Masalah Compounding Dan Dispensing [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MASALAH COMPOUNDING DAN DISPENSING SEDIAAN SEMISOLID



Dosen : apt. Farida Rahim, M.Farm Disusun Oleh : KELOMPOK 3 1.



Hanifa Lestari



(3005002)



2.



Gea Lestari



(3005009)



3.



Yolanda Amelia



(3005015)



4.



Agustia Aileen Felicia



(3005021)



5.



Intan Purnama



(3005029)



6.



Dede Odi Pratama



(3005034)



7.



Sonnya Lulian Setarini



(3005039)



8.



Melisa Audina



(3005056)



9.



Alamsyah Hanafiah



(3005076)



PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA YAYASAN PERINTIS PADANG 2020



KATA PENGANTAR Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Compounding dan Dispensing yang berjudul “Masalah Compounding dan Dispensing Sediaan Semisolid”. Makalah tersebut disusun untuk memenuhi syarat mata kuliah Compounding dan Dispensing di Program Studi Profesi Apoteker Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia Perintis Padang. Penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih sebesar besarnya kepada Ibu Farida Rahim, M.Farm, Apt yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan serta kelemahan dalam menyusun makalah ini. Demikian akhir kata, bukan pujian yang kami harapkan melainkan kritik dan saran guna memperbaiki makalah ini. Akhirnya kami ucapkan terima kasih. Padang, Maret 2020 Penulis



BAB I PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang Apoteker dalam mengindividualisasi terapi pasien meliputi fungsi klinis



dan compounding. Keahlian apoteker harus digunakan untuk penyesuaian dosis dan frekuensi pemberian obat, serta pemilihan bentuk sediaan untuk meningkatkan kepatuhan pasien. Apoteker terkait moral dan hukum untuk bertanggung jawab atas pelayanan pasien dengan melakukan compounding dan dispensing suatu preskripsi dengan tepat. Compounding



melibatkan



pembuatan



(preparation),



pencampuran



(mixing), pemasangan (assembling), pembungkusan, dan pemberian label (labelling) dari obat atau alat sesuai dengan resep dokter yang berlisensi atas inisiatif yang didasarkan atas hubungan dokter/pasien/farmasis/compounder dalam praktek profesional. Dalam hal ini compounder bertanggung jawab untuk pembuatan sediaan yang diracik. Selain itu juga bertanggung jawab untuk compounding (peracikan) sediaan yang dapat diterima kekuatan, kualitas, dengan kemasan dan pelabelan yang sesuai berdasarkan cara peracikan yang baik. Proses compounding adalah salah satu operasi yang paling umum digunakan dalam pembuatan sediaan farmasi. Berbagai macam bahan seperti cairan, semipadat dan padat  memerlukan  pencampuran selama mereka menjadi formulasi bentuk sediaan, karena itu pilihan yang tepat dari pencampuran adalah peralatan diperlukan mengingat sifat fisik dari bahan-bahan seperti densitas, viskositas, pertimbangan ekonomi mengenai waktu proses diperlukan untuk pencampuran dan daya serta biaya peralatan dan pemeliharaan. Apoteker mengembangkan obat untuk pemenuhan kebutuhan pasien, dari sejak proses diterimanya resep sampai obat diberikan kepada pasien diikuti dengan pemberian informasi dengan tujuan untuk memberikan efek terapi obat kepada pasien yang benar, dalam dosis dan kuantitas sesuai instruksi yang jelas, dan dalam kemasan yang memelihara potensi obat. Dalam praktek kefarmasian, kesalahan dalam penyesuaian dosis, frekuensi pemberian obat, dan pemilihan bentuk sediaan yang tidak tepat akan



menimbulkan masalah dalam proses compounding dan dispensing. Oleh karena itu akan dibahas berbagai permasalahan yang terjadi pada sediaan cair dan sediaan semi solid beserta solusinya. 1.2



Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah permasalahan compounding dan dispensing sediaan cair dan semisolid ?



1.3



Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetui permasalahan compounding dan dispensing pada sediaan cair dan semisolid



BAB II ISI 2.1 Compounding & Dispensing 2.1.1 Compounding a. Definisi Merupakan proses melibatkan pembuatan (preparation), pencampuran (mixing), pemasangan (assembling), pembungkusan (packaging), dan pemberian label (labelling) dari obat atau alat sesuai dengan resep dokter yang berlisensi atas inisiatif yang didasarkan atas hubungan dokter/pasien/ farmasis/compounder dalam praktek profesional. b. Teknik Compounding A. Pencampuran Pencampuran merupakan salah satu pekerjaan yang sangat umum dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Pencampuran adalah proses yang menggabungkan bahan-bahan yang berbeda untuk menghasilkan produk yang homogen. Pencampuran dalam sediaan farmasi dapat diartikan sebagai proses penggabungan dua atau lebih komponen sehingga setiap partikel yang terpisah dapat melekat pada partikel dari komponen lain. Tujuan pencampuran selain untuk menghomogenkan bahanbahan juga untuk memperkecil ukuran partikel, melakukan reaksi kimia, melarutkan komponen, membuat emulsi, dan lain-lain, sehingga tidak jarang dalam teknologi farmasi digunakan beberapa alat pencampur / mixer dengan jenis yang berbeda untuk mengolah bahan-bahan obat. Tidak hanya bahan-bahan obat yang akan mempengaruhi produk suatu obat, teknik pencampuran pun dapat mempengaruhi produk obat yang dihasilkan. Menurut Bhatt dan Agrawal (2007), beberapa contoh pencampuran skala besar dalam bidang farmasi : 1. Pencampuran bubuk/sebuk dalam pembuatan granul dan tablet



2. Pencampuran kering dalam proses kompresi langsung sediaan tablet dan kapsul 3. Pencampuran



bubuk/serbuk



dalam



pembuatan



sediaan



kosmetik seperti bedak 4. Pembuatan serbuk yang larut dalam larutan untuk pengisian dalam kapsul lunak dan sirup 5. Pencampuran dua cairan yang tidak saling larut, seperti sediaan emulsi. Mekanisme pencampuran cairan secara esensial masuk dalam empat kategori, yaitu : transpor bulk, aliran turbulen, aliran laminer, dan difusi molekuler. Biasanya lebih dari satu dari proses – proses ini yang dilakukan pada proses pencampuran. Menurut Lachman,. (1989) ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam pencampuran yaitu : 1. Sifat fisik dari bahan yang akan dicampur, seperti kerapatan, viskositas, dan kemampuan bercampur 2. Segi ekonomi, menyangkut pemrosesan 3. Waktu, waktu yang dibutuhkan untuk mencampur 4. Alat, kemudahan mencampur, perawatan, dan pembersihannya. c. Tanggung Jawab Componder atau Peracik  Compounder (peracik) dalam peracikan obat atau peracikan     makanan (nutriceutical) harus ahli dalam peracikan dan harus terus mengembangkan ilmunya dengan mengikuti seminar   dan/atau mempelajari literatur yang cocok.   Seorang compounder harus tidak asing secara detail dengan semua Pharmaceutical Compounding – Nonsterile Preparations,  Pharmaceutical Compounding – Sterile Preparations.            



