dan sifat kebenaran yaitu tentatif atau sepanjang masa. Berdasarkan uraian diatas maka pemakalah merasa perlu untuk membahas mengangkat makalah dengan judul “kebenaran ilmiah”. 2. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui pengertian kebenaran ilmiah. 2. Untuk mengetahui teori-teori kebenaran ilmiah.



3. Untuk mengetahui sifat-sifat kebenaran ilmiah. 4. Untuk mengetahui kebenaran ilmiah dari sudut pandang subjektifitas 5. 6. 7. 8. 9.



dan objektifitas. Untuk mengetahui cara menemukan kebenaran ilmiah. Untuk mengetahui persisi dan akurasi. Untuk mengetahui masalah kekeliruan. Untuk mengetahui masalah kepastian. Untuk mengetahui penggunaan statistika.



B. KAJIAN TEORI 1. Pengertian Kebenaran Ilmiah Kebenaran berasal dari kata dasar benar yang dalam Bahasa inggrisnya adalah truth. Kebenaran dapat digunakan sebagai suatu kata benda yang kongrit maupun abstrak. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata benar adalah sesuai dengan sebagaimana adanya dan dapat dipercaya.



Kebenaran merujuk pada kesesuaian tentang sesuatu. Kesesuaian tersebut adalah kesesuaian ketika apa yang diyakini benar dalam pikiran terbukti sama dengan apa yang menjadi kenyataan di lapangan. Kebenaran adalah segala sesuatu yang selaras, serasi dan sejalan antara apa yang diyakini dalam pikiran lalu sesuai dengan apa yang terjadi dan menjadi kenyataan yang telah terbuktikan. Ilmiah adalah segala sesuatu yang bersifat keilmuan dan didasarkan pada ilmu pengetahuan, segala sesuatu yang dibuat berdasarkan kaidah ilmu pengetahuan dapat disebut bersifat ilmiah seperti metode ilmiah, penelitian ilmiah dan karya tulis ilmiah. Ilmiah adalah kata kerja yang mengilmiahkan yang berarti menjadikan sesuatu menjadi ilmiah atau bersifat keilmuan atau berdasarkan ilmu pengetahuan. Kebenaran ilmiah maksudnya adalah suatu pengetahuan yang jelas dan pasti kebenarannya menurut norma-norma keilmuan. Kebenaran ilmiah cenderung



bersifat



objektif,



di



dalamnya



terkandung



sejurnlah



pengetahuan menurut sudut pandang yang berbeda-beda, tetapi saling bersesuaian. Kebenaran Ilmiah adalah Salah satu pokok yang fundamental dan senantiasa aktual dalam pergumulan hidup manusia merupakan upaya mempertanyakan dan membahasakan kebenaran. Kebenaran boleh dikata merupakan tema yang tak pernah tuntas untuk diangkat ke ranah akal manusia. (Bagus, 1991:86). 2. Teori-Teori Kebenaran Ilmiah Teori adalah sekumpulan konstruk,definisi,dan dalil yang saling terkait yang mehadirkan suatu pandangan yang sistematis tentang fenomena dengan menetapkan hubungan diantara beberapa variabel dengan maksud menjelaskan dan meramalkan fenomena (Kerlinger,1965,h.11) Michael Williams (Muhajir, 1998:13) mengenalkan 5 teori kebenaran, yaitu: a. Teori Kebenaran Korespondensi



Teori korespondensi atau the correspondence theory of truth atau istilah lain the accordance theory of truth. Teori kebenaran korespondensi adalah suatu kesesuaian antara apa yang diklaim sebagai diketahui dengan kenyataan yang sebenarnya, suatu pernyataan dapat dikatakan benar jika mengandung pernyataan yang sesuai dengan kenyataan yang ada. (Keraf dan Dua M, 2001: 66). Kebenaran korespondensi terletak pada kesesuaian antara subjek dan objek. Teori kebenaran korespondensi ini adalah teori yang dapat diterima secara luas oleh kaum realis karena pernyataan yang ada selalu berkaitan dengan realita. Pernyataan dianggap benar jika apa yang dinyatakan tersebut berhubungan dan punya keterkaitan dengan realita yang ada, yang diungkapkan kedalam pernyataan itu. Benar atau salah dalam hal ini merupakan persoalan sesuai tidaknya pernyataan dengan kenyataan atau sesuai tidaknya subjek dan objek yang dibicarakan, hal yang pokok dalam kegiatan ilmiah adalah mengungkap realitas yang sebenarnya, sehingga kebenaran korespondensi ini bersifat empirisaposterioris. (Surjani, 2010 : 138). Kebenaran korespondensi menekankan pada apakah pernyataan itu sendiri merupakan fakta atau bukan. Kebenaran tergantung pada pihak pihak subjek, dalam arti kemampuan rasio untuk mengidekan objek dan kemampuan indera dalam memahami objek, semuanya menyangkut kemampuan penginderaan manusia yang sangat terbatas sehingga kebenaran yang ditawarkan oleh teori korespondensi masih memiliki kelemahan. Teori korespondensi ini mengatakan bahwa seluruh pernyataan mengenai suatu fakta itu benar jika pendapat itu sendiri disebut fakta yang dimaksud. Pernyataan bisa diterima sebagai sebuah kebenaran jika ada persesuaian antara pernyataan tentang fakta dengan fakta itu sendiri (Harold Titus, Smith, Nolan : 338). b. Teori Kebenaran Koherensi



