Makalah Utm [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ILMU UKUR TANAH PROYEKSI PETA, UTM, DAN SISTEM KOORDINAT diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Ukur Tanah yang diampu oleh Dr. Ir. H. Iskandar Muda P, M.T.



Disusun oleh: Rizka Zulfadlah 1806379



PROGAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2019



KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat, inayah, dan taufiknya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca. Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki masih sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.



Bandung, Oktober 2019



Penulis



i



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR……………………………………………………………i DAFTAR ISI……………………………………………………………………… ii DAFTAR GAMBAR………………………………………………………….......iii DAFTAR TABEL………………………………………………………………… iv BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………...1 1.1 Latar Belakang…………………………………………………………….1 1.2 Identifikasi Masalah……………………………………………………....1 1.3 Pembatasan Masalah……………………………………………………….2 1.4 Rumusan Masalah………………………………………………………….2 1.5 Tujuan Penulisan…………………………………………………………... 2 1.6 Sistematika…………………………………………………………………3 BAB II KAJIAN PUSTAKA……………………………………………………..4 2.1 Proyeksi Peta………………………………………………………………. 4 2.2 Universal Transverse Mercator (UTM)…………………………………… 4 2.3 Sistem Koordinat…………………………………………………………..5 BAB III METODOLOGI…………………………………………………………6 3.1 Lokasi……………………………………………………………………… 6 3.2 Waktu………………………………………………………………………6 3.3 Metode……………………………………………………………………..6 3.4 Sampling Technique……………………………………………………….6 3.5 Data Primer dan Data Sekunder…………………………………………… 6 3.6 Instrumen…………………………………………………………………..7 3.7 Teknik Analisis……………………………………………………………7 3.8 Kerangka 7 Berfikir………………………………………………………….. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………………8 4.1 Pengertian Proyeksi………………………………………………………... 8 4.2 Pengertian Universal Transverse Mercator (UTM)……………………….13 4.3 Alasan Indonesia Menjadikan UTM Sebagai Sistem Proyeksi Nasional…14 4.4 Cara Menghitung dan Pembagian Zona UTM di Wilayah Indonesia……..14 4.4.1 Cara Menghitung Zona UTM di Wilayah Indonesia…………………. 14 4.4.2 Zona UTM di Wilayah Indonesia…………………………………….16 4.5 Kekurangan dan Kelebihan Koordinat UTM……………………………… 32 4.6 Pengertian Sistem 32 Koordinat………………………………………………. Bab v SIMPULAN ,IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI…………………......34 5.1 Simpulan…………………………………………………………………...34 5.2 Implikasi…………………………………………………………………… 34 5.3 Rekomendasi……………………………………………………………….35 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….36 DAFTAR GAMBAR



ii



Gambar 1. Bidang Proyeksi……………………………………………………… Gambar 2. Karakteristik persinggungan proyeksi antara bidang proyeksi dengan bidang datum……………………………………………..… Gambar 3. Jenis bidang proyeksi dan kedudukannya terhadap bidang datum….. Gambar 4. Kedudukan bidang proyeksi silinder terhadap bola bumi pada proyeksi UTM………………………………………………………. Gambar 5. Pembagian zona UTM di Indonesia………………………………....



iii



DAFTAR TABEL Tabel 1. Kelas Proyeksi Peta…………………………………………………………..… Tabel 2. Daftar Koordinat dan Zone UTM Ibu Kota Provinsi…………………………… Tabel 3. Daftar Koordinat dan Zone UTM Kabupaten di Wilayah Indonesia………….



iv



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Peta merupakan gambaran suatu tempat seperti kota, negara atau benua yang memperlihatkan kharakteristik utamanya bila di lihat dari atas [Collin English Dictionary, 2003]. Jadi pemetaan dapat diartikan sebagai kegiatan penggambaran permukaan bumi yang di proyeksikan ke dalam bidang datar dengan skala tertentu. Proyeksi



peta



adalah



teknik-teknik



yang



digunakan



untuk



menggambarkan sebagian atau keseluruhan permukaan tiga dimensi yang secara kasaran berbentuk bola ke permukaan datar dua dimensi dengan distorsi sesedikit mungkin. Dalam proyeksi peta diupayakan sistem yang memberikan hubungan antara posisi titik-titik di muka bumi dan di peta. Proyeksi diartikan sebagai metoda/cara dalam usaha mendapatkan bentuk ubahan dari dimensi tertentu menjadi bentuk dimensi yang sistematik. Bentuk bumi bukanlah bola tetapi lebih menyerupai ellips 3 dimensi atau ellipsoid. Istilah ini sinonim dengan istilah spheroid yang digunakan untuk menyatakan bentuk bumi. Karena bumi tidak uniform, maka digunakan istilah geoid untuk menyatakan bentuk bumi yang menyerupai ellipsoid tetapi dengan bentuk muka yang sangat tidak beraturan. Oleh karena permukaan bumi ini diperlukan suatu penggambaran yang menjelaskan mengenai kondisi tanah dan relief bumi agar mudah didalam melakukan pengawasan dan survey. Lalu, dibuat peta untuk menjelaskan bagaimana bentuk muka bumi yang sesungguhnya dengan asumsi bahwa bentuk muka bumi ini tidaklah beraturan melainkan memiliki datran tinggi, dataran rendah.



1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasikan beberapa masalah, yaitu: 1. Kurangnya pemahaman mengenai proyeksi peta.



1



2



2. Kurangnya pemahaman mengenai UTM (Universal Transverse Mercator). 3. Kurangnya pemahaman mengenai alasan Indonesia menjadikan UTM sebagai sistem proyeksi nasional. 4. Kurangnya pemahaman mengenai perhitungan dan pembagian zona koordinat UTM di wilayah Indonesia. 5. Kurangnya pemahaman mengenai kelebihan dan kekurangan koordinat UTM. 6. Kurangnya pemahaman mengenai sistem koordinat. 1.3 Pembatasan Masalah Batasan masalah dalam makalah ini berfokus pada proyeksi peta, UTM, dan sistem koordinat. Adapun dalam bahasan mengenai pengertian proyeksi peta, pembagian zona koordinat UTM, kelebihan dan kekurangan koordinat UTM, dan sistem koordinat.



1.4 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah yang dimaksud dengan proyeksi peta? 2. Apakah yang dimaksud dengan UTM (Universal Transverse Mercator)? 3. Mengapa Indonesia menjadikan UTM sebagai sistem proyeksi nasional? 4. Bagaimana peritungan dan pembagian zona koordinat UTM di wilayah Indonesia? 5. Sebutkan mengenai kelebihan dan kekurangan koordinat UTM? 6. Apakah yang dimaksud sistem koordinat? 1.5 Tujuan Penulisan Berdasarkan rumusan masalah, tujuan dari resume ini adalah: 1. Memahami maksud dari proyeksi peta. 2. Memahami maksud dari UTM (Universal Transverse Mercator). 3. Mengetahui alasan Indonesia menjadikan UTM sebagai sistem proyeksi nasional. 4. Mengetahui cara menghitung dan pembagian zona koordinat UTM di wilayah Indonesia.



