Manajemen Pelayanan Kebidanan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MANAJEMEN PELAYANAN KEBIDANAN “APLIKASI MANAJEMEN DAN ORGANISASI PELAYANAN KEBIDANAN PADA KESEHATAN REPRODUKSI DAN KELUARGA BERENCANA” Dosen Pembimbing : Erwani, SKM, M.Kes



DISUSUN OLEH : Ayu Jani Puspitasari Gita Ramadhani Elvi Febria Marnita Fitra Ermila Basri



(1720332005) (1520332010) (1520332019) (1520332027)



PROGRAM STUDI PASCASARJANA KEBIDANAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG TAHUN 2018



KATA PENGANTAR



Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan Karunia-Nya, maka penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan salah satu topik mata kuliah manajemen pelayanan kebidanan. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Erwani, SKM, M.Kes yang telah memberikan pengarahan dalam penulisan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah memiliki kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan masukan yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya penulis.



Padang, Mei 2018 Penulis



DAFTAR ISI Halaman



KATA PENGANTAR.............................................................................................iii DAFTAR BAGAN..................................................................................................iv BAB I PENDAHULUAN........................................................................................5 A. Latar Belakang.............................................................................................5 ii



B. TUJUAN......................................................................................................6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................7 A. Pengertian Manajemen.................................................................................7 B. Kewenangan Bidan Dalam Pelayanan Kesehatan Reproduksi Dan Keluarga Berancana (KB)...............................................15 C. Aplikasi Manajemen Dan Organisasi Pelayanan Kebidanan Pada Kesehatan Reproduksi.......................................................................17 D. Aplikasi Manajemen Dan Organisasi Pelayanan Kebidanan Pada Keluarga Berencana..........................................................................27 BAB III Penutup....................................................................................................35 A. Kesimpulan................................................................................................35 B. Saran...........................................................................................................35



DAFTAR PUSTAKA



iii



DAFTAR BAGAN Halaman



Bagan 1. Alur Pelayanan Kesehatan Remaja 1......................................................20 Bagan 2. Alur Pelayan Kesehatan Remaja.............................................................21 Bagan 3. Alur Pelayanan KB................................................................................26



BAB I PEDAHULUAN



A. Latar Belakang The Costs and Benefits of Investing in Sexual and Reproductive Health 2014, menegaskan bahwa investasi untuk peningkatan kesehatan reproduksi di negara yang sedang berkembang melalui penggunaan alat kontrasepsi akan menyelamatkan ibu, bayi baru lahir dan keluarga. Berdasarkan analisis ini hanya dibutuhkan sekitar 25 dollar per-tahun untuk memenuhi kebutuhan akan salah satu alat kontrasepsi bagi setiap perempuan, yang mampu mencegah beberapa masalah yakni; kejadian kehamilan yang tidak diinginkan sebanyak 52 juta, kasus abortus yang tidak aman sebanyak 14,9 juta kasus, sebanyak 194.000 kasus kematian ibu



4



dan 2,2 juta kasus kematian bayi baru lahir dapat dicegah dan 121.000 kasus infeksi HIV dapat dicegah (Singh et al. 2014). World Health Organisation (WHO, 2013) menyatakan bahwa Keluarga Berencana (Family Planning) memberikan banyak manfaat untuk mencegah kehamilan pada wanita yang berisiko, mencegah kematian bayi, membantu pencegahan terhadap infeksi HIV/AIDS, memberdayakan penduduk dan meningkatkan



pendidikan,



mengurangi



kehamilan



pada



remaja,



dan



memperlambat laju pertumbuhan penduduk. Bidan memberikan pelayanan setelah persalinan untuk ibu dan bayi baru lahi, bidan memeriksa kesehatan bayi dan memberikan konseling perawatan bayi, penundaan kehamilan, kesehatan reproduksi, dan keluarga berencana. Disamping adanya peluang yang potensial dikembangkan dalam pelayanan kebidanan, terdapat pula tantangan dalam pelayanan kontrasepsi dan kesehatan reproduksi oleh bidan dalam system kesehatan terkini yang lebih dikenal dengan era jaminan kesehatan (JKN). Sistem kesehatan dalam JKN atau Universal Health Couverage (UHC) bertujuan bahwa semua orang dapat menerima pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan mereka tanpa beban pembiayaan, yang meliputi pelayanan promotif, preventif, pengobatan, rehabilitatif dan paliatif (Salenga et al. 2014). Manajemen kebidanan adalah suatu metode proses berfikir logis sistematis. Oleh karena itu manajemen kebidanan merupakan alur pikir bagi seorang bidan dalam memberikan arah/kerangka dalam menangani kasus yang menjadi tanggung jawabnya. Manajemen kebidanan mempunyai peran penting dalam menunjang kerja seorang bidan agar bidan dapat melakukan pelayanan dengan baik kepada kliennya. Bidan sebagai manager dalam sebuah organisasi sebaiknya memahami bahwa tidak selamanya pekerjaan pelayanan kebidanan yang diberikan dalam orgainisasinya hanya membutuhkan tenaga bidan, namun sangat penting apabila bidan menyadari bahwa ia juga membutuhkan orang-orang yang ahli dalam bidang manajemen dan administrasi. Bidan harus benar-benar membedakan tugas administrasi dan tugas pelayanan kebidanan. Administrasi yang dimaksud dalam hal ini adalah yang terlibata dalam unsure manajemen, sementara bidan sendiri 5



dalam melaksanakan fungsinya sebagai pemberi pelayanan tetap melakukan pencatatan dan pelaporan atau pendokumentasian segala tindakan yang diberikan dalam asuhan kebidanan kepada klien sebagai bentuk pertanggung jawaban secara hukum. B. Tujuan 1. Tujuan Umum



Memahami tentang aplikasi manajemen dan organisasi pelayanan kebidanan pada kesehatan reproduksi dan keluarga berencana 2. Tujuan Khusus a. Memahami definisi manajemen kebidanan b. Memahami definisi organisasi pelayanan kebidanan c. Memahami aplikasi manajemen dan organisasi pelayanan kebidanan



dalam kesehatan reproduksi d. Memahami aplikasi manajemen dan organisasi pelayanan kebidanan



dalam keluarga berencana



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.



