Manuskrip Febri [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN ALIH JENIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN NAMA NIM



: FEBRYADI PUTRA PRATAMA : 2014201210104



Efektifitas Pemberian Edukasi Kesiapsiagaan Bencana Banjir Terhadap Pengetahuan Dan Perilaku Kesiapsiagaan keluarga Di Kelurahan Sungai Lulut Rt 4 Kecamatan Banjarmasin Timur Abstrak Indonesia terletak pada daerah yang rawan bencana, seperti gempa bumi, tanah longsor, tsunami, banjir, letusan gunung berapi, angin kencang, bahkan kebakaran hutan. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif yang menggunakan quasi eksperimental design. populasi dalam penelitian ini adalah 120 kepala keluarga dan 433 masyarakat di Rt.04 Kelurahan Sungai Lulut Kecamatan Banjarmasin Timur. Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah simple random sampling pengambilan secara acak tanpa memperhatikan srata yang ada dalam populasi. Uji yang digunakan adalah uji Wilcoxon sign ranjk test yang berfungsi untuk mengukur ada tidaknya efektifitas 2 kelompok sampel yang saling berpasangan (dependen). Hasil uji statistic wicoxon sign rank test, α = 0,05 ditunjukan bahwa P value = 0,002 yang berarti hasil uji Iwilcoxon sign rank testt < 0,05 maka Ho = Ditolak artinya bahwa terdapat Efektivitas Pemberian Edukasi Kesiapsiagaan bencana banjir terhadap pengetahuan masyarakat di kelurahan sungai lulut serta hasil uji statistic Uji t, α = 0,05 ditunjukan bahwa P value = 0,000 yang berarti hasil uji Wilcoxon sign rank test < 0,05 maka Ho = Ditolak artinya bahwa didapatkan Efektivitas Pemberian Edukasi Kesiapsiagaan bencana banjir terhadap perilaku kesiapsiagaan pada masyarakat di kelurahan sungai lulut Kata Kunci Daftar Rujukan



: Banjir ,Edukasi, Kesiapsiagaan, Pengetahuan, Perilaku : 32 (2010-2020)



The Effectiveness of Providing Education on Flood Disaster Preparedness Knowledge and Behavior of Family Preparedness in Sungai Village Lulut Rt 4, East Banjarmasin District ABSTRACT Indonesia is located in an area prone to disasters, such as earthquakes, landslides, tsunamis, floods, volcanic eruptions, strong winds, and even forest fires . The research design used is a quantitative study using a quasi-experimental design . The population in this study were 120 families and 433 people in Rt.04 Sungai Lulut Village, East Banjarmasin District. The sampling technique used in this study is simple random sampling , taking randomly without regard to the existing strata in the population . The test used is the Wilcoxon sign Ranjk test which serves to measure the effectiveness of 2 groups of samples that are in pairs (dependent). The results of the Wicoxon sign rank test statistic , = 0.05, show that P value = 0.0 02 , which means that the Iwilcoxon sign rank test result t < 0.05, then Ho = Rejected, meaning that there is an Effectiveness of Providing Education on Flood Disaster Preparedness towards knowledge of the community in the Sungai Lulut sub-district as well as the results of the statistical test t test, = 0.05, it is shown that P value = 0.0 00 which means that the Wilcoxon sign rank test result 100 mm/hari). (BMKG, 2018) Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Tahun 2018, tercatat 1.999 kejadian bencana di Indonesia.. Dampak yang ditimbulkan bencana sangat besar. Tercatat 3.548 orang meninggal dunia dan hilang, 13.112 orang luka-luka, 3,06 juta jiwa mengungsi dan terdampak bencana, 339.969 rumah rusak berat,