3



5. Mengetahui kelebihan dan kekurangan koordinat UTM. 6. Memahami maksud dari sistem koordinat.



1.6 Sistematika Sistematika yang diuraikan dalam penyusunan makalah ini dijelaskan sebagai berikut: BAB I Pendahuluan Pada bab ini, berisi latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, dan sistematika. BAB II Kajian Pustaka Pada bab ini, dituliskan tentang teori-teori yang mendukung dalam pembuatan makalah “Pengantar Survei dan Pemetaan”. BAB III Metodologi Pada bab ini, berisi uraian tentang lokasi, waktu, dan



metode,



penelitian populasi, sampel dan sampling technique, data primer dan data sekunder, instrumen, teknik analisis, kerangka berpikir, serta diagram alir. BAB IV Hasil dan Pembahasan Pada bab ini, dituliskan uraian mengenai temuan penelitian berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data dengan berbagai kemungkinan bentuknya sesuai dengan urutan rumusan permasalahan. Selain itu, berisi pembahasan temuan penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya. BAB V Simpulan, Implikasi, dan Rekomendasi Pada bab ini, berisi simpulan, implikasi, dan rekomendasi yang menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian sekaligus mengajukan saran yang konstruktif.



BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Proyeksi Peta Pengertian proyeksi peta secara sederhana dapat diartikan sebagai cara pemindahan sistem paralel dan meridian yang ditetapkan pada bidang spheroid “global” yang lengkung ke bidang datar “peta”. Cara pemindahan ini dilakuak dengan sistematis dan matematis agar kesalahan yang diperoleh sekecil-kecilnya. Kesalahan ini pasti terjadi dalam transformasi dan bidang lengkung ke bidang datar atau bidang peta, apalagi kalau daerah yang dipetakan mencakup daerah yang luas. Kesalahan yang terjadi ialah tentang jarak, arah, bentuk dan luas. Menurut E. Prahasta, (2001) pengertian proyeksi peta merupakan suatu fungsi yang merelasikan koordinat titik-titik yang terletak di atas permukaan suatu kurva ke koordinat titik-titik yang terletak di atas bidang datar. Tujuan dari proyeksi peta untuk memindahkan unsur-unsur yang terdapat di atas permukaan ke permukaan yang lain dengan menggunakan rumus-rumus matematis tertentu sehingga tercapai kondisi yang diiinginkan. 2.2 Universal Transverse Mercator (UTM) Universal Transverse Mercator (UTM)  merupakan Metode grid berbasis menentukan lokas di permukaan bumi yang merupakan aplikasi praktis dari 2 dimensi. Universal Transerve Mercator sistem dikembangkan oleh Amerika Serikat (Army Corps of Engineers) pada tahun 1940-an. Sistem ini didasarkan pada model yang ellipsoidal bumi. Untuk daerah di Amerika Serikat berbatasan, yang Clarke 1866 ellipsoid digunakan untuk daerah sisa bumi, termasuk Hawai, ellipsoid internasional digunakan. Saat ini WGS84 ellipsoid digunaka sebagai model yang mendasari bumi dalam system koordinat UTM.



4



5



2.3 Sistem koordinat Sistem koordinat adalah sekumpulan aturan yang menentukan bagaimana koordinat-koordinat yang bersangkutan merepresentasikan titiktitik. Aturan ini biasanya mendefinisikan titik asal serta beberapa sumbu koordinat yang digunakan untuk mengukur jarak dan sudut sehingga menghasilkan koordinat (Wartika dan Ghoni, 2013). Sistem koordinat yang lazim digunakan di Indonesia yaitu (Snyder, 1926): 1. Sistem Koordinat Geografis; digunakan untuk menggambarkan keadaan global dimana satuan unit yang digunakan adalah degree (derajat atau °). Sistem koordinat ini memiliki beberapa komponen yaitu Lintang (Latitude) yang merupakan lingkaran Equator dihitung ke Utara (Lintang Utara) dan ke Selatan (Lintang Selatan) dan Bujur (Longitude) dimana Bujur 00 terletak di GREENWICH di negara Inggris dihitung ke Barat (Bujur Barat) dan ke Timur (Bujur Timur). 2. Sistem Koordinat UTM; menyatakan proyeksi yang lebih detail dan bersifat lokal untuk kita gunakan dan satuan unit yang digunakan adalah meter. Pada sistem koordinat ini dunia dibagi dalam zona-zona dengan jumlah 60 zona dengan interval 6° dimana zona 1 sampai zona 60 berawal dari Bujur 180° (Zona 1) ke timur kemudian melewati Bujur 0° (Zona 30) berakhir di Bujur 180° (Zona 60).



BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Indonesia. 3.2 Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 17-21 bulan Oktober 2019. 3.3 Metode Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut. 1. Studi Literatur Dengan metode ini penulis melakukan pencarian terhadap berbagai sumber tertulis, baik berupa buku-buku, arsip, majalah, artikel, dan jurnal. 2. Deskriptif Kualitatif Deskriptif kualitatif yakni data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Walaupun kemudian terdapat data yang berupa angka-angka, maka akan dijelaskan atau dideskripsikan melalui kata-kata. 3.4 Sampling Technique Dalam penulisan makalah ini teknik sampling yang digunakan yaitu nonprobability sampling dengan teknik purposive sampling. Menurut Sugiono (2016, hlm. 85) bahwa purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. 3.5 Data Primer dan Data Sekunder Sumber data dalam penulisan makalah ini adalah: 1. Data Primer



4



10



Data primer ini diperoleh dengan studi literatur yang didapat dari buku Teknik Survei dan Pemetaan Jilid 2. 2. Data Sekunder Data sekunder ini diperoleh dari studi literatur yang diperoleh dari jurnal, artikel sebagai pelengkap data. 3.6 Instrumen Instrumen atau alat yang digunakan pada penulisan makalah ini adalah sebagai berikut. 1. Komputer jinjing. 2. Kertas HVS. 3. Buku Teknik Survei dan Pemetaan Jilid 1. 3.7 Teknik Analisis Mengumpulkan data pustaka, membaca, dan menyimpulkan serta mencatat dan mengolah data pada makalah ini. 3.8 Kerangka Berpikir Kerangka berpikir merupakan penjelasan sementara terhadap gejala yang menjadi obyek permasalahan. Kriteria utama agar suatu kerangka berpikir bisa meyakinkan adalah alur-alur pemikiran yang logis dalam membangun suatu pikiran yang membuahkan kesimpulan. Jadi kerangka berpikir merupakan sintesis tentang hubungan variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan.



