Makalah Waham [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

GANGGUAN WAHAM



Oleh: Saddam Akbar 090100199



DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA RUMAH SAKIT HAJI ADAM MALIK MEDAN 2015 i



KATA PENGANTAR



Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang pengertian gangguan waham, cara mendiagnosa, serta tatalaksana pasien menurut hasil penelitian yang terbaru agar didapatkan hasil yang optimal bagi para penderita. Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh staff pengajar Departemen Ilmu Kesehatan Jiwa atas segala bantuan yang telah diterima selama penyusunan makalah ini. Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih memiliki kekurangan dan jauh dari kesempurnaan dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karenanya, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan laporan kasus ini.



Medan, Oktober 2015 Penulis,



i



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR........................................................................................................i DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii



BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................1



1.1. Latar Belakang......................................................................................1 1.2. Tujuan Penulisan...................................................................................2



BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................3



2.1. Definisi..................................................................................................3 2.2. Klasifikasi.............................................................................................4 2.3. Fase-fase................................................................................................5 2.4. Psikopatologis.......................................................................................8 2.5. Patogenesis..........................................................................................10 2.6. Komplikasi..........................................................................................11 2.7. Gejala Klinis........................................................................................11 2.8. Penatalaksanaan..................................................................................12 BAB 3 KESIMPULAN...................................................................................................16 DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................17



ii



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Waham merupakan salah satu jenis gangguan jiwa. Waham sering ditemui pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering ditemukan pada penderita skizofrenia. Semakin akut psikosis semakin sering ditemui waham disorganisasi dan waham tidak sistematis. Kebanyakan pasien skizofrenia daya tiliknya



berkurang



dimana



pasien



tidak



menyadari



penyakitnya



serta



kebutuhannya terhadap pengobatan, meskipun gangguan pada dirinya dapat dilihat oleh orang lain.1 Waham terjadi karena munculnya perasaan terancam oleh lingkungan, cemas, merasa sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi sehingga individu mengingkari ancaman dari persepsi diri atau objek realitas dengan menyalah artikan kesan terhadap kejadian, kemudian individu memproyeksikan pikiran dan perasaan internal pada lingkungan sehingga perasaan, pikiran, dan keinginan negatif tidak dapat diterima menjadi bagian eksternal dan akhirnya individu mencoba memberi pembenaran personal tentang realita pada diri sendiri atau orang lain.1 Prevalensi gangguan waham di Amerika Serikat diperkirakan 0,025 sampai 0,03 persen. Usia onset kira-kira 40 tahun, rentang usia untuk onset dari 18 tahun sampai 90 tahunan, terdapat lebih banyak pada wanita. Menurut penelitian WHO prevalensi gangguan jiwa dalam masyarakat berkisar satu sampai tiga permil penduduk. Di Jawa Tengah dengan penduduk lebih kurang 30 juta, maka akan ada sebanyak 30.000-90.000 penderita psikotik. Bila 10% dari penderita perlu pelayanan perawatan psikiatrik ada 3.000-9.000 yang harus dirawat. Waham seperti yang digambarkan di atas terjadi pada 65 % dari suatu sampel besar lintas negara.1



Menurut data yang diperoleh dari Medical Record Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara tahun 2010, pasien gangguan berjumlah 15.720 orang, dari jumlah tersebut penderita skizofrenia adalah sebanyak 12.021 orang (76,46%). Pasien gangguan jiwa yang di rawat inap berjumlah 1.949 orang, sedangkan untuk pasien rawat inap yang mengalami skizofrenia paranoid sebanyak 1.758 orang (90,20%). Pasien rawat inap yang mengalami gangguan jiwa skizofrenia paranoid dan gangguan psikotik dengan gejala curiga berlebihan, sikap eksentrik, ketakutan, murung, bicara sendiri, galak dan bersikap bermusuhan. Gejala ini merupakan tanda dari skizoprenia dengan prilaku waham sesuai dengan jenis waham yang diyakininya. 1 2.2 Tujuan Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang pengertian gangguan waham, cara mendiagnosa, serta tatalaksana pasien menurut hasil penelitian yang terbaru agar didapatkan hasil yang optimal bagi para penderita.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Proses



