Makna Dan Cara Memperoleh Pengetahuan (Disha Hikarahmi R. 18129007) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

RESUME PENELITIAN PENDIDIKAN I “MAKNA DAN CARA MENDAPATKAN PENGETAHUAN” DOSEN : Dr. Desyandri, S.Pd., M.Pd



OLEH : DISHA HIKARAHMI RAMFINELI 18129007 SESI : 18 AT 01



PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2020



MAKNA DAN CARA MENDAPATKAN PENGETAHUAN A. Pengertian Pengetahuan Menurut Punaji (2012:3-4), pengetahuan adalah segala sesuatu yang telah dikenal atau diketahui. Jadi, pengetahuan atau knowledge secara umum dapat diartikan sebagai sesuatu hal yang diketahui. Selanjutnya, dikemukakan pula sumber-sumber pengetahuan yang meliputi 1. Pengalaman (experience); 2. Kewenangan (outhority); 3. Berpikir deduktif (deductive thinking); 4. Berpikir induktif (inductive thinking); dan 5. Pendekatan ilmiah (scientific oproach) Menurut Notoatmodjo (2005), pengetahuan merupakan hasil dari proses mencari tahu, dari yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, dari tidak dapat menjadi dapat. Dalam proses mencari tahu ini mencakup berbagai metode dan konsep-konsep, baik melalui proses pendidikan maupun melalui pengalaman. Selain itu, menurut Ilyas dkk (2015:3), pengetahuan atau knowledge diartikan pula sebagai suatu pemahaman (understanding) atau sesuatu hal yang diketahui oleh seseorang. Selanjutnya, pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur saja. Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Menurut Mubarak (2007), pengetahuan merupakan hasil dari mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali suatu kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak sengaja dan terjadi setelah melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek tertentu. Sedangkan menurut Meliono (2007), pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan panca indera. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunkan indera atau akal budinya utuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya.



Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan merupakan hasil proses mencari tahu dari yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, dari tidak dapat menjadi dapat melalui pengamatan akal sehat dan panca indera untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. B. Tingkat Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (1993), Pengetahuan mempunyai enam tingkatan yang bergerak dari yang sederhana sampai yang kompleks, yaitu sebagai berikut : 1. Tahu (Know). Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menyatakan (Notoatmodjo, 1993). 2. Memahami (Understanding). Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk memahami dan menjelaskan secara benar arti suatu bahan pelajaran atau tentang obyek yang diketahui dan dapat diinterpretasikan materi tersebut secara benar, seperti menafsirkan, menjelaskan, meringkas tentang sesuatu. Kemampuan semacam ini lebih tinggi daripada tahu (Notoatmodjo, 1993). 3. Penerapan (Application). Penerapan adalah kemampuan menggunakan atau menafsirkan suatu bahan yang sudah dipelajari ke dalam situasi baru atau konkrit, seperti menerapkan suatu dalil, metode, konsep, prinsip, dan teori. Kemampuan ini lebih tinggi nilainya daripada pemahaman (Notoatmodjo, 1993). 4. Analisis (Analysis). Analisis adalah kemampuan untuk menguraikan atau menjabarkan sesuatu ke dalam komponen atau bagian–bagian sehingga susunannya dapat dimengerti. Kemampuan ini meliputi mengenal masalah-masalah, hubungan antar bagian, serta prinsip yang digunakan dalam organisasi materi pelajaran (Bestable, 2002).  5. Sintetis



(Synthetic).



Kemampuan



sintetis



merupakan



kemampuan



untuk



menghimpun bagian ke dalam suatu keseluruhan, seperti merumuskan tema, rencana, atau melihat hubungan/abstrak dari berbagai informasi atau fakta. Jadi kemampuan merumuskan suatu pola atau struktur baru berdasarkan informasi dan fakta (Bestable, 2002). 6. Evaluasi (Evaluation). Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk menggunakan pengetahuan untuk membuat suatu penilaian terhadap sesuatu berdasarkan maksud



atau kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan dapat bersifat internal dan dapat bersifat relevan dengan maksud tertentu (Bestable, 2002)