Manajemen Pelayanan Kebidanan 1. Pengertian Manajemen Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin dan mengawasi usaha- usaha dari anggota organisasi dan dari sumber organisasi lainnya untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan dan suatu proses yang melibatkan hubungan interpersonal dan teknologi, yang akan digunakan untuk mencapai seluruh atau setidaknya sebagian tujuan organisasi dengan menggunakan tenaga manusia yang ada serta sumber daya lain dan tekhnologi yang tersedia. Ilmu-ilmu manajemen dapat dipelajari dalam pendidikan formal, sebagai suatu dasar penting. Manajemen dapat dikatakan sebagai suatu langkah - langkah yang terpadu yang mengembangkan suatu organisasi sebagai suatu sistem yang bersifat sosial, ekonomis, dan teknis. Sosial berarti menunjukan peran penting manusia dalam menggerakan seluruh sistem organisasi, ekonomi berarti



6



kegiatan dalam sistem organisasi yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hakiki manusia, sedangkan teknis berarti dalam kegiatan ini digunakan alat dan cara tertentu secara sistematis. Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampilan dalam rangkaian tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien. 2. Jenis - jenis Manajemen



Manajemen mengandung tiga pengertian yaitu: pertama, manajemen sebagai proses, kedua manajemen sebagai kolektivitas, ketiga manajemen sebagai suatu seni (art) dan suatu ilmu. Hal-hal yang bersifat khusus yang menjadi kajian keilmuan manajemen antara lain adalah: perencanaan, organisasi,



penyusunan,



pengarahan,



pengawasan,



dan



manajemen



sumberdaya manusia. Macam-macam manajemen : a) Manajemen sebagai suatu proses, berbeda-beda definisi yang diberikan



oleh para ahli. Menurut Haiman, manajemen adalah fungsi untuk mencapai sesuatu dengan melalui kegiatan orang lain dan mengawasi uasaha-usaha individu untuk mencapai tujuan utama bersama. Selanjutnya menurut GR. Terry mengatakan bahwa manajeman adalah pencapaian tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu dengan mempergunakan kegiatan orang lain. dari dua defenisi tersebut dapat disimplkan bahwa ada tiga pokok penting dalam definisi tersebut yaitu, pertama adanya tujuan yang ingin dicapai, kedua tujuan yang dicapai dengan mempergunakan kegiatan orang lain, dan ketiga kegiatan orang lain itu harus dibimbing dan diawasi. b) Manajeman sebagai kolektivitas, orang-orang yang melakukan aktivitas



manajeman. Setiap orang yang melakukan aktivitas manajemen dalam suatu badan tertentu disebut manajemen. Dalam arti tunggal disebut manejer.



Manejer adalah



terselenggaranya



pejabat



aktivitas-aktivtas



yang bertanggung jawab atas manajemen



agar



tujuan



unit



pimpinannya tercapai dengan menggunakan bantuan orang lain.



7



c) Manajemen sebagai suatu seni dan ilmu, manajemen sebagai seni



berfungsi untuk mencapai tujuan yang nyata mendatangkan hasil atau manfaat, sedangkan manajeman sebagi ilmu berfungsi menerangkan fenomena-fenomena, kejadian-kejadian, atau kedaan-keadaan. 3. Manajemen Kebidanan



Dalam pelayanan kebidanan adalah proses pelaksanaan pemberian pelayanan kebidanan untuk memberikan asuhan kebidanan kepada klien dengan tujuan menciptakan kesejahteraan bagi ibu dan anak, kepuasan pelanggan dan kepuasan bidan sebagai provider. Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan, yang dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Langkah-langkah tersebut membentuk kerangka yang lengkap yang bisa diaplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi, setiap langkah tersebut bisa dipecah-pecah kedalam tugastugas tertentu dan semuanya bervariasi sesuai dengan kondisi klien. Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampilan dalam rangkaian tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien. Manajemen Varney adalah Pola pikir bidan dalam melaksanakan asuhan dikenal dengan manajemen Varney, yang menjelaskan bahwa proses manajemen merupakan proses pemecahan masalah yang ditemukan oleh bidan dan perawat pada awal tahun1970’n proses ini memperkenalkan sebuah metode pengorganisasian pemikiran



dan



tindakan-tindakan



dengan



urutan



yang



logis



dan



menguntungkan, baik bagi klien maupun bagi tenaga kesehatan. Proses manajemen menurut Varney ada 7 langkah yang berurutan, yang setiap langkahnya disempurnakan secara periodik, proses dimulai dengan pengumpulan data dasar dan diakhiri dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang dapat di aplikasikan dalam situasi apapun. a) Langkah manajemen Varney : b) Pengumpulan data dasar c) Interpretasi data dasar d) Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial



8



e) Identifikasi perlunya penanganan segera f) Perencanaan asuhan komprehensif



g) Pelaksanaan rencana h) Evaluasi 4. Organisasi Kebidanan a. Pengertian Organisasi Organisasi berasal dari kata organon dalam bahasa Yunani yang berarti alat. Pengertian organisasi yang dikemukakan oleh para ahli bermacam-macam, namun pada dasarnya memiliki makna yang sama, yaitu sebagai berikut : a) Chester I. Barnard, organisasi adalah sistem kerja sama yang terkoordinasi secara sadar dan dilakukan oleh dua orang atau lebih b) James D. Mooney mengatakan bahwa organisasi adalah setiap bentuk perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama. c) Menurut Dimock, organisasi adalah perpaduan secara sistematis daripada bagian-bagian yang saling ketergantungan/berkaitan untuk membentuk suatu kesatuan yang bulat melalui kewenangan, koordinasi dan pengawasan dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan. d) Menurut Koonz & Donnel, organisasi adalah pembinaan hubungan wewenang dan dimaksudkan untuk koordinasi struktural, baik secara vertikal maupun horizontal diantara posisi-posisi yang telah diserahi tugastugas khusus yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi. e) Menurut Didin Haifuddin dan Hendri Tanjung, organisasi adalah sebuah proses yang dilakukan bersama-sama, dengan landasan yang sama, tujuan yang sama, dan juga dengan cara-cara yang sama. Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan yaitu sekumpulan orang-orang yang diarahkan untuk mencapai tujuan spesifik. Setiap organisasi harus memiliki tiga unsur dasar, yaitu : a) Orang-orang (sekumpulan orang). b) Kerjasama. c) Tujuan yang ingin dicapai.



9



Dengan demikian organisasi merupakan sarana untuk melakukan kerjasama antara



orang-orang



dalam



rangka



mencapai



tujuan



bersama,



dengan



mendayagunakan sumber daya yang dimiliki. b. Organisasi Pelayanan Kebidanan Organisasi pelayanan kebidanan merupakan suatu organisasi yang aktivitas pokoknya melakukan pelayanan kebidanan kepada masyarakat dengan salah satu tujuan yang ingin dicapai adalah memberikan pelayanan kebidanan yang bermutu atau berkualitas. Salah satu prinsip organisasi adalah fleksibilitas, artinya organisasi senantiasa dinamis sesuai dengan dinamika yang ada dalam organisasi dan juga harus memperhatikan perubahan dari luar organisasi. Rumah Sakit dan Puskesmas sebagai organisasi pelayanan kesehatan apabila ingin exist dan mampu menjalankan fungsinya secara optimal, perlu melakukan perubahan secara internal. Organisasi memiliki tiga unsur dasar, dan secara lebih rinci organisasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut : a) Adanya suatu kelompok orang yang dapat dikenal dan saling mengenal, b) Adanya kegiatan yang berbeda-beda, tetapi satu sama lain saling berkaitan (interdependent part) yang merupakan kesatuan kegiatan, c) Tiap-tiap orang memberikan sumbangan atau kontribusinya berupa; pemikiran, tenaga, dan lain-lain, d) Adanya kewenangan, koordinasi dan pengawasan, e) Adanya tujuan yang ingin dicapai. 5. Tahapan Manajemen Dan Organisasi Pelayanan Kebidanan



a. Perencanaan Rencana merupakan suatu pola pikir yang sistematis untuk mewujudkan suatu tujuan dengan mengorganisasikan dan mendayagunakan sumber yang tersedia. Jadi yang disebut dengan perencanaan yaitu suatu proses penyusunan rencana yang menggambarkan keinginan untuk mencapai tujuan tertentu melalui suatu kegiatan dengan mengorganisasikan dan mendayagunakan sumber yang tersedia. Ada beberapa dari bentuk perencanaan, yaitu: 1) Perencanaan berdasarkan kurun waktu pelaksanaan (1) Jangka panjang: alokasi waktu 25 tahun. 10