berfikir



meliputi



proses



pertimbangan



(judgment),



pemahaman



(comprehension), ingatan (memory) serta penalaran (reasoning). Arus idea simbul atau asosiasi yang terarah kepada tujuan dan yang di bangkitkan oleh suastu masalah atau tugas dan yang menghantarkan kepada suatu penyelesaian yang terorientasi pada kenyataan merupakan proses berfikir yang normal. Aspek proses berfikir dibedakan menjadi tiga bentuk yaitu bentuk pikiran, arus pikiran dan isi pikir. Gangguan isi pikir dapat terjadi baik pada isi pikiran non verbal maupun pada isi pikiran verbal, diantaranya adalah waham.1 Marasmis juga menekankan bahwa berbagai macam faktor yang mempenngaruhi proses pikir itu, seperti faktor somatik (gangguan otak, kelelahan). Faktor fsikologi (gangguan emosi, psiko, faktor sosial, kegaduhan dan keadaan sosial yang lain) yang sangat mempengaruhi ketahanan dan konsentrasi individu. Aspek proses pikir yaitu: bentuk pikir, arus pikir dan isi pikir ditanbah dengan pertimbangan.2 Kaplan dan Sadock (1998) mengatakan bahwa waham adalah keyakinan yang salah dan menetap dan tidak dapat dibuktikan dalam kenyataan. Waham sedikitnya harus ada selama sebelum dan sistematik dan tidak bizar (dalam bentuk fragmentasi, respon, emosi pasien terhadap system waham biasanya kongruen dan sesuai dengan isi waham itu). Pasien secara relative biaanya bebas dari psikopatologi diluar wawasan system wahamnya. Awal mulanya sering terjadi pada umur dewasa, menengah dan lanjut.1 David A Tomb (2004) beranggapan bahwa waham adalah suatu keyakinan kokoh yang salah yang tidak sesuai dengan fakta dan keyakinan tersebut, mungkin aneh dan tetap dipertahankan meskipun telah diberikan bukti-bukti yang jelas untuk mengoreksinya. Waham sering ditemukan dalam gangguan jiwa berat dan



beberapa bentuk waham yang spesifik sering ditemukan pada skizoprenia. Semakin akut psikosis semakin sering di temui waham disorganisasi dan waham tidak sistematis.3 Waham adalah keyakinan tentang suatu isi pikir yang tidak sesuai dengan kenyataanya atau tidak cocok dengan intelegensi dan latar belakang kebudayaan, biarpun dibuktikan kemustahilan hal itu. Townsend 1998 mengatakan bahwa waham adalah istilah yang digunakan untuk menunjukan ide-ide yang salah.4 Dari pendapat para ahli tersebut dapat dikatakan bahwa waham sebagai salah satu perubahan proses khususnya isi pikir yang ditandai dengan keyakinan terhadap ide-ide, pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataan dan sulit diubah dengan logika atau bukti-bukti yang ada.4 2.2 Klasifikasi2 Adapun jenis-jenis waham menurut Marasmis, Stuart and Sundeen (1998) dan Keliat (1998) waham terbagi atas beberapa jenis, yaitu: a. Waham agama : keyakinan pasien terhjadap suatu agama secara berlebihan diucapkan beulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. b. Waham kebesaran : pasien yakin secara berlebihan bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuatan khusus diucapkan beulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. c. Waham somatik : pasien meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya teganggu dan terserang penyakit, diucapkan beulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. d. Waham curiga : kecurigaan yang berlebihan dan tidak rasional dimana pasien yakin bahwa ada seseorang atau kelompok orang yang berusaha merugikan atau mencurigai dirinya, diucapkan beulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.



e. Waham nihilistik : pasien yakin bahwa dirinya sudah ridak ada di dunia atau sudah meninggal, diucapkan beulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. f. Waham bizar 1. Sisip pikir : pasien yakin ada ide pikiran orang lain yang dsisipkan di dalam pikiran yang disampaikan secara berulang dan tidak sesuai dengan kenyataan 2. Siar pikir : pasien yakin bahwa orang lain mengetahui apa yang dia pikirkan walaupun dia tidak menyatakan kepada orang tersebut, diucapkan beulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. 3. Kontrol pikir : pasien yakin pikirannya dikontrol oleh kekuatan dari luar. 2.3 Fase-fase1 1. Lack of Self-esteem Tidak ada pengakuan lingkungan dan meningkatnya kesenjangan antara kenyataan dan harapan. Contoh: perceraian --> berumah tangga tidak diterima oleh lingkungannya. 2. Internal Eksternal Control Mencoba berfikir rasional, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan kenyataan. Contoh: seseorang yang mencoba menutupi kekurangan 3. Environment support Kerusakan kontrol dan tidak berfungsi normal ditandai dengan tidak bersalah saat berbohong. Contoh : seseorang yang mengaku dirinya adalah guru tari. Adanya beberapa orang yang mempercayai pasien dalam lingkungan, pasien merasa didukung, pasien menganggap hal yang



