Manual Book Pengolahan Limbah Cair  [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PROSEDUR STANDAR PENGOPERASIAN DAN PERAWATAN IPAL Sistem Biofilter An-Aerob-Aerob Up-Flow Efarina Etaham Berastagi



DAFTAR ISI



HAL DAFTAR ISI I.



II.



III.



IV.



1



PENDAHULUAN



2



1.1 LATAR BELAKANG



2



1.2 BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KESEHATAN RUMAH SAKIT



2



1.3 DESKRIPSI PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH



3



DESAIN INSTALASI PENGLAHAN AIR LIMBAH (IPAL)



4



2.1 PROSES INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH



4



2.2 DESKRIPSI PENGOLAHAN AIR LIMBAH



5



2.3 PERALATAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH



7



OPERASIONAL SISTEM IPAL



7



3.1 PENGOPERASIAN IPAL



7



PERAWATAN IPAL



8



4.1 PRASEDIMENTASI



8



4.2 EQUALISASI



8



4.3 AN-AEROB



8



4.4 AEROB



9



4.5 KLORIN



9



4.6 MESIN BLOWER



9



4.7 PERMASALAHAN YANG MUNGKIN TIMBUL DAN CARA PENANGANANNYA 10 V. VI.



SISTEM TANGGAP DARURAT 5.1 SISTEM TANGGAP DARURAT YANG PERLU DILENGKAPI



11



PELATIHAN KARYAWAN



13



6.1 PELATIHAN DASAR 6.2 PELATIHAN KHUSUS



13 13



LAMPIRAN 1|Page



11



PROSEDUR STANDAR PENGOPERASIAN DAN PERAWATAN IPAL Sistem Biofilter An-Aerob-Aerob Up-Flow Efarina Etaham Berastagi



I.



PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Air limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan yang lain merupakan sala satu sumber pencemaran air yang sangat potensial karena mengandung senyawa organik yang cukup tinggi, senyawa kimia lain yang berbahaya, serta mikro organisme patogen yang berbahaya bagi kesehatan.Oleh karena itu, air limbah tersebut harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan masalah bagi lingkungan maupun masalah kesehatan masyarakat. Pencemaran lingkungan dapat dicegah dengan mengelola air limbah yang dihasilkan sebelum dibuang ke badab air/ sungai.Limbah yang dibuang ke sungai harus memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan.Baku mutu air limbah/ limbah cair bagi kegiatan rumah sakit tersebut. Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor P.68 tahun 2016 tentang baku mutu limbah cair Domestik Tersendiri. Berikut ini merupakan baku mutu limbah cair untuk layanan kesehatan berdasarkan keputusan tersebut diatas: 1.2. Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit Parametr Satuan Fisika mg/L - Ph mg/L - TSS (Jlh Zat Padat Tersuspensi) Kimia - Amoniak - BOD - COD - Minyak & Lemak Mikrobiologi - Total Coliform



Baku Mutu* 6-9 30



mg/L mg/L mg/L mg/L



10 30 100 5



MPN/100 mL



3.000



Air limbah yang akan dikelola/diolah di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) merupakan seluruh air buangan yang berasal dari hasil proses kegiatan sarana pelayanan kesehatan.Jenis air limbah yang ada di Rumah Sakit/ Fasilitas pelayanan kesehatan dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1.2.1. Air limbah domestik 1.2.2. Air limbah klinis 1.2.3. Air limbah laboratorium



2|Page



PROSEDUR STANDAR PENGOPERASIAN DAN PERAWATAN IPAL Sistem Biofilter An-Aerob-Aerob Up-Flow Efarina Etaham Berastagi