Teori koherensi atau teori konsistensi, istilah lain teori ini adalah the consistence theory of truth atau the coherence theory of truth. Teori kebenaran ini beranggapan bahwa kebenaran tidak dibentuk atas hubungan antara pernyataan dan fakta tetapi atas hubungan pernyataan dengan



pernyataan



kebenarannya



lainnya



terlebih



yang



dahulu



telah



diketahui



(Suriasumantri,



dan



1990:56).



diakui Teori



kebenaran koherensi banyak dianut oleh filsuf penganut realisme dan materialisme (Kattsof, 2004:176). Para filsuf menyebut kebenaran ini sebagai kebenaran ontologik (ontological truth), maksudnya adalah pemikiran atau pernyataan terkandung pengetahuan atau pengalaman sangat menentukan adanya kebenaran. Kebenaran itu tidak akan pernah ada jika tidak ada pikiran atau pengalaman. Prinsip kesatuan (unity) antar proposisi mengenai suatu objek adalah tolak ukur utama dari kebenaran. (jalaluddin 2013:134) Kebenaran ditemukan dalam relasi antara proposisi baru dengan proposisi yang



sudah ada, suatu pengetahuan, teori, pernyataan,



proposisi atau hipotesis dianggap benar jika sesuai dan sejalan dengan pengetahuan, teori, proposisi atau hipotesis lainnya, yaitu kalau proposisi itu meneguhkan dan konsisten dengan proposisi sebelumnya yang dianggap benar (Keraf dan Dua M, 2001: 88). c. Teori Kebenaran Pragmatis Teori kebenaran pragmatisme atau the pragmatic theory of truth. Pragtisme berasal dari kata pragma dalam Bahasa Yunani yang bermakna “yang dikerjakan” atau “yang dilakukan”. (Bakhtiar, 2004). Teori pragmatis dikemukan oleh filsuf pragmatis dari Amerika, Charles S. Pierce (1839-1914) dan selanjutnya dikembangkan oleh Willian James (1842-1910), George Herbert Mead (1863-1931) dan C.I. Lewis (Jujun S. Suriasumantri:57). Charles S. Pierce mengatakan bahwa untuk mengetahui atau menetapkan suatu konsep atau alur