Sebagai tambahan, compounder harus bertanggung jawab dalam: 







Mengesahkan semua pesanan resep 







Menyetujui atau menolak semua komponen, pengemas produk obat, penutup, material dalam proses, dan pelabelan. 







Membuat dan mengkaji ulang semua catatan compounding untuk menjamin



bahwa



tidak



terjadi



kesalahan



dalam



proses 



compounding.  



Menjamin pemeliharaan yang cocok, kebersihan, dan pemakaian semua peralatan yang dipakai dalam praktek  peracikan obat. 







Menjamin bahwa hanya personil yang diberi wewenang oleh supervisor compounding akan dekat daerah operasi peracikan obat. 







Menjamin bahwa produk obat dan komponen produk obat 



adalah



tidak termasuk daftar produk obat yang telah ditarik dari peredaran untuk alasan kesehatan masyarakat.  Compounder harus menjamin bahwa personil yang diperkerjakan dalam peracikan memakai pakaian yang bersih sesuai dengan tipe sepatu atau item lain yang diperlukan untuk melindungi personil dari kena bahan kimia dan mencegah kontaminasi obat.  Compounder harus melaksanakan prosedur untuk mencegah kontaminasi silang bila meracik dengan obat (misalnya penisilin) yang membutuhkan perhatian khusus untuk mencegah kontaminasi silang. 2.1.1. Dispensing a. Definisi Dispensing merupakan proses sejak diterimanya resep sampai obat diberikan kepada pasien diikuti dengan pemberian informasi yang memadai. Hal yang harus diperhatikan dalam dispensing : 



Kualitas lingkungan kerja







Proses dispensing







Ketersediaan obat







Alur kerja







Penataan obat



Praktek Dispensing yang baik adalah suatu praktek yang memastikan suatu bentuk yang efektif dari obat yang benar, ditujukan kepada pasien yang benar, dalam dosis dan kuantitas sesuai instruksi yg jelas, dan dalam kemasan yang memelihara potensi obat. Lingkungan Dispensing 



Yang termasuk lingkungan dispensing adalah staf, sekeliling lingkungan fisik, rak, ruang peracikan, ruang penyimpanan, peralatan, permukaan yang digunakan selama bekerja, dan bahan pengemas.







Lingkungan dispensing harus bersih dan diorganisasikan. Bersih karena umumnya obat digunakan secara internal dan diorganisasikan agar dispensing dapat dilakukan dengan aman, akurat, dan efisien.







Staf harus memiliki kebersihan diri dan harus memakai baju kerah putih/baju kerja. Sekeliling lingkungan fisik, ruang peracikan, dan ruang penyimpanan harus bebas debu dan kotoran; sebaiknya dibersihkan setiap hari. Wadah dan obat-obattan sebaiknya diorganisasikan dalam rak; sebaiknya  obat dalam dan obat luar diletakkan secara terpisah; bahan kimia cair dan padat juga sebaiknya disimpan secara terpisah; semua wadah dan obat harus diberi etiket secara jelas untuk memastikan pemilihan yang aman dari sediaan dan meminimalkan kesalahan. Semua peralatan untuk meracik, seperti lumpang dan alu, spatula, timbangan, dll harus dibersihkan hingga bersih dan kering sebelum pemakaian sediaan selanjutnya. Timbangan sebaiknya dikalibrasi sesuai dengan peraturan yang ada.







Lingkungan dispensing harus memiliki ruangan yang memungkinkan gerakan yang longgar bagi staf selama proses dispensing, tetapi pergerakan harus diminimalkan untuk memelihara efisiensi.







Sistem perputaran sediaan harus ditetapkan berbasis obat yang digunakan terlebih dahulu, misalnya yang masuk dulu/keluar dulu. (First In/First Out)



Personel Dispensing Selain membaca, menulis, menghitung, dan menuang, personel dispensing harus memiliki kemampuan sebagai berikut: 



Pengetahuan tentang obat yang mau didispensing, seperti penggunaan umum, dosis yang digunakan, efek samping yang ditimbulkan, mekanisme kerja obat, interaksi dengan obat lain/makanan, penyimpanan yang baik, dll.







Keterampilan kalkulasi dan aritmatik yg baik.







Keterampilan mengemas yang baik.







Bersifat bersih, teliti, dan jujur.







Memiliki sikap dan keterampilan yang baik dalam berkomunikasi dengan penderita dan profesional kesehatan lain.



Proses Dispensing 



Menerima & melakukan konfirmasi resep







Menerjemahkan dan analisis resep







Menyiapkan obat yg diperlukan & memberi label







Mencatat dan mendokumentasikan kegiatan yg dilakukan







Memberikan konseling dan informasi serta obat kepada pasien



Hal-hal yang diperhatikan dalam siklus dispensing dalam menerima resep pastikan: 



Identitas pasien







Keabsahan resep (jika kurang, konform ke pasien/dokter).



Dalam menerjemahkan & analisis resep pastikan: 



Ada/tdknya DRP (drug related problem)







Dosis, indikasi, kontraindikasi, interaksi obat







Kondisi pasien (usia, hamil, menyusui, liver, ginjal)







Terapi yang rasional







Ketersediaan obat.



Hal yang harus diperhatikan dalam proses peracikan pastikan yaitu:







Nama obat







Macam sediaan







Kekuatan obat







Jumlah obat







Fokus pada obat yang diambil, utk menghindari kesalahan (gunakan sistem barcode)







Obat tdk kontak langsung dengan tangan







Lingkungan higienis







Ketepatan pengukuran miniskus sediaan cair Dalam mencatat dan dokumentasi pastikan label obat berisi tanggal, nama



pasien, nama obat, kekuatan obat, aturan pakai, keterangan tambahan. Label disiapkan satu persatu sesuai obat. Penyerahan obat dengan informasi yg lengkap : 



Jadwal minum obat (hubungan dengan makan & obat lain)







Cara minum obat (kunyah, telan, dilarutkan)







Cara menyimpan & menjaga kestabilan



2.2 Sediaan Semisolid a. Definisi Sediaan Semisolid Sediaan semisolid adalah sediaan setengah padat yang dibuat untuk tujuan pengobatan melali kulit. Dalam pengembangan semisolid yang baik, perlu diperhatikan beberapa faktor yaitu : struktur, berat molekul, dan konsentrasi obat yang melalui kulit, jumah obat yang dilepaskan dari pembawa pada permukaan kulit, stabilitas fisikakimia sediaaan selama penyimpanan dan penerimaan pasien terhadap formula yang dibuat. Pertimbangan umum dalam melaukan compounding sediaan semi solid antara lain sebagai berikut: 1. Bahan yang tidak larut harus berada dalam kondisi subdivisi yang sangat bagus sebelum digabungkan kedalam basis. 2. Agen pengikat harus sesuai dengan pembawa yang digunakan.



