Makalah Transportasi Energi Dan Lingkungan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH TRANSPORTASI, ENERGI, DAN LINGKUNGAN (Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Geografi Transportasi)



Oleh :



Kelompok 7



Ega Resta Desonia Rahmat Jaslan Rany Salfianti



Dosen Pengampu



(20136016) (20136070) (20136071)



: Rery Novio, S.Pd., M.Pd.



PROGRAM STUDI S1 GEOGRAFI DEPARTEMEN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2023



KATA PENGANTAR



Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah geografi transportasi tentang “Transportasi, Energi, dan Lingkungan”, tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulis dalam penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui dan menganalisis dampak lingkungan dari transportasi, transportasi dan energi, transportasi dan keberlanjutan, serta merupakan salah satu materi perkuliahan mata kuliah Geografi Transportasi pertemuan 8. Kemudian tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Geografi Transportasi yaitu Ibu Rery Novio, S.Pd., M.Pd. orang tua, serta temanteman yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga kebaikan mereka dibalas oleh Allah SWT. Penulis menyadari bahwa makalah yang penulis susun ini jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakannya. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.



Padang , 23 Maret 2023



Penulis



ii



DAFTAR ISI



Halaman Judul Kata Pengantar ......................................................................................................... ii Daftar Isi .................................................................................................................... iii Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 1 1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................... 2 Bab II Pembahasan 2.1 Dampak Lingkungan dari Transportasi ............................................. 3 2.2 Transportasi dan Energi ....................................................................... 5 2.3 Transportasi dan Keberlanjutan ......................................................... 9 Bab III Penutup 3.1 Kesimpulan ............................................................................................ 11 3.2 Saran ....................................................................................................... 11 Daftar Pustaka ........................................................................................................... 12



iii



BAB I PENDAHULUAN



3.1. Latar Belakang Transportasi dan energi adalah sebuah aplikasi fisika standar dimana memberikan



momentum



kepada



massa



(orang,



kendaraan,



kargo



dan



lain-



lain).Transportasi yang dimaksud adalah usaha untuk memindahkan manusia,barang dan atau jasa dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan atau tanpa moda dengan tujuan tertentu.Proses perpindahan tersebut dapat melalaui jalur darat, udara maupun air, dan begitu pula untuk angkutan barang.Barang merupakan salah satu komoditas ekonomi yang memerlukan alat angkut dalam proses perpindahannnya. Energi adalah suatu kebutuhan pokok yang tak terpisahkan dari manusia. Hampir semua sektor dalam kehidupan membutuhkan energi untuk mencukupi kebutuhankebutuhan manusia. Sumber energi konvensional seperti minyak bumi dan batubara semakin menipis dikarenakan bahwa sumber-sumber energy konvensional tersebut merupakan sumber energy yang tidak dapat terbarukan. Sedangkan lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Lingkungan mempunyai arti yaitu dengan lingkungan fisik manusia dapat menggunakan untuk memenuhi kebutuhan materialnya, dengan lingkungan biologi manusia daopat memenuhi kebutuhan jasmaninya dan dengan lingkungan social manusia dapat memenuhi kebutuhan spiritualnya. Lingkungan hidup menyediakan kebutuhankebutuhan hidup manusia. Transportasi sangat berpengaruh terhadap lingkungan. Sehingga banyak muncul permasalahan lingkungan akibat dari penggunaan transportasi yang semakin meningkat.



3.1. Rumusan Masalah 1. Bagaimana dampak lingkungan dari aktivitas trasnportasi? 2. Bagaiamana keterkiatan antara transportasi dan energi? 3. Bagaiamana keberlanjutan lingkungan terkait semakin maraknya penggunaan transportasi?