dikatakan sebagai kebenaran, kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsi normal (super ego) 4. Fisik Comforting Pasien merasa nyaman dengan kebohongannya 5. Fase Improving Jika tidak ada konfrontasi dan korelasi maka keyakinan yang salah akan meningkat. Respon neurobiologis1 Adapun rentang respon manusia terhadap stress yang menguraikan tentang respon gangguan adaptif dan malladaptif dapat dijelaskan sebagai berikut (Stuart dan Sundeen, 1998) : Rentang respon neurobiologis



Respon adaptif



Respon maladaptif maladaptif



Pikiran logis



Distorsi pikiran



Persepsi akurat



Ilusi



Emosi konsisten dengan pengalaman



Reaksi emosi berlebihan atau kurang



Prilaku sesuai Berhubungan sosial



Gangguan proses pikir/delusi/waham Halusinasi Sulit brespon emosi



Prilaku aneh



Prilaku disorganisasi



Menarik diri



Isolasi sosial



Dari rentang respon neurobiologis diatas dapat dijelaskan bila individu merespon secara adaptif maka individu akan berfikir secara logis. Apabila individu berada pada keadaan diantara adaptif dan maladaptif kadang-kadang pikiran menyimpang



atau perubahan isi pikir terganggu. Bila individu tidak mampu berfikir secara logis dan pikiran individu mulai menyimpang maka ia makan berespon secara maladaptif dan ia akan mengalami gangguan isi pikir : waham curiga. Agar individu tidak berespon secara maladaptif maka setiap individu harus mempunyai mekanisme pertahanan koping yang baik. Menurut seorang ahli medis dalam penelitiannya memberikan definisi tentang mekanisme koping yaitu semua aktivita kognitif dan motorik yang dilakukan oleh seseorang yang sakit untuk mempertahanakan integritas tubuh dan psikisnya, memulihkan fungsi yang rusak dan membatasi adanya kerusakan yang tidak bisa dipulihkan. Mekanisme koping dapat dibedakan menjadi dua yaitu : 1. Reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu upaya yang disadari dan berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara reakstik tuntunan situasi stress. a. Prilaku mnyuerang, digunakan untuk mengubah atau mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan. b. Prilaku menarik diri, digunakan baik secara fisik maupun psikologik untuk memindahkan seseorang dari sumber stress. c. Prilaku kompromi, digunakan untuk mengubah cara seseorang mengoprasikan,



mengganti



tujuan



atau



mengorbankan



aspek



kebutuhan personal seseorang. 2. Mekanisme pertahanan ego, merupakan mekanismne yang dapat membantu mengatasi cemas ringan dan sedang, jika berlangsung pada tingkat sadar dan melibatkan penipuan diri dan disorientasi realitas, maka mekanisme ini dapat merupakan respon maladaptif terhadap stress.



2.4



Psikopatologi2 Etiologi Townsend (1998) mengaatakan bahwa ‘hal-hal yang menyebabkan gangguan isi pikir: waham adalah ketidakmampuan untuk mempercayai orang lain, panik, menekan rasa takut stress yang berat yang mengancam ego yang lemah.” Secara khusus faktor penyebab timbulnya waham dapat diuraikan dalam beberapa teori yaitu: a. Faktor Predisposisi Menurut Townsend (1998) faktor predisposisi dari perubahan isi pikir: waham kebesaran dapat dibagi menjadi dua teori yang diuraikan sebagai berikut: 1. Teori Biologis a.