11



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengertian Proyeksi Proyeksi



peta



adalah



teknik-teknik



yang



digunakan



untuk



menggambarkan sebagian atau keseluruhan permukaan tiga dimensi yang secara kasaran berbentuk bola ke permukaan datar dua dimensi dengan distorsi sesedikit mungkin. Dalam proyeksi peta diupayakan sistem yang memberikan hubungan antara posisi titik-titik di muka bumi dan di peta. Proyeksi diartikan sebagai metoda/cara dalam usaha mendapatkan bentuk ubahan dari dimensi tertentu menjadi bentuk dimensi yang sistematik. Bentuk bumi bukanlah bola tetapi lebih menyerupai ellips 3 dimensi atau ellipsoid. Istilah ini sinonim dengan istilah spheroid yang digunakan untuk menyatakan bentuk bumi. Karena bumi tidak uniform, maka digunakan istilah geoid untuk menyatakan bentuk bumi yang menyerupai ellipsoid tetapi dengan bentuk muka yang sangat tidak beraturan. Untuk menghindari kompleksitas model matematik geoid, maka dipilih model ellipsoid terbaik pada daerah pemetaan, yaitu yang penyimpangannya terkecil terhadap geoid. WGS-84 (World Geodetic System) dan GRS-1980 (Geodetic Reference System) adalah ellipsoid terbaik untuk keseluruhan geoid. Penyimpangan terbesar antara geoid dengan ellipsoid WGS-84 adalah 60 m di atas dan 100 m di bawahnya. Bila ukuran sumbu panjang Ellipsoid WGS-84 adalah 6.378.137 m dengan kegepengan 1/298.257, maka rasio penyimpangan terbesar ini adalah 1/100.000. Indonesia, seperti halnya negara lainnya, menggunakan ukuran ellipsoid ini untuk pengukuran dan pemetaan di Indonesia. WGS-84 "diatur, diimpitkan" sedemikian rupa diperoleh penyimpangan terkecil di kawasan Nusantara RI. Titik impit WGS84 dengan geoid di Indonesia dikenal sebagai datum Padang (datum geodesi relatif) yang digunakan sebagai titik reference dalam pemetaan nasional. Sebelumnya juga dikenal datum Genuk di daerah sekitar Semarang. Untuk pemetaan yang dibuat Belanda, menggunakan ER yang sama yaitu WGS-84.



12



Sejak 1995 pemetaan nasional di Indonesia menggunakan datum geodesi absolut DGN95. Dalam sistem datum absolut ini, pusat ER berimpit dengan pusat masa bumi. Sistem proyeksi peta dibuat untuk mereduksi sekecil mungkin distorsi tersebut dengan : 1. Membagi daerah yang dipetakan menjadi bagian-bagian yang tidak terlalu luas 2. Menggunakan bidang peta berupa bidang datar atau bidang yang dapat didatarkan tanpa mengalami distorsi seperti bidang kerucut dan bidang silinder. Tujuan sistem proyeksi peta dibuat dan dipilih untuk : 1.



Menyatakan posisi titik-titik pada permukaan bumi ke dalam sistem koordinat bidang datar yang nantinya bisa digunakan untuk perhitungan arak dan arah antar titik.



2.



Menyajikan secara grafis titik-titik pada permukaan bumi ke dalam sistem koordinat bidang datar yang selanjutnya bisa digunakan untuk membantu studi dan pengambilan keputusan berkaitan dengan topografi, iklim, vegetasi, hunian dan lain-lainnya yang umumnya berkaitan dengan ruang yang luas. Cara proyeksi peta dapat dipilih dengan du acara, yaitu proyeksi



langsung (direct projection) dan proyeksi tidak langsung (double projection). Pemilihan sistem proyeksi peta ditentukan berdasarkan pada : 1. Ciri-ciri tertentu atau asli yang ingin dipertahankan sesuai dengan tujuan pembuatan / pemakaian peta. 2. Ukuran dan bentuk daerah yang akan dipetakan. 3. Letak daerah yang akan dipetakan. Pembagian Sistem Proyeksi Peta 1. Pertimbangan Ekstrinsik a. Bidang proyeksi yang digunakan : 1.) Proyeksi azimutal / zenital: Bidang proyeksi bidang datar. 2.) Proyeksi kerucut: Bidang proyeksi bidang selimut kerucut. 3.) Proyeksi silinder: Bidang proyeksi bidang selimut silinder.



13



Gambar 1. Bidang Proyeksi



b. Persinggungan bidang proyeksi dengan bola bumi : 1.) Proyeksi Tangen: Bidang proyeksi bersinggungan dengan bola bumi. 2.) Proyeksi Secant: Bidang Proyeksi berpotongan dengan bola bumi. 3.) Proyeksi Polysuperficial: Banyak bidang proyeksi.



Gambar 2. Karakteristik persinggungan proyeksi antara bidang proyeksi dengan



bidang datum



14



c. Posisi sumbu simetri bidang proyeksi terhadap sumbu bumi : 1.) Proyeksi Normal: Sumbu simetri bidang proyeksi berimpit dengan sumbu bola bumi. 2.) Proyeksi Miring: Sumbu simetri bidang proyeksi miring terhadap sumbu bola bumi. 3.) Proyeksi Transversal: Sumbu simetri bidang proyeksi tegak lurus terhadap sumbu bola bumi.



Gambar 3. Jenis bidang proyeksi dan kedudukannya terhadap bidang datum



2. Pertimbangan Intrinsik a. Sifat asli yang dipertahankan : 1.) Proyeksi Ekuivalen: Luas daerah dipertahankan, yaitu luas pada peta setelah disesuaikan dengan skala peta = luas di asli pada muka bumi. 2.) Proyeksi Konform: Bentuk daerah dipertahankan, sehingga sudut-sudut pada peta dipertahankan sama dengan sudut-sudut di muka bumi. 3.) Proyeksi Ekuidistan: Jarak antar titik di peta setelah disesuaikan dengan skala peta sama dengan jarak asli di muka bumi.



15



b. Cara penurunan peta : 1.) Proyeksi Geometris: Proyeksi perspektif atau proyeksi sentral. 2.) Proyeksi Matematis: Semuanya diperoleh dengan hitungan matematis. 3.) Proyeksi Semi Geometris: Sebagian peta diperoleh dengan cara proyeksi dan sebagian lainnya diperoleh dengan cara matematis. c. Pertimbangan dalam pemilihan proyeksi peta untuk pembuatan peta skala besar adalah : 1.) Distorsi pada peta berada pada batasbatas kesalahan grafis. 2.) Sebanyak mungkin lembar peta yang bisa digabungkan. 3.) Perhitungan plotting setiap lembar sesederhana mungkin. 4.) Plotting manual bisa dibuat dengan cara semudah-mudahnya. 5.) Menggunakan titik-titik kontrol sehingga posisinya segera bisa diplot. Tabel 1. Kelas proyeksi peta



Bidang datum dan bidang proyeksi: 1. Bidang datum adalah bidang yang akan digunakan untuk memproyeksikan titiktitik yang diketahui koordinatnya (j ,l ). 2. Bidang proyeksi adalah bidang yang akan digunakan untuk memproyeksikan titik-titik yang diketahui koordinatnya (X,Y).



16



4.2 Pengertian Universal Transverse Mercator (UTM) UTM atau Universal Transverse Mercator adalah sistem proyeksi peta yang membagi seluruh permukaan bumi menjadi 60 bagian atau 60 zone. Setiap zone memiliki lebar 6° ke arah bujur (longitude). Zone 1 dimulai dari 180° BB sampai 174°BB dan terus ke arah timur hingga Zone 60 yang dimulai dari 174° BT sampai 180° BT. Sistem koordinat UTM menggunakan satuan unit meter, nilai awal absis (X) 500.000 meter, dan nilai awal ordinat (Y) untuk zone di bagian selatan equator 10.000.000 meter. Sementara nilai awal ordinat (Y) untuk zone dibagian utara ekuator 0 meter. UTM merupakan



sistem proyeksi silinder, konform, secant,



transversal. Dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Bidang silinder memotong bola bumi pada dua buah meridian yang disebut meridian standar dengan faktor skala 1. 2. Lebar zone 6° dihitung dari 180° BB dengan nomor zone 1 hingga ke 180°. 3. BT dengan nomor zone 60. Tiap zone mempunyai meridian tengah sendiri. 4. Perbesaran di meridian tengah = 0,9996. 5. Batas paralel tepi atas dan tepi bawah adalah 84° LU dan 80° LS. berikut ditunjukkan perpotongan silinder terhadap bola bumi dan gambar XYZ menujukkan penggambaran proyeksi dari bidang datum ke bidang proyeksi.