3. Bila serbuk digabungkan dengan menggunakan bahan pengikat, teknik pengenceran geometrik harus digunakan untuk memastikan pencampuran bahan aktif secara menyeluruh dengan pembawa. 4. Saat memasukkan serbuk yang dapat larut, gunakan pelarut yang memiliki tekanan uap rendah (misalnya air, gliserin, dan propilen glikol). Pelarut volatil sebaiknya tidak digunakan, terutama dalam basis oleaginous, karena pelarut bisa menguap, dapat dikristalisasi pada basis dan menyebabkan iritasi ketika diaplikasikan di kulit. 5. Sebelum menambahkan bahan seperti flavors atau zat aktif, dinginkan produk/sediannya sedikit. Lelehan/cairan sediaannya harus tetap cair tapi tidak panas, untuk memungkinkan pencampuran seragam tanpa kehilangan bahan akibat penguapan. Temperatur kurang dari 78 °C bekerja dengan baik dengan banyak basis, namun suhu yang lebih rendah akan dibutuhkan jika terdapat bahan alkohol dan volatile. 6. Saat bekerja dengan sistem berair, gunakan panas untuk waktu yang singkat dan sesedikit mungkin suhu. Hal ini akan meminimalkan kuantitas air yang hilang melalui penguapan. 7. Jika produk terlalu kaku dan sulit diaplikasikan, coba kurangi konsentrasi komponen lilin. 8.



Umumnya, obat dapat dimasukkan ke dalam salep, krim, dan pasta dengan mudah pada pil tile dengan spatula. Jika jumlah padatan dalam jumlah besar digabungkan, disarankan untuk menggunakan panas untuk melelehkan basis sebelum memasukkan obat.



9.



Untuk stabilitas maksimum, jaga agar produk tetap anhidrat, jika memungkinkan.



10. Bila apoteker menambahkan beberapa serbuk ke dalam pembawa topikal, yang terbaik adalah menambahkan serbuk satu per satu dengan pencampuran



menyeluruh



setelah



penambahan



masing-masing.



Tindakan ini memastikan stabilitas dan keseragaman produk akhir.



2.2.2 Penggolongan Sediaan Semisolid a. Berdasarkan konsistensiya Konsistensi Unguenta ( salep )



Keterangan Sediaan setengah



padat



yang



memiliki konsistensi seperti mentega, tidak mencair pada suhu biasa tetpi mudah



diolekan



tanpa



memakai



Cream



tenaga. Sediaan



Pasta



mengandung air, mudah diserap kulit. Sediaan setengah padat yang



setengah



padat



yang



mengandung lebih dari 50% zat padat Cerata



(serbuk). Sediaan



setengah



berlemak



yang



padat



yang



mengandung



persentase tinggi lilin ( waxes ), Gel



sehingga konsistensinya lebih keras. Sediaan setngah padat yang lebih halus,



umumnya



cair



dan



mengandung sdikit atau tanpa lilin, digunakan terutama pada membran mukosa sebagai pelicin atau basis.



b. Berdasarkan efek terapi 



Salep epidermic Sediaan yang digunakan pada permukaan kulit yng berfungsi hanya untuk melindungi kulit dan menghasilkan efek lokal, karena bahan obat tidak diabsorbsi.







Salep endodermic Sediaan yang bahan obatnya menembus kedalam tetapi tidak melalui kulit dan terabsorbsi sebagian. Umunnya digunakan untuk melunnakan kulit atau selaput lendir.







Salep diadermic Sediaan dimana bahan obatnya menembus kedalam melalui kulit dan mencapai efek yang diinginkan karena di absorbsi seluruhnya.



c. Berdasarkan basis sediaan 



Sediaan hydrophobic : sediaan dengan bahan dasar berlemak.







Sediaan



hydrophillic : sediaaan yang kuat mearik air, biasanya



memiliki tipe o/w atau w/o. 2.2.3 Keuntungan dan Kerugian Sediaan Semisolid 



Keuntungan salep misalnya salep dengan dasar salep lanonin yaitu, walaupun



masih



mempunyai



sifat-sifat



lengket



yang



kurang



menyenangkan, tetapi mempunyai sifat yang lebih mudah tercuci dengan air dibandingkan dasar salep berminyak. Kerugian salep misalnya pada salep basis hidrokarbon, sifatnya yang berminyak dapat meninggalkan noda pada pakaian serta sulit tercuci oleh air sehingga sulit dibersihkan dari permukaan kulit.Hal ini menyebabkan



penerimaan



pasien



yang



rendah



terhadap



basis



hidrokarbon jika dibandingkan dengan basis yang menggunakan emulsi seperti krim dan lotion. Sedangkan pada basis lanonin, kekurangan dasar salep ini ialah kurang tepat bila dipakai sebagai pendukung bahan-bahan antibiotik dan bahan-bahan lain yang kurang stabil dengan adanya air. 



Keuntungan Pasta adalah pasta mengikat cairan secret, pasta lebih baik dari unguentum untuk luka akut dengan tendensi mengeluarkan cairan, bahan obat dalam pasta lebih melekat pada kulit sehingga meningkatkan daya kerja lokal, konsentrasi lebih kental dari salep, daya adsorpsi sediaan pasta lebih besar dan kurang berlemak dibandingkan dengan sediaan salep.



Kerugian Pasta adalah karena sifat pasta yang kaku dan tidak dapat ditembus, pasta pada umumnya tidak sesuai untuk pemakaian pada bagian tubuh yang berbulu, dapat mengeringkan kulit dan merusak lapisan kulit epidermis dan dapat menyebabkan iritasi kulit 



Keuntungan Gel adalah untuk hidrogel : efek pendinginan pada kulit saat digunakan, penampilan sediaan yang jernih dan elegan, pada pemakaian di kulit setelah kering meninggalkan film tembus pandang, elastis, mudah dicuci dengan air, pelepasan obatnya baik, kemampuan penyebarannya pada kulit baik. Kerugian Gel adalahntuk hidrogel : harus menggunakan zat aktif yang larut di dalam air sehingga diperlukan penggunaan peningkat kelarutan seperti surfaktan agar gel tetap jernih pada berbagai perubahan temperatur, tetapi gel tersebut sangat mudah dicuci atau hilang ketika berkeringat, kandungan surfaktan yang tinggi dapat menyebabkan iritasi dan harga lebih mahal.







