Makalah Tumor Otak [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

“TUMOR OTAK” Dosen : Erlina Cahayani.,S.Kep,Ners



DISUSUN OLEH : Silvia Lestari



NIM : 2019.B.20.0507



YAYASAN STIKES EKA HARAP PALANGKARAYA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN TAHUN AJARAN 2020/2021



KATA PENGANTAR Penulis Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas Rahmat dan Karunia-Nya sehingga makalah yang membahas tentang ”Tumor Otak” dapat selesai tepat pada waktunya.             Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari harapan pembaca yang mana di dalamnya masih terdapat berbagai kesalahan baik dari sistem penulisan maupun isi. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun sehingga dalam makalah berikutnya dapat diperbaiki serta ditingkatkan kualitasnya.             Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.



Palangkaraya, 20 September 2020



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penulisan



BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 definisi Tumor Otak 2.2 Etiologi Tumor Otak 2.3 Pathway Tumor Otak 2.4 Manifestasi Klinis 2.5 Pemeriksaan Penunjang 2.6 Penatalaksanaan Medis 2.7 Asuhan Keperawatan Tumor Otak



BAB III PENUTUP 3.1 Simpulan 3.2 Saran



DAFTAR PUSTAKA



BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun ganas (maligna) membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau di sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Diagnosa tumor otak ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan radiologi dan patologi anatomi. Dengan pemeriksaan klinis kadang sulit menegakkan diagnosa tumor otak apalagi membedakan yang benigna dan yang maligna, karena gejala klinis yang ditemukan tergantung dari lokasi tumor, kecepatan pertumbuhan masa tumor dan cepatnya timbul gejala tekanan tinggi intrakranial serta efek dari masa tumor kejaringan otak yang dapat menyebabkan kompresi, infasi dan destruksi dari jaringan otak. Jumlah penderita kanker otak masih rendah, yakni hanya enam per 100.000 dari pasien tumor/kanker per tahun, namun tetap saja penyakit tersebut masih menjadi hal yang menakutkan bagi sebagian besar orang. Pasalnya, walaupun misalnya tumor yang menyerang adalah jenis tumor jinak, bila menyerang otak tingkat bahaya yang ditimbulkan umumnya lebih besar daripada tumor yang menyerang bagian tubuh lain. Tumor susunan saraf pusat ditemukan sebanyak ± 10% dari neoplasma seluruh tubuh, dengan frekuensi 80% terletak pada intrakranial dan 20% di dalam kanalis spinalis. Di Indonesia data tentang tumor susunan saraf pusat belum dilaporkan. Insiden tumor otak pada anak-anak terbanyak dekade 1, sedang pada dewasa pada usia 30-70 dengan pundak usia 4065 tahun. Tumor otak terjadi karena adanya proliferasi atau pertumbuhan sel abnormal secara sangat cepat pada daerah central nervous system (CNS). Sel ini akan terus berkembang mendesak jaringan otak yang sehat di sekitarnya, mengakibatkan terjadi gangguan neurologis (gangguan fokal akibat tumor dan peningkatan tekanan intrakranial). Hal ini ditandai dengan nyeri kepala, nausea, muntah dan papil edema. Penyebab dari tumor belum diketahui. Namun ada bukti kuat yang menunjukan bahwa beberapa agent bertanggung jawab untuk beberapa tipe tumor-tumor tertentu. Agent tersebut meliptu faktor herediter, kongenital, virus, toksin, dan defisiensi immunologi. Ada juga yang mengatakan bahwa



tumor otak dapat terjadi akibat sekunder dari trauma cerebral dan penyakit peradangan. (Fagan Dubin, 1979; Larson, 1980; Adams dan Maurice, 1977; Merrit, 1979). Untuk Penatalaksanaan tumor otak, yang perlu diperhatikan adalah usia, general health, ukuran tumor, lokasi tumor dan jenis tumor. Metode yang dapat digunakan antara lain: pembedahan, radiotherapy, dan chemotherapy. Seorang Perawat berperan untuk membuat asuhan keperawatan yang tepat bagi klien dengan tumor otak serta mengimplementasikannya secara langsung mulai dari pengkajian, diagnosa, hingga intervensi yang harus diberikan. 1.2 RUMUSAN MASALAH 1. Apa definisi dari tumor otak? 2. Apa etiologi dari tumor otak? 3. Bagaimana pathway dari tumor otak? 4. Apa manifestasi klinis dari tumor otak? 5. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari tumor otak? 6. Bagaimana penatalaksanaan medis tumor otak? 7. Bagaimana asuhan keperawatan yang harus dilakukan pada penderita tumor otak? 1.3 TUJUAN 1. Mengetahui dan memahami definisi tumor otak. 2. Mengetahui dan memahami etiologi dari tumor otak. 3. Mengetahui dan memahami pathway dari tumor otak. 4. Mengetahui dan memahami manifestasi klinis dari tumor otak. 5. Mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang pada tumor otak. 6. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan medis tumor otak. 7. Menjelaskan asuhan keperawatan pasien dengan tumor otak.



BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Definisi Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) atau ganas (maligna). bentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau di medulla spinalis (Gillroy, 2002). Neoplasma pada jaringan otak dan selaputnya dapat berupa primer tumor maupun metastase. Apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu sendin, disebut tumor otak primer dan bila berasal dari organ-organ lain (metastase) seperti; kanker paru, payudara, prostat, ginjal dan lain-lain, disebut tumor otak sekunder (Mayer. SA, 2002).



Tumor ialah Istilah umum yang mencakup setiap pertumbuhan benigna (jinak) dalam setiap bagian tubuh. Pertmbuhan ini tidak bertujuan, bersifat parasit dan berkembang dengan mengorbankan manusia yang menjadi hospesnya. (Sue Hinchliff, kamus Keperawatan, 1997). Tumor otak adalah tumor jinak pada selaput otak atau salah satu otak (Rosa Mariono, MA, Standart asuhan Keperawatan St. Carolus. 2000).



Tumor otak adalah suatu pertumbuhan jaringan yang abnormal didalam otak yang terdiri atas tumor otak benigma dan maligna . Tumor otak benign adalah pertumbuhan jaringan abnormal di dalam otak . tetapi tidak ganas , sedangkan tumor otak maligna adalah kanker didalam otak yang berpotensi menyusup dan menghancurkan jaringan disebelahnya atau yang telah menyebar (Metastase) ke otak dari bagan tubuh laimya melalui aliran darah ( Smetær & Bare , 2002 ) . Tumor otak primer adalah tumor yang tumbuhlangsung dari jaringan intrakranial, baik dari otak itu sendiri, central nervus system, maupun selaput pembungkus otak (selaput meningen) (American Brain Tumor Association (ABTA), 2012). Tumor otak merupakan penyebab kematian kedua pada kasus kanker yang terjadi pada anak-anak yang berusia dibawah 20 tahun. Tumor otak juga merupakan penyebab kematian yang kedua dari semua kasus kanker yang terjadi pada pria berusia 20-39 tahun. Selain itu tumor otak merupakan penyebab kematian nomor lima dari seluruh pasien kanker pada wanita yang berusia 20-39 tahun (ABTA, 2012). 2.2 Etiologi Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti walaupun telah banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu:



1. Herediter Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada meningioma, astrocytoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-bukti yang kuat untuk memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma. 2. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest) Bangunan-bangunan



embrional



berkembang



menjadi



bangunan-bangunan



yang



mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Ada kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh menjadi ganas dan merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma. 3. Radiasi Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami perubahan degenerasi namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu glioma. Meningioma pernah dilaporkan terjadi setelah timbulnya suatu radiasi. 4. Virus Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses terjadinya neoplasma tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat. 5. Substansi-substansi karsinogenik Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan. 6. Trauma Kepala Trauma kepala yang dapat menyebabkan hematoma sehingga mendesak massa otak akhirnya terjadi tumor otak.



2.3 Pathway genetik



virus



Zat kimia



radiasi



Pertumbuhan sel abnormal pada otak Massa pada cerebral



Infiltrasi jaringan pada cerebral



Suplai darah ke serebri



Volume otak ↑







Nekrosis jaringan serebral



Obstruksi vena kranid



-Parolisis



-Kakeksia Kerusakan fungsi motorik



edema



Gangguan Perfusi jaringan : serebral



TIK ↑



Intoleransi Aktivitas Papiledema



-Gelisah



Potensial thd



-Mual,



muntah -Anoreksia



-Pusing -Nyeri Kepala -Takikardi



-Paranoid



proses keluarga



Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan



Nyeri



Ansietas



2.4 Manifestasi Klinis Tumor otak menyebabkan manifestasi klinik terbesar disebabkan oleh peningkatantekanan intrakranial serta tanda dan gejala lokal sebagai akibat dari tumor yang menganggu bagian spesifik dari otak. Gejala yang umumnya timbul akibat peningkatan tekanan intrakranial adalah sakit kepala, muntah, papiledema dan kejang.  



Nyeri kepala. nyeri kepala merupakan gejala yang paling sering dijumpai pada penderita tumor otak.



Nyeri dapat digambarkan bersifat dalam, terus menerus, tumpul, dan kadang-kadang hebat sekali. Nyeri ini paling hebat pada waktu pagi hari dan menjadi lebih berat oleh aktivitas yang biasanya dapat meningkatkan tekanan intracranial sepertimembungkuk, batuk, atau mengejan sewaktu buang air besar (bab). Nyeri kepala yang dihubungkan dengan tumor otak disebabkan oleh traksi dan pergeseran struktur peka nyeri dalam rongga intracranial. Struktur ini termasuk arteri, vena, sinus-sinus venadan saraf otak. Muntah terjadi sebagai akibat rangsangan pada pusat muntah pada medulla akibat terjadinya peningkatan TIK. 



Muntah Terdapat pada 30% kasus dan umumnya meyertai nyeri kepala. Lebih sering dijumpai pada



tumor di fossa posterior, umumnya muntah bersifat proyektil dan tak disertai dengan mual. 



Papiledema



Papiledema disebabkan oleh statis vena yang menimbulkan pembengkakan papillasaraf optikus. Bila terlihat pada pemeriksaan funduskopi, hal ini mengisyaratkan peningkatan TIK. Menyertai papiledema dapat terjadi ggn penglihatan, termasuk  pembesaran bintik mata dan amaurosis fugaks (saat dimana penglihatan berkurang) Gejala terlokalisasi. Tanda dan gejala lain dari tumor otak cenderung mempunyai nilai lokasi dimanatumor tersebut yang dapat mengganggu fungsi dari bagian-bagian tersebut. 