(2) Jangka menegah: alokasi waktu 5 tahun. (3) Jangka pendek: disusun untuk kegiatan tahunan. Upaya kegiatan komunitas di Indonesia merupakan bagian pembangunan kesehatan. Oleh karena itu perencanaan kebidanan komunitas mengikuti pada perencanaan pembangunan tersebut. 2) Perencanaan berdasarkan wilayah (1) Rencana pembangunan nasional (pusat) (2) Rencana pembangunan daerah, seperti:



propinsi,



kabupaten,



kecamatan dan desa 3) Perencanaan berdasarkan program (1) Rencana pembangunan kesehatan keluarga (2) Rencana penyuluhan kesehatan (3) Rencana pembangunan puskesmas 4) Adanya proses penyusunan rencana yaitu: (1) Menentukan tujuan Menentukan tujuan berdasarkan masalah yang telah diidentifikasi. Bila masalah yang ditemukan tersebut banyak, maka bentuk-bentuk dari prioritasnya masalahnya berdasarkan: (a) Berdasarkan besar nya masalah (b) Berdasarkan luasnya masalah (c) Berdasarkan dampak masalah (d) Berdasarkan besarnya akibat masalah (e) Berdasarkan tingkat kemudahan dalam mengatasinya Untuk mendukung pencapaian tujuan perlu identifikasi tentang kondisi



lingkungan



yang



mempengaruhi



kesehatan



dan



untuk



menentukan tujuan suatu rencana dan strategi pelaksanaannya perlu dipertimbangkan : (a) Kekuatan yang dimiliki (Strength) (b) Peluang (Opportunity) (c) Kelemahan (Weakness) (d) Ancaman (Threat) (2) Menentukan strategi Strategi pelaksanaan rencana biasanya diungkapkan dalam kebijaksanaan dan langkah-langkah pelaksanaan kebijaksanaan merupakan dasar dari pelaksanaan kegiatan. Contohnya dalam pelaksanaan program pelayanan kesehatan ibu dan anak di desa A, kebijaksanaan yang ditetapkan adalah pelayanan kesehatan ibu dan anak diarahkan pada upaya peningkatan sumber daya manusia. (3) Menentukan kegiatan Berdasarkan kegiatan pokok disusun program lebih rinci yang mencakup aktifitas-aktifitas, dilakukan dengan target yang akan dicapai. Rencana



11



kegiatan secara rinci mencakup latar belakang disusunnya rencana. Tujuan yang akan dicapai dan kegiatan yang (4) Menentukan sumber daya Menentukan sumber daya yang dimaksud adalah tenaga, sarana, fasilitas, dana, manajemen serta informasi. b. Pengorganisasian Kebidanan komunitas merupakan bagian kesehatan komunitas. Setiap kegiatan pokok yang diarahkan kepada ibu dan anak dalam kaitan dengan kehamilan dan persalinan, keluarga berencana, serta anak balita merupakan kegiatan



terpadu



di



dalam



kebidanan



komunitas.



Yang



termasuk



pengorganisasian adalah Puskesmas, Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) tempat kebidanan komunitas dilaksanakan di seksi 7 dan 8 (pembinaan kesejahteraan keluarga dan kesehatan, kependudukan dan KB) dengan bidan menjadi anggotanya. Pembinaan Kesejahteraan Keluarga



(PKK) merupakan kegiatan



pembangunan masyarakat yang tumbuh dari bawah dengan wanita sebagai motor penggeraknya. Kelompok dasawisma (kelompok ibu berasal dari sepuluh rumah



yang



bertetangga)



yang



dibentuk



melalui



kegiatan



PKK.



Pengorganisasian berbagai kegiatan yang diperlukan untuk melaksanakan sesuatu rencana sedemikian rupa sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan memuaskan. Hal-hal yang diorganisasikan : 1) Kegiatan yang merupakan pengaturan berbagai kegiatan yang ada ada dalam rencana sedemikian rupa sehingga terbentuk satu kesatuan terpadu, untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 2) Tenaga pelaksana mencakup pengaturan struktur organisasi, susunan personalia serta hak dan wewenang dari setiap tenaga pelaksana, sedemikian rupa sehingga setiap kegiatan ada pennggung jawabnya. 3) Proses pengorganisasian, menyangkut pelaksanaan langkah-langkah yang harus dilakukan sedemikian rupa sehingga semua kegiatan yang akan dilaksanakan serta tenaga pelaksanaan yang dibutuhkan, mendapatkan pengaturan yang sebaiknya-baiknya, serta setiap kegiatan yang akan dilaksanakan tersebut memiliki penanggung jawab pelaksanaannya. c. Pelaksanaan/Actuating



12



Pelaksanaan



atau



actuating



merupakan



setelah



perencanaan



dan



pengorganisasian maka perlu mewujudkan perencanaan tersebut dengan menggunakan organisasi yang terbentuk berarti ini merupakan rencana tersebut dilaksanakan (implementating) atau diaktualisasikan (actuating). Kata lain dari direction (bimbingan) sebagai gerak pelaksanaan. Pelaksanaan atau actuating berfungsi penciptaan kerja sama antara anggota kelompok serta pada pengarahan semangat kerja, tekad dan kemampuan keseluruhan anggota untuk tercapainya tujuan bersama. Pelaksanaan atau actuating merupakan usaha untuk menjadikan keseluruhan anggota untuk ikut bertekad dan berupaya dalam rangka mewujudkan tujuan kelompok. Program dilakukan berdasarkan rencana yang telah ditetapkan dengan menjabarkan program atau kegiatan lebih rinci mencakup waktu, tempat pelaksanaan kegiatan, pengawasan, pengendalian, supervisi, bimbingan, dan konsultasi yang dilaksanakan di dalam pelaksanaan. d. Monitoring dan Evaluasi Register kohort adalah sumber data pelayanan kesehatan yang beirisi informasi kesehatan atau status kesehatan seseorang dan sebagai median informasi pengetahuan untuk klien/paseien. Jenis kohort yakni kohort ibu hamil, ibu nifas, KB, neonatal, bayi dan balita. e. Pencatatan Pencatatan dan pelaporan merupakan dokumentasi yang dapat dijadikan bukti atas pelaksanaan suatu kegiatan atau program. Pencatatan merupakan kegiatan atau proses pendokumentasian suatu aktivitas dalam bentuk tulisan. Bentuk pencatatannya dapat berupa tulisan di atas kertas (terbanyak), disket, dan lain-lain dengan ilustrasi tulisan, grafik, gambar atau suara. Semua kegiatan pokok baik di dalam gedung maupaun diluar gedung puskesmas, puskesmas pembantu, dan bidan didesa harus dicatat. Untuk memudahkan pencatatan dapat formulir standar yang telah ditetapkan dalam Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP). SP2TP adalah kegiatan pencatatan dan pelaporan data umum, sarana, tenaga, dan upaya pelayanan kesehatan dipuskesmas termasuk puskesmas pembantu yang ditetapkan melalui surat Keputusan Menteri Kesehatan RI. f. Pelaporan Pelaporan merupakan catatan yang memberikan informasi tentang kegiatan tertentu dan hasilnya yang disampingkan ke pihak yang berwenang atau berkaitan