1



3.1. Tujuan Penulisan Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah pada makalah ini, adapaun tujuan penulisan makalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui dampak lingkungan dari transportasi 2. Untuk mengetahui keterkiatan antara transportasi dan energi 3. Untuk mengetahui keberlanjutan lingkungan terkait semakin maraknya penggunaan transportasi



2



BAB II PEMBAHASAN



2.1 Dampak Lingkungan dari Transportasi Transportasi merupakan sumber dominan emisi sebagian besar polutan dan berbagai dampaknya terhadap lingkungan yang terbagi dalam tiga kategori: 1. Dampak langsung : konsekuensi langsung dari kegiatan transportasi terhadap lingkungan dimana hubungan sebab akibat umumnya jelas dan dapat dipahami dengan baik 2. Dampak tidak langsung : efek sekunder (atau tersier) dari kegiatan transportasi pada sistem lingkungan yang memiliki konsekuensi yang lebih tinggi daripada dampak langsung, tetapi hubungan yang terlibat kebanyakan sulit diprediksi. 3. Dampak kumulatif : Konsekuensi aditif, multiplikatif atau sinergis dari kegiatan transportasi yang memperhitungkan berbagai efek dari dampak langsung dan tidak langsung pada suatu ekosistem, yang seringkali tidak dapat diprediksi. Dimensi lingkungan transportasi :



1. Penyebab (Causes). Dua faktor utama berkontribusi pada tingkat kegiatan transportasi. Ekonomi mengacu pada tingkat pembangunan, pendapatan, dan pasokan transportasi. Perekonomian yang maju cenderung menghasilkan lebih banyak kegiatan transportasi per kapita daripada yang sedang berkembang. Penggunaan lahan mengacu pada struktur ruang dan lokasi permintaan transportasi. 2. Kegiatan (Activities). Melibatkan beragam faktor dalam penggunaan infrastruktur transportasi dan semua layanan terkait. 3. Keluaran (Outputs). Hasil pertama dari kegiatan transportasi adalah semua jenis emisi (karbon monoksida, nitrogen oksida, partikulat, dll.). Sesuai dengan karakteristik geografis daerah di mana emisi terjadi, berkorelasi dengan kepadatan penduduk, tingkat paparan polutan berbahaya dapat dihitung. Paparan ini cenderung memiliki konsekuensi. 4. Hasil akhir (End Results). Mencakup semua efek kesehatan, lingkungan dan kesejahteraan dari paparan emisi dari kegiatan transportasi, yang sangat sulit untuk diukur. 3



Dampak negatif transportasi yang paling berpengaruh terhadap lingkungan 1.



2.



3.



4.



5.



yaitu : Perubahan Iklim Kegiatan industri transportasi melepaskan beberapa juta ton gas setiap tahun ke atmosfer seperti timbal (Pb), karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2; bukan polutan), metana (CH4), nitrogen oksida (NOx), nitrogen oksida (N2O), kloro uorokarbon (CFC), per uorokarbon (PFC), silikon tetra uorida (SiF4), benzena dan komponen volatil (BTX), logam berat (seng, krom, tembaga, dan kadmium) dan partikel (abu, debu). Beberapa gas ini, khususnya nitro oksida, dapat menipiskan ozon stratosfer (O3) lapisan yang secara alami menyaring permukaan bumi dari radiasi ultraviolet. Kualitas udara Polutan udara beracun dikaitkan dengan penyakit kanker, kardiovaskular, pernapasan, dan saraf. Karbon monoksida (CO) ketika terhirup mempengaruhi aliran darah, mengurangi ketersediaan oksigen dan bisa sangat berbahaya bagi kesehatan masyarakat. Emisi nitrogen dioksida (NO2) dari sumber transportasi mengurangi fungsi paru-paru, memengaruhi sistem pertahanan kekebalan pernapasan, dan meningkatkan risiko masalah pernapasan. Emisi sulfur dioksida (SO2) dan nitrogen oksida (NOx) di atmosfer membentuk berbagai senyawa asam yang bila dicampur dalam air awan menciptakan hujan asam. Curah hujan asam memiliki efek merugikan pada lingkungan binaan, mengurangi hasil panen pertanian dan menyebabkan penurunan hutan. Berkurangnya jarak pandang alami akibat kabut asap berdampak buruk pada kualitas hidup dan daya tarik lokasi wisata. Emisi partikulat berupa debu yang berasal dari knalpot kendaraan maupun dari sumber non-exhaust seperti abrasi kendaraan dan jalan berdampak pada kualitas udara. Sifat fisik dan kimia partikulat dikaitkan dengan risiko kesehatan seperti masalah pernapasan, iritasi kulit, radang mata, pembekuan darah, dan berbagai jenis alergi. Kebisingan Efek umum dari suara yang tidak teratur dan kacau yang menimbulkan trauma bagi organ pendengaran dan dapat mempengaruhi kualitas hidup dengan sifatnya yang tidak menyenangkan dan mengganggu. Paparan jangka panjang terhadap tingkat kebisingan di atas 75 desibel secara serius menghambat pendengaran dan memengaruhi kesejahteraan fisik dan psikologis manusia. Kualitas Air Kegiatan transportasi berdampak pada kondisi hidrologi. Bahan bakar, bahan kimia, dan partikulat berbahaya lainnya yang dibuang dari pesawat terbang, mobil, truk, dan kereta api atau dari pengoperasian pelabuhan dan terminal bandara, seperti penghilang es, dapat mencemari sungai, danau, lahan basah, dan lautan. Efek utama dari operasi transportasi laut terhadap kualitas air terutama timbul dari pengerukan, limbah, air pemberat dan tumpahan minyak. Pengerukan adalah proses pendalaman saluran pelabuhan dengan menghilangkan sedimen dari dasar badan air. Pengerukan sangat penting untuk menciptakan dan mempertahankan kedalaman air yang cukup untuk operasi pelayaran dan aksesibilitas pelabuhan. Kualitas Tanah. Transportasi menyebabkan erosi tanah, pencemaran tanah, kerusakan serius di saluran terbatas seperti tepian sungai, hilangnya tanah yang subur dan 4