pemikiran, maka harus meneliti benar salahnya konsep tersebut dengan memeriksa



konsekuensinya



dalam



kehidupan



dan



pengalaman



sewajarnya (Ensiklopedia Indonesia:2760). Teori pragmatis menyatakan bahwa kebenaran itu relatif, kebenaran juga berkembang. Kebenaran dibedakan menjadi dua, yaitu Truth dan rith. Truth adalah kebenaran dalam cara berpikir sedangkan right adalah kebenaran yang menjadikan berhasil dalam cara bertindak. Ide doktrin dan teori hanya sebagai alat untuk membantu manusia untuk menghadapi situasi bukan jawaban terhadap permasalahan, tidak ada suatu motif untuk mengatakan bahwa sesuatu itu benar, kecuali untuk memberi petunjuk bagi tindakan yang praktis (Titus, Smith, Nolan:344) Kebenaran bagi kaum pragmatis sama artinya dengan kegunaan. Ide, konsep, pengetahuan, atau hipotesis yang benar adalah ide yang berguna. Ide yang benar adalah ide yang paling mampu memungkinkan seseorang melakukan sesuatu tepat guna. Berhasil dan berguna adalah kriteria utama untuk menentukan apakah suatu ide itu benar atau tidak. Teori pragmatis yang menyatakan kebenaran adalah suatu yang berguna atau bermanfaat bagi manusia di dunia ini atau paham teori utilitiarisme yang benar itu yang memberikan faedah atau keuntungan bagi manusia. d. Teori Kebenaran Non-Deskripsi Teori kebenaran non-deskripsi dikembangkan oleh penganut filsafat fungsionalisme. Pernyataan dianggap benar tergantung peran dan fungsi pernyataan itu sendiri. Pengetahuan akan memiliki nilai kebenaran sejauh pernyataan itu memiliki fungsi yang amat praktis dalam kehidupan sehari-hari. Pernyatan dianggap mempunyai peran khusus dan harus menggambarkan kedudukan pernyataan tersebut dalam hubungannya dengan fungsinya dalam kehidupan sehari-hari. (Surjani Wonoraharjo, 2010:144). Teori kebenaran non-deskripsi ini dapat digunakan sebagai pengendali aliran pragtisme. e. Teori Kebenaran Performatif



Tokoh-tokoh dalam kebenaran performatif adalah Ramsey, Jhon Austin, dan Peter Strawson. Tokoh-tokoh ini menolak proposisi benar yang menyatakan sesuatu dianggap benar, bagi para tokoh pernyataan adalah benar jika pernyataan tersebut dapat menciptakan realitas. Pernyataan bisa bersifat negatif jika pernyataan tidak sesuai dengan kenyataan



dan



tidak



berusaha



mencapai



kenyataan



(Surjani



Wonorahardjo, 2010: 145) Teori kebenaran performatif erat kaitannya dengan teori kebenaran kesesuaian karena apa yang dinyatakan sebagai benar pada momen tersebut menjadi sesuai dengan kenyataan, tindakan yang mengubah keadaan ini dipandang sebagai kenyataan baru yang memang harus diketahui benar adanya, namun belum tentu mempunyai makna yang positif. 3. Sifat-Sifat Kebenaran Ilmiah a. Struktur yang rasional-logis Kebenaran dapat dicapai berdasarkan kesimpulan logis atau rasional dari proposisi atau premis tertentu. Karena kebenaran ilmiah bersifat rasional maka semua orang yang rasional (yaitu yang dapat menggunakan akal budinya secara baik). Dapat memahami kebenaran ilmiah. Oleh sebab itu kebenaran ilmiah kemudian dianggap sebagai kebenaran universal. Sifat rasional (rationality) harus dibedakan dengan sifat masuk akal (reasonable). Sifat rasional terutama berlaku untuk kebenaran ilmiah sedangkan masuk akal biasanya berlaku bagi kebenaran tertentu diluar lingkup pengetahuan. Contohnya: tindakan marah dan menangis atau semacamnya, dapat dikatakan masuk akal sekalipun tindakan tersebut mungkin tidak rasional. b. Isi Empiris Kebenaran ilmiah perlu diuji kenyataannya yang ada. Bahkan sebagian besar pengetahuan dan kebenaran ilmiah. Berkaitan dengan



kenyataan empiris di alam ini. Spekulasi tetap ada namun sampai tingkat tertentu spekulasi itu bisa dibayangkan sebagai nyata atau tidak karena sekalipun sesuatu pernyataan dianggap benar secara logis, perlu dicek apakah pernyataan tersebut juga benar secara empiris. c. Isi Pragmatis Sifat ini berusaha menggabungkan kedua sifat kebenaran sebelumnya (logis dan empiris). Maksudnya jika suatu pernyataan “benar” dinyatakan “benar” secara logis dan empiris maka pernyataan tersebut juga harus berguna bagi kehidupan manusia, berguna berarti dapat untuk membantu manusia memecahkan berbagai persoalan dalam hidupnya. pernyataan itu juga merupakan kesepakatan bersama 4. 5. 6. 7.



