Manajemen Peserta Didik [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH MANAJEMEN PENDIDIKAN



MANAJEMEN PESERTA DIDIK



Dosen Pengampu: Meilina Bustari, M.Pd.



Disusun oleh: Kelompok 3



Irma



19201241001



Isna Rahmadani



19201241004



Alifiana Nurul Fadhilah



19201241023



Deyla Octa Prasasti



19201244046



PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYKARTA 2019



KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat-Nya kami akhirnya bisa menyelesaikan makalah Manajemen Pendidikan tentang Manajemen Peserta Didik sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Rasa terima kasih, penulis ucapkan kepada Ibu Meilina Bustari, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Manajemen Pendidikan yang telah memberikan banyak masukan serta saran yang sangat bermanfaat dalam proses penyelesaian makalah ini. Kami berharap agar makalah ini bisa bermanfaat untuk menambah pengetahuan rekan-rekan mahasiswa pada khususnya dan para pembaca umumnya tentang Manajemen Peserta Didik yang merupakan salah satu bagian dari mata kuliah Manajemen Pendidikan. Mudah-mudahan makalah sederhana yang telah



kami susun ini bisa dipahami oleh para



pembaca. Sebelumnya kami meminta maaf apabila terdapat kesalahan kata atau kalimat yang kurang berkenan. Serta tak lupa kami juga berharap adanya masukan serta kritik yang membangun dari para pembaca agar kedepannya kami bisa membuat makalah yang lebih baik lagi.



Yogyakara, 27 September 2019 Penulis



DAFTAR ISI Halaman Judul ............................................................................................................................... i Kata Pengantar ............................................................................................................................. ii Daftar Isi ....................................................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................. A. Latar Belakang ......................................................................................................................... B. Tujuan....................................................................................................................................... BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................................. A. Konsep Dasar Manajemen Peserta Didik ................................................................................. B. Pencatatan Peserta Didik .......................................................................................................... C. Mutasi dan Promosi Peserta Didik ........................................................................................... D. Layanan Khusus ....................................................................................................................... BAB III PENUTUP .......................................................................................................................... A. Kesimpulan............................................................................................................................... B. Saran ......................................................................................................................................... Daftar Pustaka



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses manajemen peserta didik (siswa) adalah seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja serta dilakukan pembinaan secara kontinu terhadap seluruh pegawai (dalam lembaga pendidikan yang bersangkutan) agar dapat melaksanakan proses belajar mengajar (PBM) secara efektif dan efisien pada siswa, demi tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Secara kronologis operasional, rentangan kegiatannya mulai dari penerimaan peserta didik baru sampai mereka meninggalkan sekolahnya (eksit), karena telah tamat, meninggal dunia, putus sekolah atau karena sebab-sebab lain sehingga ia terdaftar lagi sebagai peserta didik sekolah tersebut. Dalam dunia pendidikan, guru sangat berperan dalam pengolahan data atau manajeman kesiswaan. Siswa merupakan salah satu sub-sistem yang penting dalam sistem pengelolaan pendidikan di sekolah. Manajeman kesiswaan dilakukan agar transformasi siswa menjadi lulusan yang dikehendaki oleh tujuan pendidikan yang telah ditetapkan, dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Manajemen kesiswaan merupakan proses pengurusan segala hal yang berkaitan dengan siswa di suatu sekolah mulai dari perencanaan penerimaan siswa, pembinaan selama siswa berada di sekolah, sampai dengan siswa menamatkan pendidikannya melalui penciptaan suasana yang kondusif terhadap berlangsungnya proses belajar-mengajar yang efektif. Dari sinilah betapa pentingnya manajemen kesiswaan bagi sekolah khususnya sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah tas. B. Tujuan 1. Mengetahui konsep dasar manajemen peserta didik 2. Mengetahui pencatatan data peserta didik 3. Mengetahui administrasi dan mutasi peserta didik 4. Mengetahui pengelolaan layanan khusus



BAB II PEMBAHASAN A. Konsep Dasar Manajemen Peserta Didik a. Pengertian Manajemen Peserta Didik Manajemen peserta didik dapat diartikan sebagai usaha pengaturan terhadap peserta didik mulai dari peserta didik tersebut masuk sekolah sampai dengan mereka lulus sekolah. Knezevich (1961) mengartikan manajemen peserta didik atau pupil personnel administration sebagai suatu layanan yang memusatkan perhatian pada pengaturan, pengawasan dan layanan siswa di kelas dan di luar kelas seperti: pengenalan, pendaftaran, layanan individual seperti pengembangan keseluruhan kemampuan, minat, kebutuhan sampai ia matang di sekolah.



Secara sosiologis, peserta didik mempunyai kesamaan-kesamaan. Adanya kesamaan-kesamaan yang dipunyai anak inilah yang melahirkan kensekuensi kesamaan hak-hak yang mereka punyai. Kesamaan hak-hak yang dimiliki oleh anak itulah, yang kemudian melahirkan layanan pendidikan yang sama melalui sistem persekolahan (schooling). Dalam sistem demikian, layanan yang diberikan diaksentuasikan kepada kesamaan-kesamaan yang dipunyai oleh anak. Pendidikan melalui sistem schooling dalam realitasnya memang lebih bersifat massal ketimbang bersifat individual.