C. Berbagai Cara Mendapatkan Pengetahuan dengan Benar Penelitian atau riset pada hakikatnya bertujuan memperoleh pengetahuan tentang sesuatu yang dianggap benar melalui proses bertanya dan menjawab. Penelitian bertitik tolak dari pertanyaan yang muncul karena adanya keraguan, dan keraguan ini yang menjadi dasar permulaan ilmu pengetahuan. Dari pertanyaan muncul suatu proses untuk memperoleh jawaban, yaitu jawaban yang dipercaya sebagai kebenaran walaupun sifat kebenarannya sementara. Jawaban yang diperoleh dari proses seperti itu pada gilirannya akan dipertanyakan kembali, yang akan dijawab lagi melalui proses penelitian. Demikianlah penelitian itu tidak pernah berakhir sehingga ilmu pengetahuan bisa berkembang terus. Kemudian untuk melakukan sebuah penelitian diperlukan metode atau cara atau teknik yang akan di tempuh. Dalam hal ini kita kenal dengan Metodologi yang berasal dari dua kata “ metode dan logos”, metode yang berarti cara atau teknik sedangkan logos berarti ilmu. Jadi metodologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang bagaimana kita mengetahui sesuatu. Pada hakikatnya metodologi penelitian tidak terletak pada apa yang di ketahui, melainkan pada bagaimana cara mengetahui. Menurut Babbie, memperoleh pengetahuan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu : 1. Melalui orang lain. Orang lain memberitahukan kepada kita, baik secara langsung maupun melalui media, dan apa yang diberitahukan itu kita terima sebagai sesuatu yang kita anggap benar. Di keluarga, kita banyak memperoleh pengetahuan dari orang tua, sejak bayi hingga dewasa. Di sekolah, kita memperoleh pengetahuan dari guru dan bacaanbacaan yang ada di perpustakaan. Dalam pergaulan di masyarakat, kita banyak memperoleh pengetahuan dari teman atau orang lain yang kita jumpai. Melalui buku-buku kita mendapat pengetahuan yang memperkaya diri. Pengetahuan yang diperoleh dengan cara ini disebut agreement reality. 2. Pengalaman diri sendiri secara langsung



Orang mengatakan bahwa pengetahuan adalah guru yang baik pengetahuan dari pengalaman diperoleh dengan mempelajari pengalaman kita sendiri. Pengalamn kita setiap hari jika direnungkan kembali akan memberikan banyak pengetahuan. Oleh karena itu janganlah langsung tidur pada malam hari sebelum merenungkan pengalaman hari itu untuk di syukuri dalam doa. Pengetahuan yang diperoleh dengan cara ini disebut riential reality. Jika seseorang mempermasalahkan dan ingin membuktikan apakah pengetahuan itu bernilai benar, menurut para ahli estimologi dan para ahli filsafat, pada umumnya, untuk dapat membuktikan bahwa pengetahuan bernilai benar, seseorang harus menganalisa terlebih dahulu cara, sikap, dan sarana yang digunakan untuk membangun suatu pengetahuan. Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang kebenaran, antara lain sebagai berikut: 1. The correspondence theory of truth. Menurut teori ini, kebenaran atau keadaan benar itu berupa kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu pendapat dengan apa yang sungguh merupakan halnya atau faktanya. 2. The consistence theory of truth. Menurut teori ini, kebenaran tidak dibentuk atas hubungan antara putusan dengan sesuatu yang lain, yaitu fakta atau realitas, tetapi atas hubungan antara putusan-putusan itu sendiri. Dengan kata lain bahwa kebenaran ditegaskan atas hubungan antara yang baru itu dengan putusan-putusan lainnya yang telah kita ketahui dan kita akui benarnya terlebih dahulu. 3. The pragmatic theory of truth. Yang dimaksud dengan teori ini ialah bahwa benar tidaknya sesuatu ucapan, dalil, atau teori semata-mata bergantung kepada berfaedah tidaknya ucapan, dalil, atau teori tersebut bagi manusia untuk bertindak dalam kehidupannya. Dari tiga teori tersebut dapat disimpulkan bahwa kebenaran adalah kesesuaian arti dengan fakta yang ada dengan putusan-putusan lain yang telah kita akui kebenarannya dan tergantung kepada berfaedah tidaknya teori tersebut bagi kehidupan manusia. Adapun kebenaran menurut Anshari mempunyai empat tingkatan, yaitu: 1. Kebenaran wahyu 2. Kebenaran spekulatif filsafat 3. Kebenaran positif ilmu pengetahuan