Kelebihan krim adalah mudah menyebar rata Praktis Mudah dibersihkan atau dicuci Cara kerja berlangsung pada jaringan setempat Tidak lengket terutama tipe m/a Memberikan rasa dingin (cold cream) berupa tipe a/m Digunakan sebagai kosmetik Bahan untuk pemakaian topikal jumlah yang diabsorpsi tidak cukup beracun. Kekurangan krim adalah susah dalam pembuatannya karena pembuatan krim harus dalam keadaan panas. Gampang pecah disebabkan dalam pembuatan formula tidak pas. Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe a/m karena terganggu sistem campuran terutama disebabkan oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi disebabkan penambahan salah satu fase secara berlebihan.



2.2.4 Komposisi Sediaan Semisolid 1. Salep Komposisi Salep Pemilihan dasar salep tergantung pada beberapa faktor seperti khasiat yang diinginkan, sifat bahan obat yang dicampurkan, ketersediaan hayati, stabilitas dan ketahanan sediaan jadi. Dalam beberapa hal perlu



menggunakan dasar salep yang kurang ideal untuk mendapatkan stabilitas yang diinginkan. Misalnya obat-obat yang cepat terhidrolisis, lebih stabil dalam dasar salep hidrokarbon daripada dasar salep yang mengandung air, meskipun obat tersebut bekerja lebih efektif dalam dasar salep yang mengandung air. Dasar salep tradisional terdiri dari campuran wax, lemak dan minyak: 



Wax - padat dan keras pada suhu kamar







Lemak - semipadat, lembut pada suhu kamar







Minyak - cair di ruang temeprature



Berdasarkan Farmakope Indonesia Edisi V, Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam 4 kelompok: a)



Dasar salep hidrokarbon.



Dasar salep ini dikenal sebagai dasar salep berlemak antara lain vaselin putih dan salep putih. Hanya sejumlah kecil komponen berair dapat dicampurkan ke dalamnya. Salep ini dimaksudkan untuk memperpanjang kontak bahan obat dengan kulit dan bertindak sebagai pembalut penutup. Dasar salep hidrokarbon digunakan terutama sebagai emolien, dan sukar dicuci. Tidak mengering dan tidak tampak berubah dalam waktu lama. b)



Dasar salep serap.



Dasar salep serap ini dapat dibagi dalam 2 kelompok. Kelompok pertama terdiri atas dasar salep yang dapat bercampur dengan air membentuk emulsi air dalam minyak (Parafin hidrofilik dan Lanolin anhidrat), dan kelompok kedua terdiri atas emulsi air dalam minyak yang dapat bercampur dengan sejumlah larutan air tambahan (Lanoli). Dasar salep serap juga bermanfaat sebagai emolien. c)



Dasar salep yang dapat dicuci dengan air.



Dasar salep ini adalah emulsi minyak dalam air antara lain Salep hidrofilik dan lebih tepat disebut “Krim” (lihat Cremores). Dasar ini dinyatakan juga sebagai “dapat dicuci dengan air” karena mudah dicuci dari kulit atau dilap basah, sehingga lebih dapat diterima untuk dasar kosmetik. Beberapa bahan obat dapat menjadi lebih efektif menggunakan



dasar salep ini daripada Dasar salep hidrokarbon. Keuntungan lain dari dasar salep ini adalah dapat diencerkan dengan air dan mudah menyerap cairan yang terjadi pada kelainan dermatologik. d)



Dasar salep larut dalam air.



Kelompok ini disebut juga “dasar salep tak berlemak” dan terdiri dari konstituen larut air. Dasar salep jenis ini memberikan banyak keuntungan seperti dasar salep yang dapat dicuci dengan air dan tidak mengandung bahan tak larut dalam air seperti parafin, lanolin anhidrat atau malam. Dasar salep ini lebih tepat disebut “gel”. Dalam buku Pharmaceutical Compounding And Dispensing Second Edition, ada beberapa macam basis salep antara lain : a. Basis Hidrokarbon Basis ini tidak bercampur dengan air dan tidak diserap oleh kulit. Mereka biasanya terdiri dari parafin lunak atau campuran parafin lembut atau paraffin cair. Paraffin dari film bukti dari air berminyak dikulit. Menghambat kehilangan air dari kulit, sehingga meningkatkan hidrasi kulit, yang khususnya penting dalam pengobatan kondisi bersisik kering. b. Basis Absorpsi Basis absorpsi adalah emolien yang baik yang kurang oklusif dan mudah di aplikasikan dibandingkan basis hidrokarbon. c. Basis air yang mudah larut atau basis pengemulsi Basis ini adalah basis anhidrat yang mengandung minyak dalam agen pengemulsi air, yang membuat basis ini bercampur dengan air karena itu dapat dicuci dan mudah dikeluarkan setelah digunakan. Berikut 3 salep pengemulsi yang digunakan sebagai basis air yang dapat larut : 



Emulsifying Ointment BP (anionik)







Cetrimide Emulsifying BP (kationik)







Cetomacrogol Emulsifying Ointment BPC (non-ionic)



Basis mudah bercampur dengan sekresi air dari kulit dan karena itu dapat dibersihkan dengan mudah, basis ini sangat cocok untuk digunakan pada kulit kepala. d. Basis Hidrofilik Basis ini dikembangkan dari polyethylene glycols (macrogols). Basis ini non occlusive, mudah dicampur dengan sekresi kulit dan mudah



dikeluarkan



dengan



mencuci



(misalnya



Macrogol



Ointments BP). Basis Macrogol biasa digunakan dengan anestesi lokal seperti Lidocaine BP. Tabel. Basis salep yang diklasifikasikan berkaitan dengan air. Tipe Basis



Berminyak



Karakteristik Contoh Tidak larut dalam air Petrolatum putih Tidak bisa dicuci dengan air Salep putih Tidak menyerap air Pelembab Oklusif (bahan aktif kosmetik yang



dapat



menghambat



terjadinya penguapan air dari



Absorpsi



Emulsi W/O



Emulsi O/W



permukaan kuli) Berminyak Tidak larut dalam air Tidak bisa dicuci dengan air Anhidrat Bisa menyerap air Yang melunakkan (pelembab) Oklusif Berminyak Tidak larut dalam air Tidak bisa dicuci dengan air Menyerap air Yang melunakkan (pelembab) Oklusif Berminyak Tidak larut dalam air Bisa dicuci dengan air Menyerap air Mengandung / berisi air Tidak oklusif Tidak berminyak