Layanan yang lebih diaksentuasikan kepada kesamaan anak yang bersifat massal ini, kemudian digugat. Gugatan demikian, berkaitan erat dengan pandangan psikologis mengenai anak. Bahwa setiap individu pada hakekatnya adalah berbeda. Oleh karena berbeda, maka mereka membutuhkan layanan-layanan pendidikan yang berbeda. Layanan atas kesamaan yang dilakukan oleh sistem schooling tersebut dipertanyakan, dan sebagai responsinya kemudian diselipkan layanan-layanan yang berbeda pada sistem schooling tersebut. Adanya dua tuntutan pelayanan terhadap siswa,– yakni aksentuasi pada layanan kesamaan dan perbedaan anak–, melahirkan pemikiran pentingnya manajemen peserta didik untuk mengatur bagaimana agar tuntutan dua macam layanan tersebut dapat dipenuhi di sekolah. Baik layanan yang teraksentuasi pada kesamaan maupun pada perbedaan peserta didik, sama-sama diarahkan agar peserta didik berkembang seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuannya.



b. Tujuan dan Fungsi Manajemen Peserta Didik Tujuan umum manajemen peserta didik adalah: mengatur kegiatan-kegiatan peserta didik agar kegiatan-kegiatan tersebut menunjang proses belajar mengajar di sekolah; lebih lanjut, proses belajar mengajar di sekolah dapat berjalan lancar, tertib dan teratur sehingga dapat memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan sekolah dan tujuan pendidikan secara keseluruhan.



Tujuan khusus manajemen peserta didik adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan psikomotor peserta didik. 2. Menyalurkan dan mengembangkan kemampuan umum (kecerdasan), bakat dan minat peserta didik. 3. Menyalurkan aspirasi, harapan dan memenuhi kebutuhan peserta didik. 4. Dengan terpenuhinya 1, 2, dan 3 di atas diharapkan peserta didik dapat mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang lebih lanjut dapat belajar dengan baik dan tercapai cita-cita mereka.



Fungsi manajemen peserta didik secara umum adalah: sebagai wahana bagi peserta didik untuk mengembangkan diri seoptimal mungkin, baik yang berkenaan dengan segi-segi individualitasnya, segi sosialnya, segi aspirasinya, segi kebutuhannya dan segi-segi potensi peserta didik lainnya.



Fungsi manajemen peserta didik secara khusus dirumuskan sebagai berikut: 1. Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan individualitas peserta didik, ialah agar mereka dapat mengembangkan potensi-potensi individualitasnya tanpa banyak terhambat.



Potensi-potensi



bawaan



tersebut



meliputi:



kemampuan



umum



(kecerdasan), kemampuan khusus (bakat), dan kemampuan lainnya. 2. Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan fungsi sosial peserta didik ialah agar peserta didik dapat mengadakan sosialisasi dengan sebayanya, dengan orang tua dan keluarganya, dengan



lingkungan sosial



sekolahnya dan lingkungan sosial



masyarakatnya. Fungsi ini berkaitan dengan hakekat peserta didik sebagai makhluk sosial. 3. Fungsi yang berkenaan dengan penyaluran aspirasi dan harapan peserta didik, ialah agar peserta didik tersalur hobi, kesenangan dan minatnya. Hobi, kesenangan dan minat peserta didik demikian patut disalurkan, oleh karena ia juga dapat menunjang terhadap perkembangan diri peserta didik secara keseluruhan. 4. Fungsi yang berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraan peserta didik ialah agar peserta didik sejahtera dalam hidupnya. Kesejahteraan demikian sangat penting karena dengan demikian ia akan juga turut memikirkan kesejahteraan sebayanya.



c. Prinsip-Prinsip Manajemen Peserta Didik Yang dimaksudkan dengan prinsip adalah sesuatu yang harus dipedomani dalam melaksanakan tugas. Jika sesuatu tersebut sudah tidak dipedomani lagi, maka akan tanggal sebagai suatu prinsip. Prinsip manajemen peserta didik mengandung arti bahwa dalam rangka memanaj peserta didik, prinsip-prinsip yang disebutkan di bawah ini haruslah selalu dipegang dan dipedomani. Adapun prinsip-prinsip manajemen peserta didik tersebut adalah sebagai berikut: 1. Manajemen peserta didik dipandang sebagai bagian dari keseluruhan manajemen sekolah. Oleh karena itu, ia harus mempunyai tujuan yang sama dan atau mendukung terhadap tujuan manajemen secara keseluruhan. Ambisi sektoral manajemen peserta didik tetap ditempatkan dalam kerangka manajemen sekolah. Ia tidak boleh ditempatkan di luar sistem manajemen sekolah. 2. Segala bentuk kegiatan manajemen peserta didik haruslah mengemban misi pendidikan dan dalam rangka mendidik para peserta didik. Segala bentuk kegiatan, baik itu ringan, berat, disukai atau tidak disukai oleh peserta didik, haruslah diarahkan untuk mendidik peserta didik dan bukan untuk yang lainnya. 3. Kegiatan-kegiatan



manajemen



peserta



didik



haruslah



diupayakan



untuk



mempersatukan peserta didik yang mempunyai aneka ragam latar belakang dan punya banyak perbedaan. Perbedaan-perbedaan yang ada pada peserta didik, tidak diarahkan bagi munculnya konflik di antara mereka melainkan justru mempersatukan dan saling memahami dan menghargai.