Gambar 4. Kedudukan bidang proyeksi silinder terhadap bola bumi pada proyeksi UTM



17



4.3 Alasan Indonesia Menjadikan UTM Sebagai Sistem Proyeksi Nasional Universal Transverse Mercator (UTM) merupakan sistem proyeksi yang digunakan secara nasional di wilayah Indonesia. Berikut ini akan dijelaskan lasan mengapa sistem UTM dipakai : 1.



Kondisi geografi negara Indonesia membujur disekitar garis khatulistiwa atau garis lintang equator dari barat sampai ke timur yang relative seimbang.



2.



Untuk kondisi seperti ini, sistem proyeksi Tansverse Mecator/ Silinder Melintang Mecator adalah paling ideal (memberikan hasil dengan distorsi mnimal).



3.



Dengan pertimbangan kepentingan teknis maka akan dipilih sisatem proyeksi Universal Transverse Mecator yang memberikan batasan luasan bidang  antara dua garis bujur dan ellipsoide yang dinyatakan sebagai zone.



4.4 Cara Menghitung dan Pembagian Zona UTM di Wilayah Indonesia



Gambar 5. Pembagian zona UTM di Indonesia



4.4.1 Cara Menghitung Zona UTM di Wilayah Indonesia Selain dengan melihat peta pembagian zone seperti gambar di atas, zone utm suatu wilayah juga bisa diketahui dengan cara menghitungnya. Syaratnya kita harus tahu titik koordinat geografi wilayah yang ingin diketahui zone-nya.



18



Rumus di bawah ini khusus untuk zone yang berada di wilayah bujur timur seperti Indonesia, sedangkan untuk yang berada di wilayah bujur barat rumus harus sedikit dimodifikasi. Zone UTM = 31 + (Bujur Timur/6°) Contoh : Kota Banda Aceh memiliki titik koordinat 05° 34′ 00” LU, 95° 20′ 00” BT Berarti, Garis Lintang = 05° 34′ 00” dan Garis Bujur = 95° 20′ 00” Supaya nilai garis bujur bisa dimasukkan ke rumus, kita harus merubahnya dulu menjadi derajat semua. Garis Bujur = 95° 20′ 00” Garis Bujur = (95)° + (20/60)° + (00/3600)° Garis Bujur = (95)° + (0.3333)° + (0)° Garis Bujur = (95.3333)° Selanjutnya kita akan masukkan ke rumus, Zone UTM = 31 + (Bujur Timur/6°) Zone UTM = 31 + (95.3333°/6°) Zone UTM = 31 + (95.3333°/6°) Zone UTM = 31 + (15.8888) Zone UTM = 46.8888 Hasilnya dibulatkan ke bawah menjadi 46. Karena 46 koma berapapun itu masih berada di wilayah zona 46. Kemudian untuk mengetahui Zone 46 nya masuk di wilayah utara atau selatan, kita tinggal melihat garis lintangnya. Banda Aceh garis lintangnya 05° 34′ 00” LU, LU ini menandakan Lintang Utara. Berarti Banda Aceh berada di Zona UTM 46N. Di aplikasi-aplikasi seperti Google Map, nilai garis lintang tidak ada keterangan LU ataupun LS nya. Tetapi biasanya ditambahi tanda – jika berada di wilayah selatan dan tidak ada tanda apa-apa jika berada di wilayah utara. Tips jika tidak tahu koordinat geografi suatu tempat, kita bisa menggunakan Google Map. Caranya ketikkan nama tempat di kotak pencarian Google Map kemudian lihat koordinatnya.



19



4.4.2 Zona UTM di Wilayah Indonesia 1. Zona UTM Ibu Kota Provinsi wilayah Indonesia Zone UTM Ibu Kota Provinsi yang berada di tabel bawah adalah hasil perhitungan menggunakan rumus yang telah diuraikan di atas. Adapun nilai koordinat garis lintang dan garis bujur masing-masing ibu kota provinsi adalah nilai pendekatan yang menggambarkan satu titik di kota tersebut. Titik ini tidak persis di tengah kota, tetapi yang jelas berada di wilayah kota tersebut. Tabel 2. Daftar Koordinat dan Zone UTM Ibu Kota Provinsi



No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22



Provinsi



Ibu Kota



Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Sumatera Selatan Riau Jambi Bengkulu Lampung



Banda Aceh Medan Padang Palembang



DKI Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur DIY Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Timur Kalimantan Selatan Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Bali



Garis Lintang 05° 34′ LU 03° 36′ LU 00° 57′ LS 02° 60′ LS



Garis Bujur 95° 20′ BT 98° 41′ BT 100° 22′ BT 104° 46′ BT



Zone UTM 46 N 47 N 47 S 48 S



Pekanbaru Jambi Bengkulu Bandar Lampung Jakarta Bandung Semarang Surabaya Yogyakarta Pontianak



00° 33′ LU 01° 36′ LS 03° 48′ LS 05° 26′ LS



101° 27′ BT 103° 37′ BT 102° 16′ BT 105° 16′ BT



47 N 48 S 48 S 48 S



06° 10′ LS 06° 56′ LS 06° 59′ LS 07° 17′ LS 07° 48′ LS 00° 02′ LS



106° 50′ BT 107° 37′ BT 110° 26′ BT 112° 45′ BT 110° 23′ BT 109° 20′ BT



48 S 48 S 49 S 49 S 49 S 49 S



Palangkaraya



02° 12′ LS



113° 55′ BT



49 S



Samarinda



00° 30′ LS



117° 09′ BT



50 S



Banjarmasin



03° 19′ LS



114° 36′ BT



50 S



Manado Palu



01° 29′ LU 00° 54′ LS



124° 51′ BT 119° 52′ BT



51 N 50 S



Makassar



05° 08′ LS



119° 25′ BT



50 S



Kendari



03° 58′ LS



122° 33′ BT



51 S



Denpasar



08° 40′ LS



115° 13′ BT



50 S



20



23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33



Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Maluku Papua Maluku Utara Banten Bangka Belitung Gorontalo Sulawesi Barat Kepulauan Riau Papua Barat



Mataram



08° 35′ LS



116° 09′ BT



50 S



Kupang



10° 11′ LS



123° 36′ BT



51 S



Ambon Jayapura Ternate Serang Pangkalpinan g Gorontalo Mamuju Tanjungpina ng Manokwari



03° 42′ LS 02° 40′ LS 00° 47′ LU 06° 08′ LS 02° 08′ LS



128° 10′ BT 140° 47′ BT 127° 23′ BT 106° 10′ BT 106° 07′ BT



52 S 54 S 52 N 48 S 48 S



00° 33′ LU 02° 40′ LS 00° 56′ LU



123° 04′ BT 118° 56′ BT 104° 27′ BT



51 N 50 S 48 N



00° 52′ LS



134° 05′ BT



53 S



2. Zona UTM Kota/ Kabupaten wilayah Indonesia Zone UTM Kota/ Kabupaten yang berada di tabel bawah adalah hasil perhitungan menggunakan rumus yang telah diuraikan di atas. Adapun nilai koordinat garis lintang dan garis bujur masing-masing ibu kota kabupaten adalah nilai pendekatan yang menggambarkan satu titik di kota tersebut. Titik ini tidak persis di tengah kota, tetapi yang jelas berada di wilayah kota tersebut. Tabel 3. Daftar Koordinat dan Zone UTM Kabupaten di Wilayah Indonesia