7.810 rumah rusak sedang, 20.608 rumah rusak ringan, dan ribuan fasilitas umum rusak. Terdapat beberapa bencana yang menimbulkan korban jiwa dan kerugian cukup besar yaitu banjir bandang di Lampung Tengah yang menyebabkan 7 orang meninggal dunia. Bencana longsor di Brebes, Jawa Tengah yang menyebabkan 11 orang meninggal dunia dan 7 orang hilang. Banjir bandang di Mandailing Natal menyebabkan 17 orang meninggal dunia dan 2 orang hilang. Gempa bumi beruntun di Lombok dan Sumbawa menyebabkan 564 orang meninggal dunia dan 445.343 orang mengungsi. Bencana gempa bumi dan tsunami di Sulawesi Tengah menyebabkan 2.081 orang meninggal dunia, 1.309 orang hilang dan 206.219 orang mengungsi. Dibandingkan dengan tahun 2010 tercatat 1.944 kejadian bencana. Beberapa kejadian besar terjadi secara beruntun selama 2010 yaitu banjir bandang Wasior, tsunami Mentawai, erupsi Gunung Merapi, dan erupsi Gunung Bromo. Dampak yang ditimbulkan bencana selama tahun 2010 adalah 1.907 orang meninggal dunia dan hilang, 35.730 orang luka-luka dan 1,66 juta orang mengungsi dan terdampak bencana. (BNBP, 2018) Lazimnya banjir berkaitan dengan curah hujan yang melebihi batas normal. Penyebab dari banjir adalah rusaknya lingkungan bagian hulu sungai, seperti pengalihan fungsi lahan konservasi dan penebangan liar. Selain itu juga di bagian hilir yang membuang sampah sembarangan hingga selokan mampet dan resapan air menyempit, yang pada gilirannya menyebabkan air meluap dan menggenangi tepian sungai. Peristiwa yang ditimbulkan oleh gejala alam maupun yang diakibatkan oleh kegiatan manusia, baru dapat disebut bencana ketika masyarakat atau manusia yang terkena dampak oleh peristiwa itu tidak mampu untuk menanggulanginya. Maka dari itu diperlukan suatu tindakan penyelamatan yang timbul dari dalam diri masyarakat khususnya berkaitan



dengan kesiapsiagaan seperti yang tertuang di dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007, Pasal 1 No. 7 yaitu kesiapsiagaan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna (UU RI No. 24 Tahun 2007). Pendapat lain dikemukakan oleh United Nations Development Programme (UNDP) dan Kemendagri dalam Fahrimal, Reza dan Tjoetra sebagaimana kesiapsiagaan itu berkaitan dengan tindakan, kegiatan, komunikasi, dan koordinasi yang dilakukan seluruh sektor dan elemen untuk meningkatkan kapasitas publik menghadapi bencana. Kesiapsiagaan bencana menjadi unsur penting yang sangat menentukan dan berpengaruh besar terhadap cara berpikir dan cara bertindak masyarakat di area rawan bencana (Fahrimal, 2019). Provinsi Kalimantan Selatan memiliki luas wilayah daratan 38.44,22 Km² dan memiliki wilayah pesisir yang kaya akan sumberdaya hayati dan non hayati. Secara administrasi Provinsi Kalimantan Selatan memiliki 11 Kabupaten dan 2 Kota dengan jumlah penduduk pada tahun 2019 sebanyak 4.244.096 Jiwa dengan Kepadatan 110 Jiwa/ Km² (BPS, 2020). Dalam sejarah kejadian bencana di Provinsi Kalimantan Selatan terdapat 8 (delapan) jenis bencana yang pernah terjadi dan memiliki 1584 jumlah kejadian pada periode 5 tahun terakhir. Jenis Bencana yang paling banyak terjadi di dominasi oleh bencana banjir, kebakaran hutan dan lahan, tanah longsor dan puting beliung. Hal ini disebabkan karena banyaknya jumlah sungai yang terdapat di Provinsi Kalimantan Selatan. Pada saat musim hujan datang dan curah hujan cukup tinggi, maka sungai tidak lagi mampu menampung debit air sehingga air akan meluap ke pemukiman penduduk. Berdasarkan grafik diatas Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) tahun 2020,