4. Kegiatan manajemen peserta didik haruslah dipandang sebagai upaya pengaturan terhadap pembimbingan peserta didik. Oleh karena membimbing, haruslah terdapat ketersediaan dari pihak yang dibimbing. Ialah peserta didik sendiri. Tidak mungkin pembimbingan demikian akan terlaksana dengan baik manakala terdapat keengganan dari peserta didik sendiri. 5. Kegiatan manajemen peserta didik haruslah mendorong dan memacu kemandirian peserta didik. Prinsip kemandirian demikian akan bermanfaat bagi peserta didik tidak hanya ketika di sekolah, melainkan juga ketika sudah terjun ke masyarakat. Ini mengandung arti bahwa ketergantungan peserta didik haruslah sedikit demi sedikit dihilangkan melalui kegiatan-kegiatan manajemen peserta didik. 6. Apa yang diberikan kepada peserta didik dan yang selalu diupayakan oleh kegiatan manajemen peserta didik haruslah fungsional bagi kehidupan peserta didik baik di sekolah lebih-lebih di masa depan.



d. Pendekatan Manajemen Peserta Didik Ada dua pendekatan yang digunakan dalam manajemen peserta didik (Yeager, 1994). Pertama, pendekatan kuantitatif (the quantitative approach). Pendekatan ini lebih menitik beratkan pada segi-segi administratif dan birokratik lembaga pendidikan. Dalam pendekatan demikian, peserta didik diharapkan banyak memenuhi tuntutan-tuntutan dan harapan-harapan lembaga pendidikan di tempat peserta didik tersebut berada. Asumsi pendekatan ini adalah, bahwa peserta didik akan dapat matang dan mencapai keinginannya, manakala dapat memenuhi aturan-aturan, tugas-tugas, dan harapan-harapan yang diminta oleh lembaga pendidikannya. Wujud pendekatan ini dalam manajemen peserta didik secara operasional adalah: mengharuskan kehadiran secara mutlak bagi peserta didik di sekolah, memperketat presensi, penuntutan disiplin yang tinggi, menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Pendekatan demikian, memang teraksentuasi pada upaya agar peserta didik menjadi mampu. Kedua, pendekatan kualitatif (the qualitative approach). Pendekatan ini lebih memberikan perhatian kepada kesejahteraan peserta didik. Jika pendekatan kuantitatif di atas diarahkan agar peserta didik mampu, maka pendekatan kualitatif ini lebih diarahkan agar peserta didik senang.



Asumsi dari pendekatan ini adalah, jika peserta didik senang dan sejahtera, maka mereka dapat belajar dengan baik serta senang juga untuk mengembangkan diri mereka sendiri di lembaga pendidikan seperti sekolah. Pendekatan ini juga menekankan perlunya penyediaan iklim yang kondusif dan menyenangkan bagi pengembangan diri secara optimal. Di antara kedua pendekatan tersebut, tentu dapat diambil jalan tengahnya, atau sebutlah dengan pendekatan padu. Dalam pendekatan padu demikian, peserta didik diminta untuk memenuhi tuntutan-tuntutan birokratik dan administratif sekolah di satu pihak, tetapi di sisi lain sekolah juga menawarkan insentif-insentif lain yang dapat memenuhi kebutuhan dan kesejahteraannya. Di satu pihak siswa diminta untuk menyelesaikan tugas-tugas berat yang berasal dari lembaganya, tetapi di sisi lain juga disediakan iklim yang kondusif untuk menyelesaikan tugasnya. Atau, jika dikemukakan dengan kalimat terbalik, penyediaan kesejahteraan, iklim yang kondusif, pemberian layanan-layanan yang andal adalah dalam rangka mendisiplinkan peserta didik, penyelesaian tugas-tugas peserta didik. Kepala sekolah selaku koordinator pelaksana administrasi kesiswaan bertanggung jawab penuh atas terlaksananya kegiatan manajemen pendidikan, di antaranya yaitu kegiatan : 1. Penerimaan siswa baru 2. Pengelompokan siswa 3. Kehadiran dan ketidakhadiran siswa di sekolah 4. Penilaian kemajuan siswa 5. Laporan kemajuan siswa 6. Naik tidaknya siswa 7. Bimbingan kepada siswa 8. Pelayanan kesehatan siswa 9. Mutasi siswa