produktif. Tumpahan bahan bakar dan minyak dari kendaraan bermotor di pinggir jalan dan masuk ke dalam tanah. Bahan kimia yang digunakan untuk pengawetan rel kereta api dapat masuk ke dalam tanah. Bahan berbahaya dan logam berat telah ditemukan di daerah yang berdekatan dengan rel kereta api, pelabuhan, dan bandara. 6. Keanekaragaman Hayati. Kebutuhan bahan bangunan dan berkembangnya transportasi berbasis darat telah menyebabkan deforestasi. Banyak rute transportasi membutuhkan lahan yang dikeringkan, sehingga mengurangi area lahan basah dan menggusur spesies tanaman air. Kebutuhan untuk mempertahankan hak jalan dan rel atau untuk menstabilkan lereng di sepanjang fasilitas transportasi telah mengakibatkan terbatasnya pertumbuhan tanaman tertentu atau telah menghasilkan perubahan tanaman. Banyak spesies hewan menjadi punah sebagai akibat dari perubahan habitat alami dan pengurangan wilayah jelajah. 7. Penggunaan Lahan Fasilitas transportasi utama dapat mempengaruhi kualitas kehidupan perkotaan dengan menciptakan penghalang fisik, meningkatkan tingkat kebisingan, menimbulkan bau, mengurangi estetika perkotaan dan mempengaruhi warisan yang dibangun. 2.2 Transportasi dan Energi Aktivitas manusia sangat bergantung pada penggunaan beberapa bentuk dan sumber energi untuk melakukan pekerjaan. Energi adalah potensi yang memungkinkan pergerakan dan/atau modifikasi materi (misalnya membuat baja dengan menggabungkan besi dan karbon). Transportasi dan energi adalah aplikasi fisika standar di mana memberikan momentum kepada massa (orang, kendaraan, kargo, dll.). Hubungan antara transportasi dan energi adalah hubungan langsung, tetapi memiliki interpretasi yang berbeda karena menyangkut moda transportasi yang berbeda, masing-masing memiliki tingkat kinerjanya sendiri. Seringkali ada keterkaitan antara kecepatan dan konsumsi energi, terkait dengan keuntungan ekonomi yang diinginkan. Penumpang dan barang bernilai tinggi dapat diangkut dengan moda cepat namun boros energi karena komponen waktu mobilitas cenderung bernilai tinggi, yang menunjukkan keinginan untuk menggunakan lebih banyak energi. Skala ekonomis, terutama yang dicapai oleh transportasi laut, terkait dengan tingkat konsumsi energi yang rendah per unit massa yang diangkut, tetapi dengan kecepatan yang lebih rendah.



