Maslah Komunikasi Lansia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS KEPERAWATAN GERONTIK MASALAH YANG UMUM TERJADI PADA LANSIA DENGAN MASALAH KOMUNIKASI Dosen Pengampu : Ns. Sonhaji, S.Kep, M.Kep



Disusun Oleh : 1. Anita Maya Sopa



(1603010)



2. Bethany Putri J



(1603088)



3. Eri Trimuji S



(1603028)



4. Ismail Julianto



(1603040)



5. Mutiara Intan p



(1603058)



6. Langgeng Aldianto



(1603044)



7. Syam Dicky M



(1603074)



PROGRAM STUDI S-1 KEWERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA SEMARANG 2019



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang



Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang



memungkinkan



seseorang untuk menetapkan, mempertahakan, meningkatkan kontrak dengan orang lain karena komunikasi dilakukan oleh seseorang setiap harinya. Namun kemampuan berkomunikasi bukanlah sesuatu yang mudah dan biasa, setiap orang memiliki teknik pendekatan yang berbeda, termasuk lansia. Kesulitan dalam berkomunikasi menimbulkan masalah lainnya karena komunikasi adalah proses yang kompleks yang melibatkan tingkah laku dan hubungn serta memungkinkan individu berasosiasi dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitarnya. Hal itu merupakan peristiwa yang terus berlangsung secara dinamis. Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti dengan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides, 2014). Pada pasien lansia, perawat harus melakukan teknik khusus dalam berkomunikasi karena pada lansia secara umum mengalami proses penurunan fungsi tubuh termasuk pendengaran. Untuk memperbaiki intrepretasi pasien terhadap pesan, perawat harus tidak terburu-buru dan mengurangi kebisingan dan distraksi. Kalimat yang jelas dan mudah dimengerti dipakai dalam berkomunikasi dengan pasien lansia. Kemampuan berkomunikasi dengan baik pada lansia harus diimbangi dengan empati yang akan membantu dalam keterbatasan kapasitas fungsional , ekonomi, sosial, dan emosi pasien lansia. B. Rumusan Masalah Dari penjelasan diatas, kami tertarik untuk melakukan pembahasan tentang “Masalah Yang Umum Terjadi Pada Lansia Dengan Masalah Komunikasi”, baik dari segi definisi, aspek-aspek yang terkait dan contoh penerapannya beserta SAP (Satuan Acara Penyuluhan) Komunikasi Teraupetik Pada Pasien Lansia yang kami lampirkan.



2|Masalah Komunikasi pada Lansia



C. Tujuan Penulisan Umum 1. Agar menjadi sarana informasi bagi mahasiswa perawat untuk dapat diaplikasikan kepada pasien lansia Khusus 1. Mahasiswa dapat menjelaskan mengenai konsep komunikasi teraupetik efektif pada lansia 2. Mahasiswa mengetahui masalah-masalah yang umum muncul saat berkomunikasi dengan lansia 3. Mahasiswa dapat mengaplikasikan konsep teori yang didapat dengan bantuan SAP Komunikasi Teraupetik pada Lansia



3|Masalah Komunikasi pada Lansia



BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Komunikasi pada Lansia Komunikasi teraupetik adalah hubungan kerja sama yang ditandai dengn tukar menukar perilaku, perasaan, fikiran dan pengalaman guna membina hubungan intim teraupetik. Komunikasi dengan lansia harus mempertimbangkan faktorfisik, psikologis, lingkungan dan situasi individu harus mengaplikasikan keterampilan komunikasi yang tepat, disamping itu juga memerlukan pemikiran penuh erta memperhatikan waktu yang tepat (Stuard & Sundeen, 2013) B.



Manfaat Komunikasi Teraupetik Manfaat komunikai teraupetik adalah untuk mendorong dan menganjurkan kerja