13



terhadap kegiatan tersebut. Sesuai dengan keputusan direktur Jenderal Pembinaan Kesehatan



Masyarakat



No.590/BM/DJ/Info/V/96,



Pelaporan



puskesmas



menggunakan tahun kalender yaitu bulan januari-Desember dalam tahun yang sama.



Formulir pelaporan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan



kemampuan atau beban kerja di puskesmas. Setiap diakhir kegiatan harus ada pembuatan laporan. Formulir pelaporan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan atau beban kerja di puskesmas. Setiap diakhir kegiatan harus ada pembuatan laporan. Laporan harus disampaikan keorang/ pihak lain. Proses laporan dilakukan secara tertulis. B. Kewenangan Bidan Dalam Pelayanan Kesehatan Reproduksi Dan Keluarga Berancana (KB) Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2017 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik Bidan menyatakan bahwa : Pasal 18 Dalam penyelenggaraan Praktik Kebidanan, Bidan memiliki kewenangan untuk memberikan: pelayanan kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak, dan. pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana. Pasal 21 Dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana



sebagaimana



dimaksud



dalam



pasal



18,



Bidan



berwenang



memberikan: a. penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana; dan b. pelayanan kontrasepsi oral, kondom, dan suntikan.



Pasal 22 Selain kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18, Bidan memiliki kewenangan memberikan pelayanan berdasarkan: a. penugasan dari pemerintah sesuai kebutuhan; dan/atau b. pelimpahan wewenang melakukan tindakan pelayanan kesehatan secara mandat dari dokter.



14



Pasal 23 (1) Kewenangan memberikan pelayanan berdasarkan penugasan dari pemerintah sesuai kebutuhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf a, terdiri atas: a. kewenangan berdasarkan program pemerintah; dan b. kewenangan karena tidak adanya tenaga kesehatan lain di suatu wilayah tempat Bidan bertugas. (2) Kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh Bidan setelah mendapatkan pelatihan. (3) Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah bersama organisasi profesi terkait berdasarkan modul dan kurikulum yang terstandarisasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (4) Bidan yang telah mengikuti pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berhak memperoleh sertifikat pelatihan. (5) Bidan yang diberi kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mendapatkan penetapan dari kepala dinas kesehatan kabupaten/kota. Pasal 25 (1) Kewenangan berdasarkan program pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) huruf a, meliputi: a. Pemberian pelayanan alat kontrasepsi dalam rahim dan alat kontrasepsi bawah kulit; b. Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit tertentu; c. Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai dengan pedoman yang ditetapkan; d. pemberian imunisasi rutin dan tambahan sesuai program pemerintah; e. Melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu dan anak, anak usia sekolah dan remaja, dan penyehatan lingkungan; f. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah dan anak sekolah; g. Melaksanakan deteksi dini, merujuk, dan memberikan penyuluhan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk pemberian kondom, dan penyakit lainnya;



15



h. Pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) melalui informasi dan edukasi; i. Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas; (2) Kebutuhan dan penyediaan obat, vaksin, dan/atau kebutuhan logistik lainnya dalam pelaksanaan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. C. Aplikasi Manajemen Dan Organisasi Pelayanan Kebidanan Pada Kesehatan Reproduksi 1. Manajemen Program Kesehatan Reproduksi a)



Penetapan Kebijakan dan strategi yang mendukung terlaksananya pelayanan kesehatan reproduksi yang terpadu sesuai kebutuhan klien.



b) Penetapan standar pelayanan yang mengacu pada masing – masing komponen sesuai dengan kebijakan dan strategi program yang ada. c) Perluasan dan pemerataan pelayanan kesehatan reproduksi terpadu. d) Pemantauan dan evaluasi program pelayanan e) Kesehatan reproduksi dengan menggunakan instrument (indikator) pemantauan yang telah disepakati. 2. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja a) Pelayanan kesehatan reproduksi remaja yang bersifat promotif dan preventif terfokus pada pelayanan KIE/konseling, yang memasukkan materi-materi Family Life Education dan Life Skill Education. b) Pelayanan kesehatan reproduksi remaja memperhatikan aspek fisik, termasuk kesehatan dan gizi, agar remaja – khususnya rwemaja putri-dapat dipersiapkan menjadi calon ibu yang sehat. c) Pelayanan kesehatan reproduksi remaja secara khusus bagi remaja bermasalah dengan memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan dan masalahnya, seperti kehamilan diluar nikah, kehamilan remaja, remaja dengan ketergantungan napza, dan lain – lain. 3. Kesehatan Reproduksi Usia Lanjut



16



Pelayanan kesehatan reproduksi usia lanjut lebih ditekankan untuk meningkatkan kualitas hidup pada usia lanjut. Selain upaya promotif dan preventif, pengembangan upaya kesehatan reproduksi usia lanjut juga ditujukan untuk mengatasi masalah yang sering ditemukan pada usia lanjut, misalnya masalah menopause/andropouse dan pencegahan osteoporosis serta penyakit degeneratif lainnya. Pada pelayanan kesehatan reproduksi lainnya diberikan sesuai dengan kebutuhan, misalnya pada kasus keguguran di berikan pelayanan asuhan pasca keguguran untuk mencegah terjadinya perdarahan dan infeksi kemudian diberikan pelayanan KB pasca keguguran. 4. Penerapan Kegiatan Pendukung Kegiatan pendukung meliputi berbagai kegiatan untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan program dan pelayanan kesehatan reproduksi. a) Penanganan masalah sosial Penangan masalah sosial yang berkaitan erat dengan kesehatan reproduksi antara lain: (1) Kesetaraan dan keadilan jender. (2) Kekerasan terhadap perempuan. Kegiatan untuk mengatasi masalah ini dilaksanakan secara lintas program dan lintas sektor, khususnya Kantor Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan. Bentuk kegiatan yang dapat dilakukan oleh sektor kesehatan antara lain: (1) Meningkatkan pemahaman petugas