No



Provinsi



Lintang



Bujur



Aceh



Kota/ Kabupaten Tapaktuan



03° 16′ LU



97° 11′ BT



Zone UTM 47 N



1 2







Kutacane



03° 30′ LU



97° 49′ BT



47 N



3







Meulaboh



04° 09′ LU



96° 08′ BT



47 N



4







Langsa



04° 29′ LU



97° 58′ BT



47 N



5







Takengon



04° 38′ LU



96° 51′ BT



47 N



6







Lhokseumawe



05° 11′ LU



97° 09′ BT



47 N



7







Sigli



05° 24′ LU



95° 58′ BT



46 N



21



8



Sumatera Utara



Padangsidempu an



01° 23′ LU



99° 17′ BT



47 N



9







Sibolga



01° 45′ LU



98° 47′ BT



47 N



10







Tarutung



02° 01′ LU



98° 59′ BT



47 N



11







Barus



02° 01′ LU



98° 25′ BT



47 N



12







Rantauprapat



02° 06′ LU



99° 50′ BT



47 N



13







Sidikalang



02° 45′ LU



98° 19′ BT



47 N



14







Tanjung Balai



02° 58′ LU



99° 49′ BT



47 N



15







Pematangsiantar 02° 58′ LU



99° 04′ BT



47 N



16







Kisaran



02° 59′ LU



99° 38′ BT



47 N



17







Kabanjahe



03° 07′ LU



98° 30′ BT



47 N



18







Tebing Tinggi



03° 20′ LU



99° 10′ BT



47 N



19







Binjai



03° 37′ LU



98° 30′ BT



47 N



20



Sumatera Barat



Painan



01° 21′ LS



100° 35′ BT



47 S



21







Solok



00° 48′ LS



100° 40′ BT



47 S



22







Sawahlunto



00° 41′ LS



100° 47′ BT



47 S



23







Pariaman



00° 38′ LS



100° 08′ BT



47 S



24







Padang Panjang



00° 28′ LS



100° 24′ BT



47 S



25







Batusangkar



00° 28′ LS



100° 36′ BT



47 S



26







Bukit Tinggi



00° 19′ LS



100° 23′ BT



47 S



22



27







Payakumbuh



00° 14′ LS



100° 38′ BT



47 S



28







Lubuksikaping



00° 08′ LU



100° 11′ BT



47 N



29



Sumatera Selatan



Martapura



04° 20′ LS



104° 21′ BT



48 S



30







Baturaja



04° 08′ LS



104° 11′ BT



48 S



31







Lahat



03° 48′ LS



103° 33′ BT



48 S



32







Prabumulih



03° 27′ LS



104° 15′ BT



48 S



33







Kayuagung



03° 24′ LS



104° 51′ BT



48 S



34







Lubuklinggau



03° 18′ LS



102° 52′ BT



48 S



35







Plaju



02° 60′ LS



104° 49′ BT



48 S



36







Toboali



03° 01′ LS



106° 28′ BT



48 S



37







Sungai Gerong



02° 60′ LS



104° 51′ BT



48 S



38







Tanjungpandan



02° 44′ LS



107° 38′ BT



48 S



39







Pangkalpinang



02° 08′ LS



106° 07′ BT



48 S



40







Sungai Liat



01° 52′ LS



106° 08′ BT



48 S



41







Belinyu



01° 39′ LS



105° 47′ BT



48 S



42



Riau



Rengat



00° 23′ LS



102° 32′ BT



48 S



43







Tembilahan



00° 19′ LS



103° 10′ BT



48 S



44







Bangkinang



00° 21′ LU



101° 02′ BT



47 N



45







Tanjung Pinang



00° 56′ LU



104° 27′ BT



48 N



23



46







Bengkalis



01° 29′ LU



102° 06′ BT



48 N



47







Dumai



01° 41′ LU



101° 27′ BT



47 N



48







Bagasiapiapi



02° 10′ LU



100° 49′ BT



47 N



49



Jambi



Sungai Penuh



02° 04′ LS



101° 24′ BT



47 S



50







Ranjaupanjang



01° 52′ LS



102° 19′ BT



48 S



51







Muaratembesi



01° 44′ LS



103° 07′ BT



48 S



52







Muara Bungo



01° 30′ LS



102° 08′ BT



48 S



53







Kualatungkal



00° 49′ LS



103° 29′ BT



48 S



54



Bengkulu



Mainna



04° 29′ LS



102° 55′ BT



48 S



55







Curup



03° 28′ LS



102° 32′ BT



48 S



56



Lampung



Panjang



05° 29′ LS



105° 20′ BT



48 S



57







Metro



05° 07′ LS



105° 19′ BT



48 S



58







Liwa



05° 02′ LS



104° 05′ BT



48 S



59







Kotabumi



04° 50′ LS



104° 53′ BT



48 S



60



Jawa Barat



Tasikmalaya



07° 20′ LS



108° 14′ BT



49 S



61







Ciamis



07° 20′ LS



108° 22′ BT



49 S



62







Garut



07° 14′ LS



107° 54′ BT



48 S



63







Kuningan



06° 59′ LS



108° 29′ BT



49 S



64







Sukabumi



06° 56′ LS



106° 56′ BT



48 S



65







Sumedang



06° 52′ LS



107° 56′ BT



48 S



24



66







Majalengka



06° 51′ LS



108° 14′ BT



49 S



67







Cianjur



06° 49′ LS



107° 09′ BT



48 S



68







Cirebon



06° 44′ LS



108° 34′ BT



49 S



69







Bogor



06° 36′ LS



106° 49′ BT



48 S



70







Subang



06° 34′ LS



107° 47′ BT



48 S



71







Purwakarta



06° 33′ LS



107° 27′ BT



48 S



72







Indramayu



06° 20′ LS



108° 20′ BT



49 S



73







Karawang



06° 18′ LS



107° 19′ BT



48 S



74







Bekasi



06° 15′ LS



107° 01′ BT



48 S



75



Jawa Tengah



Wonogiri



07° 50′ LS



110° 56′ BT



49 S



76







Cilacap



07° 44′ LS



109° 01′ BT



49 S



77







Purworejo



07° 43′ LS



110° 01′ BT



49 S



78







Klaten



07° 43′ LS



110° 37′ BT



49 S



79







Kebumen



07° 41′ LS



109° 40′ BT



49 S



80







Sukoharjo



07° 42′ LS



110° 51′ BT



49 S



81







Karanganyar



07° 36′ LS



110° 57′ BT



49 S



82







Surakarta



07° 34′ LS



110° 49′ BT



49 S



83







Boyolali



07° 32′ LS



110° 36′ BT



49 S



84







Banyumas



07° 31′ LS



109° 18′ BT



49 S



25



85







Magelang



07° 30′ LS



110° 14′ BT



49 S



86







Purwokerto



07° 26′ LS



109° 14′ BT



49 S



87







Sragen



07° 26′ LS



111° 02′ BT



49 S



88







Banjarnegara



07° 24′ LS



109° 42′ BT



49 S



89







Purbolinggo



07° 24′ LS



109° 22′ BT



49 S



90







Wonosobo



07° 22′ LS



109° 55′ BT



49 S



91







Salatiga



07° 20′ LS



110° 31′ BT



49 S



92







Temanggung



07° 19′ LS



110° 11′ BT



49 S



93







Ungaran



07° 08′ LS



110° 25′ BT



49 S



94







Purwodadi



07° 05′ LS



110° 55′ BT



49 S



95







Blora



06° 59′ LS



111° 26′ BT



49 S



96







Kendal



06° 56′ LS



110° 12′ BT



49 S



97







Batang



06° 55′ LS



109° 44′ BT



49 S



98







Pemalang



06° 54′ LS



109° 23′ BT



49 S



99