sama antara perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien. Mengidentifikasi, mengungkapkan perasaan dan mengkaji masalah serta mengevaluasi tindakan yang dilakukan oleh perawat (Indrawati, 2013) C. Komunikasi Terapeutik pada Lansia Komunikasi dengan lansia adalah proses penyampaian pesan atas gagasan dari petugas perawat kepada lansia dan diperoleh tanggapan (feedback) sehingga diperoleh kesepakatan tentang isi pesan komunikasi. Komunikasi yang baik pesannya singkat, jelas, lengkap, dan sederhana. Sarana komunikasi meliputi panca indra manusia dan buatan manusia (media cetak, media radio, media TV, dll). Penyampaian pesan pada lansia juga haru dalam jarak dekat suara jelas dan tidak terlalu cepat dengan bahasa yang sederhana dan yang dapat dimengerti lansia D. Faktor yang menghambat proses komunikasi dengan lansia Proses komunikasi antara petugas kesehatan dengan klien lansia akan terganggu apabila ada sikap agresif dan sikap non asertif. 1. Agresif Sikap agresif dalam berkomunikasi biasanya ditandai dengan perilaku-perilaku dibawah ini: -



berusaha mengontrol dan mendominasi orang lain (lawan bicara)



-



meremehkan orang lain



-



mempertahankan haknya dengan menyerang orang lain



-



menonjolkan diri sendiri 4|Masalah Komunikasi pada Lansia



-



memperlakukan orang lain di depan umum, baik dengan perkataan maupun tindakan



2. Non Asertif Tanda-tanda dari sikap non asertif ini adalah: -



menarik diri bila diajak berbicara



-



merasa tidak sebaik orang lain atau rendah diri



-



merasa tidak berdaya



-



tidak berani mengungkapkan keyakinan



-



membiarkan orang lain membuat keputusan untuk dirinya



-



tampil diam atau pasif



-



mengikuti kehendak orang lain



-



mengorbankan kepentingan dirinya untuk menjaga hubungan baik dengan orang lain



E. Hambatan-hambatan dalam melakukan komunikasi dengan lansia Banyak hambatan-hambatan komunikasi yang terjadi dalam melakukan komunikasi pada lansia. Untuk lebih memahaminya, berikut kami jabarkan beberapa faktor penghambat komunikasi pada lansia: 1. Mendominasi pembicaraan Karakter lansia yang terkadang merasa lebih tua dan mengerti banyak hal menimbulkan perasaan bahwa ia mengetahui segalanya. Kondisi seperti ini akan menyebabkan seorang lansia jadi lebih mendominasi pembicaraan atau komunikasi. Selanjutnya adalah ia tidak akan merasa senang jika lawan bicaranya memotong pembicaraan yang sedang ia lakukan. Hal ini akan sangat menyulitkan pembicaraan yang terjadi. 2. Mempertahankan hak dengan menyerang Kebanyakan lansia memang bersifat agresif. Beberapa dari mereka berusaha untuk mempertahankan haknya dengan menyerang lawan bicaranya. Komunikasi yang efektif tentunya tidak akan tercapai jika lansia berada dalam kondisi yang seperti ini. Bahkan meskipun lawan bicara sudah berusaha keras untuk memberikan pemahaman bahwa ia mendapatkan haknya, namun lansia terkadang tetap merasa tidak aman sehingga terus melakukan penyerangan pada lawan bicaranya. 3. Acuh tak acuh Acuh tak acuh oleh lansia ditandai dengan sikap menarik diri saat akan diajak berbicara atau berkomunikasi. Sikap seperti ini biasanya diikuti dengan perasaan 5|Masalah Komunikasi pada Lansia