Kejang Kejang dapat merupakan gejala awal dari tumor otak pada 25% kasus, dan lebih dari 35%



kasus pada stadium lanjut. Diperkirakan 2% penyebab bangkitan kejang adalah tumor otak. Perlu dicurigai penyebab bangkitan kejang adalah tumor otak bila: - Bangkitan kejang pertama kali pada usia lebih dari 25 tahun - Mengalami post iktal paralisis - Mengalami status epilepsi Resisten terhadap obat-obat epilepsi - Bangkitan disertai dengan gejala tekanan tinggi intrakranial lain. Gejala dapat berupa perubahan mental yang ringan (psikomotor asthenia):  Mudah tersinggung,  Emosi,  Labil, pelupa,  Perlambatan aktivitas mental dan sosial,  Kehilangan inisiatif dan spontanitas,  Ansietas dan depresi. Gejala ini berjalan progresif dan dapat dijumpai pada 2/3 kasus.  Tumor korteks motorik menyebabkan gerakan seperti kejang pada satu sisi tubuh yang disebut kejang jaksonian.  Tumor lobus oksipital menimbulkan manifestasi visual , hilangnya pandangan padasetengah lapangan pandang pada sisi yang berlawanan dengan tumor dan halusinasi penglihatan.  Tumor serebelum menyebabkan pusing, ataksia atau gaya berjalan yangsempoyongan dengan cenderung jatuh kesisi yang lesi, otot-otot tidak terkoordinasidan nistagmus biasanya menunjukkan gerakan horizontal.



 Tumor lobus frontal sering menyebabkan ggn kepribadian, perubahan statusemosional serta tingkah laku dan disintegrasi perilaku mental. Pasien sering menjadi ekstrim yang tidak teratur dan kurang merawat diri serta menggunakan bahasa cabul.  Tumor sudut serebelopontin biasanya diawali pada saraf akustik dan memberirangkaian gejala yang timbul dengan semua karakteristik gejala pada tumor otak yaitu: Tinitus dan kelihatan vertigo, serta diikuti perkembangan saraf-saraf yang mengarah terjadinya tuli (ggn fungsi saraf cranial VIII) Berikutnya kesemutan dan rasa gatal pada wajah dan lidah (berhubungan dgn saraf cranial V) Selanjutnya terjadi kelemahan atau paralysis (keterlibatan saraf cranial VII) Akhirnya karena pembesaran tumor yang menekan serebelum, mungkin ada abnormalitas pada fungsi motorik.  Tumor intracranial dapat mengakibatkan ggn kepribadian, konfusi ggn fungsi bicaradan gangguan gaya berjalan terutama pada pasien lansia. Tipe tumor yang paling sering adalah meningioma, glioblastoma, dan metastase serebral dari bagian lain. Beberapa tumor tidak selalu mudah ditemukan, karena tumor-tumor tersebut berada pada daerah tersembunyi dari otak (daerah dan fungsinya tidak dapat ditentukan dengann pasti). Perkembangan dan gejala menentukan apakah tumor tersebut berkembang atau menyebar. 2. 5 Pemeriksaan Penunjang 1. CT scan dan MRI Memperlihatkan semua tumor intrakranial dan menjadi prosedur investigasi awal ketika penderita menunjukkan gejala yang progresif atau tanda-tanda penyakit otak yang difus atau fokal, atau salah satu tanda spesifik dari sindrom atau gejala-gejala tumor. Kadang sulit membedakan tumor dari abses ataupun proses lainnya. 2. Foto polos dada Dilakukan untuk mengetahui apakah tumornya berasal dari suatu metastasis yang akan memberikan gambaran nodul tunggal ataupun multiple pada otak. 3. Pemeriksaan cairan serebrospinal Dilakukan untuk melihat adanya sel-sel tumor dan juga marker tumor. Tetapi pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan terutama pada pasien dengan massa di otak yang besar. Umumnya



diagnosis histologik ditegakkan melalui pemeriksaan patologi anatomi, sebagai cara yang tepat untuk membedakan tumor dengan proses-proses infeksi (abses cerebri). 4. Biopsi stereotaktik Dapat digunakan untuk mendiagnosis kedudukan tumor yang dalam dan untuk memberikan dasar-dasar pengobatan dan informasi prognosis. 5. Angiografi Serebral Memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan letak tumor serebral. 6. Elektroensefalogram (EEG) Mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati tumor dan dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang.