Pekalongan



06° 54′ LS



109° 41′ BT



49 S



100







Demak



06° 54′ LS



110° 39′ BT



49 S



101







Tegal



06° 53′ LS



109° 08′ BT



49 S



102







Brebes



06° 52′ LS



109° 03′ BT



49 S



103







Kudus



06° 49′ LS



110° 51′ BT



49 S



104







Pati



06° 46′ LS



111° 03′ BT



49 S



26



105







Rembang



06° 43′ LS



111° 21′ BT



49 S



106







Jepara



06° 36′ LS



110° 41′ BT



49 S



107



Jawa Timur Pacitan



08° 13′ LS



111° 07′ BT



49 S



108







Banyuwangi



08° 13′ LS



114° 23′ BT



50 S



109







Jember



08° 11′ LS



113° 42′ BT



49 S



110







Lumajang



08° 08′ LS



113° 14′ BT



49 S



111







Blitar



08° 07′ LS



112° 10′ BT



49 S



112







Tulungagung



08° 05′ LS



111° 55′ BT



49 S



113







Trenggalek



08° 04′ LS



111° 43′ BT



49 S



114







Malang



07° 59′ LS



112° 38′ BT



49 S



115







Bondowoso



07° 55′ LS



113° 50′ BT



49 S



116







Ponorogo



07° 52′ LS



111° 29′ BT



49 S



117







Kediri



07° 50′ LS



112° 02′ BT



49 S



118







Probolinggo



07° 46′ LS



113° 13′ BT



49 S



119







Besuki



07° 45′ LS



113° 42′ BT



49 S



120







Situbondo



07° 43′ LS



114° 01′ BT



50 S



121







Magetan



07° 40′ LS



111° 20′ BT



49 S



122







Pasuruan



07° 40′ LS



112° 54′ BT



49 S



123







Madiun



07° 39′ LS



111° 32′ BT



49 S



124







Nganjuk



07° 37′ LS



111° 54′ BT



49 S



27



125







Jombang



07° 33′ LS



112° 14′ BT



49 S



126







Mojokerto



07° 29′ LS



112° 27′ BT



49 S



127







Sidoarjo



07° 28′ LS



112° 44′ BT



49 S



128







Ngawi



07° 25′ LS



111° 27′ BT



49 S



129







Sampang



07° 12′ LS



113° 15′ BT



49 S



130







Gresik



07° 10′ LS



112° 40′ BT



49 S



131







Bojonegoro



07° 10′ LS



111° 54′ BT



49 S



132







Pamekasan



07° 10′ LS



113° 29′ BT



49 S



133







Lamongan



07° 08′ LS



112° 25′ BT



49 S



134







Bangkalan



07° 03′ LS



112° 45′ BT



49 S



135







Sumenep



07° 01′ LS



113° 52′ BT



49 S



136







Tuban



06° 54′ LS



112° 04′ BT



49 S



137



Yogya



Wonosari



07° 58′ LS



110° 36′ BT



49 S



138







Bantul



07° 54′ LS



110° 22′ BT



49 S



139







Wates



07° 51′ LS



110° 11′ BT



49 S



140







Sleman



07° 42′ LS



110° 21′ BT



49 S



141



Kalimantan Barat



Ketapang



01° 52′ LS



109° 59′ BT



49 S



142







Sintang



00° 05′ LU



111° 30′ BT



49 N



143







Sangau



00° 08′ LU



110° 36′ BT



49 N



144







Putussibau



00° 53′ LU



112° 56′ BT



49 N



28



145







Singkawang



00° 55′ LU



108° 60′ BT



49 N



146







Sambas



01° 22′ LU



109° 19′ BT



49 N



147



Kalimantan Tengah



Kualakapuas



03° 01′ LS



114° 23′ BT



50 S



148







Pangkalanbun



02° 42′ LS



111° 38′ BT



49 S



149







Sampit



02° 33′ LS



112° 58′ BT



49 S



150







Buntok



01° 44′ LS



114° 51′ BT



50 S



151







Muara Teweh



00° 57′ LS



114° 55′ BT



50 S



152







Puruk Cahu



00° 38′ LS



114° 34′ BT



50 S



153



Kalimantan Timur



Tanah Grogot



01° 55′ LS



116° 12′ BT



50 S



154







Balikpapan



01° 15′ LS



116° 50′ BT



50 S



155







Tenggarong



00° 25′ LS



116° 59′ BT



50 S



156







Tanjungredeb



02° 09′ LU



117° 30′ BT



50 N



157







Tanjung Selor



02° 51′ LU



117° 22′ BT



50 N



158







Tarakan



03° 18′ LU



117° 36′ BT



50 N



159







Nunukan



04° 09′ LU



117° 40′ BT



50 N



160



Kalimantan Selatan



Pelaihari



03° 48′ LS



114° 47′ BT



50 S



161







Banjarbaru



03° 27′ LS



114° 50′ BT



50 S



162







Martapura



03° 25′ LS



114° 51′ BT



50 S



29



163







Kotabaru



03° 14′ LS



116° 15′ BT



50 S



164







Marabahan



02° 59′ LS



114° 47′ BT



50 S



165







Rantau



02° 57′ LS



115° 09′ BT



50 S



166







Kandangan



02° 48′ LS



115° 16′ BT



50 S



167







Barabai



02° 36′ LS



115° 24′ BT



50 S



168







Amuntai



02° 27′ LS



115° 15′ BT



50 S



169







Tanjung



02° 10′ LS



115° 24′ BT



50 S



170







Batulicin



03° 28′ LS



116° 01′ BT



50 S



171







Paringin



02° 19′ LS



115° 29′ BT



50 S



172



Sulawesi Utara



Gorontalo



00° 33′ LU



123° 04′ BT



51 N



173







Kotamobagu



00° 44′ LU



124° 18′ BT



51 N



174







Bitung



01° 27′ LU



125° 12′ BT



51 N



175







Tahuna



03° 37′ LU



125° 29′ BT



51 N



176



Sulawesi Tengah



Banggai



01° 36′ LS



123° 31′ BT



51 S



177







Poso



01° 24′ LS



120° 46′ BT



51 S



178







Luwuk



00° 58′ LS



122° 47′ BT



51 S



179







Donggala



00° 40′ LS



119° 45′ BT



50 S



180







Mountong



00° 28′ LU



121° 15′ BT



51 N



181







Tolitoli



01° 04′ LU



120° 50′ BT



51 N



182



Sulawesi



Jene Ponto



05° 42′ LS



119° 43′ BT



50 S



30



Selatan 183







Bulukumba



05° 35′ LS



120° 11′ BT



51 S



184







Bonthain



05° 33′ LS



119° 57′ BT



50 S



185







Takalar



05° 29′ LS



119° 25′ BT



50 S



186







Sungguminasa



05° 13′ LS



119° 28′ BT



50 S



187







Sinjai



05° 10′ LS



120° 14′ BT



51 S



188







Maros



05° 01′ LS



119° 35′ BT



50 S



189







Pangkajene



04° 50′ LS



119° 33′ BT



50 S



190







Watampone



04° 33′ LS



120° 20′ BT



51 S



191







Barru



04° 24′ LS



119° 38′ BT



50 S



192







Watansopeng



04° 19′ LS



119° 53′ BT



50 S



193







Sengkang



04° 08′ LS



120° 01′ BT



51 S



194







Pare-pare



04° 01′ LS



119° 38′ BT



50 S



195







Sidenreng



03° 51′ LS



119° 49′ BT



50 S



196







Pinrang



03° 48′ LS



119° 40′ BT



50 S