B. Pencatatan Peserta Didik Pencatatan dan pelaporan peserta didik dimulai sejak peserta didik diterima di sekolah sampai dengan tamat atau meninggalkan sekolah. Pencatatan merupakan sebuah kegiatan yang digunakan suatu peristiwa, atau untuk mengabadikan sesuatu yang dianggap penting dan berguna oleh seseorang. Pencatatan data dilakukan memasukkan data ke dalam media penyimpan data. Jika media tersebut berupa buku, pencatatan data dilakukan dengan menulis pada lembar-lembar buku. Jika media tersebut berupa perangkat komputer, pencatatan data dilakukan dengan mengetik melalui keyboard, penggunaan pointer mouse, alat scanner atau kamera. Tujuan pencatatan tentang kondisi peserta didik dilakukan agar lembaga mampu melakukan bimbingan yang optimal pada peserta didik. Pencatatan yang diperlukan untuk mendukung data mengenai siswa adalah: 1. Buku induk siswa, berisi catatan tentang peserta didik yang masuk di sekolah tersebut, pencatatan diserta dengan nomor induk siswa/nopokok; 2. Buku klapper, pencatatannya diambil dari buku induk dan penulisannya diurutkan berdasar abjad; 3. Daftar presensi, digunakan untuk memeriksa kehadiran peserta didik pada kegiatan sekolah; 4. Daftar catatan pribadi peserta didik berisi data setiap peserta didik beserta riwayat keluarga, pendidikan dan data psikologis. Biasanya buku ini mendukung program bimbingan dan penyuluhan di sekolah Yang menjadi objek suatu pencatat adalah data. Data berasal dari kata jamak datum dalam bahasa inggris berarti suatu yang diketahui atau dianggap. Sesuatu yang telah terjadi disebut fakta. Sedangkan menurut Austin CJ, data adalah fakta kasar atau gambaran yang dikumpulkan dari keadaan tertentu, jadi data adalah fakta yang belum diolah dan masih kasar. Data sangat erat kaitannya dengan manajemen, data yang dikumpulkan dan disusun serta saling terkait satu sama lainnya dapat disebut sebagai manaejemen. Sebuah data dan informasi dapat menggambarkan pertumbuhan dan perkembangan baik kelompok/ perorangan.



a. Syarat dari sebuah data dianggap baik dan berguna mempunyai kriteria, yaitu: 1. Data harus obyektif, artinya data itu apa adanya. 2. Data harus mewakili. 3. Data harus mempunyai kesalahan baku (standar eror) yang kecil (apabila data merupakan suatu perkiraan). Kesalahan baku merupakan simpangan baku suatu perkiraan dan digunakan untuk mengukur tingkat ketelitian. Makin kecil kesalahan bak suatu perkiraan, makin telitilah perkiraan tersebut. 4. Data harus tepat waktu, syarat tepat waktu penting sekali jika data tersebut akan digunakan untuk mengontrol pelaksanaan data perencanaan sehingga persoalan yang terjadi dapat diketahui untuk segera diatasi, dikoreksi dan dipecahkan. 5. Data harus mempunyai hubungan dengan persoalan yang dipecahkan.



b. Kriteria dalam pencatatan mencakup tiga aspek, yaitu: 1.



Waktu, yaitu saat kejadian dicatat dan dilaporkan.



2.



Tempat, yaitu lokasi kejadian dicatat dan dilaporkan.



3.



Orang, yaitu siapa atau subjek pencatatan dan pelaporan.



c. Sifat cakupan data yang dicatat, yaitu: 1. cakupan waktu bersifat tunggal/potongan waktu dan Majemuk/rangkaian waktu. 2. Cakupan tempat bersifat spesifik: mewakili suatu daerah tertentu. 3. Cakupan orangnya: kelompok/ perorangan.



d. Sumber data yang dicatat, yaitu: 1. Data internal, merupakan data yang berasal dari dalam organisasi itu sendiri. 2. Data eksternal, merupakan data yang berasal dari sumber-sumber yang berada di luar organisasi itu sendiri.



C. Mutasi dan Promosi Peserta Didik



a. Mutasi Peserta Didik Mutasi peserta didik merupakan suatu proses perpindahan peserta didik dari satu sekolah ke sekolah yang lain atau perpindahan peserta didik dalam satu sekolah. Jenis Mutasi Peserta Didik : 1. Mutasi Ekstern. Mutasi ekstern adalah perpindahan peserta didik dari satu sekolah ke sekolah lain. Tujuan Mutasi Ekstern : a) Untuk kepentingan peserta didik agar mampu mengikuti sesuai kemampuan dan lingkungan yang memengaruhi. b) Memberi perlindungan pihak sekolah agar sekolah dapat berkembang dengan wajar sesuai keadaan sekitar. Mutasi ekstern dapat diajukan oleh orang tua/ wali karena alasan yang dibenarkan.



2. Mutasi Intern. Perpindahan peserta didik dalam satu sekolah (berkaitan dengan kenaikan kelas). Apabila peserta didik dapat menyelesaikan standar kenaikan kelas, yang diperoleh selama 1 tahun diantaranya: a) Nilai di atas KKM b) Alfa tidak lebih dari 3 kali



Beberapa Sebab Mutasi Peserta Didik: 1. Mengikuti orang tua pindah kerja. 2. Siswa malas 3. Fasilitas sekolah kurang memadai 4. Peserta didik tidak kuat mengikuti pelajaran pada sekolah tersebut. 5. Merasa tidak cocok dengan teman-teman.



Pencegahan Mutasi Peserta Didik: 1. Memberikan bimbingan dan motivasi pada peserta didik. 2. Hubungan yang baik antara orang tua dan peserta didik. 3. Memperbaiki kondisi sekolah.