kesehatan di tiap tingkatan



tentang kesetaraan dan keadilan jender serta berbagai bentuk kekerasan terhadap perempuan dan akibatnya terhadap kesehatan. (2) Meningkatkan ketrampilan pengelola program dalam melakukan analisis jenjed serta mengarus-utamakan jender dalam kebijakan dan program kesehatan. (3) Meningkatkan peran serta laki-laki dalam kesehatan reproduksi. (4) Menangani kasus kekerasan terhadap prerempuan, baik dalam aspek medis, maupun KIE/konseling dalam mengatasi masalah klien untuk mendapatkan pelayanan lainnya. b) Advokasi dan mobilisasi sosial. Kegiatan



advokasi



dan



mobilisasi



sosial



diperlukan



untuk



pemantapan dan perluasan komitmenserta dukungan politis dalam upaya mengatasi masalah kesehatan reproduksi. Instansi pemerintah yang banyak 17



bergerak dalam aspek ini ditingkat nasional yakni BKKBN dan Kantor Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan. Contoh kegiatan advokasi dan mobilisasi sosial antara lain adalah Gerakan Sayang Ibu (GSI). c) Koordinasi lintas sektor. Dalam penanganan masalah kesehatan reproduksi diperlukan koordinasi lintas sektor dan lintas program. Untuk itu di tingkat nasional dicunakan forum Komisi Kesehatan Reproduksi dan forum-forum lain yang bersifat fungsional. d) Pemberdayaan masyarakat. Kegiatan pemberdayaan masyarakat diperlukan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan reproduksi, misalnya pengorganisasian transportasi untuk rujukan ibu hamil/bersalin, arisan peserta KB, tabulin, dsb. e) Pemenuhan kebutuhan logistik. Dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi yang berkualitas diperlukan dukungan sarana dan prasarana yang memadai. f) Peningkatan keterampilan. Dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan reproduksi antara lain diperlukan kegiatan untuk meningkatkan ketrampilan. Kegiatan ini diupayakan agar terlaksana secara terpadu, efektif dan efisien. Bagan 1. Alur Pelayanan Kesehatan Remaja 1



18



Bagan 2. Alur Pelayan Kesehatan Remaja



19



5. Contoh



Manajemen



Pelayanan



Kebidanan



Dengan



Gangguan



Reproduksi MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “S” DENGAN POST OPERASI MIOMA UTERI DI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR TGL 23 JUNI 2010 No Register : 56745 No.MR : 199783 Tgl.MRS : 17 Juni 2010 jam 13.15 Wita Tgl.Operasi : 23 Juni 2010 jam 10.40 Wita Pendokumentasian :



20



A. Data Subjektif (S) 1. Ibu sudah miring ke kiri dan ke kanan 2. Ibu mengatakan nyeri bekas operasi berkurang 3. Ibu mengatakan belum BAB B. Data Objektif (O) 1. Keadaan umum baik 2. Ekspresi wajah cerah 3. Luka operasi mulai kering 4. Nyeri tekan sudah berkurang 5. Masih ada pengeluaran bercak darah 6. Kateter sudah di aff dan BAK sudah lancar 7. Tanda – Tanda Vital TD : 120 / 80 mmHg N : 80 x/i S : 36,7°C P : 22 x/i C. Assesment (A) Post operasi mioma uteri hari ketiga, nyeri luka operasi, potensial terjadi infeksi luka operasi. D. Planning (P) Tanggal 26 Juni 2010 jam 10.00 Wita 1. Memberikan motivasi pada klien untuk memenuhi sendiri kebutuhannya. 2. Memberi penjelasan tentang pentingnya pergerakan (mobilisasi dini) dalam proses penyembuhan. 3. Mengobservasi Tanda-Tanda Vital TD : 120/80 mmHg P : 20x/menit N : 80 x/ menit S : 36,5°C 4. Mengganti perban luka operasi dan ibu bersedia untuk digantikan perban lukanya. 5. Menghentikan pemberian cairan melalui infuse sesuai dengan instruksi dokter dan infuse telah di aff.



21



6. Memberi dukungan moril kepada ibu bahwa perlahan ibu mulai pulih dan merasa senang serta berterima kasih. 7. Penatalaksanaan pemberian obat-obatan seluruhnya diganti oral yaitu Asam Mefenamat 500 gram, Asam Sulfatferosus (SF) 1x1, Cefadroxil 2x1, Metronidazole 3x1, Dulcolax sp II. Analisa Kasus: Studi kasus pada pelaksanaan Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ny“S” dengan Post Operasi Mioma di RSUD Labuang Baji Makassar Tanggal 23 s/d 27 Juni 2010. Untuk menguraikan keterkaitan antara teori dan praktek, maka digunakan pendekatan manajemen asuhan kebidanan yang terdiri atas 7 langkah yaitu pengkajian/ analisa data dasar, merumuskan diagnosa/masalah aktual, merumuskan diagnosa/ masalah potensial, melaksanakan tindakan segera/ kolaborasi, rencana tindakan, pelaksanaan tindakan dan evaluasi, serta dilakukan pendokumentasian hasil asuhan kebidanan dalam bentuk SOAP. a) Langkah I: Identifikasi Data Dasar Identifikasi



data



dasar



merupakan proses



manajemen asuhan



kebidanan yang ditunjukkan untuk pengumpulan informasi mengenai baik fisik,



psikososial, dan spiritual.



Pengumpulan data



dilakukan melalui



anamnesis, pemeriksaan fisik dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi, serta pemeriksaan penunjang yaitu laboratorium dan pemeriksaan diagnostik. Pada tahap ini penulis tidak menemukan kesenjangan. Hal ini disebabkan karena respon ibu dalam memberikan informasi sangat baik begitu juga dengan keluarga, bidan dan dokter yang merawat sehingga penulis dengan mudah memperoleh data yang diinginkan. Data diperoleh secara terfokus sehingga intervensinya juga terfokus sesuai data klien. Menurut teori yang ada bahwa mioma uteri ukurannya >5 cm harus diangkat melalui suatu pembedahan. Operasi pembedahan ini akan menyebabkan pada daerah luka operasi adalah akibat dari operasi pengangkatan mioma uteri yang dialami klien pada tanggal 23 Juni 2010,



22



sehingga apa yang dijelaskan di tinjauan pustaka dengan studi kasus tampaknya ada persamaan antara tinjauan pustaka dan studi kasus. b) Langkah II: Identifikasi Diagnosa/Masalah Aktual Dalam pengkajian dan masalah kebidanan dilakukan berdasarkan pendekatan manajemen asuhan kebidanan yang didukung dan ditinjau dalam beberapa data, baik secara subjektif maupun secara objektif yang diperoleh dari hasil pengkajian yang telah dilakukan dan berdasarkan tinjauan pustaka adalah: a. Dengan adanya perdarahan menyebabkan konsentrasi haemoglobin dan eritrosit menurun sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup untuk membawa ke jaringan perifer dan hipotalamus yang menyebabkan pusing, konjungtiva dan bibir tampak pucat. b. Adanya luka operasi menyebabkan terputusnya kontinuitas jaringan sehingga rangsangan pada saraf meningkat, implus nyeri disebarkan ke korteks cerebri dan nyeri dipersepsikan. c. Kurangnya pengetahuan tentang keadaannya menyebabkan timbulnya rasa takut yang merangsang hipotalamus untuk menghasilkan hormon adrenalin serta



kurangnya



pengetahuan



dan



informasi



dapat



mempengaruhi mekanisme koping klien dalam menghadapi kondisinya sehingga cemas dipersepsikan. Sehingga yang diidentifikasikan pada klien Ny “S” adalah post operasi mioma uteri adalah nyeri pada luka operasi dan kecemasan. Dengan demikian penerapan tinjauan pustaka dan tinjauan studi kasus Ny “S” secara garis besar tampak ada persamaan dalam diagnosa aktual yang ditegakkan sehingga memperlihatkan tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek. c) Langkah III. Merumuskan Diagnosa/ Masalah Potensial Berdasarkan tinjauan pustaka manajemen asuhan kebidanan adalah mengidentifikasi masalah potensial yaitu mengantisipasi jika memungkinkan dan



mempersiapkan



sesuatu yang



mungkin terjadi.