5



Perbedaan Konsumsi energi transportasi antara pergerakan penumpang dan barang : 1. Transportasi Penumpang Transportasi penumpang menyumbang 60 hingga 70 persen konsumsi energi dari kegiatan transportasi. Terdapat hubungan yang erat antara peningkatan pendapatan, kepemilikan mobil dan jarak tempuh kendaraan. Amerika Serikat memiliki salah satu tingkat kepemilikan mobil tertinggi di dunia dengan satu mobil untuk setiap dua orang. Sekitar 60 persen dari seluruh rumah tangga Amerika memiliki dua mobil atau lebih, dengan 19 persen memiliki tiga mobil atau lebih. Kecenderungan lainnya adalah meningkatnya kepemilikan minivan, kendaraan sport utility vehicle (SUV) dan truk ringan untuk penggunaan pribadi dan penurunan yang sesuai dalam penghematan bahan bakar. Tingkat efisiensi bahan bakar yang lebih tinggi melibatkan penurunan 6



keuntungan marjinal dalam konsumsi bahan bakar. Selain itu, pertumbuhan jarak tempuh kendaraan berkorelasi dengan perubahan harga energi dan sedang memasuki fase kedewasaan di beberapa negara maju. 2. Transportasi Barang didominasi oleh pengiriman kereta api dan maritim, dua moda yang paling hemat energi. Pesisir dan perairan pedalaman juga menyediakan metode transportasi penumpang dan kargo yang hemat energi. Sebuah kapal penarik yang mengangkut muatan tipikal 15 tongkang di belakangnya menampung muatan yang setara dengan 225 muatan mobil rel atau 870 muatan truk. Alasan untuk mendukung navigasi pesisir dan pedalaman didasarkan pada penggunaan energi yang lebih rendah dan tingkat konsumsi pelayaran dan keseluruhan eksternalitas transportasi air yang lebih kecil secara umum. Bahan bakar alternatif dalam bentuk sumber daya minyak non-mentah menarik banyak perhatian sebagai akibat dari penyusutan cadangan minyak, peningkatan biaya minyak bumi dan kebutuhan untuk mengurangi emisi polutan berbahaya. Alternatif paling umum yang dipertimbangkan adalah: 1. Biogass seperti etanol, metanol dan biodiesel dapat diproduksi dari fermentasi tanaman pangan (tebu, jagung, sereal, dll) atau limbah kayu. Produksinya membutuhkan area panen yang luas yang dapat bersaing dengan jenis penggunaan lahan lainnya. Produktivitas biomassa yang rendah ini tidak memenuhi kebutuhan energi sektor transportasi. Selain itu, produksi etanol adalah proses intensif energi. Produksi 1 unit termal etanol membutuhkan pembakaran 0,76 unit batubara, minyak bumi atau gas alam. Biodiesel juga dapat diperoleh dari berbagai tanaman. Pilihan bahan bakar biomassa akan sangat bergantung pada keberlanjutan dan efisiensi energi dari proses produksi. 2. Hidrogen Sering disebut sebagai sumber energi masa depan. Langkah-langkah dalam menggunakan hidrogen sebagai bahan bakar transportasi terdiri dari: a. memproduksi hidrogen dengan elektrolisis air atau dengan mengekstraksinya dari hidrokarbon b. mengompresi atau mengubah hidrogen menjadi bentuk cair c. menyimpannya di dalam kendaraan d. menggunakan sel bahan bakar untuk menghasilkan listrik sesuai permintaan dari hidrogen untuk menggerakkan kendaraan bermotor 3. Listrik Listrik sedang dipertimbangkan sebagai alternatif untuk bahan bakar minyak bumi sebagai sumber energi. Kendaraan listrik baterai murni dianggap sebagai alternatif yang lebih efisien daripada kendaraan berbahan bakar hidrogen karena tidak perlu mengubah energi menjadi listrik karena listrik yang disimpan dalam baterai dapat menggerakkan motor listrik. Selain itu, mobil listrik lebih mudah dan lebih murah untuk diproduksi daripada kendaraan sel bahan bakar yang sebanding. 7