4. Kebenaran pengetahuan biasa. Pengetahuan yang dibawa wahyu diyakini bersifat absolut dan mutlak benar, sedang pengetahuan yang diperoleh melalui akal bersifat relatif, mungkin benar dan mungkin salah. Jadi, apa yang diyakini atas dasar pemikiran mungkin saja tidak benar karena ada sesuatu di dalam nalar kita yang salah. Demikian pula apa yang kita yakini karena kita amati belum tentu benar karena penglihatan kita mungkin saja mengalami penyimpangan. Karena itu, kebenaran mutlak hanya ada pada Tuhan. Itulah sebabnya ilmu pengetahan selalu berubahrubah dan berkembang. D. Metode Cara Memperoleh Pengetahuan Ada bermacam-macam cara manusia dalam upaya memperoleh pengetahuan (knowledge). Menurut Helmstadter (dalam Christensen, 2001), ada enam cara manusia memperoleh pengetahuan, antara lain: 1. Kekukuhan pendapat (tenacity) a. Metode ini berdasarkan pada takhayul (superstition) atau kebiasaan (habit) yang umumnya berlaku di masyarakat tertentu. b. Takhayul atau kebiasaan ini mencerminkan keyakinan seolah-olah hal tersebut merupakan fakta. c. Contoh : Budi memiliki sebuah pulpen “sakti” pemberian temannya, yang menurutnya dapat membuat ia selalu lulus dalam ujian. Ini terjadi karena selama ini ia sering gagal ujian karena memakai pulpen yang berbeda-beda. Namun, ketika mengerjakan ujian statistic, yang dianggapnya sulit, dengan pulpen pemberian temannya itu ia berhasil lulus dengan nilai yang cukup baik. Karena itu Budi menganggap pulpen tersebut sakti sehingga ia selalu mengerjakan ujian dengan pulpen tersebut dan ternyata selalu berhasil. d. Kelemahan : (1) seringnya kekukuhan pendapat (pengetahuan) tersebut tidak sesuai dengan kenyataan; (2) tidak adanya mekanisme yang mengkoreksi takhayul/kebiasaan yang bertentangan dengan kenyataan,sehingga memperkuat keyakinan tersebut. e. Walaupun memiliki kelemahan bukan berarti metode ini tidak digunakan dalam penelitian ilmiah. Kekukuhan pendapat dapat terjadi apabila seorang



peneliti sangat percaya dan teguh pada pendiriannya bahwa pendapat atau hipotesisnya benar, meskipun mendapat banyak kritik dari orang lain. 2. Otoritas (Authority) a. Informasi diterima sebagai pengetahuan yang benar karena dinyatakan oleh seseorang atau sumber yang dianggap memiliki otoritas atau kekuasaan. b. Metode otoritas terjadi saat kita mempercayai begitu saja pengetahuan yang dinyatakan oleh tokoh/pihak otoritas, yang belum tentu selalu benar. c. Contoh : Mangapin Sibuea, pemimpin jemaat Pondok Nabi, meramalkan akan terjadinya kiamat pada tanggal 10 November 2003. Karena itu ia meminta jemaatnya untuk menyerahkan seluruh harta bendanya dan berkumpul di Baleendah, Bandung. Para pengikutnya memercayainya dan berkumpul sambil menyanyi dan menari pada tanggal 9 November 2003 untuk menyambut kedatangan kiamat. Namun, hingga keesokan harinya kiamat yang diramalkan tidak terjadi. d. Kelemahan : pengetahuan yang didapat dari pihak otoritas belum tentu benar atau sesuai dengan kenyataan. 3. Intuisi (Intuition) a. Pengetahuan yang didapat dari metode ini tidak dikaitkan dengan pengetahuan atau informasi sebelumnya,tanpa melalui proses penalaran (reasoning) atau pengambilan kesimpulan yang benar. b. Metode ini sesuai dengan akal sehat (agree with reason) dan mementingkan pengalaman atau penjelasan pribadi (Self-evident). c. Penggunaan metode intuisi dalam penelitian ilmiah bisa terjadi ketika penelitian membentuk hipotesis. Walaupun biasanya berasal dari teori atau penelitian sebelumnya, hipotesis kadang juga dapat diperoleh dari intuisi berdasarkan pengalaman pribadi atau pemikiran yang terbesit secara tiba-tiba. d. Contoh : Pada suatu hari Andy sedang mengendarai mobilnya menuju kampus melalui jalan yang biasa ia lalui. Namun entah mengapa ia berpikir bahwa jalan tersebut akan macet dan ia akan terlambat untuk mengikuti ujian. Karena itu ia memutuskan untuk menggunakan jalan lain dan ternyata ia dapat tiba tepat waktu.



