MAKALAH ULUMUL HADIS Kelompok 2 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH ULUMUL HADIS



INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PAREPARE 2021



i



MAKALAH ULUMUL HADIS



Tim Penyusun



Fatimah Azzahrah 2020203888204001 Hadira Agustina 2020203888204009 Herwin 2020203888204012



ii



KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya karena kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah kami ini. Adapun dalam penulisan makalah ini, kami akan membawakan atau kami akan membahas tentang Konsep Ulumul Hadis, Ontologi, .Epistemol dan Aksiologi Kami memohon maaf yang sebesar-besarnya karena kami menyadari sepenuhnya bahwa didalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan penulisan .makalah ini Tak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini, khususnya kepada dosen pembimbing mata kuliah ULUMUL .HADIS Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat menambah wawasan kita dalam mempelajari “ULUMUL HADIS” serta dapat digunakan sebagaimana .mestinya



Parepare, 27 April 2021



Penyusun



iii



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .................................................................................... iii DAFTAR ISI .................................................................................................. iv BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1 A. Latar Belakang .................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................1 C. Tujuan Pembahasan ............................................................................. 1 BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 2 A. Pengertian Ulumul Hadis .................................................................... 2 B. Konsep Ulumul Hadis di Tinjau dari Aspek Ontologi ........................ 2 C. Konsep Ulumul Hadis di Tinjau dari Aspek Epistemologi ................. 3 a. Teori Pokok Epistemologi ........................................................... 3 b. Pokok-pokok Bahasan Epistemologi ........................................... 5 c. Metode Epistemologi ................................................................... 5 d. Ukuran Kebenaran Pengetahuan .................................................. 5 e. Tipe dan Tingkatan Kebenaran Epistemologi ............................. 6 D. Konsep Ulumul Hadis Di Tinjau dari Aspek Aksiologi ...................... 7 a. Pengertian Aksiologi ................................................................... 7 b. Aspek Aksiologi ......................................................................... 8 BAB III PENUTUP ........................................................................................ 11 A. Kesimpulan ......................................................................................... 11 B. Saran ................................................................................................... 11 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 12



iv



v



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Ilmu merupakan sesuatu yang paling penting bagi manusia, karena dengan ilmu semua keperluan dan kebutuhan manusia bisa terpenuhi secara cepat dan mudah. Dan merupakan kenyataan yang tak dapat dimungkiri bahwa peradaban manusia sangat berhutang pada ilmu. Ilmu telah banyak mengubah wajah dunia seperti hal memberantas penyakit, kelaparan, kemiskinan, dan berbagai wajah kehidupan yang sulit lainnya. Dengan kemajuan ilmu juga manusia bisa merasakan kemudahan lainnya seperti transportasi, pemukiman, pendidikan, komunikasi, dan lain sebagainya. Singkatnya ilmu merupakan sarana untuk membantu manusia dalam mencapai tujuan hidupnya. Berbicara tentang filsafat ilmu, pasti akan menjumpai istilah epistimologi dan aksiologi.Epistemologi disebut juga sebagai teori pengetahuan karena mengkaji seluruh tolak ukur ilmu-ilmu manusia, termasuk ilmu logika dan ilmu-ilmu manusia yang bersifat gamblang, merupakan dasar dan pondasi segala ilmu dan pengetahuan. Sedangkan Aksiologi merupakan bagian dari filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan ilmunya. Aksiologi adalah istilah yang berasal dari bahasa Yunani yaitu axios yang artinya nilai dan logos artinya teori atau ilmu. Jadi aksiologi adalah teori tentang nilai dalam berbagai bentuk.



B. Rumusan Masalah Rumusan masalah merupakan bagian dari masalah pokok yang akan dibahas dalam makalah berupa : 1. 2. 3. 4.



Apa pengertian ulumul hadis? Bagaimana konsep ulumul hadis ditinjau dari aspek Ontologi? Bagaimana konsep ulumul hadis ditinjau dari aspek epistemologi? Bagaimana konsep ulumul hadis ditinjau dari aspek aksiologi?