Air limbah domestik berasal dari air buangan kamar mandi, dapur, air bekas pencucian pakaian.Air limbah klinis berasal dari air limbah yang berasal dari kegiatan klinis rumah sakit, misalnya air bekas cucian luka, cucian darah, dll.Air laboratorium berasal dari pencucian peralatan laboratorium.Sebagian besar air limbah yang terdapat di rumah sakit berasal dari air limbah domestik dan air limbah klinis.Air limbah yang dihasilkan tersebut harus diolah sehinggah memenuhi Baku Mutu Lingkungan yang berlaku. 1.3. DESKRIPSI PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH Proses pengolahan air limbah Efarina Etaham Berastagi menggunakan sistem Biofilter Anaerob-Aerob Up-Flow.Air limbah yang diolah berasal dari air limbah domestik, air limbah klinis, dan air limbah laboratorium Proses pengolahan limbah cair dengan Biofilter An-aerob-Aerob Up-Flow : 1.3.1. Limbah cair dialirkan melalui Biofilter kolam akan menghasilkan lapisan lendir yang menyelimuti media saring (biofilm). 1.3.2. Limbah cair yang masih mengandung bahan organic yang belum dapat terurai pada bak pengurai bila melalui lapisan media akan mengalami proses penguraian secara biologis, sehingga efisiensi penurunan konsentrasi bahan organic dan padatan tersuspensi akan tinggi. 1.3.3. Efisiensi penyaringan pada system ini sangat besar karena adanya system aliran “Up Flow”, yakni penyaringan dari bawah ke atas, sehingga kecepatan partikel dalam air dapat di kurangi. 1.3.4. Dengan kombinasi proses “An-aerob-Aerob”, efisiensi pengurangan senyawa phosphor juga tinggi. 1.3.5. Selama berada pada kondisi An-aerob, senyawa phosphor An-organik yang ada dalam sel-sel mikroorganisme akan keluar sebagai akibat hidrolisa senyawa phosphor. Sedangkan energy yang dihasilkan digunakan untuk menyerap BOD. Pada kondisi Aerob, senyawa phosphor yang terlarut akan diserap bakteri Aerobic dan akan mensintesa menjadi poliphosphat dengan menggunakan energy yang diperoleh dari hasil proses oksidasi senyawa organik. 1.3.6. Aerasi merupakan proses yang bertujuan untuk meningkatkan kontak antara udara dengan air, proses ini bertujuan meningkatkan konsentrasi oksigen didalam air limbah peningkatan konsentrasi oksigen di dalam air limbah akan memberikan manfaat dalam pengolahan limbah tersebut. 3|Page



PROSEDUR STANDAR PENGOPERASIAN DAN PERAWATAN IPAL Sistem Biofilter An-Aerob-Aerob Up-Flow Efarina Etaham Berastagi



II.



DESAIN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) 2.1. PROSES INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH Berikut ini merupakan proses Instalasi Pengolahan Air Limbah Efarina Etaham Berastagi :



4|Page



PROSEDUR STANDAR PENGOPERASIAN DAN PERAWATAN IPAL Sistem Biofilter An-Aerob-Aerob Up-Flow Efarina Etaham Berastagi



2.2. DESKRIPSI PROSES PENGOLAHAN IPAL 2.2.1. Prasedimentasi Fungsi Bak ini adalah sebagai proses sedimentasi awal, dimana terjadi proses pengendapan material tersuspensi secara gravitasi, pada bak ini juga dilakukan proses pemisahan lemak, sehingga beban pengolahan untuk proses berikutnya makin ringan. Pada proses ini akan diperoleh penurunan kadar TSS, PH (Penetralan Suhu). 2.2.2. Pengatur Debit & Equalisasi (Penenang) Fungsi bak ini adalah : 2.2.2.1. Untuk membagi dan meratakan volume pasokan (effluent) untuk masuk pada proses treatment. 2.2.2.2. Meratakan variabel & fluktuasi dari beban organik untuk menghindari shock loading pada sistem pengolahan biologi. 2.2.2.3. Meratakan pH untuk meminimalkan kebutuhan chemical pada proses netralisasi. 2.2.2.4. Meratakan



kandungan



padatan



(SS,



koloidal,



)



untuk



meminimalkan kebutuhan chemical pada proses koagulasi dan flokulasi serta penurunan beban partikel untuk proses Biofiltrasi 2.2.3. Biofilter An-aerob Bak Biofilter an-aerob adalah bak yang diisi dengan media plastik yang digunakan untuk mengolah bahan – bahan organik dalam air limbah. Air limbah dari bak equalisasi dialirkan dari bawah masuk kedalam bak Biofilter An-aerob (Up-Flow), kemudian dikontakkan dengan media air limbah, sehigga akan menumbuhkan bakteri mikroorganisme an-aerob dan bakteri fakutatif yang melekat pada media tersebut.Dengan adanya aliran dari bawah memungkinkan padatan tidak terbawa aliran. Bahan media padat yang digunakan adalah plastik dengan diameter porositas 2,5 cm.Bio filter aerob prinsipnya adalah tidak memerlukan oksigen dan gas-gas hasil penguraian (fermentasi) mikroorganisme dikeluarkan melalui lubang ventilasi tutup bak.