untuk menggunakan secara praktis dalam kehidupan sehari-hari. Kebenaran Ilmiah dari Sudut Pandang Subjektifitas dan Objektifitas Cara Mencari Kebenaran Ilmiah Persisi dan Akurasi Masalah Kekeliruan Kekeliruan menurut Surjani Wonorahardjo (2010: 151) adalah penerimaan terhadap sesuatu hal yang pada kenyataan salah atau menyangkal sesuatu hal yang pada kenyataan benar. Kekeliruan pada dasarnya berkaitan dengan aspek kognitif dari subjek yang mengetahui. Kekeliruan menurut Surjani Wonorahardjo (2010: 152-154) dapat disebabkan oleh berbagai hal yaitu sebagai berikut: a. Sikap Ilmuan 1) Sikap terburu-buru dalam penelitian akan berdampak terhadap kurang teliti dalam mendeteksi hasil penelitian yang ada akan berakibat pada kesalahan penarikan kesimpulan 2) Bias pendapat yang sudah muncul di pikiran peneliti sehingga hasil yang didapat dianggap sudah sesuai dengan yang diharapkan oleh peneliti sebelum melihat keseluruhan hasil penelitian. b. Kegagalan menjalankan sarana pengembang pengetahuan Kegagalan dalam menjalankan saran pengembang pengetahuan yang dapat terjadi karena pemahaman terhadap konsep dasar sains



yang ada masih belum baik sehingga dapat memunculkan kekeliruan dalam penarikan kesimpulan. Kekeliruan dapat muncul pula karena disebabkan oleh berbagai hal berikut; a. Kesalahan penggunaan Bahasa Penggunaan bahasa yang salah yaitu pemilihan kata yang kurang tepat, penggunaan kata yang bemakna ganda dan kesalahan penempatan kata dalam pernyataan ilmiah



dapat menimbulkan



pemahaman penerima memiliki pemahaman yang keliru. Pengunaan Bahasa yang tepat diperlukan dalam penataan urutan logika atau urutan empiris, urutan hasil pengamatan, maupun urutan laporan. b. Penggunaan logika Logika adalah ilmu matematika yang dapat diaplikasikan ke berbagai ilmu lain terutama dalam berhipotesis dan menarik kesimpulan. Kesimpulan yang diambil mengenai hasil penelitian tidak boleh didasarkan pada kehendak yang dimiliki peneliti, tetapi harus sesuai dengan fakta yang terjadi di lapangan. c. Pemilihan metodologi Kekeliruan dalam pemillihan metodologi dapat mengakibatkan kesalahan dalam pengambilan tindakan dan hasil yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. d. Kompleksnya hasil yang diamati Jika obyek yang diamati menghasilkan banyak kesimpulan, maka dapat dimungkinkan ada salah satu dari kesimpulan yang salah. e. Relevansi yang diabaikan Jika metode-metode lama tidak lagi digunakan sebagai pembanding metode yang baru, maka belum tentu metode baru tersebut menghasilkan suatu kesimpulan yang benar. 8. Masalah Kepastian Kebenaran menurut Surjani Wonorahardjo (2010: 154) terdiri dari dua golongan yang berbeda menurut sifat dan cara memperoleh yaitu melalui



kebenaran kaum rasionalis dan kebenaran kaum empiris. Kaum rasionalis yang kebenarannya bekerja melalui ide cenderung dapat mempertahankan kebenarannya lebih lama karena mendasarkan kepada logika dan rasionalitas. Kebenaran rasionalis pada umumnya memerlukan waktu yang lebih lama untuk diperbaiki. Kebenaran kaum empiris didasarkan pada pengalaman yang dilihat dan kemudian dianalisis. Kaum empiris memiliki kesadaran bahwasanya Sains tidak akan mampu memberikan gambaran yang sangat jelas dan akurat mengenai alam raya. Kebenaran sains dapat diperoleh melalui metode induksi dan deduksi. Induksi berarti menerapkan metode yang memungkinkan sains selalu berkembang,



sementara



deduksi



menerapkan



pembatasan



dalam



perkembangan sains. . 9. Penggunaan Statistika Statistika menurut Surjani Wonorahardjo (2010: 157) adalah kumpulan data numerik yang dianalisis. Analisis data bertujuan unuk menghasilkan informasi baru yang akan membantu penelitian selanjutnya. Analisis data pula bermanfaat untuk memaknai hasil penelitian. Penggunaan Metoda Statistika dalam kebenaran ilmiah dalam beberapa tipe eksperimen memerlukan pengolahan statistika. Penggunaan metoda statistika dapat pula digunakan untuk menyajikan data pada rangkaian data analitik untuk menunjukan perkiraan atas ketidakpastian pengukuran. B. Pembahasan a. Pengertian Kebenaran Ilmiah Kebenaran adalah peresuaian antara pengetahuan dan objeknya. Kebenaran adalah segala sesuatu yang selaras, serasi dan sejajar antara apa yang diyakini dalam pikiran lalu sesuai dengan apa yang terjadi dan menjadi kenyataan. Kebenaran adalah lawan dari kekeliruan.