Provinsi Kalimantan Selatan memiliki indeks risiko 144.81 (tinggi). Serta berdasarkan data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di tahun 2021 Bencana Banjir terjadi di beberapa Kelurahan dan Kecamatan yang berada di Wilayah Banjarmasin Kalsel, tanggal 17 Januari 2021. Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana melaporkan sebanyak 10 Kabupaten/Kota terdampak banjir di Provinsi Kalimantan Selatan, antara lain Kabupaten Tapin, Kabupaten Banjar, Kota Banjar Baru, Kota Tanah Laut, Kota Banjarmasin, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Balangan, Kabupaten Tabalong, Kabupataen Hulu Sungai Selatan, dan Kabupaten Batola. Hal ini berdasarkan data terakhir yang dihimpun pada 17 Januari 2021 kemudian Tercatat sebanyak 24.379 rumah terendam banjir dan 39.549 warga mengungsi dengan rincian antara lain, Kabupaten Tapin sebanyak 582 rumah terdampak dan 382 jiwa mengungsi, Banjarmasin 6.670 rumah terdampak dan 11.269 jiwa mengungsi, Kota Banjar Baru 2.156 terdampak dan 3.690 jiwa mengungsi, serta Kota Tanah Laut 8.506 rumah terdampak dengan 13.062 jiwa mengungsi (BNPB Kalsel, 2021). Pada Kecamatan Banjarmasin Timur Kelurahan Sungai lulut banyak rumah warga yang banyak terdampak banjir dari beberapa rumah yang rusak akibat luapan sungai-sungai yang meluap Banjarmasin Timur sudah bersiap dengan pengerahan Subin Sumber Daya Air Banjarmasin Timur membangun posko untuk warga yang dibangun di dekat titik rawan banjir. Tertera laporan dari media tentang bencana banjir yang melanda kelurahan sungai lulut pada 17 Januari 2021. setelah Bendungan yang berada di hulu sungai berstatus siaga I dengan ketinggian air berada di 220 sentimeter dan curah hujan yang menambah debit air di dalam bendungan berstatus siaga I dengan tinggi muka air 360 sentimeter. Banjir merendam



N o 1.



2.



beberapa RT dan RW yang berada di kelurahan sungai lulut Banjir di Kelurahan Sungai Lulut, Kecamatan Bnajarmasin Timur merupakan tamu yang datang rutin setiap tahunnya. Sebab, kelurahan tersebut merupakan dataran rendah, sehingga luapan air sungai Martapura dengan cepat menggenanginya. Berikut merupakan Data Genangan Banjir yang terangkum di Wilayah Kelurahan Saungai Lulut disajikan pada Tabel 1.1 Tabel 1.1 Data Genangan Banjir Kelurahan Sungai Lulut Lokas i Banjir RW 02 RT (01, 02, 10, 11) RW 02 RT (4, 9, 30)



Kerusaka n



Ketinggia n



Rumah Rusak Berat



50-100 cm



Rusak Ringan



40-80 cm



Lama Genanga n 10 jam



10 jam



Sumber: Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarmasin 2021 Berdasarkan data pada Tabel 1.1 tersebut diketahui bahwa Wilayah Kelurahan Sungai Lulut memang tidak bisa jauh dari adanya genangan banjir yang seringkali melanda karena sepanjang lokasi yang dialiri oleh Sungai Martapura. Lokasi yang menjadi rawan genangan banjir berada di RW 02 yang terdiri dari beberapa RT. Ketinggian genangan banjir bervariasi karena dipengaruhi dengan curah hujan dan banjir kiriman, serta letak lokasi banjir tersebut tepat berada di dataran rendah yang lebih dulu terkena luapan air dari Sungai Martapura yaitu Lokasi Banjir di RW 02 dengan keseluruhan dari 7 RT mengalami full banjir (RT 01, 02, 10, 11, 09, 30) Durasi waktu lamanya genangan banjir yang menggenangi lokasi tersebut kurang lebih sama rata 10 jam.