Sesuai



dengan



23



tinjauan



pustaka bahwa nyeri daerah luka operasi memungkinkan dapat



terjadi infeksi apabila tidak tertangani dengan baik. Berdasarkan data yang ada pada studi kasus Ny “S” dapat diidentifikasi masalah potensial yaitu masalah terjadi infeksi. Dengan demikian penerapan tinjauan pustaka dan manajemen asuhan kebidanan pada studi kasus Ny “S” tampak ada kesamaan. d) Langkah IV. Melaksanakan Tindakan Segera dan Kolaborasi Berdasarkan data yang memberikan indikasi adanya tindakan segera dimana harus menyelamatkan jiwa klien, berupa kolaborasi dengan tenaga kesehatan yang lebih professional dengan keadaan yang dialami oleh klien ataupun konsultasi dengan dokter. Berdasarkan tinjauan pustaka pada post operasi mioma uteri tindakan segera dilakukan apabila ada perdarahan post operasi, tetapi pada studi kasus Ny



“S”



dengan



post



operasi mioma uteri ,tidak ditemukan indikasi untuk melakukan tindakan segera



atau



kolaborasi,



mengingat



keadaan



ibu



tidak mengalami



perdarahan. Dengan demikian ada kesamaan antara tinjauan pustaka dan studi kasus manajemen asuhan kebidanan Ny “S”. e) Langkah V. Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan Pada manajemen asuhan kebidanan suatu rencana tindakan yang komprehensif dilakukan atas indikasi yang timbul berdasarkan kondisi klien serta hubungannya dengan masalah yang dialami klien dan juga meliputi antisipasi dengan penyuluhan terhadap klien, rencana



tindakan



harus disetujui klien dan semua tindakan yang diambil harus berdasarkan rasional yang relevan dan diakui kebenarannya.Pada Ny “S” dengan post operasi mioma uteri, penulis merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa / masalah aktual dan masalah potensial yaitu observasi tanda-tanda vital, anjurkan ibu istirahat yang cukup. Anjurkan ibu makan makanan yang bergizi, anjurkan ibu untuk mobilisasi dini, beri penjelasan tentang personal hygiene yaitu mengganti pembalut dan pakaian bila basah / kotor, jelaskan penyebab nyeri, observasi keadaan luka, observasi pemberian perinfus, observasi kandungan kemih,



24



dan



penatalaksanaan pemberian antibiotik, analgetik, dan vitamin. Dari



rencana asuhan kebidanan yang telah diberikan pada kasus ini ada kesesuaian antara teori dengan kasus yang ada. f) Langkah VI. Melaksanakan Tindakan Asuhan Kebidanan Berdasarkan



tinjuan



manajemen



asuhan



kebidanan



bahwa



bahwa



melaksanakan rencana tindakan harus efisien dan menjamin rasa aman pada klien. Implementasi dapat dikerjakan seluruhnya oleh bidan ataupun sebagian dilaksanakan klien serta kerjasama dengan tim kesehatan lainnya sesuai dengan tindakan yang telah direncanakan. Pada studi kasus Ny “S” dengan post operasi mioma uteri, semua tindakan yang direncanakan dapat dilaksanakan seluruhnya dengan baik tanpa hambatan karena adanya kerjasama dan penerimaaan yang baik dari klien serta adanya dukungan dari keluarga dan petugas kesehatan di ruang nifas/perawatan ginekologi RSUD labuang baji Makassar. g) Langkah VII. Evaluasi Asuhan Kebidanan Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses manajemen asuhan kebidanan dalam mengevaluasi



pencapaian



tujuan,



kriteria



yang



ditentukan, memutuskan apakah tujuan telah dicapai atau tidak dengan tindakan yang sudah diimplementasikan. Evaluasi yang berhasil dilakukan sebelum dan sesudah meliputi : luka insisis/operasi kering , nyeri pada daerah bekas operasi berkurang, tanda-tanda vital dalam batas normal, dan tanda-tanda infeksi tidak ditemukan seperti merah, bengkak, nyeri, dan panas. Berdasarkan studi kasus Ny “S” dengan post operasi mioma uteri tidak ditemukan hal-hal yang menyimpang dari evaluasi tinjauan pustaka. Oleh karena itu bila dibandingkan dengan tinjauan pustaka dan studi kasus Ny “S” secara garis besar ada persamaan.



D. Aplikasi Manajemen Dan Organisasi Pelayanan Kebidanan Pada Keluarga Berencana



25



1.



Pengertian Pelayanan



KB



memasukkan



unsur



pelayanan



pencegahan



dan



penanggulangan PMS, HIV/AIDS. Pelayanan KB difokuskan selain kepada sasaran muda-usia paritas-rendah (mupar) yang lebih mengarah kepada kepentingan pengendalian populasi; juga diarahkan untuk sasaran dengan “4 terlalu” (terlalu muda,terlalu banyak, terlalu serinh dan terlalu tua untuk hamil). Bagan 3. Alur Pelayanan KB



2.



Contoh Kasus Manajemen Asuhan Kebidanan Dalam Pelayanan KB



MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA PADA NY”N”AKSEPTOR SUNTIKAN DEPOPROGESTIN DENGAN EFEK SAMPING DI PUSKESMAS PLUS BARA-BARAYA MAKASSAR TANGGAL 16 AGUSTUS 2012



26



Identitas ibu/suami Nama



: Ny.”N” / Tn.”I”



Umur



: 21 Tahun / 1 Tahun



Nikah / Lamanya



: 1 Kali / 1 Tahun



Suku



: Makassar / Makasssar



Agama



: Islam / Islam



Pendidikan : SMP / SMP Pekerjaan



: IRT / Buruh Harian



Alamat



: Jl. Abubakar Lambogo III



A. Subjektif (S) 1. Ibu mengatakan menjadi akseptor suntikan sejak tanggal 23 Mei 2012 2. Ibu mengeluh tidak pernah haid selama ber KB. 3. Ibu mengatakan tidak ada perubahan pada kebutuhan sex. 4. Ibu dan suaminya bersama dalam mengambil keputusan untuk berKB. B. Data Objektif (O) 1. Keadaan umum baik 2. Tanda-tanda vital : a) Tekanan darah : 120/80 mmHg b) Nadi : 80 x /menit c) Suhu badan : 36,5°C d) Pernapasan : 20 x /menit



e) Kepala Inspeksi: Keadaan rambut bersih, tidak ada ketombe Palpasi: Tidak ada benjolan dan nyeri tekan pada kepala. f) Wajah Inspeksi: Tidak ada oedema, cloasma tidak ada. g) Gigi dan mulut Inspeksi: Gigi dan mulut nampak bersih, tidak ada caries h) Leher Palpasi: Tidak ada pembesaran kelenjar limfe. tyroid dan vena jugularis.