5|Page



PROSEDUR STANDAR PENGOPERASIAN DAN PERAWATAN IPAL Sistem Biofilter An-Aerob-Aerob Up-Flow Efarina Etaham Berastagi



2.2.4. Biofilter Aerob Bak Biofilter Aerob merupakan bak yang diisi media Biofilter model sarang tawon dengan nilai porositas 0,5 atau yang berdiameter 2,5cm. Proses pengolahan untuk menghilangkan bahan organik , phospor dan juga amoniak (NH3) menjadi nitrit (NO3).Prinsip proses pengolahan adalah air limbah dikontakkan dengan O2 (Suply Oksigen).bahan – bahn organik dalam air limbah akan membentuk bio-film atau lapisan membran dengan ketebalan 0.1 – 0.2 mikron.Komunitas bakteri yang ada di media plastik adalah : mikroorganisme aerobik, bakteri fakultatif, fungi, alga, protozoa dan hewan- hewan tingkat tinggi, insecta dan lain – lain.Alga dapat tumbuh hanya pada bagian yang terkena sinar matahari. Jenis alga yang ada adalah phormidium, chorella dan ulothrix.Umumnya alga tidak berfungsi langsung pada proses penguaraian air limbah namun pada siang hari alga akan menghasilkan O2 dalam air limbah 2.2.5. Klorin Klorinisasi adalah proses penambahan elemen klorin ke air limbah.Tujuan dari penambahan klorin adalah untuk desinfeksi air limbah dan mengatasi bau air limbah maupun udara sekitar 2.2.6. Sedimentasi Akhir Sedimentasi akhir adalah proses pengendapan partikel – partikel yang tersuspensi secara gravitasi dalam air limbah. Bak sedimentasi digunakan untuk menghilangkan partikel halus yang belum terproses pada unit pengolahan sebelumnya dan flok – flok hasil proses koagulasi 2.2.7. Bioindikator Bak ini berfungsi sebagai indikator effluent apakah hasil olahan Unit IPAL sudah tidak berbahaya lagi bagi lingkungan, Bak ini dapat di isi dengan ikan dengan sensitifitas tinggi terhadap perubahan lingkungan cth : Ikan emas (Cyprinus carpio)



6|Page



PROSEDUR STANDAR PENGOPERASIAN DAN PERAWATAN IPAL Sistem Biofilter An-Aerob-Aerob Up-Flow Efarina Etaham Berastagi



2.3. PERALATAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH Peralatan yang digunakan dalam Instalasi Pengolahan Air Limbah Efarina Etaham Berastagi adalah sebagai berikut : No



III.



IPAL Unit



Kapasitas / Satuan



1.



Bak Sedimentasi/Equalisasi



± 30 mᶾ



2.



Bak An-Aerob



± 36 mᶾ



3.



Bak Aerob



± 24 mᶾ



4.



Bak sedimentasi akhir



±18 mᶾ



5.



Pompa Air Limbah



1 Buah



6.



Media Sarang Tawon



24 mᶾ



7.



Root Blower



1 Buah



8.



Difuser



12 Buah



9.



Flow meter



1 Buah



OPERASIONAL SISTEM IPAL 3.1. PENGOPERASIAN IPAL 3.1.1. Seluruh peralatan mekanik dan elektrik harus dipastikan dalam keadaan berjalan dengan baik. 3.1.2. Sistem secara keseluruhan limbah, dikontrol pada bak sedimentasi awal. 3.1.3. Pada bak sedimentasi awal dilakukan pengankatan sampah-sampah kasar selanjutnya limbah dipompakan ke bak equalisasi dengan sistem pompa otomatis (Auto Pump). 3.1.4. Pada bak equalisasi limbah ditenangkan dan dialirkan dengan mengatur kecepatan aliran limbah pada valve menuju bak An-aerob. 3.1.5. Pada bak An-aerob yang sudah di isi media plastik, limbah dialirkan dengan gravitasi menuju bak Aerob. 3.1.6. Pada bak aerob yang juga sudah di isi media plastik, limbah di alirkan juga dengan sistim gravitasi dan di suplay oksigen dari root blower. 3.1.7. Dari bak Aerob limbah dialirkan ke bak sedimentasi akhir 3.1.8.