b. Promosi Peserta Didik Promosi peserta didik berkaitan dengan penerimaan peserta didik baru. Dalam proses penerimaan peserta didik baru ada dua sistem yaitu sistem promosi dan sistem seleksi Sistem penerimaan peserta didik promosi, adalah sistem penerimaan peserta didik tanpa adanya seleksi. Biasanya sistem tersebut digunakan di sekolah yang kekurangan siswa. Sedangkan sistem penerimaan peserta didik seleksi, adalah sistem penerimaan peserta didik yang memiliki ketentuan-ketentuan tertentu dan pada umunya terdapat pada sekolah yang kelebihan jumlah peserta didik. Proses penerimaan peserta didik harus menentukan beberapa strategi khusus untuk dapat menarik minat konsumen dalam jasa pendidikan. Diantaranya yaitu berupa promosi mengenai keunggulan yang dimiliki oleh sekolah ataupun penyedia jasa layanan pendidikan. D. Layanan Khusus a. Pengertian Manajemen Layanan Khusus Manajemen layanan khusus di suatu sekolah merupakan bagian penting dalam Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang efektif dan efisien. Sekolah merupakan salah satu sarana yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas dari penduduk bangsa Indonesia. Sekolah tidak hanya memiliki tanggung jawab dan tugas untuk mlaksanakan proses pembelajaran dalam mengembangkan ilmu penegetahuan dan teknologi saja, melainkan harus menjaga dan meningkatkan kesehatan baik jasmani maupun rohani peserta didik. Hal ini sesuai dengan UUSPN bab 11 Pasal 4 yang memuat tentang adanya tujuan pendidikan nasional. Untuk memenuhi tugas dan tanggung jawab tersebut maka sekolah memerlukan suatu manajemen layanan khusus yang dapat mengatur segala kebutuhan peserta didiknya sehingga tujuan pendidikan tersebut dapat tercapai.



Manajemen layanan khusus di sekolah pada dasarnya ditetapkan dan di organisasikan untuk mempermudah atau memperlancar pembelajaran, serta dapat memenuhi kebutuhan khusus siswa di sekolah. Pelayanan khusus diselenggarakan di sekolah dengan maksud untuk memperlancar pelaksanaan pengajaran dalam rangka pencapain tujuan pendidikan di sekolah. Pendidikan di sekolah antara lain juga berusaha agar peserta didik senanatiasa berada dalam keadaan baik. Baik disini menyangkut aspek jasmani maupun rohaninya. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen layanan khusus adalah suatu proses kegiatan memberikan pelayanan kebutuhan kepada peserta didik untuk menunjang kegiatan pembelajaran agar tujuan pendidikan bisa tercapai secara efektif dan efisien. b. Jenis-jenis Layanan Khusus di lembaga pendidikan



1. Layanan Perpustakaan Peserta Didik Perpustakaan mempunyai arti penting sebagai pusat sumber belajar dan sumber informasi bagi peserta didik. Perpustakaan juga dipandang sebagai kunci bagi ilmu pengetahuan dan inti setiap proses belajar mengajar (Imron, 1995:184). Perpustakaan dimanfaatkan peserta didik untuk mengembangkan dan mendalami pengetahuan yang diperolehnya di kelas melalui belajar mandiri. Menurut Supriyadi (1983) dalam buku Manajemen Peserta Didik oleh Ali Imron mendefinisikan perpustakaan sekolah sebagai perpustakaan yang diselenggarakan di sekolah guna menunjang program belajar mengajar di lembaga pendidikan formal seperti sekolah, baik sekolah tingkat dasar maupun menengah, baik sekolah umum maupun kejuruan. Selain itu, perpustakaan sekolah adalah salah satu unit sekolah yang memberikan layanan kepada peserta didik di sekolah sebagai sentra utama, dengan maksud membantu dan menunjang proses belajar mengajar di sekolah, melayani informasi-informasi yang dibutuhkan serta memberikan layanan rekreatif melalui koleksi bahan pustaka (Imron, 1995:187). Dari definisidefinisi tersebut tampaklah jelas bahwa perpustakaan sekolah merupakan suatu unit pelayanan sekolah guna menunjang proses belajar mengajar di sekolah. Adapun tujuan perpustakaan sekolah yakni untuk mempertinggi daya serap peserta didik terhadap materi-materi pelajaran yang diajarkan di sekolah (Imron, 1995:187). Fungsi-fungsi



perpustakaan sekolah berdasarkan tujuannya yakni sebagai pusat belajar mengajar, sebagai pusat penelitian dan telaah pustaka, sebagai pusat ilmu pengetahuan, sebagai pusat rekreasi, dan sebagai pusat apresiasi dan kreasi. Ada dua jenis layanan perpustakaan kepada peserta didik, yaitu pelayanan sirkulasi dan pelayanan referensi. 2. Layanan Kesehatan Peserta Didik Salah satu bentuk layanan khusus sekolah adalah tersedianya unit Kesehatan Sekolah (UKS) yang dapat dimanfaatkan oleh peserta didik untuk mengecek maupun berkonsultasi tentang kesehatan mereka. Menurut Jesse Ferring William pada buku Pengelolaan Layanan Khusus Di sekolah oleh Kusmintardjo (1992) mendefinisikan layanan kesehatan adalah sebuah klinik yang didirikan sebagai bagian dari Universitas atau sekolah yang berdiri sendiri yang menentukan diagnosa dan pengobatan fisik dan penyakit jiwa dan dibiayai dari biaya khusus dari semua siswa. Selain itu layanan kesehatan juga dapat diartikan sebagai usaha sekolah dalam rangka membantu (mungkin bersifat sementara ) murid-muridnya yang mengalami persoalan yang berkaitan dengan kesehatan. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa layanan kesehatan peserta didik adalah suatu layanan kesehatan masyarakat yang dijalankan di sekolah dan menjadikan peserta didik sebagai sasaran utama, dan personalia sekolah yang lainnya sebagai sasaran tambahan (Imron, 1995:154) Maksud diadakannya layanan kesehatan adalah tercapainya keadaan kesehatan peserta didik beserta lingkungannya secara optimal sehingga dapat memberikan kondisi yang baik untuk belajar, tumbuh dan berkembang secara optimal. Guna mencapai tujuan tersebut, beberapa jalan yang dapat ditempuh oleh sekolah adalah: a) Menanamkan hidup sehat kepada peserta didik dan mendorong kepada guru dan personalia sekolah memberikan teladan hidup sehat b) Mencegah dan memberantas penyakit c) Memperbaiki dan memulihkan kesehatan melalui usaha-usaha seperti: pengobatan ringan, imunisasi dan vaksinasi, peningkatan dan perbaikan gizi, penanaman hidup sehat, memperlibatkan guru dalam keseluruhan usaha kesehatan peserta didik. Agar layanan kesehatan peserta didik di sekolah mencapai maksud sebagaimana yang telah diinginkan, diperlukan kerja sama yang baik antara sekolah dengan lembaga-lembaga instansi-