e. Kelemahan : (1) tidak dapat memisahkan antara pengetahuan yang akurat dengan yang tidak akurat; (2) karena self-evident, artinya pembuktian hanya pada diri sendiri dan tidak ada pembuktian dari orang lain. 4. Rasionalisme (Rationalism) a. Proses berpikir rasionalisme dikenal sebagai metode deduktif karena metode ini mengandalkan pemikiran rasional yang akan dicari pembuktiannya pada situasi sehari-hari. Pengetahuan dianggap benar apabila diperoleh dengan menggunakan proses penalaran yang benar. b. Contoh : Aristoteles (384-322 SM), seorang filsuf yang sangat terkenal, menyatakan bahwa secara logika, benda yang lebih berat akan jatuh lebih dulu daripada benda yang lebih ringan apabila dijatuhkan dari ketinggian yang sama. Secara logika, pendapat tersebut benar. Pendapat ini diterima oleh sebagian besar orang, bahkan mungkin sampai sekarang. c. Rasionalisme digunakan ketika peneliti menghubungkan teori-teori yang ada untuk dijadikan hipotesis, yang kemudian diujikan dalam penelitian. Ketika peneliti tidak menggunakan rasionalisme dalam landasan teoritisnya, suatu penelitian dikatakan tidak memiliki dasar ilmiah. Karena rasionalisme tersebut tidak selalu benar, maka dibuktikan melalui penelitian d. Kelemahan dari metode ini adalah tidak selalu sesuai dengan kenyataan, tidak selalu memberikan informasi yang akurat, dan belum tentu diterima oleh orang lain. 5. Empirisme (Empiricism) a. Lebih mementingkan pengalaman atau observasi. b. Dalam metode ini, penjelasan dianggap benar apabila sesuai dengan pengalaman atau hasil observasi. c. Dikenal sebagai metode induktif, karena membuat kesimpulan mengenai sesuatu berdasarkan pengalaman.



d. Contoh : Galileo ingin membuktikan kebenaran pendapat dari Aristoteles di atas. Untuk itu ia membawa dua buah benda yang beratnya berbeda ke atas menara Pisa. Setelah dilepaskan dari ketinggian yang sama, jatuhnya kedua benda tersebut diamati. Ternyata 2 benda itu jatuh di tanah pada saat yang sama. e. Empirisme dalam ilmu berkaitan dengan pengumpulan data melalui penggunaan metode yang ilmiah, bukan hanya berdasarkan pengalaman pribadi seseorang mengenai kejadian tertentu. 6. Metode ilmiah (Science) a. Metode ini merupakan metode yang paling baik untuk mendapatkan pengetahuan karena metode ini berusaha mendapatkan informasi yang sedekat mungkin dengan kenyataan b. Secara umum metode ilmiah dapat diartikan sebagai metode penyelidikan karena menitikberatkan pada proses penyelidikan untuk mendapatkan kebenaran. c. Metode ilmiah merupakan metode yang melibatkan dua metode sebelumnya, yaitu rasionalisme yang menekankan pada penalaran dan empirisme yang didasarkan pada kenyataan yang ada. d. Pengetahuan diperoleh berdasarkan penelitian yang sistematis, objektif, terkontrol, dan dapat diuji yang dilakukan melalui metode deduktif dan metode induktif. Dalam menentukan kebenaran pengetahuan dapat menggunakan dua macam pendekatan yaitu pendekatan ilmiah dan non ilmiah dalam proses penelitiannya Proses penelitian bersifat empiris, terkendali, analitis, dan sistematis. Kerlinger membedakan pendekatan ilmiah dengan non ilmiah dalam lima hal, yaitu: a. Pertama-tama pada penggunaan pola konseptual dan struktur teoritis dalam menjelaskan gejala. Pendekatan dengan metode non ilmiah menggunakan teori dan konsep secara longgar, sedangkan pendekatan ilmiah menggunakan teori dan konsep yang ketat dan terkendali. Pada pendekatan non ilmiah, penjelasan tentang gejala atau fenomena tertentu sering diterima begitu saja tanpa mempertanyakan lebih mendalam. Seperti sejenis penyakit misalnya dipandang