Dari bak sedimentasi akhir limbah dialirkan ke bak bioindikator dan di buang ke parit kota.



7|Page



PROSEDUR STANDAR PENGOPERASIAN DAN PERAWATAN IPAL Sistem Biofilter An-Aerob-Aerob Up-Flow Efarina Etaham Berastagi



IV.



PERAWATAN IPAL 4.1. PRASEDIMENTASI 4.1.1. Lakukan pengangakatan lemak 1 kali sehari atau maksimal 1 kali 3 hari bila beban enfluent ringan. 4.1.2. Lakukan pengangakatan partikel kasar ( plastik, kayu, metal, kertas) yang terbawa masuk ke Unit IPAL, hal ini bertujuan agar pipa distribusi ke bak berikutnya tidak tersumbat. 4.1.3. Pengangkatan lumpur pada unit Prasedimentasi dilakukan 6 – 12 bulan sekali tergantung beban partikulat limbah (lakukan pengecekan lumpur 1 bualn sekali, Apabila tinggi lumpur mencapai 30-40 cm lakukan pengangakatn lumpur) 4.2. EQUALISASI (PENENANG) 4.2.1. Pemeriksaan Lumpur dilakukan 3 bulan sekali, pengangakatan lumpur dapat dilakukan, apabila tinggi lumpur sudah mencapai 40-50 cm, Pada saat pengangkatan lumpur harus disisakan lumpur minimal 10 cm pada bak ini, hal ini bertujuan untuk memelihara sediaan bakteri aerob yang terkandung pada endapan lumpur. 4.2.2. Cegah masuknya partikel kasar kedalam unit ini (daun kering, ranting, sampah plastik dll) 4.3. AN-AEROB 4.3.1. Pengangakatan lumpur dapat dilakukan 12 – 18 bulan sekali, jangan mengahabiskan sisa lumpur pada proses pengangkatan lumpur. 4.3.2. Lubang kontrol pengahawaan jangan sampai tertutup. 4.3.3. Pembersihan media plastik dilakukan bersamaan dengan pengangkatan lumpur



8|Page



PROSEDUR STANDAR PENGOPERASIAN DAN PERAWATAN IPAL Sistem Biofilter An-Aerob-Aerob Up-Flow Efarina Etaham Berastagi



4.4. AEROB 4.4.1. Pengangakatan lumpur dapat dilakukan 12 – 18 bulan sekali, jangan mengahabiskan sisa lumpur pada proses penagangkatan lumpur. 4.4.2. Awasi pipa distribusi Aerasi dari blower agar tidak terjadi kebocoran 4.4.3. Perawatan Mesin blower dilakuakan dengan penggantian oli minimal 1 bulan sekali. 4.4.4. Pengaturan waktu kontak udara minimal dengan variasi waktu 3jam/1jam dan 4jam/2jam 4.4.5. Pembersihan media Biofilter Hanya dilakukan apabila 4.5. MESIN ROOT BLOWER/AERATOR 4.5.1. Penggantian oli mesin root blower dilakukan 1 bulan sekali. 4.5.2. Mesin root blower harus di pispot setiap bulan



9|Page



PROSEDUR STANDAR PENGOPERASIAN DAN PERAWATAN IPAL Sistem Biofilter An-Aerob-Aerob Up-Flow Efarina Etaham Berastagi



4.6. PERMASALAHAN YANG MUNGKIN TIMBUL DAN CARA PENANGANANNYA Beberapa permasalahan yang mungkin terjadi di dalam pengoperasian Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) EFARINA ETAHAM BERASTAGI, berikut ini merupakan tabel permasalahan dan cara mengatasinya: NO 1.