instansi yang menangani kesehatan seperti rumah sakit, poliklinik,dan petugas kesehatan. Di samping itu perlu juga bekerja sama dengan orang tua dan masyarakat, karena sebagian besar waktu peserta didik bukanlah di sekolah melainkan di lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat. Keluarga dan masyarakat akan banyak memberikan pengaruh terhadap peserta didik termasuk dalam hal kesehatan. Tujuan layanan kesehatan sekolah adalah sebagai berikut: a) Mengikuti perkembangan dan pertumbuhan anak didik b) Mengetahui gangguan/kelainan kesehatan sedini mungkin c) Pencegahan penyakit menular d) Pengobatan secepat-cepatnya e) Rehabilitasi Fungsi layanan kesehatan di sekolah adalah: a) Menafsirkan keadaan kesehatan siswa dan pegawai sekolah b) Menasehati murid dan orang tua c) Memberikan semangat dan menyembuhkan penyakit d) Membantu dalam pendidikan anak-anak e) Membantu mencegah dan mengkontrol penyakit f) Memberikan layanan darurat untuk luka atau penyakit yang datang tiba-tiba.. g) Layanan Bimbingan dan Konseling Peserta Didik



3. Bimbingan konseling Bimbingan adalah suatu proses bantuan yang diberikan kepada sesorang kepada orang lain agar orang yang dibantu tersebut dapat mengenal lebih dekat mengenai dirinya sendiri dengan segala kompleksitas masalahnya, selanjutnya pengenalan atas dirinya sendiri demikian dapat dijadikan sebagai titik tolak untuk mengembangkan diri dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam hidupnya dengan demikian ia akan sejahtera dalam hidupnya. Sedangkan bimbingan di sekolah merupakan bantuan kepada peserta didik oleh seorang guru BK agar lebih mengenal dirinya dan kompleksitas permasalahan yang dihadapi. Konseling adalah usaha yang secara langsung berkenaan dengan masalah-masalah klien, sementara bimbingan lebih diaksentuasikan kepada bantuan terhadap klien. Konseling ditujukan



terutama kepada individu bermasalah, sementar bimbiangan ditujukan kepada semua individu baik yang bermasalah maupun individu yang tidak bermasalah. Konseling adalah salah satu kegiatan bimbingan. Bahkan ada ahli yang menyatakan bahwa konseling adalah salah satu metode atau teknik bimbingan. Konseling diberikan kepada siswa ketika ada siswa yang menbutuhkan pelayanan yang lebih lanjut. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan bimbingan dan konseling adalah salah satu kegiatan bantuan dan tuntunan yang diberikan kepada individu pada umumnya dan siswa pada khususnya di sekolah dalam rangka meningkatkan mutunya. Tujuan bimbingan dan konseling secara umum adalah membantu siswa mengenal bakat, minat, dan kemampuannya serta memilih dan menyesuaikan diri dengan kesempatan pendidikan untuk merencanakan karier yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja. Sedangkan tujuan secara khusus adalah menbantu siswa agar dapat mencapai tujuan-tujaun perkembangan meliputi aspek pribadi dan sosial, belajar, dan karier. 4. Layanan Kafentaria Peserta Didik Alasan mengapa didirikannya kafentaria sekolah adalah agar para peserta didik tidak kekurangan energi dalam belajar, yang lebih lanjut dapat mengurangi konsentrasi belajar karena peserta didik banyak mengeluarkan aktivitas-aktivitas fisik. Selain itu agar sekolah dapat mengkontrol seluruh konsumsi peserta didik di sekolah dan bisa turut serta menjaga kebersihan dan kesehatan peserta didik. Layanan kafentaria adalah layanan makanan dan minuman yang dibutuhkan oleh peserta didik disela-sela mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah sesuai dengan daya jangkau peserta didik. Makanan dan minuman yang tersedia di kafentaria tersebut, terjangkau dilihat dari jumlah uang saku peserta didik, tetapi juga memenuhi syarat kebersihan dan cukup kandungan gizinya. Tujuan layanan kafentaria secara umum adalah tersedianya wahana bagi peserta didik untuk memenuhi energinya pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Sedangkan untuk tujuan khususnya, agar peserta didik mudah mendapatkan makanan dan minuman yang terjamin kebersihan dan kesehatannya serta memadai kandungan gizinya dan sesuai dengan daya jangkau uang sakunya. Selain itu juga bisa dijadikan wahana untuk belajar dan memhami materi yang