Dilihat dari letak geografisnya, Kelurahan Sungai Lulut terletak di lokasi yang lebih rendah ketimbang kawasan sekitarnya. Bentuk lekukan tanah di Kelurahan Sungai Lulut, berlembah-lembah dengan turunan dan tanjakan tajam. Hal ini makin diperparah dengan sangat padatnya lokasi pemukiman di Kelurahan Sungai Lulut, tak ada lagi resapan air yang hadir di kawasan pemukiman padat dekat dengan pasar. Terkait permasalahan mengenai bencana banjir yang memang sudah sering terjadi dan melanda kawasan padat penduduk seperti Kelurahan Sungai lulut seharusnya menjadi poin penting dalam usaha untuk melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan kesiapsiagaan bencana. Selain untuk melatih masyarakat sadar akan bahaya datangnya bencana juga untuk meminimalkan jatuhnya korban jiwa karena mengantisipasi dari awal sebelum terjadinya bencana diharapkan mampu dijunjung tinggi oleh setiap keluarga yang berdomisili di wilayah tersebut dibandingkan dengan memperbaiki segala kondisi setelah terjadinya bencana yang memang memerlukan pemulihan waktu dan biaya yang dikeluarkan tidak mungkin sedikit. Sehingga, masyarakat mampu berpikir bukan untuk menolak adanya bencana melainkan semakin meningkatnya potensi kepedulian terhadap kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana. Beberapa hasil penelitian terdahulu yang relevan atau berhubungan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti pertama oleh Rizal Fahrudin dengan skripsi yang berjudul “Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Letusan Gunung Ciremai Di Desa Cisantana Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan” menunjukkan bahwa hasil penelitian masyarakat Desa Cisantana seluruhnya sudah siap dalam menghadapi bencana letusan Gunung Ciremai. Meskipun bencana tidak dapat diperkirakan kapan terjadi, namun



masyarakat tetap meningkatkan kesiapsiagaan sehingga meminimalisir adanya korban dalam kejadian bencana tersebut (Rizal Fahrudin, 2019). Kemudian penelitian selanjutnya dilakukan oleh Widya Amalia Lestari dengan skripsi yang berjudul “Analisis Tingkat Kesiapsiagaan Masyarakat Menghadapi Bencana Industri Di Kota Cilegon, Provinsi Banten” menunjukkan bahwa hasil penelitian rendahnya tingkat kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana industri. Masyarakat sangat tidak mengetahui apa saja upaya yang dilakukan untuk menghadapi potensi yang muncul dari bencana industri tersebut. Oleh karena itu, diperlukan sosialisasi BPBD Kota Cilegon kepada se luruh masyarakat agar mengetahui kesiapsiagaan menghadapi bencana (Widya Amalia Lestari, 2018). Berdasarkan hasil wawancara dengan Lurah Sungai lulut pada Bulan Juni 2021 di Kelurahan sungai lulut, Pengetahuan masyarakat tentang kesiapsiagaan banjir di kelurahan sungai lulut masih sangat kurang, hal itu dibuktikan dengan kepanikan saat terjadi banjir, bahkan masyarakat tersebut bingung harus melakukan tindakan kesiapsiagaan yang seperti apa pada saat terjadi banjir tersebut. Dan sampai saat ini masyarakat Kelurahan sungai lulut belum pernah menerima sosialisasi mengenai Kesiapsiagaan Bencana Banjir Kepala Lurah setempat. Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Efektifitas Pemberian Edukasi Kesiapsiagaan Bencana Banjir terhadap Pengetahuan dan Perilaku Kesiapsiagaan pada Masyarakat Di Kelurahan Sungai Lulut RT 4 Kecamatan Banjarmasin Timur”. METODELOGI PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu penelitian quasi eksperimental design. Penelitian ini di desain untuk menilai pengaruh