PENANGANAN



PERMASALAHAN Pompa tidak bisa nyala



a. Pastikan selektor switch apakah pada posisi yang benar b. Periksa MCB pada panel control apakah ada yang trip c. Periksa kondisi kontaktaktor untuk pompa yang dimaksud d. Periksa koneksi kabel listrik pada panel control dan pada pompa.



2.



Pompa tidak keluar air



a. Periksa klep valve pada pipa inlet pompa b. Bersihkan klep valve dari kotoran c. Pancing pompa dengan air secukupnya d. Periksa jalur outlet pompa apakah ada yang tersumbat



3.



Pompa dengung tidak normal



a. Matikan pompa terlebih dahulu b. Buka bok terminal pada pompa, periksa kapasitor pompa



10 | P a g e



PROSEDUR STANDAR PENGOPERASIAN DAN PERAWATAN IPAL Sistem Biofilter An-Aerob-Aerob Up-Flow Efarina Etaham Berastagi



V. SISTEM TANGGAP DARURAT Pengoperasian dan pemeliharaan IPAL di Efarina Etaham Berastagi dapat menyebabkan resiko baik berupa kecelakaan kerja, kesehatan kerja dan resiko kerugian ekonomi. Untuk itu, pada area lokasi IPAL perlu dilengkapi dengan sistem tanggap darurat yang berguna untuk meminimalisir resiko yang timbul. 5.1. Sistem Tanggap Darurat Yang Perlu Dilengkapi Meliputi : 5.1.1. Sistem keamanan fasilitas Untuk memenuhi sistem keamanan, maka IPAL perlu : a. Mempunyai penerangan yang memadai disekitar lokasi b. Mempunyai pagar pengaman atau penghalang lain yang memadai c. Mempunyai tanda peringatan yang mudah terlihat dari jarak 10 meter 5.1.2. Sistem pencegahan terhadap kebakaran Kebakaran pada pengoperasian IPAL seringkali terjadi disebabkan oleh korslet arus listrik akibat pemilihan Instalasi yang tidak berkualitas, kerusakan akibat gigitan tikus, tumpahan bahan bakar, dll. Untuk itu, dalam area IPAL perlu : a. Memasang sisten arde b. Memasang tanda peringatan c. Memasang peralatan pendeteksi bahaya kebakaran outomatis : -



Alat deteksi peka asap



-



Alat deteksi peka panas



d. Tersedia alat pemadam kebakaran



11 | P a g e



PROSEDUR STANDAR PENGOPERASIAN DAN PERAWATAN IPAL Sistem Biofilter An-Aerob-Aerob Up-Flow Efarina Etaham Berastagi



5.1.3. Sistem penanggulangan keadaan darurat Kejadian darurat dalam pengoperasian dan pemeliharaan IPAL terjadi secara tiba-tiba.Untuk itu, maka guna mencegah dan meminimalisir dampak yang terjadi, perlu dilakukan hal-hal sbb : a. Ada petugas (Koordinator) penanggulangan keadaan darurat IPAL b. Jaringan komunikasi atau pemberitahuan kepada :



12 | P a g e



-



Tim penanggulangan keadaan darurat RS (Pos Satpam)



-



Dinas pemadan kebakaran setempat



PROSEDUR STANDAR PENGOPERASIAN DAN PERAWATAN IPAL Sistem Biofilter An-Aerob-Aerob Up-Flow Efarina Etaham Berastagi



VI.



PELATIHAN KARYAWAN



Reaksi cepat dan tepat perlu diterapkan dalam pengoperasian IPAL guna untuk mencegah dan mengendalikan dampak akibat keadaan darurat IPAL. Peran operator dalam kondisi ini akan menempati posisi strategis. Untuk itu, operator IPAL perlu dibekali pengetahuan melalui pelatihan : 6.1. Pelatihan dasar : Seperti pengenalan limbah, peralatan pelindung, keadaan darurat, prosedur inspeksi, P3K, K3 dan peraturan perundangan limbah B3. 6.2. Pelatihan khusus : Seperti pemeliharaan peralatan, pengoperasian alat pengolahan, lab lingkungan, dokumen dan pelaporan.



13 | P a g e