Petrolatum hidrofilik Aquabase Aquaphor



Cold cream Lanolin hidrous Hidrocream Eucerin Nivea Salep hidrofilik Dermase Velvachol Unibase



Larut air



Bisa dicuci dengan air Menyerap air Anhidrat / hidrous Tidak berminyak Tidak oklusif



Salep polietilenglikol



Metode pembuatan salep 1. Metode fusi Metode ini melibatkan pencairan basis di atas waterbath sebelum memasukkan bahan lainnya. Dalam metode (fusi): a. Selalu membuat sediaan kelebihan karena kekurangan pemindahan sediaan kedalam wadah akan selalu terjadi. b. Tentukan titik



leleh dari basis



lemak



dan kemudian lelehkan



bersama. Dimulai dengan basis dengan titik lebur tertinggi, setiap basis harus dilelehkan pada suhu serendah mungkin saat campuran mendingin c. Tambahkan bahan kedalam cawan uap diatas waterbath untuk menghindari terjadinya terlalu panas - gunakan termometer untuk memeriksa suhu secara teratur. d. Setelah basis pertama mendingin tambahkan bahan-bahanya dengan menurunkan titik lebur pada suhu masing-masing, aduk terus menerus untuk memastikan campuran homogen sebelum diangkat. 2. Metode umum untuk memasukkan serbuk ke dalam basis salep a. Padatan terlarut Padatan larut harus ditambahkan ke basis lemak cair pada suhu serendah mungkin dan campuran diaduk sampai dingin. Sebagai alternatif, jika menggunakan basis yang sudah disiapkan, padatan terlarut dapat digabungkan dengan menggunakan metode yang digunakan untuk padatan yang tidak larut. b. Padatan tidak larut Padatan tidak larut harus digabungkan menggunakan ointment slab dan spatula. Jika ada lebih dari satu serbuk yang ditambahkan, maka harus dicampur dalam mortir menggunakan metode ‘doubling up'.



Serbuk kasar - jumlah minimum basis lemak cair harus ditempatkan di bagian tengah tile dan digunakan untuk levigasi serbuk. Campuran basis bubuk / lemak kemudian dapat dikembalikan ke cawan uap dengan basis lemak yang tersisa dan diaduk sampai dingin, atau basis lemak yang tersisa di cawan uap dapat dibiarkan dingin dan diaduk dengan campuran basis serbuk / lemak pada tile. Bubuk halus bisa ditriturasi ke dalam salep yang sudah selesai dibuat di



atas ointment



tile.



Sejumlah kecil bubuk harus



ditambahkan ke jumlah salep yang sama (yaitu teknik 'doubling up'). Harus triturasi dengan baik untuk menggabungkan semua basis salep. Sebagai alternatif, sejumlah kecil bubuk dapat dilarutkan dengan beberapa basis salep cair pada tile dan campuran yang dihasilkan kembali ke massa cair yang tersisa dan diaduk untuk menghasilkan produk homogen. 3. Metode umum untuk memasukkan cairan ke dalam dasar salep a. Cairan yang tidak mudah menguap dan mudah larut dapat dicampur dengan krim cair di cawan uap. Sebagai alternatif, jika basis pra-prepared digunakan, maka masukkan cairan yang mudah menguap atau tidak bercampur. b. Cairan volatil atau tidak bercampur (misalnya larutan coal tar) harus dilekatkan dengan krim pada ointment tile. Sejumlah kecil krim harus ditempatkan di ditengah tile. Secara tradisional, sejumlah kecil cairan harus diaduk dengan lembut agar tidak terpercik. Dan metode alternatifnya adalah dengan menyebarkan sejumlah kecil krim di atas tile dan kemudian "mencetaknya" dengan spatula. Kemudian tambahkan sejumlah kecil cairan dan aduk kedalam basis dengan lembut. Jika menggunakan coal tar atau bahan-bahan yang mudah menguap lainnya, jangan ditimbang sebelum digunakan dengan segera dan beaker yang telah ditimbang harus ditutup dengan kaca arloji untuk mencegah penguapan. Petunjuk compounding salep



1. Dua atau lebih salep dapat dikombinasikan dengan mencampurnya keduanya dalam kantong plastik. 2. Salep dapat dipindahkan langsung dari kantong plastik kedalam tabung dengan memotong satu kantong plastik dan meremas isinya kedalam tabung salep atau botol. Hal ini membuat pembersihan sangat mudah. 3. Beberapa tetes minyak mineral atau pelarut yang sesuai dapat meningkatkan kemampuan kerja obat dengan membangun kekuatan elektrostatik, contohnya sulfur. 4. Pelarut Volatile yang tidak boleh digunakan untuk mencampur serbuk, karena pelarut akan menguap dan meninggalkan kristal dari obat. 5. Saat fase minyak dan fase air dicampur bersama, sangat membantu untuk memanaskan fase air beberapa derajat lebih tinggi daripada fase minyak sebelum dicampur. Fase air cenderung mendingin lebih cepat dari fase minyak. 6. Salep harus didinginkan sampai beberapa derajat di atas pemadatan sebelum dituangkan kedalam tube atau tabung. Ini akan meminimalkan terjadi lapisan salep dalam kemasan. 7. Panas melembutkan salep dan membuat pengisian salep kedalam tube dan tabung menjadi lebih mudah. Pemanasan harus dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah stratifikasi bahan-bahan. 8. Bila basis sedang dipersiapkan, bahan dengan titik lebur tertinggi harus dicairkan dulu, kemudian panasnya harus dikurangi secara bertahap dan harus ditambahkan sesuai urutan titik leleh tertinggi sampai titik terendah sampai diperoleh campuran homogen. Proses ini akan meningkatkan kualitas produk akhir, karena memastikan bahannya terkena suhu serendah mungkin selama persiapan. 9. Jika basis yang mengandung air digunakan dan obat tersebut larut dalam air, obat harus dilarutkan seminimal mungkin dalam jumlah air sebelum dimasukan kedalam basis.