Ilmiah adalah segala sesuatu yang bersifat keilmuan dan didasarkan pada ilmu pengetahuan, segala sesuatu yang dibuat berdasarkan kaidah ilmu pengetahuan dapat disebut bersifat ilmiah, seperti metode ilmiah, penelitian ilmiah dan karya tulis ilmiah. Kebenaran dalam pembahasan ini makna dari kebenaran dibatasi pada ke khususan makna yaitu kebenaran keilmuan (ilmiah), kebenaran ini bersifat nisbi (relatif), sementara (tentatif) dan hanya merupakan pendekatan. Kebenaran ilmiah merupakan pernyataan dan makna sejalur atau sesuai dengan akal. Manusia bias saja membuat pernyataan dengan menggunakan susunan kalimat yang tepat , namun belum tentu hal itu bermakna. Kebenaran ilmiah diperoleh secara mendalam berdasarkan proses penelitian dan penalaran logika ilmiah. b. Teori-Teori Kebenaran Ilmiah 1) Teori Kebenaran Korespondensi Teori kebenaran korespodensi atau disebut teori kebenaran kesesuaian, pernyataan dianggap benar jika apa yang dinyatakan tersebut berhubungan dan punya keterkaitan dengan sesuatu yang nyata yang diungkap kedalam pernyataan tersebut, dukungan fakta sangat menentukan di dalam teori kebenaran korespondensi yang menekankan pada bukti nyatan. Teori kebenaran korespondensi tidak akan menganggap benar jika pernyataan yang di ungkapkan tidak tampak dan tidak ada faktanya. Contoh, jika dikatakan pada keadaan standar air akan mendidih pada suhu 100℃ pernyataan ini benar jika sesuai dengan kenyataan, yaitu pada suhu 100℃ air akan mendidih, artinya peryataan tersebut sesuai dengan faktanya. Contoh selanjutnya jika ada yang mengatakan air akan berubah fasa menjadi padat jika didinginkan terus sampai suhu 0℃, jika dilakukan percobaan memanaskan air atau mendinginkan air dan dipantau dengan



termoneter untuk memastikan suhunya, maka pada suhu 100℃ air akan mendidih dan pada suhu 0℃ air akan memadat. Percobaan ini tidak ada yang bisa membantah karena percobaan dan ini mempunyai kesesuaian antara pernyataan dan fakta. Keadaan ini sedikit berbeda misalkan ada beberapa orang mengatakan makanan ini enak atau artis X itu cantik sekali. Orang tidak bisa mengetahui makanan yang dinyatakan enak ini sesuai dengan kenyataan keenakan makanan dan tidak bisa mengetahui bahwa artis X yang menurut beberapa orang itu cantik, karena kriteria keenakan makanan dan kriteria kecantikan setiap orang berbeda-beda. Contoh pertama dan contoh kedua membuat muncul pertanyaan dari beberapa orang yaitu apakah ada dua macam kebenaran? Kebenaran kesesuaian berkaitan dengan objek bukan subjek, sedangkan rasa makanan sangat subjektif kecuali jika kita tentukan parameter apa yang dipegang, misalkan rasa pedas, rasa asin, rasa manis atau keseimbangan masing-masing rasa tersebut yang sebelumnya masih sangat subjektif. Konsep kebenaran ini adalah konsep tertua dan berangkat dari pengetahuan yang dapat dikatakan benar bila mempunyai kesesuaian dengan kenyataan yang diketahui tersebut. Kebenaran tergantung pada pihak pihak subjek, dalam arti kemampuan rasio untuk mengidekan objek dan kemampuan indera dalam memahami objek, semuanya menyangkut kemampuan penginderaan manusia yang sangat terbatas sehingga kebenaran yang ditawarkan oleh teori korespondensi masih memiliki kelemahan. 2) Teori Kebenaran Koherensi Teori kebenaran koherensi sering disebut sebahai teori saling berhubungan, teori ini menganggap bahwa sesuatu dianggap benar