Faktor-faktor



genetik



yang



pasti



mungkin



terlibat



dalam



perkembangan suatu kelainan ini adalah mereka yang memiliki anggota keluarga dengan kelainan yang sama (orang tua, saudara kandung, sanak saudara lain). b. Secara relatif ada penelitian baru yang menyatakan bahwa kelainan skizoprenia mungkin pada kenyataanya merupakan suaru kecacatan sejak lahir terjadi pada bagian hipokampus otak. Pengamatan memperlihatkan suatu kekacauan dari sel-sel pramidal di dalam otak dari orang-orang yang menderita skizoprenia. c. Teori



biokimia



menyatakan



adanya



peningkatan



dupamin



neurotransmiter yang dipertukarkan menghasilkan gejala-gejala peningkatan aktifitas yang berlebihan dari pemecahan asosiasiasosiasi yang umumnya diobservasi pada psikosis.



2. Teori Psikososial a. Teori



sistem



keluarga



menggambarkan



Bawen



perkembangan



dalam



Townsend



skizofrenia



sebagai



(1998) suatu



perkembangan disfungsi keluarga. Konflik diantara suami istri mempengaruhi anak. Penanaman hal ini dalam anak akan menghasilkan keluarga yang selalu berfokus pada ansietas dan suatu kondisi yang lebih stabil mengakibatkan timbulnya suatu hubungan yang saling mempengaruhi yang berkembang antara orang tua dan anak-anak. Anak harus meninggalkan ketergantungan diri kepada orang tua dan masuk kepada masa dewasa, dimana di masa ini anak tidak akan mampu memenuhi tugas perkembangan dewasanya. b. Teori interpersonal menyatakan bahwa orang yang mengalami psikosis akan menghasilkan hubungan orang tua anak yang penuh akan



kecemasan.



Anak



menerima



pesan-pesan



yang



membingungkan dan penuh konflik dan orang tua tidak mampu membentuk rasa percaya tehadap orang lain. c. Teori psikodinamik menegaskan bahwa psikosis adalah hasil dari suatu ego yang lemah. Perkembangan yang dihambat dan suatu hubungan saling mempengaruhi orang tua dan anak. Karena ego menjadi lebih lemah penggunaan mekanisme pertahanan itu pada waktu kecemasan yang ekstrem menjadi suatu yang maladaptif dan perilakunya sering kali merupakan penampilan dan segmen diri dalam kepribadian. b. Faktor Presipitasi Menurut Stuart dan Sundeen (1998) faktor presipitasi dari perubahan isi pikir pada waham kebesaran yaitu :



1. Biologis Stressor biologis yang berhubungan dengan nerobiologis yang maladaptif termasuk gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur perubahan isi informasi dan abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi rangsangan. 2. Stress lingkungan Secara biologis menetapkan ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan prilaku. 3. Pemicu gejala Pemicu yang biasanya terdapat pada respon neurobiologis yang maladaptif berhubungan dengan kesehatan lingkungan, sikap dan prilaku individu, seperti: gizi buruk, kurang tidur, infeksi, keletihan, rasa bermusuhan atau lingkungan yang penuh kritik, masalah perumahan, kelainan terhadap penampilan, stress gangguan dalam berhubungan interpersonal, kesepian, tekanan, pekerjaan, kemiskinan, keputusasaan dan sebagainya. 2.5 Patogenesis1 Waham adalah anggapan tentang orang yang hipersensitif, dan mekanisme ego spesifik, reaksi formasi dan penyangkalan. Pasien dengan waham, menggunakan mekanisme pertahanan reaksi formasi, penyangkalan dan proyeksi. Pada reaksi formasi,



digunakan



ketergantungan



dan



sebagai perasaan



pertahanan cinta.



melawan



Kebutuhan



agresi, akan



kebutuhan,



ketergantungan



ditransformasikan menjadi kemandirian yang kokoh. Penyangkalan, digunakan untuk menghindari kesadaran akan kenyataan yang menyakitkan. Proyeksi digunakan untuk melindungi diri dari mengenal impuls yang tidak dapat diterima didalam dirinya sendiri. Hipersensitifitas dan perasaan inferioritas, telah