Stabilitas



Salep relatif stabil terutama jika berada dalam pelarut berair, penyerapan anhidrat, atau anhidrat, yang dapat larut dalam air. Jika mengandung air seperti dalam basis emulsi, salep seringkali kurang stabil. Baik stabilitas fisik (penampilan, bentuk, bau, warna) dan stabilitas kimia (obat aktif dan bahan dasar) harus diperhatikan. Karena bahan dasarnya relatif stabil, kestabilan obat aktif merupakan penentu utama stabilitas keseluruhan produk. Dalam memprediksikan tanggal penggunaan, biasanya dapat melihat produk komersial yang mengandung obat aktif untuk mendapatkan perkiraan yang masuk akal. Biasanya tanggal penggunaan untuk salep yang mengandung air dan tidak mengandung pengawet, selambat-lambatnya 30 hari. Untuk mengetahui kestabilan salep, apoteker harus mengamati sifat fisik seperti perubahan konsistensi dan pemisahan cairan, pembentukan butiran atau grittiness dan pengeringan, krim harus diamati untuk melihat kerusakan emulsi, pertumbuhan kristal, penyusutan akibat kehilangan air dan kontaminasi mikroba. Salep dan emulsi rentan terhadap degradasi kimia, terutama saat ada air. Kontrol kualitas Kontrol



kualitas



melibatkan



pengecekan



persiapan



akhir



untuk



karakteristik berikut: berat akhir, penampilan visual, warna, bau, viskositas, pH, homogenitas / pemisahan fase, ukuran partikel dan tekstur. Kemasan/penyimpanan/pelabelan Salep umumnya dapat dikemas dalam tube dan stoples. Salep umumnya harus disimpan pada suhu kamar dan jauh dari panas yang berlebihan. Pelabelan harus sesuai untuk mode administrasi. Selain persyaratan standar untuk pelabelan sediaan



yang



tidak



dilakukan



tanpa



persiapan,



hal-hal



berikut



perlu



dipertimbangkan: '' Untuk penggunaan luar saja '' - peringatan ini harus ditambahkan ke label salep yang disiapkan secara tidak lisan karena semua salep hanya untuk penggunaan luar.



2. Gel Komposisi Gel 1.



Gelling Agent Konsistensi gel dapat sangat bervariasi tergantung pada gelling agent yang



digunakan dalam pembuatannya. Agen pembentuk gel yang umum digunakan dalam gel berair/encer dibahas di bawah ini. a. Tragakan  Tragakan cenderung membentuk gelembung bila ditambahkan ke air, oleh karena itu, dispersi berair disiapkan dengan menambahkan serbuk ke air harus diaduk dengan kuat. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, etanol, gliserin, atau propyline glikol dapat digunakan untuk prewet serbuk. Serbuk lainnya bisa dicampur dengan tragakan saat dikeringkan lalu ditambahkan air.  Konsentrasi 2-5% tragacanth digunakan untuk menghasilkan viskositas yang berbeda.  Tragacanth adalah produk alami dan karena itu dapat terkena atas kontaminasi mikroba. b. Alginat 



Viskositas gel alginat lebih terstandar daripada tragacanth.







Konsentrasi Alginat 1,5% menghasilkan gel cairan.







Konsentrasi Alginat 5-10% menghasilkan gel dermatologis yang sesuai untuk aplikasi topikal.







Bahan pembasah (seperti gliserol) perlu digunakan untuk mencegah produksi produk kental.







Asam alginat dapat terdispersi dalam air yang diaduk kuat selama kurang lebih 30 menit. Sebelum dicampurkan dengan serbuk lain atau dengan cairan yang dapat larut dalam proses dispersi.



c. Pektin 



Rawan terhadap kontaminasi mikroba







Rawan kehilangan air dan oleh karena itu memerlukan tambahan humektan (misalnya gliserol, propilen glikol atau sorbitol).



d. Gelatin Jarang digunakan sebagai agen pembentuk gel tunggal dalam persiapan sediaan gel dermatologis. Biasanya dikombinasikan dengan bahan lain seperti sodium pektin atau carmellose. e. Karbomer  Carbomer berguna dalam produksi gel bening (terlalu banyak udara tidak tergabung dalam produksi gel).  Dalam konsentrasi 0,3-1%, karbomer berperan sebagai pelumas.  Carbomer digunakan dalam sediaan dermatologis dalam konsentrasi 0,5-5 f. Polivinil alkohol  Polivinil alkohol berguna untuk membuat gel cepat kering.  Menyediakan gel yang memiliki kontak kulit yang baik dan oleh karena itu memastikan obat tersebut memiliki kontak kulit yang baik.  Viskositas yang berbeda dapat dicapai tergantung pada konsentrasi polivinil alkohol yang digunakan (biasanya 10- 20%) dan kadar alkohol polivinil yang digunakan  PVA digunakan pada konsentrasi 2,5% dalam berbagai jeli cepat kering bila dioleskan ke kulit.  Untuk hasil terbaik, PVA harus didispersikan dalam air dingin, diikuti air panas. g. Bentonit  Bentonit ditambahkan ke air yang tidak ditaburkan dalam porsi kecil di permukaan air panas. Setiap bagian dibiarkan melembab dan menetap dalam wadah. Campuran itu diperbolehkan selama 24 jam, sesekali diaduk. Campuran tersebut diirigasi dengan saksama keesokan harinya.  Bentonit digunakan dalam konsentrasi 7-20% untuk memformulasikan basis dermatologis. h. Cellulose derivatives  Turunan selulosa banyak digunakan dan bentuk netral, gel stabil  Menunjukkan ketahanan yang baik terhadap serangan mikroba



 Membentuk gel bening dengan kekuatan film yang bagus saat dikeringkan pada kulit.  Methylcellulose 450 digunakan dengan kekuatan 3-5% untuk menghasilkan gel.  Natrium karamelimetil (natrium karboksimetilselulosa) digunakan dalam konsentrasi 1,5-5% untuk membuat gel lubrikan. Dalam konsentrasi yang lebih tinggi digunakan untuk membuat gel dermatologis. 2. Bahan tambahan a. Humectants Penambahan humektan untuk mempertahankan air dikulitatau menjaga kelembapan. Contoh humektan • Gliserol dalam konsentrasi hingga 30% • Propilen glikol dalam konsentrasi sekitar 15% • Sorbitol dalam konsentrasi 3-15% b. Preservatives Gel memiliki kandungan air lebih tinggi daripada salep dan pasta lainnya dan ini membuat gel rentan terhadap kontaminasi mikroba. Pilihan bahan pengawet ditentukan oleh agen gelling yang digunakan. Metode Pembuatan Gel Metode umum pembuatan gel, antara lain: 1.



Panaskan semua komponen gel (dengan pengecualian air) sampai kira-kira 90 ° C.



2.



Panaskan air sampai kira-kira 90 ° C



3.



Tambahkan air ke minyak, aduk terus.



4.



Hindari pengadukan yang kuat karena ini akan menyebabkan gelembung.



Petunjuk untuk Compounding Gels 1. Dalam preparasi gel, premixing beberapa zat pembentuk gel dengan serbuk lain sering membantu proses dispersi.