menyepelekan orang lain. Banyak para lansia yang merasa bahwa komunikasi dengan orang yang lebih muda dibandingkan dengan dirinya adalah satu kegiatan yang sia-sia dan tidak bermanfaat sehingga ia akan dengan mudah menarik diri dari pembicaraan. 4. Kondisi fisik Para lansia yang akan diajak berkomunikasi tentunya memiliki keterbatasan fisik yang membuatnya menjadi kesulitan dalam berkomunikasi. Banyak masalah yang timbul akibat kondisi fisik yang tidak baik pada lansia. Misalnya saja jika ia memiliki masalah pada pendengaran, tentunya akan menjadi masalah juga dalam komunikasi. Lansia tersebut akan membutuhkan alat bantu dengar agar ia dapat berkomunikasi dengan baik dan lancar. Jika ia tidak menggunakan alat bantu dengar, maka lawan bicaranya harus menggunakan suara keras untuk bisa berbicara dengan lansia tersebut. Sayangnya hal seperti ini sering disalahartikan oleh lansia sebagai bentuk penghinaan dengan membentak. Disinilah berbagai masalah baru muncul, maka dari itu sangat dibutuhkan pengertian dan pemahaman yang baik oleh lawan bicara terhadap kondisi lansia agar komunikasi yang efektif dapat berjalan dengan baik dan lancar. 5. Stress Hal lain yang menjadi hambatan dalam komunikasi dengan lansia adalah depresi atau tingkat stres yang dialami oleh lansia. Lansia sangat mudah diserang oleh stres, baik akibat kondisi fisik yang ia alami, maupun faktor lainnya. Jika seorang lansia sudah menderita stres, maka ia akan selalu mudah marah dan tidak mau mendengar apapun yang dikatakan oleh orang lain. Kondisi ini hanya bisa diperbaiki jika sumber dari beban pikirannya telah diatasi. 6. Mempermalukan orang lain di depan umum Faktor penghambat komunikasi dengan lansia yang satu ini merupakan salah satu hal yang banyak dihadapi oleh orang yang berkomunikasi dengan lansia. Lansia yang selalu merasa benar dan tahu segalanya biasanya juga akan mempermalukan orang lain di depan umum. Hal ini sering dilakukan untuk menutupi kekurangan yang terdapat dalam diri mereka sendiri. Jika sudah terjadi, maka biasanya komunikasi akan langsung berhenti dan tidak lagi dilanjutkan karena lawan bicara sudah merasa tidak nyaman. Meskipun begitu, kebanyakan lansia menyadari perbuatan mereka ini dan tidak merasa melakukan kesalahan dalam komunikasi yang dilakukan.



6|Masalah Komunikasi pada Lansia



7. Tertidur Beberapa lansia mengalami masalah dengan sistem saraf mereka sehingga banyak dari mereka yang mungkin akan tertidur ketika diajak berbicara. Kelelahan yang amat sangat akan membuat mereka yang tadinya begitu bersemangat dalam berbicara, tiba-tiba tertidur dan tidak mengetahui apapun ketika bangun. Hal ini lebih banyak terjadi pada lansia yang memiliki riwayat penyakit demensia atau Alzheimer. Lansia dengan riwayat penyakit tersebut biasanya lebih mudah tertidur, bahkan ketika sedang makan sekalipun. 8. Lupa Lupa adalah salah satu ciri dari seorang lansia. Kebanyakan lansia akan berkali-kali menanyakan hal yang sama meskipun sudah dijawab berulang kali. Jika lawan bicaranya tidak sabar, maka komunikasi yang terjadi pun menjadi tidak lancar. Menjadi sebuah kewajaran dimana lansia menjadi sangat pelupa, sehingga sangat dibutuhkan pengertian dan kesabaran dari lawan bicara dalam menghadapi lansia. 9. Gangguan penglihatan Komunikasi pada lansia juga sering terkendala akibat adanya gangguan penglihatan pada lansia. Gangguan penglihatan yang terjadi bisa berupa rabun jauh, dekat, atau bahkan sulit melihat. Beberapa bahasa yang menggunakan bahasa tubuh mungkin tidak akan terlalu dimengerti jika lansia dalam kondisi seperti ini, maka dari itu diperlukan pengetahuan yang cukup mengenai kondisi lansia yang diajak berkomunikasi sehingga lawan bicara mengerti apa yang dibutuhkan lansia agar komunikasi berjalan lancar. Gangguan penglihatan yang dialami lansia dapat diatasi dengan memberikan kacamata yang sesuai dengan kondisi matanya. Dengan bantuan alat, maka lansia akan lebih memahami bahasa tubuh atau komunikasi non verbal yang digunakan oleh lawan bicaranya. 10. Lebih banyak diam Lansia yang diajak melakukan komunikasi namun lebih banyak diam biasanya merupakan jenis lansia yang pasif. Lansia dengan kondisi seperti ini akan menyerahkan setiap topik dan keputusan dalam sebuah komunikasi pada lawan bicaranya. Mereka juga akan sulit untuk dimintai pendapat karena lebih banyak mengiyakan dan mengikuti apa yang dipikirkan oleh lawan bicara.