sebagai hukuman atas dosa. Para ilmuwan tidak dapat menerima hal ini sebagai kebenaran. Mereka perlu memeriksanya secara realistis dan menguji kebenarannya secara empiris. b. Dalam pendekatan ilmiah, teori, dan hipotesis di uji secara sistematis dan empiris. Pada pendekatan non ilmiah, teori dan hipotesis di uji juga tetapi secara selektif dan subjektif. c. Pada pendekatan ilmiah, pengamatan terhadap fenomena dilakukan secara terkendali. Untuk mengetahui sebab-sebab dari suatu peristiwa dengan mengumpulkan seperangkat variabel. Apabila mereka percaya bahwa lingkungan permukiman yang kumuh mengakibatkan kenakalan remaja, maka kenakalan anak remaja di luar lingkungan permukiman kumuh iitu tidak lagi diperhatikan. d. Pada pendekatan non ilmiah, dua fenomena yang sering muncul langsung dihubungkan dalam satu hubungan sebab akibat tanpa melalui penelitian yang dilakukan secara sistematis. Misalkan sejumlah anak menunjukkan prestasi belajar yang tinggi. Di pihak lain dikethui pula bahwa anak-anak itu pada umumnya berasal dari golongan ekonomi kuat. Dari kedua fenomena ini ditarik kesimpulan bahwa keadaan ekonomi yang kuat menyebabkan prestasi belajar tinggi. e. Pendekatan ilmiah selalu bersifat empiris, dalam arti harus ada penjelasan tentang hubungan diantara fenomena-fenomena, yang dilakukan berdasarkan kenyataan yang realistis dan mengesampingkan semua hal yang bersifat metafisik. Sebagai contoh, hama tikus merajalela di sawah dan merusak padi karena Dewi Sri Marah atas ulah manusia ang serakah. Penyebab dari merajalelanya tikus tidak dicari dalam dunia metafisik seperti itu, tetapi dalam dunia empiris. Berdasarkan dari keenam metode yang ada, metode ilmiah (science) merupakan metode yang paling baik dibandingkan metode yang lainnya. Ini berarti metode sebelumnya (kekukuhan pendapat, otoritas, intuisi, rasionalisme, dan empirisme) tergolong sebagi metode non-ilmiah akan membentuk pengetahuan awam yang berdasarkan pada pemikiran akal sehat (common sense)



Selain itu, ada beberapa cara yang dipergunakan oleh manusia untuk memperoleh pengetahuan, antara lain : 1. Metode Keteguhan (Tenacity) Dengan metode ini orang menerima suatu kebenaran karena merasa yakin akan kebenarannya. Unsur keyakinan dalam metode ini. Bahwa manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan dan bukan berasal dari monyet, diterima sebagai kebenaran karena keyakinan agama. Contoh sebagai umat muslim, kita yakin bahwa berbohong, mencuri, berkhianat, melakukan hubungan di luar nikah itu adalah dosa. Percaya jika memelihara keris tertentu maka ia akan terlindung dari bahaya atau sebagai tolak bala. 2. Metode otoritas Sesuatu diterima sebagai kebenaran karena sumbernya mempunyai otoritas untuk itu. Bahwa alam semesta adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa diterima sebagai suatu kebenaran karena sumbernya adalah Alkitab. Pertanyaan dari seorang tokoh tertentu juga diterima sebagai kebenaran karena ia mempunyai keahlian di bidang itu dan terdapat sumbernya. Contoh: seorang hakim dalam memutuskan perkara tentulah beliau menggunakan acuan sebelum menjatuhkan hukuman tidak dengan seenaknya sendiri. Dan acuan tersebut terwujud. 3. Metode A Priori atau Intuisi Sesuatu diterima sebagai kebenaran semata-mata berdasarkan intuisi artinya daya atau kemampuan atau memahami sesuatu tanpa dipikirkan atau dipelajari, hanya bisikan hati, gerak hati, atau juga bisa di namakan fileng. Contoh: meyakini perasaan cinta pada seseorang, perasaan benci dan dendam kepada orang lain. 4. Metode Tradisi/ Kebiasaan Seseorang menerima kebenaran dari tradisi yang berlaku di dalam lingkungannya. Contoh: seperti masyarakat pedesaan yang setiap tahun mengadakan ritual sedekah bumi maupun sedekah laut. Hal tersebut sebagai perwujudan syukur