2. Menambahkan alkohol ke beberapa gel mengurangi viskositas dan kelekatannya. 3. Bila mixer dari jenis apapun digunakan untuk pembuatan gel, baling-baling harus disimpan di bagian bawah wadah, dan pembentukan pusaran harus dihindari untuk meminimalkan memasukkan udara ke dalam produk. 4. Dalam preparasi gel, semua zat harus dilarutkan dalam pelarut atau pembawa sebelum zat gelling ditambahkan. 5. Setiap udara terperangkap dalam dispersi karbomer harus dilepaskan sebelum zat pengental ditambahkan. Gelembung udara dapat dilepas dengan membiarkan produk selama 24 jam atau dengan meletakkannya di power ultrasonik. Agen antifoam sillicone dapat membantu. 6. pH penting dalam menentukan viskositas akhir gel karbomer. 7. Gel gelatin dapat dibuat dengan mendispersikan gelatin dalam air panas dan kemudian mendinginkan. Prosedur ini dapat disederhanakan dengan (1) mencampur bubuk gelatin dengan cairan organik yang tidak akan membengkak, seperti etil alkohol atau propilen glikol; (2) menambahkan air panas; dan (3) mendinginkan gel. 8. Gel tragakan dapat disiapkan dengan menambahkan serbuk ke dalam air yang diaduk dengan kuat. Etanol, gliserin, atau propilen glikol dapat digunakan untuk prewet bedak. Serbuk lainnya bisa dicampur dengan tragakan saat dikeringkan, sebelum ditambahkan ke air. Stabilitas Gel harus diamati untuk karakteristik fisik seperti penyusutan, pemisahan cairan dari gel, perubahan warna, dan kontaminasi mikroba. Banyak gel tidak akan mendorong pertumbuhan bakteri atau jamur, tidak akan mencegahnya. Akibatnya, mereka harus diautoklaf atau harus mengandung bahan pengawet. Agen gelling dalam kondisi kering biasanya tidak menjadi masalah. Tanggal penggunaan yang berlebihan untuk gel oral yang mengandung air yang disimpan pada suhu dingin tidak lebih dari 14 hari; Untuk gel topikal yang mengandung air, selambat-lambatnya 30 hari pada suhu kamar untuk formulasi yang dibuat dari bahan dalam bentuk padat. Tanggal ini dapat diperpanjang jika informasi ilmiah yang valid tersedia untuk mendukung stabilitas formulasi,



Kontrol kualitas Apoteker harus mengikuti prosedur pengendalian mutu standar. Prosedur ini melibatkan pengecekan penampilan, keseragaman, berat atau volume, viskositas, kejernihan, pH, dan bau gel. Gel harus diamati untuk karakteristik fisik seperti penyusutan, pemisahan cairan dari gel, perubahan warna, dan kontaminasi mikroba. Kemasan/penyimpanan/pelabelan Gel umumnya harus disimpan dalam wadah tertutup rapat pada suhu kamar berpendingin atau ruangan. Bentuk sediaan ini biasanya disimpan ke dalam tabung, botol peras, atau dispenser pompa. Label harus mencakup instruksi agar wadah tetap tertutup rapat. Tanggal penggunaan untuk gel topikal yang mengandung air, selambatlambatnya 30 hari pada suhu kamar untuk formulasi yang dibuat dari bahan dalam bentuk padat. Tanggal ini dapat diperpanjang jika informasi ilmiah yang valid tersedia untuk mendukung stabilitas formulasi. 3. Pasta Komposisi Pastsa Basis yang digunakan untuk pembuatan pasta ialah basis berlemak atau basis air. Macam-macam basis yang dapat digunakan untuk pembuatan pasta: 1. Basis Hidrokarbon Memiliki karakteristik yaitu inert, tidak bercampur dengan air, daya absorbsi air rendah, menghambat kehilangan air pada kulit dengan membentuk lapisan tahan air dan meningkatkan absorbsi obat melalui kulit. Contoh : vaselin, white Petrolatum/paraffin, white ointment. 2. Basis Absorpsi Bersifat hidrofil dan dapat menyerap sejumlah tertentu air dan larutan cair. Basis absorpsi terbagi menjadi 2 yaitu: a.



Basis non emulsi Dapat menyerap air dan larutan cair membentuk emulsi A/M. mengandung campuran dari emulgen tipe sterol dengan satu atau lebih paraffin. Contoh : Wool fat, wool alcohols, beeswax.



b.



Emulsi A/M Dapat mengabsorpsi air lebih banyak dari basis non emulsi. Contoh : Hydrous wool fat (lanolin), Oil cream BP.



4. Krim Basis Krim Pemilihan basis krim tergantung sifat obat, OTT, absorpsi (sifat kulit, aliran darah dan jenis luka (Art of Compounding). Pertimbangan umumnya adalah sifat zat berkhasiat yang diperlukan dan konsistensi sediaan yang diharapkan. 1. Air dalam minyak (krim berminyak) sebagai basa – dibuat menggunakan bahan pengemulsi yang berasal dari alam (misalnya beeswax, wool alcohols atau wool fat). Basis ini memiliki sifat emolien yang baik, lembut, putih atau tembus pandang dan agak kaku. 2. Minyak dalam air (krim berair) sebagai basa dibuat menggunakan lilin sintetis (misalnya macrogol dan cetomacrogol). Basi ini merupakan basis terbaik yang bisa digunakan untuk absorpsi dan penetrasi obat yang cepat. Basis ini tipis, putih dan halus dalam konsistensi.



2.2.5 Evaluasi Sediaan Semisolid 1. Evaluasi Salep Kontrol kualitas melibatkan pengecekan persiapan akhir untuk karakteristik berikut: organoleptis, viskositas, pH, homogenitas / pemisahan fase, daya sebar dan stabilitas. 2. Evaluasi Gel Apoteker harus mengikuti prosedur pengendalian mutu standar. Prosedur ini melibatkan pengecekan organoleptis, viskositas, pH, waktu mengering, stabilitas dan kontaminasi mikroba. 3. Evaluasi Pasta Evaluasi



sediaan



pasta



meliputi:



pengamatan



organoleptis,



pengamatan



organoleptis,



homogenitas, pH, daya sebar dan stabilitas. 4. Evaluasi Krim Evaluasi



sediaan



krim



meliputi:



homogenitas, pH, daya sebar, uji viskositas, dan daya lekat.



2.2.6 Contoh Masalah Compunding dan Dispensing Sediaan Semisolid 1. Kasus



: Seorang pasien ke apotik membawa resep racikan krim. Pada



campuran krim tersebut terdapat hidroquinon Masalah : Hidroquinon bersifat mudah teroksidasi, tidak tahan panas dan cahaya, yang akan menyebabkan warna krim berubah menjadi hitam. Solusi



: Krim disimpan di tempat yang sejuk dan gelap. Penyimpanannya



yaitu didalam kulkas. 2. Kasus



: Seorang pasien datang ke apotik ingin menebus resep racikan



yang mana resep racikannya berisi ketokonazole cream 20 gr, betamethason cream 10 gr, asam salisilat 20%. Masalah : BUD maksimal untuk obat racikan sediaan semi padat adalah 30 hari, lewat dari itu ditakutkan obat sudah tidak stabil dan dapat menimbulkan efek samping Solusi



: Saat penyerahan obat apoteker menjelaskan bahwa obat tersebut



mempunyai masa simpan atau batas waktu penggunaannya selama 30 hari. 3.