27



i) Payudara Inspeksi: Simetris kiri kanan, puting susu terbentuk, j) Abdomen Inspeksi: Tidak ada bekas operasi Palpasi: Tidak ada nyeri tekan. k) Ekstrimitas bawah. Inspeksi: Simetris kiri dan kanan, tidak ada varices pada tungkai Palpasi: Tidak ada oedema. 3.



Pada kartu akseptor ibu, tercantum bahwa ibu memakai suntikan Depo Progestin 150 mg.



C. Assesment (A) Akseptor KB suntikan Depo Progestin dengan efek samping yang dialami yaitu masalah amenorhea. D. Planning (P) Tanggal 16 Agustus 2012 Jam 11.00 Wita 1. Menyambut ibu dengan senyum, salam dan sapa 2. Memberitahu ibu akan tindakan yang dilakukan kepadanya dan ibu mengerti semua tindakan yang diberikan kepadanya. 3. Memberikan penjelasan pada ibu tentang : Cara kerja, keuntungan dan kerugian dari suntikan Depo Progestin 150 mg dan Ibu sudah mengerti dengan penjelasan yang diberikan. 4. Menganjurkan pada ibu untuk datang kembali jika terdapat masalah yang sehubungan dengan pemberian alat kontrasepsi dan Ibu bersedia datang kembali bila ada masalah berhubungan dengan kontrasepsi. 5. Melakukan informed consent sebelum menyuntik dan Ibu sudah setuju disuntik. 6. Memberikan suntikan KB Depo Progestin 150 mg secara IM pada daerah bokong ibu 1/3 SIAS (Spina Illiaca Anterior Superior) dan Ibu sudah mengerti dan tidak melakukan massase pada daerah tempat penyuntikan.



28



7. Mengingatkan pada ibu untuk kembali pada jadwal yang telah ditentukan untuk mendapatkan suntikan ulang yaitu pada tanggal 09 November 2012 dan Ibu tetap bersedia datang sesuai jadwal yang telah ditentukan. Analisa Kasus Penulis membahas tentang kesenjangan antara teori dan



hasil studi



pelaksanaan dan penerapan asuhan kebidanan keuarga berencana pada Ny.”N” akseptor suntikan Depo Progestin dengan efek samping di Puskesmas Plus BaraBaraya Makassar tanggal 16 Agustus 2012. Dalam penerapan asuhan kebidanan secara teoritis yang dimulai dari pengkajian data, merumuskan diagnosa/masalah aktual dan potensial, tindakan segera/kolaborasi, perencanaan, pelaksanaan, serta evaluasi asuhan kebidanan yang terjadi pada kasus Ny.”N”. A. Langkah I. Identifikasi Data Dasar Teori menjelaskan bahwa identifikasi data dasar merupakan tahap awal dari proses manajemen kebidanan yang kegiatannya ditujukan untuk mengumpulkan informasi mengenai akseptor. Informasi tersebut harus saling



berkaitan dan



menggambarkan masalah kesehatan yang dialami oleh akseptor yang meliputi biopsikososial dan spiritual. Berdasarkan pengkajian asuhan kebidanan pada Ny”N” langkah I identifikasi data dasar ditemukan maka diperoleh keadaan klien baik, klien ingin melanjutkan suntikannya, klien mengatakan tidak pernah haid selama ber-KB dan sudah ke 2X melakukan suntikan yang sama. Ini dapat dilihat dan respon dan sikap akseptor yang terbuka untuk memberikan informasi yang diperlukan yang berhubungan dengan keadaan ibu. B. Langkah II. Identifikasi Diagnosa/Masalah Aktual Manajemen kebidanan berdasarkan pendekatan asuhan kebidanan yang di dukung dan ditunjang oleh beberapa data baik data subjektif yang diperoleh dari hasil pengkajian yang didapatkan pada pengkajian Ny”N” maka penulis merumuskan diagnose masalah aktual: Akseptor KB Suntik tiga bulan dengan efek samping Amenorhea. Masalah/ diagnose Amenorhea ditegakkan berdasarkan Ny”N”



29



menjadi akseptor suntikan depo progestin dan mengeluh tidak haid sejak 3 bulan yang lalu dan sudah mendapakan suntikan yang ke 2X. Secara teori Amenorhea merupakan salah satu efek samping dari suntikan depo progestin. Amenorhea yaitu tidak datang haid setiap bulan selama menggunkan suntikan depo progestin kecuali pada pemakaian suntikan cyclofem. Pada tahap ini penulis menemukan adanya persamaan antara teori dan kenyataan yang ada. C. Langkah III. Identifikasi Masalah Potensial Dalam merumuskan diagnosa / masalah potensial dengan manajemen asuhan kebidanan adalah pengambilan keputusan untuk mempersiapkan segala sesuatu yang mungkin terjadi dan membahayakan klien. Berdasarkan data yang ditemukan dari hasil pengkajian tidak ada data yang mendukung untuk terjadinya masalah potensial. D. Langkah IV. Tindakan Segera/Kolaborasi Berdasarkan data yang ditemukan dari hasil pengkajian tidak ada data yang mendukung untuk melakukan tindakan segera dan kolaborasi. E. Langkah V. Rencana Tindakan Dalam membuat rencana tindakan dibuat berdasarkan tujuan dan kriteria yang akan dicapai. Adapun rencana tindakan yang akan dilakukan pada Ny”N” dengan efek samping Amenorhea menunjukkan kesamaan antara tinjauan pustaka dan studi kasus dimana rencana ditegakkan berdasarkan diagnosa dan memberi konseling tentang efek samping dari suntikan depoprogestin. Pada kasus Ny ”N” tujuan yang ingin dicapai yaitu untuk tetap menjadi akseptor KB dan kriteria yaitu keadaan umum ibu baik, ibu mendapat suntikan KB secara teratur, dan ibu datang pada kunjungan berikutnya dengan jadwal yang telah ditentukan. Rencana tindakan yaitu: Sambut ibu dengan senyum,sapa, dan salam (3S) rasionalnya: Dengan senyum, dan salam, pada ibu, dapat menjalin



hubungan



baik antara petugas dengan ibu. Memberi konseling pada ibu tentang cara kerja dan timbulnya efek samping kontrasepsi suntikan, rasionalnya: ibu dapat mengetahui cara kerja dan efek samping yang ditimbulkan oleh kontrasepsi