197







Enrekang



03° 35′ LS



119° 47′ BT



50 S



198







Majene



03° 33′ LS



118° 59′ BT



50 S



199







Polewali



03° 26′ LS



119° 21′ BT



50 S



200







Makale



03° 07′ LS



119° 52′ BT



50 S



201







Palopo



02° 60′ LS



120° 12′ BT



51 S



31



202







Mamuju



02° 40′ LS



118° 56′ BT



50 S



203



Sulawesi Tenggara



Baubau



05° 28′ LS



122° 37′ BT



51 S



204







Raha



04° 51′ LS



122° 44′ BT



51 S



205







Kolaka



04° 04′ LS



121° 37′ BT



51 S



206



Bali



Gianyar



08° 33′ LS



115° 20′ BT



50 S



207







Tambanan



08° 33′ LS



115° 08′ BT



50 S



208







Klungkung



08° 33′ LS



115° 24′ BT



50 S



209







Bangli



08° 28′ LS



115° 22′ BT



50 S



210







Amlapura



08° 27′ LS



115° 36′ BT



50 S



211







Negara



08° 22′ LS



114° 38′ BT



50 S



212







Singaraja



08° 07′ LS



115° 06′ BT



50 S



213



NTB



Labuhanpoh



08° 45′ LS



115° 53′ BT



50 S



214







Praya



08° 43′ LS



116° 18′ BT



50 S



215







Selong



08° 40′ LS



116° 33′ BT



50 S



216







Dompu



08° 33′ LS



118° 28′ BT



50 S



217







Sumbawa Besar



08° 30′ LS



117° 26′ BT



50 S



218







Bima



08° 28′ LS



118° 44′ BT



50 S



219



NTT



Soe



09° 52′ LS



124° 17′ BT



51 S



220







Waingapu



09° 40′ LS



120° 16′ BT



51 S



221







Waikabubak



09° 38′ LS



119° 26′ BT



50 S



32



222







Kefamenanu



09° 27′ LS



124° 29′ BT



51 S



223







Atambua



09° 07′ LS



124° 54′ BT



51 S



224







Ende



08° 51′ LS



121° 39′ BT



51 S



225







Bajawa



08° 48′ LS



120° 58′ BT



51 S



226







Maumere



08° 38′ LS



122° 14′ BT



51 S



227







Ruteng



08° 37′ LS



120° 28′ BT



51 S



228







Larantuka



08° 21′ LS



122° 60′ BT



51 S



229







Kalabahi



08° 14′ LS



124° 32′ BT



51 S



230



Maluku



Tual



05° 38′ LS



132° 47′ BT



53 S



231







Masohi



03° 14′ LS



128° 58′ BT



52 S



232







Soasiu



00° 39′ LU



127° 27′ BT



52 N



233







Ternate



00° 47′ LU



127° 23′ BT



52 N



234



Papua



Merauke



08° 30′ LS



140° 23′ BT



54 S



235







Wamena



04° 01′ LS



138° 54′ BT



54 S



236







Yenggarbun



00° 41′ LS



135° 38′ BT



53 S



237







Sarmi



01° 52′ LS



138° 45′ BT



54 S



238







Serui



01° 53′ LS



136° 15′ BT



53 S



239







Waigema



01° 50′ LS



129° 50′ BT



52 S



240







Ransiki



01° 31′ LS



134° 11′ BT



53 S



33



241







Biak



01° 12′ LS



136° 05′ BT



53 S



242







Korem



00° 54′ LS



136° 03′ BT



53 S



243



Banten



Pandeglang



06° 20′ LS



106° 07′ BT



48 S



244







Rangkasbitung



06° 22′ LS



106° 17′ BT



48 S



245







Tangerang



06° 11′ LS



106° 38′ BT



48 S



246







Serang



06° 08′ LS



106° 10′ BT



48 S



247



Papua Barat



Sorong



00° 53′ LS



131° 15′ BT



52 S



248







Manokwari



00° 52′ LS



134° 05′ BT



53 S



249







Fak-Fak



02° 56′ LS



132° 19′ BT



53 S



Selain terdapat pembagian zona UTM, terdapat pula pembagian zona waktu di Indonesia , yaitu : 1. WIB (Waktu Indonesia bagian Barat) Waktu Indonesia bagian Barat ini merupakan salah satu pembagian waktu di Indonesia yang ada pada garis 105 derajat Bujur Timur. Beberapa pulau di Indonesia yang berada di zona waktu ini adalah Jawa, Sumatera, Kalimantan bagian Tengah dan Barat, serta Madura. Adapun provinsi yang ada dari masing-masing pulau tersebut adalah Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Daerah Istimewa Yogyakarta, Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Jambi, Riau, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Lampung, Bengkulu, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat. Perbedaan pembagian waktu di Indonesia ini dengan yang lain yaitu selama satu jam. Jadi, pada setiap provinsi yang telah disebutkan diatas mempunyai perbedaan waktu satu jam dengan provinsi yang ada di zona waktu bagian Tengah. Namun, pada bila dibandingkan dengan provinsi



34



yang terletak pada zona waktu di bagian Timur, selisih waktu yang ada adalah dua jam. Perlu Anda tahu bahwa zona waktu di Indonesia juga sama dengan pembagian waktu pada International. Dan waktu Indonesia Barat ini ibarat Greenwich yang memiliki selisih lebih 7 jam dari zona waktu ini. 2. WITA (Waktu Indonesia bagian Tengah) Waktu Indonesia bagian Tengah yang disingkat menjadi WITA berada pada garis 120 derajat Bujur Timur. Pembagian waktu di Indonesia ini mencakup beberapa pulau yang ada di Indonesia seperti Bali, Kalimantan bagian Utara, Timur dan Selatan, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat (NTB) serta Nusa Tenggara Timur (NTT). Dari pulau-pulau tersebut juga ada beberapa provinsi di dalamnya yaitu Bali, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara dan Gorontalo. Pembagian waktu di Indonesia yang ada di wilayah ini sangat berbeda dengan pulau yang lainnya. Apabila pada daerah provinsi disini menunjukkan pukul 10 pagi maka, pada provinsi di zona bagian Barat akan menunjukkan pukul 9 pagi. Namun, pada zona waktu di bagian Timur akan menunjukkan pukul 11 pagi. Dari penjelasan ini, kesimpulan yang ada yaitu waktu bagian Barat berbeda kurang satu jam dari waktu bagian Tengah dan waktu bagian Timur berbeda lebih satu jam dari waktu bagian Tengah. 3. WIT (Waktu Indonesia bagian Timur) Waktu Indonesia bagian Timur atau WIT termasuk salah satu pembagian waktu di Indonesia yang berada pada bentangan garis sepanjang 135 derajat Bujur Timur. Pada zona waktu ini mencakup dua pulau yaitu Maluku dan Papua. Dari kepulauan tersebut juga memiliki beberapa provinsi seperti Maluku Utara, Maluku, Papua Barat dan Papua. Perbedaan waktu di Timur dengan di bagian Barat memiliki selisih selama dua jam sedangkan dengan bagian Tengah hanya mempunyai selisih satu jam.