Kasus



: Seringnya krim menempel pada tangan saat meracik



Masalah : Dilapangan hal ini jarang dilakukan, sehingga kemungkinan terjadi kontaminasi antara peracik dengan obat secara langsung maupun tidak langsung. Solusi



: Penggunaan masker dan handscoon saat mengerjakan obat



racikan. Jadi pada kasus diatas obat tidak bersentuhan dengan kulit secara langsung.   4. Kasus



: Sebuah apotek menerima resep pencampuran 2 krim dan seorang



asisten apoteker mencampurkannya langsung kedalam pot salep lal diaduk untuk mrnghomogenkannya. Masalah : pencampuran langsung pada pot dapat menyebabkan kurang homogennya krim sehingga khasiat yang ingin dicapai mungkin saja tidak maksimal Solusi



: pencampuran krim sebaiknya di kerjakan dilumpang terlebih



dahulu setelah homogen lalu dipindahkan ke pot salep atau wadahnya.



5. Kasus



:



R/ camphor 2% Menthol 5% Vaselin flav qs ad 30 M ung Masalah : camphor dan menthol bereaksi membentuk campuran eutektik Solusi 



: Dibuat campuran eutektik antara camphor dengan menthol dan diabsorbsi terlebih dahulu dengan amilum, baru dicampurkan dengan basis.







Menthol dan camphor masing-masing ditambah alkohol 96% ad tepat larut lalu ditambah vaselin setelah itu baru dicampur bersama



6. Kasus



: Banyaknya krim racikan dokter, umumnya dokter kulit seringkali



menyediakan obat racikan tanpa etiket. Hanya diberi kode saja seperti m1, m2, dll. Tanpa dilengkapi dengan etiket yang berisi informasi yang jelas. Sedangkan nantinya obat-obat tersebut dibuat copy resep berdasarkan zat yang terkandung, sehingga pada saat pengecekan dilakukan oleh BPOM kecurangan tidak diketahui. Masalah : Pasien tidak mengetahui tentang obat yang digunakan Solusi 7. Kasus



: Dilengkapi etiket yang berisi informasi yang jelas dan benar. : Pada sediaan saleep/krim yang diracik di apotek tidak dilengkapi



dengan tanggal pembuatan dan expire date juga tidak diketahui dengan jelas. Masalah : Pasien bisa saja menggunakan kembali salep/krim tersebut dikemudian harinya, sehingga tidak bisa lagi dijamin keamanan dan khasiat dari obat tersebut. Solusi



: Pencantuman tanggal peracikan obat di etiket harus jelas agar



pasien mendapatkan informasi yang jelas. 8. Kasus : R/ Sulfur praecipitae 2% Salicylic acid 5%



Peru balsam 3% White oint. 3% Qs ad 30 m.ung Masalah : terjadi pemisahan resin dari balsam peru sehingga pada penyimpanan salep menjadi menggumpal dan kotor. Solusi : balsam peru dilarutkan dulu dalam castor oil sama banyak 9. Kasus



: Adanya pasien yang kembali ke apotek yang sama mengeluh



obatnya mencair/ melelh dan tidak bisa lagi digunakan. Setelah dicek obat nya ternyata suppose. Masalah : Obat tidak dapat lagi digunakan oleh pasien Solusi



: Berikan edukasi yang benar tentang penyimpanan dan pemakaian



suppose kepada pasien 10. Kasus



: Pemberian 2 salep kepada pasien lansia dengan khasiat dan tujuan



penggunaan berbeda 1 salep untuk mata dan 1 salep untuk kulit Masalah : pasien lansia biasanya memiliki penrunan fungsi tubuh termasuk penglihatan Solusi



: berikan edukasi yang tepat pada pasien tersebt atau pada



keluarganya tentang bagaimana membedakan 2 salep tersebut agar tidak tertkar pada saat pemakaian.



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa seorang pharmacist yang berada dilapangan bisa saja menemukan berbagai macam masalah mengenai compunding dan dispensing dan kita dituntut untuk mencari solusi dengan cepat agar tidak terjadi kesalahan yang fatal ketika obat tersebut sampai ke tangan pasien. 3.2 Saran Disarankan kepada pembaca untuk dapat menggunakan makalah ini dengan bijak dan mencari informasi yang lebih lagi dari makalah ini sebagai referensi lainnya, karena makalah ini masih jauh dari sempurna.



DAFTAR PUSTAKA Bhatt, Bhawna and Agrawal, S.S. (2007). Pharmaceutical Engineering-Mixing. Dehli Institute of Pharceutical Science and Research Sector-3. Pushp Vihar. New Delhi. Dirjen Binfar. (2010). Pedoman Pencampuran Obat Suntik dan Penanganan Sediaan Sitostatiska. Departemen Kesehatan RI. Jakarta. Dinas Kesehatan RI (1995). Farmakope edisi III. Jakarta Lachman, L, Lieberman, H.A, Kanig, J.L. (1989). Teori dan Praktek Farmasi Industri. Universitas Indonesia. Jakarta. Nurdianti, L. (2016). Formulasi Sediaan Pasta Gigi Herbal Kombinasi Ekstrak Daun Sirih ( Piper Betle ) Dan Kulit Buah Jeruk Lemon ( Citrus limon, 16. Pratasik, M. C. M., Yamlean, P. V. Y., & Wiyono, W. I. (2019). Formulasi Dan Uji Stabilitas Fisik Sediaan Krim Ekstrak Etanol Daun Sesewanua ( Clerodendron squamatum Vahl .), 8(2), 257–263. Septiani, S. (2018). Formulasi Sediaan Masker Gel Antioksidan Dari Ekstrak Etanol Biji Melinjo (Gnetun gnemon Linn.). Soediono, J. B., Zaini, M., Sholeha, D. N., & Jannah, N. (2019). Uji Skrinning Fitokimia Dan Evaluasi Sifat Fisik Sediaan Salep Ekstrak Etanol Daun Kemangi ( Ocimum Sanctum ( L .)) Dengan Menggunakan Basis Salep Hidrokarbon Dan Basis Salep Serap, 1(1), 5–7. United



States



Pharmacopoeial



Convention.



(2004). The



United



States



Pharmacopeia (USP). Edisi Ke-28. Rockville: United States Pharmacopoeial.