diajarkan, dan agar peserta didik terhindar dari efek-efek negatif yang ditimbulkan akibat tersedianya warung-warung di sekitar sekolah yang tidak terkontrol sekolah. 5. Layanan Laboratorium Peserta Didik Laboratorium adalah suatu tempat baik tertutup maupun terbuka yang dipergunakan untuk melakukan penyelidikan, pecobaan, pemraktekan, pengujian, dan pengembangan. Laboratorium sekolah adalah sarana penunjang proses belajar mengajar baik tertutup maupun terbuka yang dipergunakan untuk melaksanakan praktikum, penyelidikan, percobaan, pengembangan dan bahkan pembakuan. Tujuan layanan laboratoriun peserta didik adalah sebagai layanan khusus yang diberikan sekolah kepada siswa untuk menunjang kegiatan pembelajaran. Sedangkan tujuan secara khususnya adalah sebagai berikut: a) Menunjang penguasaan mata pelajaran yang diajarkan guru. b) Memupuk keberanian pribadi sesuai dengan hak dan hakekat kebenaran dalam segala aspek yang terdapat dalam lingkungan hidupnya. c) Melatih dan mengembangkan ketrampilan guru dan siswa dalam mengembangkan profesinya. d) Melatih serta membiasakan siswa belajar secara inovatif baik secara individual maupun kelompok. e) Adapun fungsi laboratorium adalah sebagai berikut: f) Alat atau tempat untuk menguatkan atau memberikan kepastian informasi. g) Alat atau tempat untuk menentukan hubungan sebab dan akibat. h) Alat atau tempat untuk membuktikan benar tidaknya (verivikasi) faktor-faktor atau gejala-gejala tertentu. i) Alat atau tempat untuk mempraktekkan apa sesuatu yang diketahui. j) Alat atau tempat untuk mengembangkan ketrampilan. k) Alat atau tempat untuk memberikan latihan. l) Alat atau tempat untuk membentuk siswa belajar menggunakan metode omiah dalam pemecahan masalah. m) Alat atau tempat untuk melanjutkan atau melaksanakan penelitian perseorangan atau kelompok. n) Layanan Koperasi Peserta Didik



6. Koperasi sekolah Koperasi sekolah adalah koperasi yang dikembangkan di sekolah, baik sekolah dasar, sekolah menengah, maupun sekolah dan dalam pengelolannya melibatkan guru dan personalia sekolah. Sedangkan koperasi peserta didik atau biasa disebut disebut koperasi siswa (Kopsis) adalah koperasi yang ada di sekolah tetapi pengelolaanya adalah oleh pesera didik, kedudukan guru di dalam Kopsis adalah sebagai pembimbing saja. Tujuan umum Kopsis adalah membentuk sifat kegotong-royongan dan saling membantu di antara sesama peserta didik khususnya yang berada di sekolah. Sedangkan tujuan khusus Kopsis adalah: a) Menanamkan rasa solidaritas sosial di antara peserta didik di sekolah. b) Melatih hidup gotong royong. c) Mempertinggi rasa kekeluargaan di antara para peserta didik. d) Untuk melatih peserta didik berorganisasi. e) Untuk melatih peserta didik menyimpan dan mengembangkan modal melalui koperasi. f) Menanamkan pengertian kepada peserta didik akan arti pentingnya akumulasi dan penyaluran modal sehingga modal tersebut tidak berhenti dan tercecer. g) Memberikan bantuan keada peserta didik yang membutuhkan kredit. Fungsi Kopsis secara umum adalah sebagai wahana pendidikan koperasi kepada peserta didik. Lebih jauh lagi, fungsi Kopsis adalah pembentukan kader-kader koperasi di dalam masyarakat. 7. Layanan Keamanan Peserta Didik Layanan keamanan merupakan salah satu layanan yang penting dibutuhkan oleh peserta didik karena rasa aman saat berada di sekolah akan berdampak pada proses belajar peserta didik. Salah satu bentuk layanan keamanan adalah adanya satpam sekolah



8. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana pendidikan penting artinya guna menunjang kesuksesan pendidikan di sekolah. Menurut Ali Imron dalam buku Perspektif Manajemen Berbasis Sekolah oleh Tim Pakar Manajemen Pendidikan (2004), Sarana pendidikan adalah semua piranti yang secara langsung dipergunakan dalam proses pendidikan di sekolah. Sedangkan prasarana pendidikan adalah semua piranti yang secara tidak langsung dipergunakan dalam proses pendidikan di sekolah. Menurut Bafadal (2003:2), sarana pendidikan adalah semua perangkat peralatan, bahan, dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah. Sedangkan prasarana pendidikan adalah semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan di sekolah. Dalam hubungannya dengan sarana pendidikan, ada sejumlah pakar pendidikan yang mengklasifikasikan menjadi beberapa macam sarana pendidikan yang ditinjau dari berbagai macam sudut pandang. Pertama, ditinjau dari habis tidaknya dipakai, ada dua macam sarana pendidikan, yaitu sarana pendidikan yang habis pakai dan sarana pendidikan yang tahan lama. Kedua, ditinjau dari bergerak tidaknya, ada dua macam sarana pendidikan, yaitu sarana pendidikan yang bergerak dan sarana pendidikan yang tidak bisa bergerak. Ketiga, ditinjau dari hubungannya dengan proses belajar mengajar ada dua jenis sarana pendidikan di sekolah, yaitu sarana pendidikan yang secara langsung digunakan dalam proses belajar mengajar, dan sarana pendidikan yang secara tidak langsung berhubungan dengan proses belajar mengajar. Sedangkan prasarana pendidikan di sekolah bisa diklasifikasikan menjadi dua macam. Pertama, prasarana pendidikan yang secara langsung digunakan untuk proses belajar mengajar, seperti ruang teori, ruang perpustakaan, ruang praktik keterampilan, dan ruang laboratorium. Kedua, prasarana sekolah yang keberadaannya tidak digunakan untuk proses belajar mengajar, tetapi secara langsung sangat menunjang terjadinya proses belajar mangajar. Beberapa contoh tentang prasarana sekolah jenis terakhir tersebut di antaranya adalah ruang kantor, kantin sekolah, tanah dan jalan menuju sekolah, kamar kecil, ruang usaha kesehatan sekolah, ruang guru, ruang kepala sekolah, dan tempat parkir kendaraan. Berdasarkan uraian tentang sarana dan prasarana di atas, serta penjelasan mengenai layanan khusus di sekolah pada