pemberian edukasi terhadap pengetahuan dan perilaku kesiapsiagaan keluarga di Kelurahan Sungai Lulut Rt 4 Kecamatan Banjarmasin Timur Populasi dalam penelitian ini adalah 120 keluarga di Rt.04 Kelurahan Sungai Lulut Kecamatan Banjarmasin Timur. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari keluarga di Rt.04 Kelurahan Sungai Lulut Kecamatan Banjarmasin Timur. Adapun kriteria inklusi dalam sampel penelitian ini adalah Suami/Isteri, Berperan dalam pengambilan keputusan dalam keluarga, Bisa membaca dan menulis. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik simple random sampling pengambilan secara acak tanpa memperhatikan srata yang ada dalam populasi. Sampel pada penelitian ini adalah sebagian dari populasi dengan jumlah sampel yang diambil oleh peneliti dengan jumlah populasi 30 kepala keluarga Rt.04 kelurahan sungai lulut. Rumus besar sampel menggunakan rumus Lameshow. Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan peneliti untuk mengukur atau menilai variabel yang diteliti (Sugiyono, 2020). Dengan kuesioner yang disiapkan peneliti dimodifikasi dari peneliti Alif Purwoko pada (2015). Yang berisi 20 pernyataan mengenai pengetahuan dan 20 pernyataan mengenai perilaku kesiapsiagaan banjir. Analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel dengan dependen. Untuk mengetahui hubungan antara dua variabel dalam penelitian ini digunakan uji Wilcoxon sign rank test dengan nilai kemaknaan (signifikan korelasi) α (0.05) dengan menggunkan program komputer Jika H1 p ≤0,05 maka hipotesis diterima yang berarti terdapat perbedaaan pengetahuan dan perilaku kesiapsiagaan masyarakat sebelum dan sesudah edukasi kesiapsiagaan bencana banjir dikelurahan sungai lulut RT 04. Jika H2> 0,05 maka hipotesis ditolak yang



berarti tidak terdapat perbedaaan pengetahuan dan perilaku kesiapsiagaan masyarakat sebelum dan sesudah edukasi kesiapsiagaan bencana banjir dikelurahan sungai lulut RT 04.



HASIL KARAKTERISTIK RESPONDEN Setelah dilakukan penelitian karakteristik responden yang dibahas dalam penelitian ini meliputi umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan pendidikan. Tabel 1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur



No. 1. 2. 3



Umur Dewasa Awal (21-40 tahun) Dewasa Akhir (41-60 tahun) Lanjut Usia (>61 tahun) Jumlah



Frekuensi (orang) 6



Presentasi (%) 20



19



63.33



5



16.67



30



100



Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 orang responden didapatkan sebagian besar responden dalam kategori umur Dewasa Akhir (41-60 tahun) sebanyak 19 orang (63.33%). Tabel 1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin



No. 1. 2.



Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah



Frekuensi (orang) 13 17 30



Presentasi (%) 43.33 56.67 100



Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 orang responden didapatkan sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 17 orang (56.67%). Tabel No. 1. 2.



1.4



Pekerjaan Bekerja Tidak Bekerja Jumlah



Karakteristik



Responden



Frekuensi (orang) 20 10



Presentasi (%) 66.67 33.33



30



100



Berdasarkan Pekerjaan Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 orang responden didapatkan



sebagian besar responden sebanyak 20 orang (66.67%).



Tabel No. 1. 2. 3 4



1.5



bekerja



Tabel 4.6 menunjukkan bahwa hasil penelitian dari 30 orang responden sesudah diberikan intervensi didapatkan sebagian besar mempunyai pengetahuan baik sebanyak 29 orang (96.67%).



Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan



Pendidikan SD SMP SMA Perguruan Tinggi Jumlah



Frekuensi (orang) 2 8 14 6



Tabel 1.8 Distribusi Frekuensi dan Persentase perilaku Presentasi kesiapsiagaan sebelum (%) diberikan intervensi 6.67 dikelurahan sungai lulut 26.67 46.67 19.99



30



Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 orang responden didapatkan sebagian besar responden memiliki pendidikan terakhir SMA sebanyak 14 orang (46.67%).



100



ANALISA UNIVARIATE Tabel 1.6 Distribusi Frekuensi dan Persentase pengetahuan sebelum diberikan intervensi di kelurahan sungai lulut



No. 1. 2. 3.