apabila pernyataan itu koheren atau konsisten dengan pernyataanpernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Proposisi cenderung benar jika proposisi tersbut dalam keadaan saling berhubungan dengan proposisi-proposisi lainnya yang dianggap benar, misalkan jika manusia menganggap bahwa “semua manusia pasti akan mati” adalah yang benar maka pernyataan bahwa “si Polan adalah seorang manusia dan si Polan pasti akan mati” adalah benar, sebab pernyataan kedua konsisten dengan pernyataan pertama. Contoh lainnya mengacu kepada gejala alam dan pengalaman sebelumnya, direntang bulan Oktober sampai Maret di wilayah Indonesia bertiup angina barat laut. Angin yang melintasi kawasan Samudera Hindia dan Laut Cina selatan ini membawa kandungan uap air yang tinggi yang membentuk gumpalan awan tebal (comulusnimbus). Berdasarkan teori, gumpalan awan seperti itu akan menurunkan hujan, dengan demikian dinyatakan bahwa pada rentang bulan-bulan tersebut terjadi “musim hujan”. Kesimpulan ini dinilai benar berdasarkan adanya hubungan antara berbagai pernyataan yang ada sebelumnya termasuk teori-teori. Pernyataan bahwa direntang bulan Oktober sampai bulan Maret adalah musim hujan dianggap benar, padahal pada tahun 2010 terjadi musim panas yang berkepanjangan. Fakta bahwa musim hujan tidak terjadi, meskipun



demikian menurut teori



koherensi pernyataan bahwa rentang bulan Oktober-Maret musim hujan adalah benar, sebab secara teoritis dan juga berdasarkan apa yang pernah terjadi sebelumnya direntang bulan-bulan tersebut memang terjadi hujan. Proposisi cenderung benar jika koheren dengan proposisi benar yang lain atau jika arti yang dikandung dari pernyataan itu koheren dengan pengalaman. Kebenaran tergantung pada hubungan antara sebuah pernyataan dengan pernyataan sebelumnya yang telah



diakui sebagai kebenaran. Teori ini masih memiliki kelemahan karena belum menunjukkan kesesuaian dengan fakta, walaupun pernyataan itu logis dan sistematis akan kehilangan artinya jika tidak ada hubungannya dengan fakta, oleh karena itu, teori koherensi hampir tidak memecahkan persoalan sehari-hari. 3) Teori Kebenaran Pragmatisme Teori kebenaran pragmatis adalah teori yang pernyataannya mempunyai kegunaan dan manfaat bagi manusia, kebenaran suatu ucapan dan teori semata-mata bergantung kepada asas manfaat. Pernyataan dianggap benar jika pernyataan atau konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan mansuia. Teori ini berpandangan bahwa sesuatu dianggap benar apabila berguna. Artinya, kebenaran suatu pernyataan bersifat funsional dalam kehidupan praktis. Ajaran pragtisme memang memiliki banyak variasi tetapi yang menyamakan diantara variasi tersebut adalah



bahwa



kebenaran



diletakkan



dalam



salah



satu



konsenkuensi. 4) Teori Kebenaran Non-Deskripsi Teori kebenaran merupakan pernyataan yang akan mempunyai nilai benar yang sangat tergantung pada peran dan fungsi pernyataan itu, pengetahuan dalam teori kebenaran non-deskripsi akan memiliki nilai benar sejauh pernyataan itu memiliki fungsi yang sangat praktis dalam kehidupan sehari-hari, pernyataan itu juga merupakan kesepakatan bersama untuk menggunakan secara praktis dalam kehidupan sehari-hari. 5) Teori Kebenaran Performatif Kebenaran performatif yaitu sesuatu dikatakan benar apabila memang dapat diaktualkan dalam tindakan, apa bila sesuatu yang tidak