4. Kendaraan Hibrida terdiri dari sistem propulsi menggunakan mesin pembakaran dalam yang dilengkapi dengan motor listrik dan baterai, yang memberikan peluang menggabungkan efisiensi listrik dengan jarak tempuh yang jauh dari mesin pembakaran dalam. Kendaraan hybrid masih menggunakan bahan bakar cair sebagai sumber energi utama tetapi mesin menyediakan tenaga untuk menggerakkan kendaraan atau digunakan untuk mengisi baterai melalui generator. Adaptasi sistem transportasi terhadap harga energi : a. Jalan Harga minyak yang lebih tinggi dapat memicu perubahan dalam beberapa tahap. Awalnya, komuter hanya akan menyerap biaya yang lebih tinggi, perubahan pola perjalanan (misalnya carpooling), upaya untuk menggunakan angkutan umum, adopsi cepat kendaraan dengan efisiensi bensin yang tinggi (di Amerika Serikat, ini bisa menandai kejatuhan SUV) dan pencarian untuk alternatif transportasi lainnya. Industri angkutan truk akan berperilaku serupa, pertama dengan menurunkan keuntungan dan biaya operasional mereka (misalnya penjadwalan), tetapi pada titik tertentu, harga yang lebih tinggi akan diteruskan ke pelanggan mereka. b. Rel Moda ini diatur untuk mendapat manfaat besar dari harga energi yang lebih tinggi karena merupakan moda transportasi darat yang paling hemat energi. Kereta api sekitar tiga kali lebih efisien energi daripada angkutan truk. c. Udara Bahan bakar menyumbang sekitar 15 persen dari biaya operasional sebuah maskapai penerbangan, tetapi karena sebagian besar biaya lainnya adalah tetap, setiap variasi harga energi tercermin langsung pada tarif penerbangan. Kenaikan harga energi jangka panjang, yang tercermin dalam bahan bakar jet, kemungkinan akan berdampak pada perjalanan udara bebas (terutama pariwisata), namun angkutan udara, karena nilainya yang tinggi, mungkin tidak terlalu terpengaruh. d. Maritim Moda ini kemungkinan relatif tidak terpengaruh karena paling hemat energi, tetapi bahan bakar merupakan komponen penting dari biaya pengoperasian kapal. Tanggapan pengirim barang maritim atas harga energi yang lebih tinggi cenderung menurunkan kecepatan (slow steaming), yang mungkin berdampak pada penjadwalan port call. Dalam jangka panjang, harga energi yang lebih tinggi mungkin secara tidak langsung berdampak pada transportasi laut dengan menurunkan permintaan pergerakan kargo jarak jauh dan membatasi panggilan pelabuhan ke pelabuhan yang memiliki koneksi pedalaman paling langsung dan efisien.



8



2.3 Transportasi dan Keberlanjutan Tingkat keberlanjutan sistem transportasi penumpang perkotaan dari sampel 64 kota di seluruh dunia. Klasifikasi tersebut terutama didasarkan pada asumsi bahwa tingkat ketergantungan yang tinggi pada mobil ditambah dengan tingkat kepadatan yang rendah kurang berkelanjutan daripada tingkat ketergantungan mobil yang lebih rendah dan kepadatan yang lebih tinggi. Sehingga teridentifikasi 5 kelas:



➢ Kelas A. Transportasi yang relatif paling berkelanjutan. Ketergantungan mobil yang sangat rendah, dengan angkutan umum, berjalan kaki dan bersepeda lebih menonjol daripada mobil, yang melibatkan penggunaan bensin per kapita yang sangat rendah. ➢ Kelas B. Transportasi yang relatif lebih berkelanjutan. Ketergantungan mobil rendah, angkutan umum, berjalan kaki dan bersepeda sama dengan mobil, penggunaan bensin rendah. ➢ Kelas C. Transportasi yang relatif berkelanjutan. Ketergantungan mobil sedang, peran penting untuk angkutan umum, berjalan kaki dan bersepeda, penggunaan bensin sedang. ➢ Kelas D. Transportasi yang relatif kurang berkelanjutan. Ketergantungan mobil yang tinggi, peran kecil untuk angkutan umum (dukungan penting untuk pergerakan jam sibuk), berjalan kaki dan bersepeda, penggunaan bensin yang tinggi. ➢ Kelas E. Sistem transportasi penumpang perkotaan yang relatif paling tidak berkelanjutan. Melibatkan tingkat ketergantungan mobil yang sangat tinggi, peran angkutan umum yang sangat terbatas, berjalan kaki dan bersepeda, serta penggunaan bensin yang sangat tinggi.