Pengetahuan



Baik Cukup Kurang Jumlah



Frekuensi (orang) 1 22 7 30



Presentasi (%) 3.33 73.33 23.34 100



Tabel 1.6 menunjukkan bahwa hasil penelitian dari 30 orang responden sebelum diberikan edukasi didapatkan sebagian besar mempunyai pengetahuan cukup sebanyak 22 orang (73.33%). Tabel 1.7



No . 1. 2. 3.



Distribusi Frekuensi dan Persentase pengetahuan sesudah diberikan intervensi di kelurahan sungai lulut



Pengetahuan Baik Cukup Kurang Jumlah



Frekuensi (orang) 29 1 0 30



Presentasi (%) 96.67 3.33 0 100



No . 1. 2. 3.



Pengetahuan



Baik Cukup Kurang Jumlah



Frekuensi (orang) 0 18 12 30



Presentasi (%) 0 60 40 100



Tabel 1.8 menunjukkan bahwa hasil penelitian dari 30 orang responden sebelum diberikan intervensi didapatkan sebagian besar mempunyai perilaku kesiapsiagaan yang cukup sebanyak 18 orang (60%). Tabel 1.9 Distribusi Frekuensi dan Persentase perilaku kesiapsiagaan sesudah diberikan intervensi dikelurahan sungai lulut No. 1. 2. 3.



Pengetahuan



Baik Cukup Kurang Jumlah



Frekuensi (orang) 30 0 0 30



Tabel 1.9 menunjukkan bahwa hasil penelitian dari 30 orang responden sesudah diberikan intervensi didapatkan sebagian besar mempunyai perilaku kesiapsiagaan yang baik sebanyak 30 orang (100%). ANALISA BIVARIAT Tabel 1.10 Efektivitas Pemberian Edukasi Kesiapsiagaan bencana banjir terhadap pengetahuan masyarakat di kelurahan sungai lulut Sebelum



Sesudah



Presentasi (%) 100 0 0 100



Kategori Baik Cukup Kurang Total



F % 1 3.33 14 46.67 15 50 30 100 Wilcoxon Sign rank test p=0,002



F 29 1 0 30



% 96.67 3.33 0 100



Berdasarkan tabel 1.10 menunjukkan bahwa sebelum diberikan edukasi kesiapsiagaan bencana banjir responden memiliki pengetahuan yang baik sebanyak 1 orang (3.33%), pengetahuan yang cukup sebanyak 14 orang (46.67%), dan pengetahuan yang kurang sebanyak 15 orang (50%). Serta sesudah diberikan edukasi kesiapsiagaan bencana banjir responden memiliki pengetahuan yang baik sebanyak 29 orang (96.67%), pengetahuan yang cukup sebanyak 1 orang (3.33%). Hasil uji statistik wilcoxon sign rank test nilai sig (2tailed) menunjukkan ada perbedaan hasil pengetahuan sebelum dan sesudah dengan nilai signifikasi p=0,002 ≤ 0,05. H1 diterima yaitu pemberian edukasi Kesiapsiagaan bencana banjir efektif terhadap pengetahuan masyarakat dikelurahan sungai lulut. Tabel



1.11 Efektivitas Pemberian Edukasi Kesiapsiagaan bencana banjir terhadap perilaku kesiapsiagaan pada masyarakat di kelurahan sungai lulut



Kategori Baik Cukup Kurang Total



Sebelum F % 0 0 18 60 12 40 30 100 Wilcoxon Sign rank test p=0,000



Sesudah F % 30 100 0 0 0 0 30 100



Berdasarkan tabel 1.11 menunjukkan bahwa sebelum diberikan edukasi kesiapsiagaan bencana banjir responden memiliki perilaku kesiapsiagaan yang cukup sebanyak 18 orang (60%), perilaku kesiapsiagaan yang kurang