C. Tujuan Pembahasan Tujuan penulisan ini yaitu untuk menunjukkan hal-hal yang ingin dicapai sesuai katakata seperti : 1. 2. 3. 4.



Mengetahui pengertian ulumul hadis. Mengetahui konsep ulumul hadis ditinjau dari aspek ontology. Mengetahui konsep ulumul hadis ditinjau dari aspek epistemology. Mengetahui konsep ulumul hadis ditinjau dari aspek aksiologi.



1



BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Ulumul Hadis ‘Ulum al-hadis adalah ilmu-ilmu tentang perkataan atau percakapan Rasulullah. Ulumul hadis adalah istilah ilmu hadis didalam tradisi ulama hadis. Ulum hadis terdiri dari dua kata yaitu ulum dan hadis. Kata ulum dalam Bahasa Arab adalah bentuk jamak dari ‘i lm yang berarti ilmu-ilmu, sedangkan al-hadis dikalangan ulama hadis berarti segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi dari perbuatan, perkataan, taqir atau sifat-Nya. Dengan demikian gabungan antara ulum dan hadis mengandung pengertian “ilmu-ilmu yang mempelajari atau yang berkaitan dengan hadis Nabi”. Penggunaan kata hadis ditinjau dari sudut kebahasaan tersebut juga dapat ditemukan dalam Al-Quran disebut sebanyak 28 kali dengan rincian 23 dalam bentuk mufrad dan 5 dalam bentuk jamak.



B. Konsep Ulumul Hadis di Tinjau dari Aspek Ontologi Tinjauan Ontologi Hadis dan Sunnah Tinjauan ontologi adalah metode dalam mengetahui sesuatu yang berkaitan dengan definisi, pengertian, atau pembatasan mengenai sesuatu.Ilmu hadits adalah ilmu yang membahas hadits Nabi SAW. Hadits dalam berbagai kalangan dan istilah sering disebut dengan sunnah, khabar, atsar. Keempat term tersebut ada yang mengartikan dengan arti yang sama dan ada yang mengartikan dengan arti yang berbeda. Hadits secara bahasa adalah sesuatu yang baru. Sedangkan secara istilah adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi baik berupa perkataan, perbuatan, ketetapan maupun sifat, baik ketika Nabi sedang tidur maupun tidak tidur, serta himmah. Penjelasan Nabi Muhammad yang terwujud dalam bentuk hadits Rasulullah Saw merupakan sumber ajaran Islam kedua setelah al-Qur’an. Ia bukan hanya sebagai penjelas terhadap isi kandungan al-Qur’an yang masih bersifat universal dan global, tetapi juga merupakan ungkapan-ungkapan, pesan serta tindakan-tindakan yang lahir dari seorang Nabi dan Rasul. Secara ringkas ilmu hadits adalah ilmu yang membahas mengenai sesuatu yang datang dari Nabi baik ucapan, perbuatan, ketetapan, maupun himmah. Pada hakikatnya ilmu hadits ini yang diteliti adalah sanad dan matan hadits. Ilmu ini dibagi menjadi dua, yaitu ilmu hadits dirayah dan ilmu hadits riwayah. Ilmu hadits riwayah adalah ilmu yang menukilkan segala apa yang disandarkan kepada Nabi SAW, baik perkataan, perbuatan, taqrir maupun sifat yang dinuqil secara terurai dan teliti. Topik pembahasannya adalah perkataan, perbuatan dan sifat-sifat dari segi penukilan. Ilmu ini mencakup pembahasan tentang segala yang berpautan dengan lafal dan periwayatan. Ilmu hadits dirayah adalah ilmu untuk mengetahui hakikat riwayat yang mencakup syarat, macam dan hukumnya serta keadaan perawi yang 2



mencakup syarat, jenis yang diriwayatkan dan segala yang berkaitan dengannya. Obyek pembahasan ilmu ini adalah sanad dan matan hadits. Jadi hakikatnya ilmu hadits adalah ilmu yang dirancang untuk mengetahui keorisinilan dan tata cara periwayatan hadits yang benar dari Rasulullah.