2.6 Penatalaksanaan Medis Pemeriksaan neuroradiologis yang dilakukan bertujuan untuk mengidentifikasi ada tidaknya kelainan intra kranial, adalah dengan: a) Rontgen foto (X-ray) kepala lebih banyak sebagai screening test, jika ada tanda-tanda peninggian tekanan intra kranial, akan memperkuat indikasi perlunya dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. b) Angiografi suatu pemeriksaan dengan menyuntikkan bahan kontras ke dalam pembuluh darah leher agar dapat melihat gambaran peredaran darah (vaskularisasi) otak. c) Computerized Tomography (CT-Scan kepala) dapat memberikan informasi tentang lokasi tumor tetapi MRI telah menjadi pilihan untuk kebanyakan karena gambaran jaringan lunak yang lebih jelas (Schober, 2010). d) Magnetic Resonance Imaging (MRI), bisa membuat diagosa yang lebih dini dan akurat serta lebih defititif. Gambar otak tersebut dihasilkan ketika medan magnet berinteraksi dengan jaringan pasien itu ( Satyanegara, 2010., Freedman, 2009). e) Radiotherapi



Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang pula merupakan therapi tunggal. Adapun efek samping : kerusakan kulit di sekitarnya, kelelahan, nyeri karena inflamasi pada nervus atau otot pectoralis, radang tenggorokan. f) Chemotherapy Pemberian obat-obatan anti tumor yang sudah menyebar dalam aliran darah. Efek samping : lelah, mual, muntah, hilang nafsu makan, kerontokan membuat, mudah terserang penyakit. g) Manipulasi hormonal. Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk tumor yang sudah bermetastase. 2.7 Asuhan Keperawatan a. Pengkajian 1. Data Demografi Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan, dan penanggung biaya. 2. Riwayat Sakit dan Kesehatan a) Keluhan utama Biasanya klien mengeluh nyeri kepala b) Riwayat penyakit saat ini Klien mengeluh nyeri kepala, muntah, papiledema, penurunan tingkat kesadaran, penurunan penglihatan atau penglihatan double, ketidakmampuan sensasi (parathesia atau anasthesia), hilangnya ketajaman atau diplopia. c) Riwayat penyakit dahulu Klien pernah mengalami pembedahan kepala d) Riwayat penyakit keluarga Adalah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang, yaitu riwayat keluarga dengan tumor kepala. e) Pengkajian psiko-sosio-spirituab Perubahan kepribadian dan perilaku klien, perubahan mental, kesulitan mengambil keputusan, kecemasan dan ketakutan hospitalisasi, diagnostic test dan prosedur pembedahan, adanya perubahan peran. 3. Pemeriksaan Fisik ( ROS : Review of System )



Sebaiknya dilakukan per system (B1-B6) dengan fokus pemeriksaan fisik pada pemeriksaan B3 (Brain) yang terarah dan dihubungkandengan keluhan-keluhan dari klien. a) B1 (Breathing) : Inspeksi, pada keadaan lanjut yang disebabkan adanya kompresi padamedulla oblongata didapatkan adanya kegagalan pernafasan.Pengkajian inspeksi pernafasan pada klien tanpa kompresi medullaoblongata didapatkan tidak ada kelainan. Palpasi thoraks didapatkan taktilpremitus seimbang kanan dan kiri. Auskultasi tidak didapatkan bunyi nafastambahan. b) B2 (Blood) : Pada keadaan lanjut yang disebabkan adanya kompresi pada medullaoblongata didapatkan adanya kegagalan sirkulasi . pengkajian pada klientanpa kompresi medulla oblongata didapatkan tidak ada kelainan. TD biasanormal, tidak ada peningkatan heart rate. c) B3 (Brain) : Tumor otak sering menyebabkan berbagai deficit neurology tergantung darigangguan fokal dan adanya peningkatan TIK. Pengkajian B3 merupakan pemeriksaan focus dan lebih lengkap dibandingkan dengan pengkajian padasystem lainnya. Trias klasik pada tumor kepala adalah nyeri kepala, muntahdan papiledema. d) B4 (Bladder) : Lnkontinensia urine yang berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis yangluas e) B5 (Bowel) : Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mualdan muntah pada fase akut. Mual dan muntah terjadi sebagai akibatrangsangan pusat muntah pada medulla oblongata. Muntah paling seringterjadi pada anak-anak dan berhubungan dengan peningkatan tekananintracranial disertai pergeseran batang otak. Muntah dapat terjadi tanpadidahului mual dan dapat berupa muntah proyektil. f) B6 (Bone) : Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan , kehilangan sensorik ,mudah lelah menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan istirahat. 4. Diagnosa Keperawatan 1) Risiko tinggi peningkatan tekanan intrakranial berhubungan dengandesak ruang oleh massa tumor intrakranial dan edema serebral. 2) Risiko cedera yang berhubungan dengan gangguan dalam cara berjalan, vertigo, dan/ atau gangguan penglihatan, sekunder akibat kompresi/ perubahan tempat jaringan otak. 3) Ansietas yang berhubungan dengan implikasi kondisi danketidakpastian masa yang akan datang