mungkin



dapat



dikerjakan,



maka



teori



performatif



menyatakan hal yang tidak benar (salah). Misalnya: Menyediakan



komputer untuk proses pembelajaran di Daerah yang tidak tersedia tenaga listrik. Hal ini tidak benar (salah) karena komputer tersebut tidak dapat dioperasikan. Tokoh teori kebenaran performatif menolak proposisi benar yang menyatakan sesuatu yang dianggap benar, pernyataan dianggap benar jika pernyataan tersebut dapat menciptakan realitas. Contohnya yang tampak jelas adalah kenyataan yang terjadi saat pelantikan atau pembukaan perusahaan, dimulainya operasi tertentu, penerimaan hadiah nibel, dan kegiatan-kegiatan sejenisnya. Pengangkatan ketua kelompok penelitian oleh direktur perusahaan obat-obatan kimia dalam proyek penting, misalnya: “dengan ini saya melantik saudara X sebagai ketua baru proyek pembauatan senyawa X”. realitas baru tercipta pada saat itu, yaitu Bapak X yang tadinya anggota tim peneliti sekarang menjadi ketua kelompok penelitian tersebut. Pernyataan ini benar karena menciptakan realitas. c. Sifat-Sifat Kebenaran Ilmiah d. Kebenaran Ilmiah dari Sudut Pandang Subjektifitas dan Objektifitas e. Cara Mencari Kebenaran f. Persisi dan Akurasi g. Masalah Kekeliruan Karya ilmiah kadang mengalami sebuah masalah kekeliruan. Masalah kekeliruan tersebut biasanya terdapat pada penggunaan bahasa, penggunaan logika, bahkan kekeliruan ketika melakukan suatu percobaan. Suatu kekeliruan tidak dapat dikatakan sebagai suatu kesalahan. Kekeliruan tidak selalu salah, namun apabila suatu kesalahan sudah pasti keliru. Kekeliruan dapat muncul ketika melakukan suatu penelitian. Kadang seorang ilmuwan tergesa-gesa dalam meneliti, sehingga tidak semua fakta dapat terdeteksi dengan



baik yang mengakibatkan kesimpulan yang dibuat mengalami kekeliruan. Kekeliruan biasanya muncul ketika mengalami kegagalan dalam menjalankan sarana pengembangan pengetahuan. Tidak hanya itu, kekeliruan dapat muncul dikarenakan hal-hal berikut ini: 1) kekeliruan dalam penggunaan bahasa. Bahasa yang digunakan memiliki arti ganda sehingga tidak mudah untuk dimengerti karena memunculkan pemahaman yang berbeda mengenai makna yang ingin disampaikan. Kesalahan penempatan kata juga dapat memunculkan kebingungan terhadap pernyataan ilmiah. Kesalahan penempatan dapat dikatakan sebagai kekeliruan. 2) Kekeliruan dalam penggunaan logika. Kesimpulan dari suatu teori yang tidak sesuai dengan hipotesis yang telah dibuat, maka kesimpulan dari teori tersebut tidak digunakan dan menyesuaikan dengan hipotesis yang ada sehingga menimbulkan kesalahan yang tidak kecil. 3) kekeliruan karena kompleksnya hasil yang diamati. Masalah yang timbul biasanya dikarenakan terlalu rumitnya hasil pengamatan. Akibatnya peneliti tidak dapat membedakan mana yang penting dan mana yang tidak penting sehingga seorang peneliti akan menyimpulkan bahwa keduanya adalah penting. 4) Kekeliruan karena pemilihan metodologi. kekeliruan ini dapat menyebabkan



kesalahan



pada



hasil



pengamatan



sehingga



kesimpulan yang didapat juga salah. 5) kekeliruan karena relevansi yang diabaikan. kekeliruan ini diakibatkan karena hasil penelitian tidak sesuai dengan apa yang berlaku saat ini baik dari segi metode, teori, maupun objek yang diteliti. Penemuan karya ilmiah selain dapat mengalami masalah kekeliruan serta dapat memunculkan kebenaran ilmiah baru. Kebenaran ilimiah muncul dalam dua golongan kebenaran berdasarkan



sifat dan cara memperoleh yaitu kaum rasionalis dan kebenaran kaum empiris. Kaum rasionalis hanya bekerja pada ide,biasanya dapat mempertahankan kebenaranya,dengan lebih lama karena karena sesuatu yang sudah logis dan rasionil.biasanya tidak mudah dibantah hanya dengan metode pemikiran yang baru kebenaran rasionil dapat diperbaiki, namun tidak dengan cepat.metode pemikiran juga berkembang



dari



waktu



matematika.lahirnya



ke



cabang



waktu



dengan



matematika



bantuan



kalkulus



ilmu



misalnya



merupakan langkah positif yang sangat mempengaruhi gaya berfikir abad ini dengan kalkulus banyak perhitungan menjadi mudah.dan banyak kebenaran baru bisa diterima.karna bisa dirumuskan dan dibahasakan dalam bentuk angka dan rumus. Kaum empiris memiliki kebenaran yang cenderung dinamis karena kebenaranya berdasarkan kepada pengalaman dan dianalisis. Kaum empiris sadar bahwa sedalam apapun sains tidak akan bisa menggambarkan ,yaitu gambaran yang jelas dan akurat mengenai alam raya,baik



alam



statis



atau



dinamis.