sebanyak 12 orang (40%). Serta sesudah diberikan edukasi kesiapsiagaan bencana banjir responden memiliki perilaku kesiapsiagaan yang baik sebanyak 30 orang (100%). Hasil uji statistik wilcoxon sign rank test nilai sig (2tailed) menunjukkan ada perbedaan hasil perilaku kesiapsiagaan sebelum dan sesudah dengan nilai signifikasi p=0,000 ≤ 0,05. H1 diterima yaitu pemberian edukasi Kesiapsiagaan bencana banjir efektif terhadap perilaku kesiapsiagaan pada masyarakat di kelurahan sungai lulut. PEMBAHASAN ANALISA UNIVARIAT Gambaran pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan intervensi di kelurahan sungai lulut Hasil penelitian dari 30 orang responden sebelum diberikan edukasi didapatkan sebagian besar mempunyai pengetahuan cukup sebanyak 22 orang (73.33%). Serta sesudah diberikan intervensi didapatkan sebagian besar mempunyai pengetahuan baik sebanyak 29 orang (96.67%).. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Aryo Kusnandar (2019) menunjukkan bahwa sebelum diberikannya perlakukan (sosialisasi) kepada 36 responden, tingkat pengetahuan masyarakat sebagian besar berada pada tingkat pengetahuan baik yaitu 77,8%, pengetahuan cukup 19,4% serta 2,8% memiliki tingkat pengetahuan kurang. Meskipun demikian ada juga responden yang berpengetahuan kurang yaitu responden dengan kategori umur dewasa akhir dengan pendidikan terakhir SMA seperti pada tabel 4.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan , menurut Nursalam (2011) tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap tingkat pengetahuan, semakin tinggi tingkat Pendidikan serta pengalaman seseorang maka semakin bagus juga pengetahuannya. Pengetahuan merupakan faktor utama dan menjadi kunci untuk kesiapsiagaan



bencana, Pengetahuan yang dimiliki pun biasanya dapat mempengaruhi sikap untuk siap siaga dalam mengantisipasi bencana. Kesiapsiagaan merupakan salah satu bagian dari proses manajemen bencana dan didalam konsep bencana yang berkembang saat ini. pentingnya kesiapsiagaan merupakan salah satu elemen penting dari kegiatan pencegahan dan pengurangan risiko bencana yang bersifat pro-aktif, sebelum terjadinya suatu bencana (Alif, 2015). Menurut (Chamida,Krisanthi,Dilanthi & Richard, 2016) Pengetahuan merupakan elemen yang penting untuk memberikan informasi tentang risiko bencana melalui pembelajaran yang efektif.Pengetahuan baik adalah hal yang paling utama yang harus dimiliki untuk kesiapsiagaan bencana, karena pengetahuan bisa menjadikan sikap yang dulunya tidak siap menjadi siap siaga pada saat akan terjadi bencana dan nantinya bisa mengantisipasi risiko timbulnya banyak kerusakan serta korban pada saat terjadinya bencana yang akan datang, dan pengetahuan sangat perlu dimiliki oleh setiap individu, Pengetahuan tentang kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang harus diketahui oleh keluarga untuk mengantisipasi situasi bencana secara cepat dan tepat guna. Kesiapsiagaan menghadapi bencana adalah suatu kondisi suatu masyarakat yang baik secara invidu maupun kelompok yang memiliki kemampuan secara fisik dan psikis dalam menghadapi bencana. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya Tindakan seseorang. Gambaran perilaku kesiapsiagaan banjir sebelum dan sesudah diberikan intervensi di kelurahan sungai lulut Hasil penelitian dari 30 orang responden sebelum diberikan intervensi didapatkan sebagian besar mempunyai perilaku kesiapsiagaan yang cukup sebanyak 18 orang (60%), serta sesudah diberikan