4) Deficit perawatan diri yang berhubungan dengan ketidakmampuanuntuk melakukan/ kesulitan dalam pelaksanaan aktivitas hidup sehari-harisekunder akibat kerusakan sensorik-motorik. 5) Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d peningkatan pemakaian energi untuk metabolism, asupan nutrisi yang kurang, mual,muntah. 6) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan sensorik-motorik. 7) Nyeri akut: sakit kepala yang berhubungan dengan kompresi/ perubahantempat jaringan otak dan peningkatan tekanan intrakranial. 8) Risiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan muntahsekunder akibat peningkatan tekanan intrakranial b. Diagnosa Keperawatan 1. Risiko tinggi peningkatan tekanan intrakranial berhubungan dengandesak ruang oleh massa tumor intrakranial dan edema serebral. 2. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan kompresi pada pusat pernapasan di medulla oblongata, kelemahan otot-otot pernapasan,kegagalan fungsi pernapasan. 3. Risiko cedera yang berhubungan dengan gangguan dalam cara berjalan, vertigo, dan/ atau gangguan penglihatan, sekunder akibat kompresi/ perubahan tempat jaringan otak. 4. Ansietas yang berhubungan dengan implikasi kondisi dan ketidakpastian masa yang akan datang 5. Deficit perawatan diri yang berhubungan dengan ketidakmampuan untuk melakukan/ kesulitan dalam pelaksanaan aktivitas hidup sehari-harisekunder akibat kerusakan sensorikmotorik. 6. Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d peningkatan pemakaian energi untuk metabolisme, asupan nutrisi yang kurang, mual,muntah. 7. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan sensorik-motorik. 8. Nyeri akut: sakit kepala yang berhubungan dengan kompresi/ perubahantempat jaringan otak dan peningkatan tekanan intrakranial 9. Risiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan muntahsekunder akibat peningkatan tekanan intrakranial.



c. Intervensi Keperawatan 1) Risiko tinggi peningkatan tekanan intrakranial berhubungan dengandesak ruang oleh massa tumor intrakranial dan edema serebral. Tujuan : tidak terjadi peningkatan TIK pada klien Kriteria hasil : klien tidak gelisah , klien tidak mengeluh nyeri kepala, mual-muntah, dan muntah GCS :4,5,6, tidak terdapat papilidema,TTV dalam batas normal INTERVENSI



RASIONAL



Kaji factor penyebab dari situasi /keadaan Deteksi dini untuk memprioritaskanintervensi, dari individu / penyebab koma / penurunan mengkaji perfusi jaringan dankemungkinan penyebab kegagalan peningkatanTIK Monitor ttv tiap 4 jam



status



neurologis



/tanda-tanda



untuk menentukan



perawatan



kegawatan atautindakan pembedahan Suatui keadaan normal bila sirkulasiserebral terpelihara dengan baik ataufluktasi ditandai dengan tekanan darahsistemik, penurunan dari otoregulator kebanyakan



merupakan



tanda



penurunandifusi local vaskularisasi darah serebral.Dengan



peningkatan



darah(diastolic)



maka



dengan peningkatan intracranial.Adanya



tekanan peningkatan



darah, bradikardi,



dibarengi darah tekanan distrimia,



dispneamerupakan Evaluasi pupil



tekanan



tanda



terjadinya



peningkatanTIK Reaksi pupil dan pergerakan kembalidari pergerakan bola mata merupakantanda dari gangguan saraf jika batangotak terkoyak. Keseeimbangan saraf antara simpatik dan parasimpatikmerupakan respons reflex saraf



cranial. Monitor temperature dan pengaturansuhu Panas lingkungan



merupakan



reflex



darihipotalamus.Peningkatan



kebutuhan



metabolisme Berikan



periode



tindakan perawatan



batasi



akan



menunjang



lamanya TIK oleh efek rangsangan kumulatif



prosedur Kurangi rangsangan ekstra dan berikanrasa Memberikan nyaman



O



peningkatan TIK antara Tindakan terus-menerus dapat meningkatkan



istirahat dan



dan



seperti



suasana



massage dapatmengurangi



yang



respon



tenang psikologis



punggung,lingkungan , lingkungan yang danmemberikan



istirahat



tenang,sentuhan yang ramah, dan suasana untuk mempertahankan TIK yang rendah yangtidk gaduh Cegah /



hindarkan



terjadinya Mengurangi



tekanan



intrathorakal



valsavamaneuver.



danintraabdominal



sehingga



Bantu klien jika batuk,muntah



menghindarkan peningkatan TIK Aktivitas ini dapat meningkatkan



intra



thoraks/tekanan dalam thoraks dantekanan dalam abdomen dimanaaktivitas ini dapat meningkatkan tekananTIK. Kaji peningkatan istirahat dan tingkahlaku Tingkah nonverbal pada pagi hari.



merupakanindikasi ataumemberikan



Palpasi



pada



pembesaran



ini



dapat



peningkatan repleks



klientidak



mampu



keluhansecara



verbal,



nyeri



di



TIK mana



mengungkapkan nyeri



yang



tidak



menurundapat meningkatkan TIK atau Dapat meningkatkan respon otomatisyang



pelebaran bladder , pertahankan drainase potensial menaikkan TIK urinesecara



paten



jika



digunakan



dan



jugamonitor terdapatnya konstipasi Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga Meningkatkan kerjasama dalam meningkatkan tentang sebab akibat peningkatan TIK Observasi tingkat kesadaran GCS



perawatan klien dan mengurangi kecemasan. Perubahan kesadaran menunjukkan peningkatan bergunamenentukan