C. Konsep Ulumul Hadis di Tinjau dari Aspek Epestemologi  Teori Pokok Epistemologi. Secara etimologi, epistemologi merupakan kata gabungan yang diangkat dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu episteme dan logos.“Episteme” artinya pengetahuan, sedangkan “logos” lazim dipakai untuk menunjukkan adanya pengetahuan sistematik.



Lebih lanjut Blackburn Indonesia menjelaskan bahwa Epistemologi atau Teori Pengetahuan yang berhubungan dengan hakikat dari ilmu pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap manusia. Pengetahuan tersebut diperoleh manusia melalui akal dan panca indera dengan berbagai metode, diantaranya; metode induktif, metode deduktif, metode positivisme, metode kontemplatis dan metode dialektis8. Tidak jauh beda dengan pemahaman di atas Kamus Istilah Filsafat mengartikan epistemologi berasal dari kata epistemic; episteme (pengetahuan) + logos (kajian tentang, teori tentang) teori pengetahuan, kajian tentang (a) asal-usul, (b) anggapan dasar, (c) tabiat, (d) rentang dan (e) kecermatan (kebenaran, keterandalan, kabsahan) pengetahuan. Cabang filsafat yang menanyakan tentang pertanyaan-pertanyaan seperti; darimanakah datangnya pengetahuan--bagaimana pengetahuan dirumuskan, diekpresikan dan dikomunikasikan? Apakah pengetahuan itu? Apakah pengalaman inderawi penting bagi semua tipe pengetahuan?. Bagian apa yang dimainkan oleh rasio dalam pengetahuan? Apakah keadaan antara konsep-konsep seperti; keyakinan, pengetahuan, pendapat, fakta, realitas, kesalahan, imajinasi, konseptualisasi, kebenaran, kemungkinan, kepastian9 Titus, Smith, Nolan dalam buku Persoalan-Persoalan Filsafat, menyatakan epistemologi adalahSecara umum epistemologi adalah cabang filsafat yang mengkaji sumber-sumber, watak dan kebenaran pengetahuan.Apakah yang dapat diketahui oleh manusia? Dari manakah manusia rnemperoleh pengetahuan? Apakah manusia memiliki pengetahuan yang dapat diandakan Atau hanya harus puas dengan pendapat-pendapat dari sangkaan-sangkaan? Apakah kemampuan manusia terbatas dalam mengetahui fakta pengalaman indera, atau manusia dapat mengetahui yang lebih jauh dari pada apa yang diungkapkan indera? Istilah untuk nama teori pengetahuan adalah epistemologi, yang berasal dari kata Yunani episteme (pengetahuan). Terdapat tiga persoalan 3