pembahasan sebelumnya, dapat diketahui kaitan antara pentingnya sarana dan prasarana dengan layanan khusus di sekolah. Suatu layanan khusus tanpa didukung oleh sarana dan prasarana maka pelayanan yang diberikan tidak akan maksimal karena tidak ada fasilitas yang mendukung. Sebagian besar layanan khusus memerlukan tempat dan peralatan dalam memberikan pelayanannya kepada peserta didik. Sebagai contoh pelayanan perpustakaan. Pelayanan perpustakaan ini memerlukan tempat yang berupa ruang perpustakaan serta memerlukan perabot dan peralatan seperti rak, buku, alamari dan lain-lain untuk melakukan kegiatan pelayanan kepada peserta didik. Begitu juga dengan layanan-layanan yang lainnya. Salah satu contoh dari prasarana pendidikan yang secara langsung digunakan dalam proses belajar mengajar adalah ruang laboratorium. Ruang laboratorium ini merupakan ruangan yang digunakan dalam memberikan layanan khusus yaitu layanan laboratorium peserta didik. Jadi dapat disimpulkan bahwa layanan khusus memerlukan sarana dan prasarana untuk memperlancar dan mengefektifkan pemberian layanan kepada peserta didik. Manajemen layanan khusus di sekolah pada dasarnya di tetapkan dan di organisasikan untuk mempermudah atau memperlancar pembelajaran, serta dapat memenuhi kebutuhan khusus siswa di sekolah.



BAB III PENUTUP A.



Kesimpulan



Manajemen peserta didik adalah layanan yang memusatkan perhatian pada pengaturan, pengawasan, dan layanan siswa di kelas dan diluar kelas seperti: pengenalan, pendaftaran, layanan individuan seperti penggembangan keseluruhan kemampuan, minat, kebutuhan sampai ia matang di sekolah. Tujuan Manajemen Peserta Didik adalah mengatur kegiatan-kegiatan peserta didik agar kegiatan-kegiatan tersebut menunjang proses pembelajaran di lembaga pendidikan (sekolah); lebih lanjut, proses pembelajaran di lembaga tersebut (sekolah) dapat berjalan lancar, tertib dan teratur sehingga dapat memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan sekolah dan tujuan pendidikan secara keseluruhan.



B.



Saran



Seluruh komponen pendidikan yang bertanggug jawab terhadap sistem dan proses pendidikan di Indonesia seharusnya mengetahui dan memahami seutuhnya tentang manajemen pendidikan mengingat pentingnya manajemen pendidikan dalam keberhasilan pendidikan.



Selain itu,



manajemen pendidikan di masa depan hendaknya dilakuan secara bersama-sama dengan sistem yang lebih efisien serta memperhatikan betul pelaksanaan manajemen pendidikan dengan baik dan benar. Sehingga tercapailah tujuan dan cita-cita pendidikan di Indonesia.



DAFTAR PUSTAKA Ashari, A. S. (n.d.). Manajeman Pendidikan-Manajemen Peserta Didik. diakses pada 2 Oktober 2019, dari Academia: https://www.academia.edu/35162155/Manajemen_Pendidikan__Manajemen_Peserta_Didik Burhanudin, A. (2019). Makalah Mutasi Peserta Didik. diakses pada 2 Oktober 2019, dari Acedemia: https://www.academia.edu/39145646/MAKALAH_MUTASI_PESERTA_DIDIK



Hartono, E. (n.d.). Manajemen Peserta Didik. Diakses pada 25 September 2019, dari About My Life: https://edoy05.wordpress.com/paper/manajemen-perserta-didik/ Larasati, S. S. (2017, Juni 1). Makalah Manajemen Pendidikan. Diakses pada 27 Desember 2019, dari Management Education: https://sandyampi.wordpress.com/2017/06/01/firstblog-post Manajemen Peserta Didik. (n.d.). diakses pada 25 September 2019, dari Staff.uny.ac.id: https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://staff.uny.ac.id/sites/def ault/files/BUKU%2520manaj%2520SISWA.pdf&ved=2ahUKEwikuaaiguzkAhVOfX0K HTjBBOIQFjAAegQIARAB&usg=AOvVaw1cqN5omj8Gk4RQZ7cwxn3&cshid=1569416261247