kepada



penguasa langit dan bumi. Mereka meyakini jika tidak melakukan ritual tersebut maka akan terjadi bencana. 5. Metode Trial And Error



Pengetahuan dengan cara ini diperoleh melalui pengalaman langsung. Sesuatu yang dianggap benar diperoleh hasil dari serangkaian percobaan yang tidak sistematis. Mula-mula dicoba, hasilnya salah, dicoba lagi sampai akhirnya ditemukan yang benar. Contoh: penelitian yang dilakukan Thomas Edision ( penemu listrik), Albert Eintein yang selalu mengalami kegagalan dalam menemukan pengetahuan. Hingga akhirnya penemuan itu menjadi sebuah pengetahuan yang menggemparkan dunia sampai sekarang ini. 6. Metode Metafisik Suatu pengetahuan yang dianggap benar diperoleh secara metafisik. Jawaban terhadap masalah yang ditemukan dalam dunia empiris dicari di dalam dunia supranatural, di dalam dunia transedden (di luar daya nalar atau kesanggupan manusia). Pengetahuan yang diperoleh dari ajaran agama atau kepercayaan. Contoh: menggunakan jimat (cincin, keris, sabuk dan lain-lain) akan mendatangkan rejeki ataupun dapat menghindarkan dari bahaya. 7. Metode ilmiah Metode ini dilakukan melalui proses deduksi dan induksi. Permasalahan dan jawaban ditemukan di dalam dunia empiris ( pengalaman) melalui proses deduksi dan induksi yang dilakukan secara sistematis. Moh nazir menyebutkan enam kriteria dalam metode ini, yaitu berdasarkan fakta, bebas dari prasangka, menggunakan prinsip-prinsip analisis, menggunakan hipotesis, menggunakan ukuran obyektif, dan menggunakan teknik kuantitatif. Selain itu, menurut Notoatmojo (2002), pengetahuan dapat diperoleh melalui beberapa faktor yang dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu cara tradisional dan cara modern. 1. Cara Tradisional a. Cara coba–coba (Trial and error). Cara coba coba ini dengan menggunakan kemungkinan dalam memecakan masalah, apabila kemungkinan itu tidak berhasil dicoba kemungkinan yang lain. b. Cara kekuasaan atau otoritas. Prinsip ini adalah orang lain menerima pendapat yang disampaikan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa menguji atau membuktikan kebenarannya terlebih dahulu baik secara empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri.



c. Berdasarkan pengalaman pribadi. Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam pemecahan permasalahan yang dihadapi pada masa–masa yang lalu. d. Melalui Jalan Pikiran. Seiring dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berfikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuan, baik melalui cara berpikir deduksi ataupun induksi. 2. Cara Modern Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian. Melalui metode ini selanjutnya menggabungkan cara berpikir deduktif, induktif, dan verifikatif yang selanjutnya dikenal dengan metode penelitian ilmiah.



DAFTAR RUJUKAN Bestable, SB. 2002. Perawat Sebagai Pendidik: Prinsip-Prinsip Pengajaran Dan Pembelajaran. Jakarta : EGC. Christensen. L.B. 2001. Experimental Metodhology. Boston : Allyn and Bacon. Ilyas, Muhammad dkk. 2015. Metodologi Penelitian Pendidikan Matematika. Purwakarta : Pustaka Ramadhan Meliono. 2007. MPKT modul 1. Jakarta: Lembang penerbitan FEUI. Mubarak, Wahid Iqbal,dkk. 2007. Promosi Kesehatan Sebuah Metode Pengantar Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka cipta,. Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmojo. 1993. Pengantar Pendidikan Kesehatan Dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Yogyakarta: Andi offset. Punaji, Setyosari. 2012. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembanganya. Jakarta: Kharisma Putra Utama.