pokok dalam bidang ini: 1. Apakah sumber - sumber pengetahuan? Dari mana pengetahuan yang benar itu datang, dan bagaimana manusia dapat mengetahui? Ini semua adalah problem “asal “ (origins) 2. Apakah watak dari pengetahuan? Apakah ada dunia yang riil di luar akal, dan kalau ada, dapatkah manusia mengetahui?.Ini semua merupakan problem penampilan (apperience) terhadap realitas. 3. Apakah pengetahuan manusia itu benar (valid). Bagaimana membedakan antara kebenaran dan kekeliruan? Ini adalah problema memcoba pengetahuan (verification). Epistemologi adalah pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan. Ia merupakan salah satu cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, metode atau cara memperoleh pengetahuan, validitas dan kebenaran pengetahuan.Vauger menyatakan bahwa titik tolak penyelidikan epistemologi adalah situasi manusia dan alam sekitarnyaYaitu kejadian.Manusia sadar bahwa dirinya mempunyai pengetahuan lalu berusaha untuk memahami, menghayati dan pada saatnya memberikan pengetahuan dengan menerangkandan mempertanggung jawabkannya, apakah pengetahuan manusia benar dalam arti mempunyai isi dan arti atau tidak. Namun demikian kepercayaan-kepercayaanyang sekarang dipegang teguh: Apakah ada suatu sumber atau beberapa sumber pengetahuan. Dalam pembahasan-pembahasan episitemologi modern biasanya disebutkan empat sumber pengetahuan. a. Pengetahuan bersumber pada kesaksian atau otorititas. Otoritas sebagai sumber pengetahuan mempunyai nilai tetapi jugamengandung bahaya. Kesaksian atau otoritasyang terbuka bagi penyelidikanyang bebasdan jujur tentang kebenarannya adalah suatu sumberyang sah dari pengetahuan. b. Pengetahuan bersumber pada persepsi indra. Apa yang dilihat, dengar, sentuh, cium dan cicipi, yakni pengalaman-pengalaman manusia yang kongkrit, membentuk bidang pengetahuan, begitulah pendirian pengikut aliran empirisisme. Empirisisme menekankan kemampuan manusia, untuk persepsi, atau pengamatan, atau apa yang diterima pancaindra dari lingkungan.c. Pengetahuan bersumber pada akal. Para pemikir menekankan bahwa pikiran atau akal adalah faktor pokok dalam pengetahuan, dinamakan rasionalis. Rasionalisme adalah pandangan bahwa manusiamengetahui apa yang dipikirkan dan bahwa akal mempunyai kemampuan mengungkapkan kebenaran dengan diri sendiri, atau bahwa pengetahuan itu diperoleh dengan membandingkan ide dengan ide. Dengan menekankan kekuatan manusia untuk berpikir dan apa yang diberikan oleh akal kepada pengetahuan, seorang rasionalis, pada hakikatnya, berkata bahwa rasa (sense) itu sendiri tidak dapat rnemberikan suatu pertimbangan yang koheren dan benar secara universal. d. Pengetahuan besumber pada intuisi. Suatu sumber pengetahuan yang mungkin ada adalah intuisi atau pemahaman yang langsung tentangpengetahuan yang tidak merupakan hasil pemikiran yang sadar atau persepsi rasa yang langsung.



4



 Pokok-Pokok Bahasan Epistemologi Dengan memperhatikan definisi epistemologi, bisa dikatakan bahwa tema dan pokok pengkajian epistemologi ialah ilmu, makrifat dan pengetahuan. Dalam hal ini, dua poin penting akan dijelaskan: Cakupan pokok bahasan, yakni apakah subyek epistemologi adalah ilmu secara umum atau ilmu dalam pengertian khusus seperti ilmu hushûlî. Ilmu itu sendiri memiliki istilah yang berbeda dan setiap istilah menunjukkan batasan dari ilmu itu. Istilah-istilah ilmu tersebut adalah sebagai berikut: 1).Makna leksikal ilmu adalah sama dengan pengideraan secara umum dan mencakup segala hal yang hakiki, sains, teknologi, keterampilan, kemahiran, dan juga meliputi ilmu-ilmu seperti hudhûrî, hushûlî, ilmu Tuhan, ilmu para malaikat, dan ilmu manusia. 2) Ilmu adalah kehadiran (hudhûrî) dan segala bentuk penyingkapan. Istilah ini digunakan dalam filsafat Islam. Makna ini mencakup ilmu hushûlî dan ilmu hudhûrî. 3) Ilmu yang hanya dimaknakan sebagai ilmu hushûlî dimana berhubungan dengan ilmu logika (mantik). 4) Ilmu adalah pembenaran (at-tashdiq) dan hukum yang meliputi kebenaran yang diyakini dan belum diyakini. 5). Ilmu adalah pembenaran yang diyakini. Sudut pembahasan, yakni apabila subyek epistemologi adalah ilmu dan makrifat, maka dari sudut mana subyek ini dibahas, karena ilmu dan makrifat juga dikaji dalam ontologi, logika, dan psikologi. Sudut-sudut yang berbeda bisa menjadi pokok bahasan dalam ilmu.Terkadang yang menjadi titik tekan adalah dari sisi hakikat keberadaan ilmu.Sisi ini menjadi salah satu pembahasan dibidang ontologi dan filsafat. Sisi pengungkapan dan kesesuian ilmu dengan realitas eksternal juga menjadi pokok kajian epistemologi. Sementara aspek penyingkapan ilmu baru dengan perantaraan ilmu-ilmu sebelumnya dan faktor riil yang menjadi penyebab hadirnya pengindraan adalah dibahas dalam ilmu logika.  Metode Epsitemologi Metode epsitemologi atau metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu.Jadi ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah. Metode, menurut Senn, merupakan prosedur atau cara mengetahui sesuatu, yang memiliki langkahlangkah yang sistematis. Metodologi ilmiah merupakan pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan dalam metode tersebut. Jadi metodologi ilmiah merupakan pengkajian dari peraturan-peraturan yang terdapat dalam metode ilmiah.  Ukuran Keberanan Pengetahuan Jika seseorang mempermasalahkan dan ingin membuktikan apakah pengetahuan itu bernilai benar, menurut para ahli epistimologi dan para ahli filsafat, pada umumnya, untuk dapat membuktikan bahwa pengetahuan bernilai benar, seseorang harus menganalisa terlebih dahulu cara, sikap, dan sarana yang digunakan untuk membangun suatu pengetahuan. Seseorang yang memperoleh pengetahuan melalui pengalaman indera akan berbeda cara pembuktiannya dengan seseorang yang bertitik tumpu pada akal atau rasio, intuisi, otoritas, keyakinan dan atau wahyu atau bahkan semua alat tidak 5