Kolaborasi pemberian O2 sesuai



perkembangan penyakit Mengurangi hipokemia,



TIK lokasi dimana



dan dan dapat



 indikasi



meningkatkan vasodilatasi serebral , danvolume



darah serta menaikkan TIK Berikan obat deuritik osmotic contohnya Deuretik mungkin digunakan pada faseakut untuk dexametason, metal prednisolon



mengalirkan air dari sel otak dan mengurangi



Berikan analgesic narkotik contohkodein



edema serebral danTIK. Untuk menurunkan inflamasi



(radang)



dan



mengurangi edema jaringan



2) Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan kompresi pada pusat pernapasan di medulla oblongata, kelemahan otot-otot pernapasan,kegagalan fungsi pernapasan. Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan adanya peningkatan pola napas kembali efektif. Kriteria hasil : pasien memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektif,mengalami perbaikan pertukaran gas-gas pada paru, adaptif mengatasi factor-faktor penyebab INTERVENSI Berikan



RASIONAL



posisi



yang



nyaman



, Meningkatkan



inspirasi



biasanyadengan peninggian kepala tempat maksimalmeningkatkan



ekspansi



paru



tidur.Baik kesisi yang sakit. Dukung klien danventilasi pada sisi yang tidak sakit untuk duduk



klien



untuk



duduk



sebanyak mungkin Observasi fungsi pernapasan , catatfrekuensi Disters pernapasan dan perubahan pada tanda pernapasan , dispnea atau perubahan TTV



vital dapat terjadi sebagaiakibat stres fisiologi dan nyeri ataudapat menunjukkan terjadinya



syok sehubungan dengan hipoksia. Jelaskan pada klien bahwa tindakantersebut Pengetahuan apa yang diharapkandapat dilakukan untuk menjaminkeamanan



mengurangi



ansietas



danmengembangkan



kepatuhan klienterhadap rencana terapeutik. Pertahankan prilaku tenang, bantu klienuntuk Membantu klien mengalami efek fisiologi mengontrol



diri



denganmenggunakan hipoksia yang dapatdimanifestasikan sebagai



pernapasan lebih lambat dandalam Taruhlah kantung resusitasi



ketakutan /ansietas. di Kantung resusitasi / manual ventilasisangat



sampingtempat tidur dan manual ventilasi berguna



untuk mempertahankan



fungsi



untuk sewaktu-waktu dapat digunakan Kolaborasi lainmisalnya



dengan dokter,



tim



terjadi



gangguan



pada



alatventilator secara mendadak kesehatan Kolaborasi dengan tim kesehatan lainuntuk



radiologi,



fisioterapi.



pernapasan jika



dan mengevaluasi perbaikankondisi klien atas pengembangan parunya.



1. Pemberian antibiotic 2. Pemberian analgesic 3. Fisioterapi dada 4. Konsul foto thorak



3) Risiko cedera yang berhubungan dengan gangguan dalam cara berjalan, vertigo, dan/ atau gangguan penglihatan, sekunder akibat kompresi/ perubahan tempat jaringan otak. Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan tidak terjadicedera. Kriteria hasil : Pasien mampu menyatakan pemahaman faktor ang terlibatdalam kemungkinan cidera. Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan faktor risiko dan untuk melindungi diri daricedera.Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkankeamanan



INTERVENSI



RASIONAL



Usahakan lantai tidak licin dan basah Meminimalkan klien jatuh Pasang side rail Menghindari klien terjatuh pada saatistiraha Anjurkan pada keluarga klien untuk selalu Untuk meningkatkan menjagakeamanan menemani klien dalam beraktivitas



4) Ansietas yang berhubungan dengan implikasi kondisi dan ketidakpastian masa yang akan datang. Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan rasa cemas klien berkurang Kriteria hasil : klien dapat mengakui dan mendiskusikan rasa takutmengungkapkan keakuratan pengetahuan tentang situasitampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang sampai padatingkat dapat diatasi



INTERVENSI Kaji



status



RASIONAL mental



tingkat



dari pasien/keluarga.Catat



adanya



ansietas Gangguan



tingkat



tanda- dapatmempengaruhi



tanda verbal ataunon verbal



tetapitidak



ekspresi



menyangkal



Derajatansietas



kesadaran rasa



takut



keberadaannya.



akan



dipengaruhi



bagaimanainformasi tersebut diterima oleh individu Jelaskan dan siapkan u/ tindakan prosedur Dapat meringankan ansietas terutama ketika sebelum dilakukan pemeriksaan tersebut melibatkanotak Berikan kesempatanpasien u/mengungkapkan Mengungkapkan rasa takut secara isi pikiran dan perasaan takutnya terbukadimana rasa takut dapat titujukan Berikan dukungan terhadap perencanaan Meningkatkan perasaan akan gaya hidup yang nyatasetelah sakit dalam keberhasilandalam penyembuhan dalamketerbatasannya sepenuhnyamenggunakan



tetapi kemampuan/



kapasitas pasien



5) Deficit perawatan diri yang berhubungan dengan ketidakmampuan untuk melakukan/ kesulitan dalam pelaksanaan aktivitas hidup sehari-harisekunder akibat kerusakan sensorikmotorik. Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan personal hygieneterpenuhi Kriteria hasil : klien dapat menunjukkan gaya hidup untuk kebutuhan merawatdiriKlien mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuaidengan tingkat kemampuan INTERVENSI Kaji



kemampuan



RASIONAL dan



dalam melakukan ADL



tingkat penurunan Membantu



dalam



mengantisipasi



danmerencanakan



kebutuhanindividual Menyadarkan tingkah laku / sugestitindakan Klien memerlukan pada penindungankelemahan. Pertahankan perlumengetahui



pertemuan empati, perawatan



tetapi yang



support pola pikir, izinkan klien melakukan konsistendalam tugas, beri



umpan



balik



positif Sekaligusmeningkatkan



untuk usahanya Rencanakan



menangani



klien.