7|Masalah Komunikasi pada Lansia



11. Cerewet Bagi kebanyakan orang, lansia adalah pribadi yang cerewet yang dihindari untuk diajak bicara. Beberapa lansia memang terkesan sangat cerewet. Hal ini tidak terlepas dari pemikiran mereka untuk selalu menasehati orang yang lebih muda. Keinginan untuk selalu berbicara juga tidak terlepas dari rasa kesepian dan kebosanan yang mereka rasakan. Salah satu cara mengatasi sifat cerewet yang banyak dihindari lawan bicara ini adalah dengan berusaha menjadi pendengar yang baik. Dengan melihat sikap lawan bicaranya yang menghargai apa yang ia katakan, maka ia pun akan ikut memberikan kesempatan pada lawan bicaranya untuk berbicara. 12. Mudah marah Lansia identik dengan berbagai macam penyakit dan komplikasi. Rasa sakit yang dirasakan tentu saja akan membuatnya tidak nyaman dan menjadi mudah marah, bahkan meskipun tidak ada penyebabnya. Rasa mudah marah ini membuat banyak orang menjadi malas untuk melakukan cara berkomunikasi dengan baik dengan lansia karena akan selalu disalahkan atas segala sesuatu yang ada. 13. Pasien dengan Defisit Sensorik Beberapa pasien menunjukkan defisit pendengaran dan penglihatan yang terkait dengan usia, keduanya memerlukan adaptasi dalam berkomunikasi. Penelitian mengindikasikan bahwa 16% – 24% individu berusia lebih dari 65 tahun mengalami pengurangan pendengaran yang mempengaruhi komunikasi Bagi mereka yang berusia diatas 80 tahun, jumlah gangguan sensorik meningkat menjadi lebih dari 60%. Aging/penuaan mengakibatkan penurunan fungsi pendengaran yang dikenal sebagai presbyacussis, yang terutama berkenaan dengan suara berfrekuensi tinggi. Suara berfrekuensi tinggi adalah suara konsonan yang berdampak pada pemahaman pasien diawal dan akhir kata. Sebagai contoh, jika anda berkata “Take the pill in the morning (Minumlah pil dipagi hari)”, pasien akan mendengar vokal dalam kata tetapi pasien dapat berpikir anda berkata “Rake the hill in the morning (Dakilah bukit dipagi hari)” Gangguan visual yang berhubungan dengan usia meliputi reduksi diameter pupil; lensa mata menguning, yang mempersulit untuk membedakan warna dengan panjang gelombang pendek seperti lavender, biru, dan hijau; dan menurunkan elastisitas ciliary muscles, yang mengakibatkan penurunan akomodasi ketika bahan cetakan dipegang diberbagai jarak. Kebanyakan pasien lanjut usia mengalami 8|Masalah Komunikasi pada Lansia



penyakit mata yang menurunkan ketajaman penglihatan (mis. katarak, degenerasi macular, glaucoma, komplikasi ocular pada diabetes). Lebih dari 15% orang tua berusia lebih dari 70 tahun melaporkan penglihatannya yang buruk, dan 22% lagi melaporkan penglihatannya hanya cukup untuk jarak tertentu. Bagi mereka yang berusia diatas 80 tahun, 30% melaporkan penglihatannya yang terganggu 14. Pasien dengan Demensia Amerika Serikat pada tahun 2008 diprediksi memiliki lebih kurang 5,2 juta penduduk berusia lanjut yang diantaranya menderita beberapa bentuk demensia, dan jumlahnya diprediksi akan meningkat dua kali lipat pada 30 tahun yang akan datang . Sebagai akibatnya, dokter dapat berharap untuk menemui lebih banyak pasien demensia dan pasien tersebut datang berkunjung ke dokter ditemani oleh anggota keluarga atau perawat nonformal lain (istilah caregiver digunakan dari point ini untuk merujuk pada setiap orang yang menemani kunjungan yang merupakan informal caregiver). Penilaian dan pengobatan pasien lanjut usia dengan demensia juga akan sangat membantu bila melibatkan caregiver Ada banyak tingkatan demensia, yang memiliki berbagai kesulitan komunikasi. Pasien pada stadium awal sering mengalami masalah untuk menemukan kata yang ingin disampaikan, pasien banyak menggunakan kata-kata yang tidak memiliki makna, seperti “hal ini”, “sesuatu”, dan “anda tahu”. Pada demensia parah, pasien dapat menggunakan jargon yang tidak dapat dipahami atau bisa hanya berdiam diri. Demensia memiliki efek yang merugikan pada penerimaan dan ekspresi komunikasi pasien. Sebagian besar pasien mengalami kehilangan memori dan mengalami kesulitan mengingat kejadian yang baru terjadi. Sebagian pasien demensia memiliki rentang konsentrasi yang sangat singkat dan sulit untuk tetap berada dalam satu topik tertentu 15. Pasien yang Ditemani oleh Caregiver Karakteristik utama kunjungan poliklinik geriatri adalah adanya orang ketiga, dengan seorang anggota keluarga atau caregiver informal lainnya yang hadir sedikitnya