dihipotesiskan menyebabkan reaksi formasi dan proyeksi, waham kebesaran dan superioritas. Waham juga dapat muncul dari hasil pengembangan pikiran rahasia yang menggunakan fantasi sebagai cara untuk meningkatkan harga diri mereka yang terluka. Waham kebesaran merupakan regresi perasaan maha kuasa dari anak-anak, dimana perasaan akan kekuatan yang tidak dapat disangkal dan dihilangkan (Kaplan dan Sadock, 1997). Cameron, dalam Kaplan dan Sadock, (1997) menggambarkan 7 situasi yang memungkinkan perkembangan waham, yaitu : peningkatan harapan, untuk mendapat terapi sadistik, situasi yang meningkatkan ketidakpercayaan dan kecurigaan, isolasi sosial, situasi yang meningkatkan kecemburuan, situasi yang memungkinkan menurunnya harga diri (harga diri rendah), situasi yang menyebabkan seseorang melihat kecacatan dirinya pada orang lain, situasi yang meningkatkan kemungkinan untuk perenungan tentang arti dan motivasi terhadap sesuatu. 2.6 Komplikasi1 Pasien dengan waham dapat berakibat terjadinya resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Risiko mencederai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/membahayakan diri, orang lain dan lingkungan. 2.7 Gejala Klinis1 Menurut Kaplan dan Sadock (1997), kondisi pasien yang mengalami waham adalah: a. Status mental 1) Pada pemeriksaan status mental, menunjukan hasil yang sangat normal, kecuali bila ada sistem waham abnormal yang jelas. 2) Mood pasien konsisten dengan isi wahamnya. 3) Pada waham curiga, didapatkan perilaku pencuriga.



4) Pada waham kebesaran, ditemukan pembicaraan tentang peningkatan identitas diri, mempunyai hubungan khusus dengan orang yang terkenal. 5) Adapun sistem wahamnya, pemeriksa kemungkinan merasakan adanya kualitas depresi ringan. 6) Pasien dengan waham, tidak memiliki halusinasi yang menonjol/ menetap, kecuali pada pasien dengan waham raba atau hidu. Pada beberapa pasien kemungkinan ditemukan halusinasi dengar. b. Sensori dan kognisi 1) Pada waham, tidak ditemukan kelainan dalam orientasi, kecuali yang memiliki waham spesifik tentang waktu, tempat dan situasi. 2) Daya ingat dan proses kognitif pasien adalah intak (utuh). 3) Pasien waham hampir selalu memiliki insight (daya titik diri) yang jelek. 4) Pasien dapat dipercaya informasinya, kecuali jika membahayakan dirinya. Keputusan terbaik bagi pemeriksa dalam menentukan kondisi pasien adalah dengan menilai perilaku masa lalu, masa sekarang dan yang direncanakan. 2.8 Penatalaksanaan1,2 a.



Farmakoterapi Tatalaksana



pengobatan



skizofrenia



paranoid



mengacu



pada



penatalaksanaan skizofrenia secara umum menurut Townsend (1998), Kaplan dan Sadock (1998) antara lain : 1. Anti Psikotik Jenis- jenis obat antipsikotik antara lain :



a) Chlorpromazine Untuk mengatasi psikosa, premidikasi dalam anestesi, dan mengurangi gejala emesis. Untuk gangguan jiwa, dosis awal : 3×25 mg, kemudian dapat ditingkatkan supaya optimal, dengan dosis tertinggi : 1000 mg/hari secara oral. b) Trifluoperazine Untuk terapi gangguan jiwa organik, dan gangguan psikotik menarik diri. Dosis awal : 3×1 mg, dan bertahap dinaikkan sampai 50 mg/hari. c) Haloperidol Untuk keadaan ansietas, ketegangan, psikosomatik, psikosis,dan mania. Dosis awal : 3×0,5 mg sampai 3 mg. Obat antipsikotik merupakan obat terpilih yang mengatasi gangguan waham. Pada kondisi gawat darurat, pasien yang teragitasi parah, harus diberikan obat antipsikotik secara intramuskular. Sedangkan jika pasien gagal berespon dengan obat pada dosis yang cukup dalam waktu 6 minggu, anti psikotik dari kelas lain harus diberikan. Penyebab kegagalan pengobatan yang paling sering adalah ketidakpatuhan pasien minum obat. Kondisi ini harus diperhitungkan oleh dokter dan perawat. Sedangkan terapi yang berhasil dapat ditandai adanya suatu penyesuaian sosial, dan bukan hilangnya waham pada pasien. 2) Anti parkinson Triheksipenydil (Artane), untuk semua bentuk parkinsonisme, dan untuk menghilangkan reaksi ekstrapiramidal akibat obat. Dosis yang digunakan : 1-15 mg/hari. Difenhirdamin: Dosis yang diberikan : 10400 mg/hari.