harga



diri,



memandirikanklien, dan menganjurkan klien tindakan



untuk terusmencoba untuk menangani Klien akan mampu



defisit penglihatan



melihat



dan



memakanmakanan, akan mampu melihat



keluar masuknya orang ke ruangan Beri kesempatan untuk menolong diriseperti Mengurangi ketergantungan ekstensi untuk berpijak padalantai atau ke toilet Kaji kemampuan komunikasi untuk BAK



Ketidakmampuan dengan perawat



berkomunikasi dapat



menimbulkan



masalah pengosongan kandung kemih oleh karenamasalah neurogenik Identifikasi kebiasaan BAB. Anjurkanminum Meningkatkan latihan



dan



dan meningkatkan istirahat menolongmencegah konstipasi Pemberian supositoria dan pelumasfeses / Pertolongan utama terhadap



fungsi



pencahar Konsul ke dokter terapi okupasi



terapi



bowellatau BAB Untuk mengembangkan danmelengkapi kebutuhan khusus



6) Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d peningkatan pemakaian energi untuk metabolisme, asupan nutrisi yang kurang, mual,muntah. Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi klien terpenuhi. Kriteria hasil: Pasien mengerti tentang pentingnya nurisi bagi tubuh. Memperlihatkan kenaikan berat badan sesuai dengan hasil pemeriksaan laboraturium INTERVENSI



RASIONAL



Evaluasi kemampuan makan klien



Klien



dengan



tracheostomy



tube



mungkinsulit untuk makan, tetapi klien denganendotracheal menggunakanmag makanan parenteral



tube slang



atau



dapat member



Monitor keadaan otot yang menurundan Menunjukkan kehilangan lemak subkutan



indikasi



kekurangan



energyotot dan mengurangi fungsi otot-



ototpernapasan Kajilah fungsi system gastrointestinalyang Fungsi system gastrointestinal sangat penting meliputi suara bising usus, catatterjadi untuk memasukan makanan.Ventilator dapat perubahan di dalam lambungseperti mual dan menyebabkan kembung pada lambung dan muntah.



Observasi perubahan



usus misalnyadiare , konstipasi Anjurkan pemberian cairan



pergerakan perdarahan lambung 2500cc/hari Mencegah



terjadinya



dehidrasi



selama tidak terjadi gangguan jantung



akibat penggunan ventilator selama tidak



Kolaborasi



sadar dan mencegah terjadinya konstipasi. Diet tinggi kalori, protein, karbohidratsangat



a.Aturlah diet yang diberikan sesuaikeadaan diperlukan klien b.Lakukan laboratoriumyang



pemeriksaan untuk diindikasikan



selama



pemasanganventilator



mempertahankan



seperti respirasi. b.Memberikan



serum,transferin, BUN/Creatinin, danglukosa



tepattentang



fungsiotot-otot informasi



yang



nutrisi



yang



keadaan



dibutuhkanklien



7) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan sensorik-motorik. Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan Klien mampumelaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya Kriteria hasil: Tidak terjadi kontraktur sendi Bertambahnya kekuatan otot Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas. INTERVENSI



RASIONAL



Kaji kemampuan secarafungsional/luasnya Mengidentifikasi kerusakan awaldan dg cara yang teratur



dandapat



kekuatan/kelemahan



memberikan



informasi



mengenai pemulihan Letakkan pada posisi telungkup satuatau dua Membantu mempertahankan ekstensi pinggul kali sehari jika pasien dapatmentoleransinya



fungsional



Mulailah melakukan laihan rentanggerak Meminimalkan



atropi



otot,



aktif dan pasif pada semuaekstrimitas saat meningkatkansirkulasi, membantu mencegah masuk Sokong



ekstrimitas



posisifungsionalnya,



gunakan



kakiselama periode paralisis flaksid Tempatkan bantal di bawah



kontraktur dalam Mencegah



kontraktur



papan memfasilitasikegunaannya



dan



jika



berfungsi



kembal aksila Mencegah adduksi bahu dan fleksi siku



u/malakukan abduksi pada tangan Posisikan lutut dan panggul dalam posisi Mempertahankan posisi fungsional ekstensi



8) Nyeri akut: sakit kepala yang berhubungan dengan kompresi/ perubahantempat jaringan otak dan peningkatan tekanan intrakranial. Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan nyeri dapat berkurang / hilang Kriteria hasil :secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapatmengidentifikasikan aktivitas yang meningkat ataumenurunkan nyeri, klien tidak gelisah, skala nyeri 0