9



Konsep transportasi berkelanjutan terkait erat dengan pengembangan moda transportasi, infrastruktur, dan logistik yang berkelanjutan. a. Lingkungan Pengurangan dampak lingkungan dari transportasi merupakan strategi yang mungkin untuk keberlanjutan. Transportasi secara signifikan memberikan kontribusi berbahaya emisi, kebisingan dan perubahan iklim. Adanya kendaraan yang lebih ramah lingkungan dan peningkatan dampak penggunaan lahan transportasi, khususnya dampak pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur, juga merupakan sasaran strategis yang ingin dicapai. Sistem transportasi juga merupakan penghasil limbah (kendaraan, suku cadang, kemasan, dll) yang harus dikurangi. b. Ekonomi Strategi yang berkelanjutan akan bertujuan untuk menggunakan transportasi secara efisien untuk tujuan pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja. Transportasi juga harus memiliki strategi penetapan harga yang adil, artinya pengguna menanggung biaya penuh (langsung dan tidak langsung) atas penggunaan sistem transportasi mereka. Sistem transportasi yang persaingannya adil dan terbuka kemungkinan akan mendorong pilihan moda dan efisiensi. Dalam sistem di mana transportasi adalah monopoli publik atau swasta, distorsi harga dan kesalahan alokasi modal terjadi yang dalam jangka panjang cenderung membuat sistem tidak berkelanjutan. c. Sosial masyarakat Transportasi berkelanjutan harus bermanfaat bagi masyarakat, harus aman, tidak mengganggu kesehatan manusia dan harus meminimalkan gangguan pada masyarakat. Akses dan pemerataan juga merupakan dua prinsip penting karena transportasi harus mendorong akses ke barang dan jasa untuk sebanyak mungkin orang.



10



BAB III PENUTUP



3.1. Kesimpulan Transportasi merupakan sumber dominan emisi sebagian besar polutan dan berbagai dampaknya terhadap lingkungan, baik dampak langsung, tidak langsung, maupun dampak kumulatif. Dampak negatif transpotrasi terhadap lingkungan antara lain terjadinya perubahan iklim, menurunnya kualtias udara, kebisingan, penurunan kualitas tanah, penuruan kualitas air, penurunan keanekaragaman hayati, dan perubahan yang menyebabkan kerusakan fungsi lahan. Aktivitas manusia sangat bergantung pada penggunaan beberapa bentuk dan sumber energi untuk melakukan pekerjaan. Energi adalah potensi yang memungkinkan pergerakan dan/atau modifikasi materi (misalnya membuat baja dengan menggabungkan besi dan karbon). Bahan bakar alternatif dalam bentuk sumber daya minyak non-mentah menarik banyak perhatian sebagai akibat dari penyusutan cadangan minyak, peningkatan biaya minyak bumi dan kebutuhan untuk mengurangi emisi polutan berbahaya seperti biogas, hidrogen, listrik, dan kendaraan hibrida. Konsep transportasi berkelanjutan terkait erat dengan pengembangan moda transportasi, infrastruktur, dan logistik yang berkelanjutan yang didukung oleh peran ekonomi, sosial masyarakat, terhadap keberlanjutan lingkungan dalam pemanfataan transportasi dalam aktivitas sehari-hari. 3.2 Saran Menurut penulis, di zaman yang semakin canggih pemanfaatan transportasi yang semakin marak digunakan perlu memperhatikan dampak yang ditimbulkan terhadap keberlanjutan lingkungan. Maka dari itu, adanya energi alternatif yang dapat dijadikan bahan bakar untuk transportasi perlu diterapkan secara bertahap. Peran ekonomi, sosial budaya masyarakat sangat mementukan keberlanjutan lingkungan dan transportasi yang ramah lingkungan.



11



DAFTAR PUSTAKA



Rodrigue, J.-P., Comtois, C., & Slack, B. (2019). Transport, energy and environment. The Geography of Transport Systems, 288–310. https://doi.org/10.4324/9781315618159-8



12