3) Anti Depresan Amitriptylin, untuk gejala depresi, depresi oleh karena ansietas, dan keluhan somatik. Dosis : 75-300 mg/hari. Imipramin, untuk depresi dengan hambatan psikomotorik, dan depresi neurotik. Dosis awal : 25 mg/hari, dosis pemeliharaan : 50-75 mg/hari. 4) Anti Ansietas Anti ansietas digunakan untuk mengotrol ansietas, kelainan somatroform, kelainan disosiatif, kelainan kejang, dan untuk meringankan sementara gejala-gejala insomnia dan ansietas. Obat- obat yang termasuk anti ansietas antara lain: Fenobarbital



: 16-320 mg/hari



Meprobamat



: 200-2400 mg/hari



Klordiazepoksida



: 15-100 mg/hari



b. Psikoterapi Elemen penting dalam psikoterapi adalah menegakkan hubungan saling percaya. Terapi individu lebih efektif dari pada terapi kelompok. Terapis tidak boleh mendukung ataupun menentang waham, dan tidak boleh terusmenerus membicarakan tentang wahamnya. Terapis harus tepat waktu, jujur dan membuat perjanjian seteratur mungkin. Tujuan yang dikembangkan adalah hubungan yang kuat dan saling percaya dengan pasien. Kepuasan yang berlebihan dapat meningkatkan kecurigaan dan permusuhan pasien, karena disadari bahwa tidak semua kebutuhan dapat dipenuhi. Terapis perlu menyatakan pada pasien bahwa keasyikan dengan wahamnya akan menegangkan diri mereka sendiri dan mengganggu kehidupan konstruktif. Bila pasien mulai ragu-ragu dengan wahamnya, terapis dapat meningkatkan tes realitas.



Sehingga terapis perlu bersikap empati terhadap pengalaman internal pasien, dan harus mampu menampung semua ungkapan perasaan pasien, misalnya dengan berkata : “Anda pasti merasa sangat lelah, mengingat apa yang anda lalui, “tanpa menyetujui setiap mis persepsi wahamnya, sehingga menghilangnya ketegangan pasien. Dalam hal ini tujuannya adalah membantu pasien memiliki keraguan terhadap persepsinya. Saat pasien menjadi kurang kaku, perasaan kelemahan dan inferioritasnya yang menyertai depresi, dapat timbul. Pada saat pasien membiarkan perasaan kelemahan memasuki terapi, suatu hubungan terapeutik positif telah ditegakkan dan aktifitas terpeutik dapat dilakukan. c. Terapi Keluarga Pemberian terapi perlu menemui atau mendapatkan keluarga pasien, sebagai sekutu dalam proses pengobatan. Keluarga akan memperoleh manfaat dalam membantu ahli terapi dan membantu perawatan pasien.



BAB III KESIMPULAN waham adalah perubahan proses khususnya isi pikir yang ditandai dengan keyakinan terhadap ide-ide, pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataan dan sulit diubah dengan logika atau bukti-bukti yang ada. Waham dapat dibagi atas beberapa jenis, diantaranya: waham curiga, kebesaran, kejar, somatik, dan lainlain. 7 situasi yang memungkinkan perkembangan waham, yaitu : peningkatan harapan,



untuk



mendapat



terapi



sadistik,



situasi



yang



meningkatkan



ketidakpercayaan dan kecurigaan, isolasi sosial, situasi yang meningkatkan kecemburuan, situasi yang memungkinkan menurunnya harga diri (harga diri rendah), situasi yang menyebabkan seseorang melihat kecacatan dirinya pada orang lain, situasi yang meningkatkan kemungkinan untuk perenungan tentang arti dan motivasi terhadap sesuatu. Terapi yang dianjurkan pada pasien waham, yaitu: farmakoterapi (antipsikotik, antiansietas, antiparkinson, antidepressan), psikoterapi, dan terapi keluarga



DAFTAR PUSTAKA



1. Yager J. Gitlin MJ. “Clinical Manifestations of Psychiatric”. Ed.S Sadock BJ, Sadock VA. In Kaplan & Sadock’s Comprehensive Textbook of Psychiatry. 7thEdition. Dalam Philadelphia. Lippincott Williams & Wilkins. 2000: 797-802, American Psychiatric Association. 2. Diagnostic and Statistic Manual of Mental Disorders, Fourth Edition, DSM-IV, Published by The American Psychiatric Association, Washington DC. 1994 3. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia, III, PPDGJ-III, Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jendral Pelayanan Medik, 1993.