INTERVENSI



RASIONAL



elaskan dan bantu klien dengantindakan Pendekatan pereda



nyeri



non



farmakologidan



dengan



non nonfarmakologi



invasive Ajarkan teknik relaksasi masase



menggunakan



telah



menunjukkan



keefektifandalam mengurangi nyeri Dapat melancarkan peredaran



darah



sehinggakebutuhan oksigen oleh jaringan akanterpenuhi Ajarkan metode distraksi selama nyeriakut



dan



akan



dapat



ke



hal-hal



menguranginyerinya Mengalihkan perhatian



yangmenyenangkan Observasi nyeri dan tingkat responmotorik Untuk mencegah



kemungkinan



klien



komplikasidan melakukan intervensi yang



Kolaborasi pemberian analgesik



tepat Analgesik



memblok



lintasan



sehingganyeri akan berkurang



nyeri



9) Risiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan muntahsekunder akibat peningkatan tekanan intrakranial. Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kebutuhan cairanterpenuhi. Kriteria hasil : Menunjukkan perubahan keseimbangan cairan, dibuktikan olehhaluaran urine adekuat, tanda vital stabil, membran mukosalembab, turgor kulit baik Awasi



tanda



vital,



pengisian



statusmembran mukusa, turgor kulit Diskusikan strategi menghentikanmuntah



dan



kapiler, Indikator keadekuatan volume sirkulasi. untuk Membantu pasien menerima perasaan bahwa



penggunaan akibat muntah dan/atau penggunaan laksatif/



laktasik/ diuretik diuretik mencegahkehilangan cairan lanjut Identifikasi rencana untuk meningkatkanatau Melibatkan pasien dalam rencana mempertahankan



keseimbangancairan untuk memperbaiki



optimal misal jadwal masukancairan



akanlebih



besar



ketidakseimbangan kesempatan



untuk  berhasilnya.



d. Implementasi tahap pelaksanaan ini dilakukan berdasarkan rencana tindakan yang telah ditentikan pada tahap pengkajian, juga pelaksanaan tindakan keperawatan yang disesuaikan dengan kondisi klien (Nasrul Effendi, 1995)



e. Evaluasi 1) Dx 1 : Klien tidak gelisah.Klien tidak mengeluh nyeri kepala, mual-muntah, dan muntah.GCS :4,5,6, TTV dalam batas normal.Tidak terdapat papilidema. 2) Dx 2: Pasien memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektif.Terjadi perbaikan pertukaran gas-gas pada paru, adaptif mengatasi factor faktor penyebab. 3) Dx 3:Pasien mampu menyatakan pemahaman faktor ang terlibat dalamkemungkinan cidera.Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan faktor risiko dan



untuk melindungi diri dari cedera.Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan. 4) Dx 4 : Klien dapat mengakui dan mendiskusikan rasa takut.Mengungkapkan keakuratan pengetahuan tentang situasi.Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang sampai pada tingkatdapat diatasi. 5) Dx 5 : Klien dapat menunjukkan gaya hidup untuk kebutuhan merawat diri.Klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan tingkatkemampuan. 6) Dx 6 : Pasien mengerti tentang pentingnya nurisi bagi tubuh.Memperlihatkan kenaikan berat badan sesuai dengan hasil pemeriksaan laboraturium. 7) Dx 7 : Tidak terjadi kontraktur sendi.Bertambahnya kekuatan otot.Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas. 8) Dx 8 : Pasien melaporkan nyeri berkurang.Pasien dapat mengidebtifikasi activitas yang meningkatkan ataumengurangi nyeri.Pasien tampak relaks.Skala nyeri 0. 9) Dx 9 : Haluaran urine adekuat. Tanda vital stabil. Membran mukosa lembab.Turgor kulit baik



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Otak manusia  adalah struktur pusat pengaturan yang memiliki volume sekitar 1.350cc atau sekitar 2% dari berat orang dewasa dan terdiri atas 100 juta sel saraf atau neuron. Metabolisme



otak digunakan kira – kira 18% dari total konsumsi oksigen oleh tubuh. Berat otak hanya 2,5 % dari berat badan seluruhnya tapi otak merupakan organ yang paling banyak menerima darah dari jantung yaitu   20% dari seluruh darah yang mengalir ke seluruh bagian tubuh (Lumantobing, 2001).  Tumor otak adalah terdapatnya lesi yang ditimbulkan karena ada desakan ruang baik jinak maupun ganas yang tumbuh di otak, meningen, dan tengkorak. (price, A. Sylvia, 1995: 1030). Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui, tetapi sekarang telah diadakan penelitian mengenai herediter, sisa-sisa embrional, radiasi, virus, substansi-substansi zat karsinogenik, trauma kepala. Penatalaksaan pasien dengan tumor otak dapat dilakukan pembedahan, kemoterapi, dan radioterapi. 3.2 Saran Perawat hendaknya mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan tumor otak secara holistik didasari dengan pengetahuan yang mendalam mengenai penyakit tersebut. Klien dan keluarganya hendaknya ikut berpartisipasi dalam penatalaksaan serta meningkatkan pengetahuan tentang tumor otak yang dideritanya.



DAFTAR PUSTAKA Baughman,Diace C dan Joann C. Hackley.2000. Buku Saku Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC Price, Sylvia A dan Lorrane M. Wilson.2006. Patofisologi Konsep Klins Proses Proses Penyakit Vol 2. Jakarta : EGC



Judha,Mohamad.2011. Sistem Persarafan dalam asuhan keperawatan. Yogyakarta : Gosyen Publishing. American Brain Tumor Association (ABTA). 2012. About Brain Tumors a Primer for Patients and Caregivers. Chicago : ABTA. Pp. 76 – 78.