intervensi didapatkan sebagian besar mempunyai perilaku kesiapsiagaan yang baik sebanyak 30 orang (100%) Penelitian yang dilakukan oleh Jati (2013) tentang Kesiapsiagaan Masyarakat Terhadap Bencana Banjir Di Kelurahan Jagalan Kecamatan Jebres Kota Surakarta yang hasil penelitian menunjukkan tingkat kesiapsiagaan yang baik dari masyarakat dalam menghadapi banjir. Penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian dari Febriana (2015) tentang Kesiapsiagaan Masyarakat Desa Siaga Bencana Dalam Menghadapi Bencana di Kota Banda Aceh menunjukkan hasil kesiapsiagaan dari masyarakat baik. Perubahan perilaku yang terjadi dikarenakan responden menerima materi, merespon materi dengan tanggapan yang berasal dari pasangan kelompok lain, mendiskusikan bersama dari studi kasus yang diberikan, selanjutnya responden menghargai bahwa materi yang disampaikan bernilai positif (Dejestiya 2016). Kesiapsiagaan terhadap bencana merupakan tujuan utama seseorang melakukan upaya perlindungan atau upaya kesiapsiagaan yang ada, pengetahuan yang dimiliki mempengaruhi sikap dan kepedulian tenaga Kesehatan untuk siap dan siaga dalam mengantisipasi bencana. Adapun indikator pengetahuan dan sikap tersebut yaitu : tentang bencana, penyebab dan gejala-gejala, dan saat terjadi banjir. pada pengetahuan ini dapat dilihat dari sikap dan tindakan apa yang seharusnya mereka dilakukan masyarakat dalam kesiapsiagaan bencana.(Zuhriana, 2019). Menurut Mulyadi,dkk (2015) terdapat beberapa faktor yang berperan dalam meningkatkan perilaku kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir. Perilaku kesiapsiagaan sangat berperan terhadap saat menghadapi bencana. Semakin baik perilaku tentang bencana, maka seseorang akan lebih siap dalam menghadapi bencan banjir, dimana



dalam hal setiap penentuan sikap pengetahuan, pola pikir, keyakinan serta emosi memegang peranan penting. Menurut asumsi peneliti perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih baik daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan Terdapat tiga komponen yang membentuk struktur perilaku, diantaranya yaitu: (1) komponen kognitif (komponen perceptual) yaitu berisi kepercayaan yang berhubungan dengan persepsi individu tehadap objek sikap dengan apa yang dilihat dan diketahui, pandangan keyakinan, pikiran, pengalaman pribadi, kebutuhan emosional dan infomasi dari orang lain; (2) komponen afektif (komponen emosional) adalah komponen yang menunjukkan dimensi emosional subjektif individu terhadap objek sikap, baik bersifat positif maupun negatif; (3) komponen konatif (komponen perilaku) yaitu komponen ini merupakan predisposisi atau kecenderungan bertindak terhadap objek perilaku yang dihadapinya (Maulana 2009). ANALISA BIVARIAT Efektivitas Pemberian Edukasi Kesiapsiagaan bencana banjir terhadap pengetahuan masyarakat di kelurahan sungai lulut Sebelum diberikan edukasi kesiapsiagaan bencana banjir responden memiliki pengetahuan yang baik sebanyak 1 orang (3.33%), pengetahuan yang cukup sebanyak 14 orang (46.67%), dan pengetahuan yang kurang sebanyak 15 orang (50%). Serta sesudah diberikan edukasi kesiapsiagaan bencana banjir responden memiliki pengetahuan yang baik sebanyak 29 orang (96.67%), pengetahuan yang cukup sebanyak 1 orang (3.33%). Hasil uji statistik wilcoxon sign rank test nilai sig (2tailed) menunjukkan ada perbedaan hasil pengetahuan sebelum dan sesudah dengan nilai signifikasi p=0,002 ≤ 0,05. H1 diterima yaitu pemberian edukasi Kesiapsiagaan bencana banjir efektif



terhadap pengetahuan dikelurahan sungai lulut.



masyarakat



Hasil penelitian ini sama dengan penelitian (Imam, Hanny, & Rondhianto, 2014) yang berjudul “Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Kesiapsiagaan Dalam Menghadapi Bencana Banjir dan Longsor Pada Remaja Usia 15 – 18 tahun di SMA AlHasan Kemiri Kecamatan Panti Kabupaten Jember” dari penelitian ini disimpulkan bahwa ada hubungan ada hubungan antara pengetahuan dan perilaku kesiapsiagaan sebagai mana ditunjukkan oleh hasil uji korelasi product moment P Value = 0,000