dipercayainya sehingga semua harus diragukan seperti yang dilakukan oleh faham skeptisme yang ekstrim di bawah pengaruh Pyrrho. Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang kebenaran, antara lain sebagai berikut: 1. The correspondence theory of truth, kebenaran atau keadaan benar itu berupa kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu pendapat dengan apa yang sungguh merupakan halnya atau faktanya. 2. The consistence theory of truth, kebenaran tidak dibentuk atas hubungan antara putusan dengan sesuatu yang lain, yaitu fakta atau realitas.Tetapi atas hubungan antara putusan-putusan itu sendiri. Dengan kata lain bahwa kebenaran ditegaskan atas hubungan antara yang baru itu dengan putusan-putusan lainnya yang telah kita ketahui dan kita akui benarnya terlebih dahulu. 3. The pragmatic theory of truth, bahwa benar tidaknya sesuatu ucapan, dalil, atau teori semata-mata bergantung kepada berfaedah tidaknya ucapan, dalil, atau teori tersebut bagi manusia untuk bertindak dalam kehidupannya. Tiga teori tersebut dapat disimpulkan bahwa kebenaran adalah kesesuaian arti dengan fakta yang ada dengan putusan-putusan lain yang telah diakui kebenarannya dan tergantung kepada berfaedah tidaknya teori tersebut bagi kehidupan manusia.



 Tipe dan Tingkatan Keberanan Epistemologi Sedangkan nilai kebenaran itu bertingkat-tingkat, sebagai mana yang telah diuraikan oleh Andi Hakim Nasution dalam bukunya Pengantar ke Filsafat Sains, bahwa kebenaran mempunyai tiga tingkatan, yaitu haq alyaqin, ‘ain al-yaqin, dan ‘ilm al-yaqin. Adapun kebenaran menurut Anshari mempunyai empat tingkatan, yaitu: 1. Kebenaran wahyu 2. Kebenaran spekulatif filsafat 3. Kebenaran positif ilmu pengetahuan 4. Kebenaran pengetahuan biasa. Pengetahuan yang dibawa wahyu diyakini bersifat absolut dan mutlak benar, sedang pengetahuan yang diperoleh melalui akal bersifat relatif, mungkin benar dan mungkin salah. Jadi, apa yang diyakini atas dasarpemikiran mungkin saja tidak benar karena ada sesuatu di dalam nalar kita yang salah. Demikian pula apa yang diyakini karena diamati belum tentu benar karena penglihatan kita mungkin saja mengalami penyimpangan. Dari dua sifat kebenaran tersebut, pada muaranya melahirkan dua tipe kebenaran. Yaitu 1) kebenaran relatif yang bersifat spekulatif dan 2) kebenaran absolut yang bersifat (bertipe) idealistik. 1. Kebenaran relative atau spekulatif Relatif dalamKamus Besar Bahasa Indonesia dimaknai sebagai suatu nilai (kebenaran) yang sifatnya tidak mutlak atau nisbi. Sedang spekulatif dimaknai sebagai suatu nilai atau kebenaran yang bersifat untung-untungan (spekulasi). Sedangkan teori nilai dalam filsafat, relativism (value theory) teori bahwa nilainilai (kebenaran) dimaknai:



6



1.berbeda darisatu masyarakat ke masyarakat lain,dari satu orang ke orang lain. 2.dikondisikan oleh kekhasan masyarakat dimana nilai itu tumbuh. 3. tidak dapat diterapkan secara universalpada setiap waktu atau disetiap tempat. 4.benar atau tidak benar, diinginkanatau tidak diinginkanditentukansecara relatif apakah sesuai dengan norma umum atau penerimaan umum atau tidak. Dari berbagai pernyataan tersebut tipe kebenaran relative dapat dimaknai sebagai sebentuk nilai (kebenaran) yang bergerak dari tingkatan ukuran kebenaran yang di dasarkan pada 1) Kebenaran spekulatif filsafat, 2) Kebenaran positif ilmu pengetahuan dan 3). Kebenaran pengetahuan biasa. 2. Kebenaran absolut yang bersifat (bertipe) idealistik. Absolut atau absolute berasal dari bahasa.Latin, absolutus; “ab”, dari,jauh dan“solver”, melepaskan, membebaskan.



D. Konsep Ulumul Hadis di Tinjau dari Aspek Aksiologi A. Pengertian Aksiologi Aksiologi berasal dari kata Yunani axios(nilai) dan logos(teori), yang berarti teori tentang nilai. Nilai yang dimaksud adalah suatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Aksiologi merupakan cabang ilmu filsafat yang mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan ilmunya. Jadi yang ingin dicapai aksiologi adalah hakikat dan manfaat yang terdapat dalam suatu pengetahuan. Pengertian aksiologi menurut para ahli : 1. Jujun S.Suriasumantri Dalam bukunya, aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berhubungandengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. 2. Bramel Menurut Bramel, aksiologi terbagi menjadi 3 bagian: -Moral conduct(tindakan moral), melahirkan disiplin khusus yaitu etika -Esthetic expression(ekspresi keindahan), melahirkan suatu keindahan -Sosio-political life(kehidupan sosial politik), melahirkan atau memunculkan filsafat sosio-politik. 3. Kattsoff (2004:319) Mendefinisikan bahwa aksiologi adalah sebagai ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai yang umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan. B. Aspek Aksiologi Aspek aksiologi filsafat membahas tentang masalah nilai atau moral yang berlaku dikehidupan manusia. Dari aksiologi, secara garis besar muncullah 7