35



4.5 Kekurangan dan Kelebihan Koordinat UTM Keuntungan: 1. Proyeksi simetris selebar 6° untuk setiap zone. 2. Transformasi koordinat dari zone ke zone dapat dikerjakan dengan rumus yang sama untuk setiap zone di seluruh dunia. 3. Distorsi berkisar antara - 40 cm/ 1.000 m dan 70 cm/ 1.000 m. Kerugian : 1.



Karena pembesaran jarak dan konvergensi meridian, maka unsur ini harus diperhatikan dalam perhitungan.



2.



Walaupun satu derajat bagian meliputi daerah luas akan tetapi masih dibutuhkan hitungan-hitungan pemindahan bagian derajat, menjadi tidak praktis.



3.



Konvergensi meridian pada jarak 15 km maksimum dapat mencapai lebih kurang 150 meter. Konvergensi adalah serangkaian garis searah yang menuju suatu titik



pertemuan dan  Konvergensi Meridian adalah ukuran lembar peta dan cara menghitung titik sudut lembar peta UTM . 4.6 Pengertian Sistem Koordinat Jika membicarakan proyeksi kita sering membicarakan Sistem Koordinat. Sistem koordinat merupakan suatu parameter yang menunjukkan bagaimana suatu objek diletakkan dalam koordinat. Ada tiga sistem koordinat yang digunakan pada pemetaan yakni : 1. Sistem koordinat satu dimensi. 2. Sistem koordinat dua dimensi. 3. Sistem koordinat tiga dimensi. Kalau kita memperhatikan sebuah peta, kita akan melihat garis-garis membujur (menurun) dan melintang (mendatar) yang akan membantu kita untuk menentukan posisi suatu tempat di muka bumi.Garis-garis koordinat tersebut memiliki ukuran (dalam bentuk angka) yang dibuat berdasarkan kesepakatan. Perpotongan antara garis bujur dan garis lintang yang disebut dengan koordinat peta.



36



Sistem Koordinat merupakan kesepakatan tata cara menentukan posisi suatu tempat di muka bumi ini. Dengan adanya sistem koordinat, masyarakat menjadi saling memehami posisi masing- masing di permukaan bumi. Dengan sistem koordinat pula, pemetaan suatu wilayah menjadi lebih mudah. Saat ini terdapat dua sistem koordinat yang biasa digunakan di Indonesia, yaitu sistem koordinat BUJUR- LINTANG dan sistem koordinat UTM (Universal TransverseMercator). Tidak semua sistem koordinat cocok untuk dipakai di semua wilayah. Sistem koordinat bujur-lintang tidak cocok digunakan di tempat-rempat yang berdekatan dengan kutub sebab garis bujur akan menjadi terlalu pendek. Tetapi, kedua sistem koordinat tersebut cocok digunakan di Indonesia.



BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan Peta merupakan gambaran suatu tempat seperti kota, negara atau benua yang memperlihatkan kharakteristik utamanya bila di lihat dari atas [Collin English Dictionary, 2003]. Jadi pemetaan dapat diartikan sebagai kegiatan penggambaran permukaan bumi yang di proyeksikan ke dalam bidang datar dengan skala tertentu. Proyeksi



peta



adalah



teknik-teknik



yang



digunakan



untuk



menggambarkan sebagian atau keseluruhan permukaan tiga dimensi yang secara kasaran berbentuk bola ke permukaan datar dua dimensi dengan distorsi sesedikit mungkin. Dalam proyeksi peta diupayakan sistem yang memberikan hubungan antara posisi titik-titik di muka bumi dan di peta. Proyeksi diartikan sebagai metoda/cara dalam usaha mendapatkan bentuk ubahan dari dimensi tertentu menjadi bentuk dimensi yang sistematik. Bentuk bumi bukanlah bola tetapi lebih menyerupai ellips 3 dimensi atau ellipsoid. Istilah ini sinonim dengan istilah spheroid yang digunakan untuk menyatakan bentuk bumi. Karena bumi tidak uniform, maka digunakan istilah geoid untuk menyatakan bentuk bumi yang menyerupai ellipsoid tetapi dengan bentuk muka yang sangat tidak beraturan. 5.2 Implikasi Berdasarkan hasil ini dapat dikemukakan implikasi sebagai berikut. 1. Lebih memahami tentang konsep proyeksi peta, UTM, dan sistem koordinat. 2. Pemilihan



metode-metode



yang



tepat



akan



membantu



dalam



menyelesaikan permasalahan di bidang ilmu ukur tanah. 3. Motivasi untuk melakukan riset/praktisi setelah mengetahui berbagai macam teori dari studi literatur ini akan meningkat karena ketertarikan yang ada dalam ilmu ini.



4



20



5.3 Rekomendasi Dari resume ini direkomendasikan: 1. Memahami terlebih dahulu konsep proyeksi peta, UTM, dan sistem koordinat. 2. Agar dilaksanakan riset/praktikum guna memperdalam pemahaman dan kemampuan dari ilmu ini. 3. Mengadakan tes evaluasi pemahaman dari bab ini. 4. Evaluasi dari pembelajaran teori, praktisi, dan tes guna mengetahui kemampuan.



DAFTAR PUSTAKA Asep Assafah. Zona UTM Indonesia (Peta Pembagian dan Daftar Zone Universal Transverse Mercator Ibu Kota Provinsi dan Kabupaten). Diakses dari https://www.asifah.com/zona-utm-indonesia/. Khoirunnas. 2014. SISTEM KOORDINAT DAN PROYEKSI PETA. Diambil dari http://geoenviron.blogspot.com/2014/05/sistem-koordinat-danproyeksi-peta.html Pengertian Universal Tranverse Mercator (UTM). Diakses dari https://www.alatuji.com/index.php?/article/detail/408/utm-universaltransverse-mercator Perpustakan.id. 2017 . Hubungan UTM dan Pembagian Zona Waktu. Diambil dari https://perpustakaan.id/pembagian-waktu-di-indonesia/ Purwaamijaya, Iskandar Muda. (2008). Teknik Survei dan Pemetaan Jilid 1. Jakarta: Direktorat Pembinaan SMK. Sugiono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: PT.Alfabet. Snyder, J. P. (1926. Map Projections-A Working Manual. Washington: Library U. S. BUREAU OF MINES. Wartika dan Ghoni, M. A. (2013). Sistem Informasi Geografis Jaringan Jalan Kabupaten Siak Provinsi Riau. Jurnal Ilmiah Program Studi Manajemen Informatika, 01.



.



4



4