Ketidakmampuan



untuk



menjelaskan alam raya secara jelas dan akurat mendorong para kaum empiris untuk terus berusaha menemukan sesuuatu hal yang belum diketahui dan baru disadari. Usaha kaum empiris didasarkan untuk kemajuan dunia sains walaupun sains masih jauh dari kepastian. Kebenaran kaum rasionalis dan kebenaran kaum empiris yang ada mengalami prinsip Falibilisme moderat. Prinsip Falibilisme moderat adalah kebenaran yang harus bisa dipersalahkan yang bertujuan untuk disempurnakan. Prinsip falibilisme moderat menekankan kepada bersikap kritis terhadap kesalahan pemikiran yang ada. Kesalahan pemikiran yang ada kemudian diperbaiki dan disempurnakan terus menerus. Sains baik secara teoritis dan empiris akan terus mengalami perkembangan karena selalu ditemukan berbagai masalah untuk diteliti dan di eksplorasi. Kebenaran ilmiah yang dimikili sains memiliki sifat



dapt diperbaiki.



Kepastian Sains didalamnya juga terdapat



sebagian



unsur ketidakpastian karena berpegang pada prinsip falibisme moderat. Perkembangan sains baik teoritis maupun empiris didalam pencarian akan kebenaran ilmiah di tingkat detail tidak mungkin dititemukan karena dari waktu ke waktu akan adanemukan keanehan untuk diteliti dan dikoreksi lebih jauh. Kepastian dalam sains sifat dapat diperbaiki dikarenakan berbagai keanehan yang muncul untuk diteliti dan dikoreksi. Sains dengan ketidakpastian bukan berarti tidak memiliki kepastian didalam ilmu tersebut akan tetapi akan senantiasa mengalami perbaikan dari waktu ke waktu. Kebenaran yang didapatkan dari metode induksi memungkinkan sains berkembang secara dinamis sementara kebenran yang didapatkan berdasarkan metode deduksi cenderung dapat membatasi perkembangan sains. Metode deduksi didasarkan pada sebuah logika sehingga akan sulit untuk dipertanyakan. Metode induksi memiliki kepastian yang relatif karena didasarkan pada pengalaman yang dialami dan dianalisis Karya ilmiiah sains dalam proses untuk menguji kekeliruan dan kesimpulan mengenai kebenaran yang ada menggunakan statistik. Penggunaan statistic diperlukan pada beberapa tipe eksperimen untuk menguatkan pengolahan statistika. Staitistik digunakan untuk dapat memnetukan sebuah langkah dalam perkembangan penelitian selanjutnya dan untuk menilai data yang dikumpulkan memilki makna atau tidak. Data yang memiliki makna kemudian dapat mengarah kepada sebuah kesimulan yang ingin dicapai dalam sebuah eksperimen. Sains yang dalam ruang kajiannya termasuk ke dalam ruang kajian mikro (tingkat molekul, atom, inti atom) akan memiliki kecenderungan vairabel kontrol yang dapat dikontrol dengan baik dan memberikan hasil eksperimen (variable terikat) sesuai dengan perlakuan yang diberikan (variable bebas). Kajian sains dalam wilayah mikro (kimia dan fisika) pada umumnya tidak memerlukan metode



statistika dikarenakan variable yang cukup terkendali dan tidak memerlukan statistik dalam mengkaji pemikiran yang ada. Sains yang dalam ruang kajiannya termasuk ke dalam ruang kajian makro (biolgi) akan memerlukan aktivitas observasi secara langsung serta dalam jangka waktu yang lama sehingga memerlukan penggunaan statistic. Pada aktivitas yang memerlukan observasi langsung mempunyai



begitu banyak variable



yang memiliki



kemungkinan dapat berpengaruh dalam hasil eksperimen. Variabel yang begitu banyak dalam



mempengaruhi



suatu eksperimen



memerlukan metode banyak berpengaruh dalam suatu eksperimen sehingga dalam penelitian memerlukan pengguan



metode statisik



yang tepat. Penggunaan meted statistik yang tepat akan berpengaruh dalam penarikan kesimpulan dan kebenaran informasi. Penggunaaan metode statistik juga bertujuan



unuk



menampilkan data untuk memperkirakan ketidakpastian suatu pengukuran. Ketidakpastin pengukuran dapat berasal dari instrument atau metode eksperimen yang bias, sifat sampel sampel yang dapat diduga dan diantisipasi serta yang tidak diketahui. Penyajian data yang menampilkan standar bertujuan untuk menunjukkan keakuratan data dan menghindari kemungkinan kesalahan.