dua cabang filsafat yang membahas aspek kualitas hidup manusia yaitu etika dan estetika. 1. Etika Etika adalah salah satu cabang ilmu fisafat yang membahas moralitas nilai baik serta juga buruk, etika tersebut bisa di definisikan sebagai nilai-nilai atau norma-norma yang menjadi pegangan manusia juga masyarakat yang mengatur tingkah lakunya. Etika berasal dari dua kata yakni ethos(sifat, watak, kebiasaan) dan ethikos(susila, keadaban atau kelakuan dan perbuatan yang baik). Dalam istilah lain dinamakan dengan sebutan moral yang berasal dari bahasa latin mores jamak dari mos yang memiliki arti adat, kebiasaan. Dalam bahasa arab disebut dengan sebutan akhlaq yang memiliki arti budi pekerti dan dalam bahasa Indonesia disebut dengan sebutan tata susila. Dalam hal tersebut ada berbagai pembagian etika yang dibuat oleh para ahli etika, beberapa para ahli membagi ke dalam dua bagian, yakni :  Etika deskriptif Etika deskriptif merupakan cara melukiskan tingkah laku moral. misalnya: adat kebiasaan, anggapan mengenai baik atau buruk, tindakan yang di perbolehkan atau tidak. Etika deskriptif ini mempelajari moralitas yang terdapat pada individu dan kebudayaan. Oleh sebab itu, etika deskriptif ini tidak memberikan penilaian apapun, ia hanya menyampaikan atau memaparkan dan lebih bersifat netral. Contohnya, penggambaran mengenai suatu adat mangayau kepala pada suku primitive. Etika deskriptif dibagi ke dalam dua bagian: pertama, sejarah moral yang meneliti cita-cita dan norma-norma yang pernah di berlakukan didalam kehidupan manusia pada kurun waktu dan suatu tempat tertentu atau dalam suatu lingkungan besar yang mencakup beberapa bangsa. Kedua, sejarah moral yang berupaya untuk menemukan arti serta makna moralitas dari berbagai fenomena moral yang ada.  Etika normatif Etika normatif ini mendasarkan pendiriannya atas norma. Ia dapat mempersoalkan norma yang diterima seseorang atau juga masyarakat itu dengan secara lebih kritis dan dapat mempersoalkan apakah norma itu benar atau juga tidak. Etika normatif memiliki arti sistem-sistem yang dimaksudkan untuk dapat memberikan petunjuk atau penuntun dalam mengambil suatu keputusan yang menyangkut baik atau buruk. Etika normatif ini disebut dengan filsafat moral atau etika filsafati. Etika normatif ini dapat dibagi kedalam dua teori, yakni teori nilai(mempersoalkan sifat kebaikan) dan teori keharusan(tingkah laku). Adapula yang membagi etika normative ini kedalam dua golongan, yakni konsekuensialis dan nonkonsekuensialis. -Konsekuensialis berpendapat bahwa moralitas suatu tindakan ditentukan oleh konsekuensinya -Nonkonsekuensialis berpendapat bahwa moralitas suatu tindakan ditentukan oleh sebab-sebab yang menjadi dorongan tindakan tersebut atau ditentukan oleh sifat-sifat hakikinya oleh keberadaan yang sesuai dengan ketentuanketentuan serta prinsip-prinsip tertentu. 2.Estetika 8



Estetika adalah salah satu cabang ilmu fisafat yang mempersoalkan seni serta keindahan. Istilah estetika berasal dari kata Yunani aesthesis yang berarti pemahaman intelektual atau pengamatan spiritual. Estetika memberikan perhatian pada sifat keindahan, seni, rasa, selera, kreasi serta apresiasi mengenai suatu keindahan. Secara ilmiah, estetika didefinisikan sebagai ilmu mengenai nilai-nilai yang dihasilkan dari emosi-sensorik yang biasa dikenal dengan sebutan sentimentalis atau cita rasa(selera). Estetika dibagi dalam dua bagian, yakni : -Estetika deskriptif menguraikan serta melukiskan fenomena-fenomena pengalaman keindahan -Estetika normatif mempersoalkan serta menyelidiki hakikat, dasar, dan ukuran pengalaman keindahan. Adapula yang membagi estetika kedalam filsafat seni (philosophy of art) serta filsafat keindahan (philosophy of beauty). Filsafat seni menitik beratkan status ontologis dari karya-karya seni serta juga memepertanyakan pengetahuan apakah yang dihasilkan oleh seni dan apakah yang dapat diberikan oleh seni untuk menghubungkan manusia dengan realitas. Filsafat keindahan membahas mengenai apakah keindahan itu ada, apakah nilai indah itu objektif atau subjektif. Bagian AksiologiBramel berpendapat bahwa aksiologi bisa dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu; Moral conduct, yaitu tindakan moral, bidang yang satu ini melahirkan disiplin khusus, yang kita kenal dengan istilah etika. Esthetic expression, yaitu ekspresi keindahan. Bidang ini menimbulkan atau melahirkan suatu keindahan. Sosio-political life, yaitu kehidupan social politik, yang akan melahirkan atau memunculkan filsafst sosio-politik.  Fungsi Aksiologi Seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa, aksiologi merupakan bidang filsafat yang mengkaji masalah nilai terutama dalam etika dan estetika. Filsafat ini memberitahu kita tentang yang baik dan yang jahat. Aksiologi adalah ilmu tentang nilai. Penjelasan ini membahas nilai dari sudut pandang filosofis. Aksiologi, terutama, menentukan baik dan buruk bagi individu dan bangsa. Itu menetapkan standar baik dan buruk. Semua kehidupan sosial kita sebagian besar bertumpu pada cabang filsafat ini. Contoh Aksiologi Aksiologi lebih dari sekedar menyatakan apa yang berharga atau tidakberharga, mereka yang belajar di bidang ini mencoba mengemukakan alasan mengapa sesuatu memiliki nilai atau tidak. Misalnya saja sebagai berikut;  Norma Hukum Fungsi norma hukum, khususnya jika hukuman mati salah, mengapa salah? Apakah karena jenis hukuman ini tidak adil? Jika ya, mengapa tidak adil?