30



suntikan depoprogestin. Beritahu ibu setiap akan melaksanakan tindakan yang akan diberikan kepadanya, rasionalnya: agar klien dapat kooperatif dalam setiap pelaksanaan tindakan. Pada kasus Ny”N” dapat juga dilakukan rencana tindakan yaitu: menganjurkan kepada ibu bahwa setelah disuntik bekas suntikan jangan di massase, rasionalnya: agar klien mendapat pertolongan secara dini dan tepat. Menganjurkan ibu untuk datang kapan saja jika ada masalah atau gangguan kesehatan sehubungan dengan alat kontrasepsinya, melakukan informed consent, dan memberikan suntikan depoprogestin secara IM serta menganjurkan ibu datang ulung pada jadwal yang ditentukan, rasionalnya: agar klien mendapat pertolongan secara dini dan tepat, agar ibu setuju untuk disuntik dan kebutuhan klien terpenuhi dalam kesinambungan pelayanan keluarga berencana. F. Langkah VI. Implementasi Tindakan Asuhan Kebidanan Tindakan asuhan kebidanan berdasarkan dengan perencanaan asuhan kebidanan yang telah dibuat dilaksanakan seluruhnya dengan baik di puskesmas plus bara-baraya makassar 2012. Sehingga penulis tidak menemukan hambatan yang berarti karena adanya kerja sama dan penerimaan yang baik dari ibu dan keluarga serta dukungan, bimbingan dan arahan pembimbing dari lahan praktek. Pada kasus Ny ”N” dilakukan implementasi tindakan yaitu: 1. Menyambut ibu dengan senyum, salam dan sapa (3S) 2. Memberitahu ibu akan tindakan yang dilakukan kepadanya. 3. Memberi penjelasan tentang : a. Cara kerja, keuntungan dan kerugian Depo Progestin 150 mg. 1) Cara kerja (a) Mencegah ovulasi (b) Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma. (c) Menjadikan selaput lendir rahin tipis dan atrofi (d) Menghambat transpor gamet oleh tuba. 2) Keuntungan (a) Sangat efektif.



31



(b) Pencegahan kehamilan jangka panjang. (c) Tidak berpengaruh terhadap hubungan suami istri. (d) Tidak berpengaruh terhadap ASI. (e) Tidak perlu menyimpan obat. (f) Sedikit efek samping. 3) Kerugian (a) Gangguan pola haid. (b) Berat badan yang bertambah. (c) Sakit kepala. (d) Pada sistem kardio-vaskuler efeknya sangat sedikit, mungkin ada peninggian dari kadar insulin dan penurunan HDL-Kolesterol sehingga dapat terjadi aterosclerosis yang tinggi dalam darah sehingga menyebabkan metabolisme dalam darah dapat terganggu. (e) Menimbulkan rasa sakit akibat penyuntikan. (f) Keputihan. 4. Menganjurkan pada ibu agar bekas suntikan tidak di massase. 5. Menganjurkan pada ibu untuk datang kembali jika terdapat masalah yang sehubungan dengan pemakaian alat kontrasepsinya agar ibu dapat memperoleh pertolongan secara dini dan tepat. 6. Melakukan informed consent sebelum menyuntik dan ibu sudah setuju disuntik. 7. Memberikan suntikan KB Depo Progestin 150 mg secara IM pada daerah bokong ibu 1/3 SIAS (Spina Illiaca Anterior Superior). 8. Menganjurkan pada ibu untuk kembali pada jadwal yang telah ditentukan untuk mendapat suntikan ulang, yaitu pada tanggal 09 November 2012. G. Langkah VII. Evaluasi Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses manajemen asuhan kebidanan yaitu, penilaian terhadap tingkat keberhasilan asuhan yang diberikan kepada klien dengan pedoman dan tujuan dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Pada kasus Ny “N” dilakukan evaluasi yaitu: 1. Ibu mengerti dengan semua penjelasan yang diberikan kepadanya. 32



2. Ibu mengarti efek samping dari suntikan depo progestin 3. Ibu masih ingin menjadi akseptor KB suntikan depo progestin 150 mg. 4. Ibu masih ingin menjadi akseptor suntikan depo progestin 150 mg dan



bersedia datang pada tanggal 09 November 2012 untuk mendapatkan suntikan ulang.



BAB III PENUTUP



33



A. Kesimpulan Manajemen adalah ilmu atau seni bagaimana sumber daya secara efisien, efektif dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Organisasi berasal dari kata organon dalam bahasa Yunani yang berarti alat. Organisasi adalah sekumpulan orang-orang yang diarahkan untuk mencapai tujuan spesifik. Manajemen berasal dari kata manage atau managiare (romawi kuno) berarti melatih dalam melangkahkan kaki. Organisasi pelayanan kesehatan merupakan suatu organisasi yang aktivitas pokoknya melakukan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan salah satu tujuan yang ingin dicapai adalah memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu atau berkualitas. Bidan merupakan tenaga kesehatan yang memegang peranan penting dalam pelayanan maternal dan perinatal, sehingga bidan dituntut untuk memiliki keterampilan yang lebih baik disertai dengan kemampuan untuk menjalin kerjasama dengan pihak yang terkait dalam persoalan kesehatan reproduksi di komunitas masyarakat. Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan bidan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampilan dalam rangkaian tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien. Penerapan manajemen kebidanan melalui proses yang secara berurutan yaitu identifikasi masalah, analisis dan perumusan masalah, rencana dan tindakan pelaksanaan serta evaluasi hasil tindakan. Manajemen kebidanan juga digunakan oleh bidan dalam menangani kesehatan ibu, anak dan KB di komunitas, serta penerapan manajemen kebidanan di komunitas. B. Saran Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang manajemen dan organisasi pelayanan sehingga dapat mengaplikasikannya di komunitas. DAFTAR PUSTAKA



Everett, Suzanna. 2007. Buku Saku Kontrasepsi &



Kesehatan Seksual



Reproduktif. Jakarta: EGC. Glasier, Anna. 2005. Keluarga Berencana & Kesehatan Reproduksi. Cet I. Jakarta: EGC. 34



Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Sinar Harapan. Handayani, Sri. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka Rihama. Manuaba, I.B.G. 2003. Penuntun kepaniteraan klinik obstetri dan ginekologi. Ed. 2. Jakarta: EGC. Manuaba, C. 2010. Ilmu Kandungan, Penyakit Kandungan, dan KB, Ed 2. Jakarta: EGC. Mochtar R, 1998. Sinopsis Obstetri Operatif, Obstetri Sosial, Jilid 2, Ed 2, Jakarta: EGC Proverawati, Artika. 2010. Panduan Memilih Kontrasepsi. Yogyakarta: Nuha Medika. Saifuddin A.B. 2006 Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Ed. 2 Jakarta: . Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Simatupang E.J. 2006. Manajemen pelayanan Kebidanan. Jakarta: EGC. Uliyah, Mar’atul. 2010. Panduan Aman dan Sehat Memilih alat KB. Yogyakarta: Pustaka Insane Madani Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Cet I. Jakarta: EGC Wiknjosastro, Hanifa, Dkk. 2005. Ilmu Kebidanan, Cet IX. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Wulansari P, dkk. 2006. Ragam Metode Kontrsepsi. Jakarta: EGC.



35