9



Jika karena kehidupan manusia memiliki nilai sehingga tidak boleh sengaja diambil oleh manusia lain, lalu apa (jika ada) yang dapat menyampaikan nilai tersebut? Apakah masyarakat atau budaya memberikan nilai ini? Atau, dengan kata lain, adakah cara untuk membumi (yaitu untuk menetapkan prinsip yang tidak dapat diubah yang mendasari alasan tertentu) klaim nilai kita? Ada ketidaksepakatan yang meluas tentang banyak aspek aksiologi, tetapi itu tetap menjadi topik yang menarik dan hidup. Itulah tadi artikel yang bisa kami kemukakan pada semua kalangan berkenaan dengan pengertian aksiologi menurut para ahli, aspek, fungsi, bagian, dan contohnya di masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Semoga memberi wawasan untuk kalian yang membutuhkannya.



10



BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Ontology adalah metode dalam mengetahui sesuatu yang berkaitan dengan definisi, pengertian atau pembatasan mengenai sesuatu. Tujuan ontology mengantarkan pada terjawabnya pertanyaan “apa yang ingin diketahui?” menyangkut pengertian hadis, sunnah, dan hal-hal lain yang menyangkut hadis dan sunnah tersebut. Epistemologi, sebagai salah satu cabang filsafat yang mempelajari tentang pengetahuan,bermaksud mengkaji dan menemukan ciri-ciri umum dari pengetahuan manusia dengan fokus utamabagaimana pengetahuan itu diperoleh dan diuji kebenarannya, serta sejauh mana ruang lingkup danbatas-batas kemampuan manusia untuk mengetahui. Inilahsesungguhnya makna yang hakiki dari epistemologi. Di samping pemaknaan ini, epistemologi jugakadang dipahami sebagai cara untuk mengetahui dan mendapatkan kebenaran suatu ilmu(pengetahuan ilmiah). Aspek aksiologi filsafat membahas tentang masalah nilai atau moral yang berlaku dikehidupan manusia.



B. Saran Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Jika ada saran atau kritik silahkan disampaikan kepada kami. Apabila ada kesalah dalam pembuatan makalah kami, kami sangat memohon maaf dan harap memakluminya, karena kami hanya manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan, khilaf, dan lupa.



11



DAFTAR PUSTAKA http:repository.uin-suska.ac.id/25787/1/buku%20ilmu%20hadis.pdf https://id.m.wikipedia.org/wiki/Aksiologi https;//dosensosiologi.com/pengertian-aksiologi/ http://eprints.ums.ac.id https://sunwartv.blogspot.com/2016/03/pengertian-hadis-dan-sunnah-ontologis.html?m=1



12