pada



sepertiga



kunjungan



geriatrik



Meskipun



caregiver



dapat



mengasumsikan berbagai peran, termasuk pendukung, peserta pasif, atau antagonis, pada sebagian besar kasus, caregiver menempatkan kesehatan orang yang mereka cintai sebagai prioritasnya.



9|Masalah Komunikasi pada Lansia



Caregiver sangat penting untuk sistem perawatan kesehatan lanjut usia. Mereka tidak hanya membantu dengan nutrisi, aktivitas kehidupan sehari-hari, tugas rumah tangga, pemberian obat, transportasi, dan perawatan lain untuk pasien lanjut usia, caregiver membantu memudahkan komunikasi antara dokter dan pasien serta mempertinggi keterlibatan pasien dalam perawatan mereka sendiri. Juga merupakan hal penting untuk memperlakukan pasien lanjut usia dalam konteks atau sudut pandang caregiver-nya agar didapatkan hasil terbaik bagi keduanya F. Gangguan yang sering dijumpai pada lansia 1. Gangguan neurology sering menyebabkan gangguan bicara dan berkomunikasi dapat juga karena pengobatan medis, mulut yang kering dan lain-lain. 2. Penurunan daya pikir sering menyebabkan gangguan dalam mendengarkan, mengingat dan respon pada pertanyaan seseorang. 3. Perawat sering memanggil dengan “nenek”, “sayang”, dan lain-lain. Hal tersebut membuat tersinggung harga dirinya dianjurkan memanggil nama panggilannya. 4. Dianjurkan menegur dan mendengarkan dengan penuh perhatian. 5. Perbedaan budaya hambatan komunikasi, dan sulit menjalin hubungan saling percaya. 6. Gangguan syaraf dalam pendengarannya 7. Gangguan penglihatan sehingga sulit menginterprestasikan pesan - pesan non-verbal. 8. “Overload” dari sensoris : terlalu banyak informasi dalam satu waktu atau banyak orang berkomunikasi dalam yang sama sehingga kognitif berkurang. 9. Gangguan fisik yang menyebabkan sulit berfokus dalam pembicaraan misalnya focus pada rasa sakit, haus, lapar, capai, kandung kemih penuh, udara yang tidak enak, dan lain-lain. 10.



Hambatan pada pribadi : penurunan sensoris, ketidaknyamanan fisik, efek



pengobatan dan kondisi patologi, gangguan fungsi psikososial, karena depresi atau dimensia, gangguan kontak dengan realita. 11.



Hambatan dalam suasana/lingkungan tempat wawancara : ribut/berisik,



terlalu banyak informasi dalam waktu yang sama, terlalu banyak orang yang ikut bicara, peerbedaan budaya, perbedaan, bahasa, prejudice, dan strereotipes. G. Prinsip Gerontologi Untuk Komunikasi Menurut Wahyudi (2008) lansia mengalami penurunan daya ingat mngalami kesulitan untuk mengerti apa yang dikatakan orang lain. Hal ini sangat membingungkan lansia dan perawat oleh karena itu perlu diciptakan komunikasi yang mudah antara lain : 10 | M a s a l a h K o m u n i k a s i p a d a L a n s i a



1. Buat percakapan yang akrab a. Sebutkan nama orang tersebut untuk menarik perhatiannya b. Bicara langsug kepada orang tersebut dan bertatap muka dan fokus kepada matanya c. Sentuh lengan atau tangan agar ia terfokus kepada pembicara 2. Pakailah kalimat yang pendek dan sederhana a. Gunakan kalimat yang singkat dan mudah dimengerti b. Bicara dengan singkat dan jelas 3. Ulangi kalimat secara tepat a. Apabila orang tersebut tidak mengerti suatu kata dapat diganti dengan kata lainnya dan diulang 4. Beri pilihan yang sederhana a. Ajukan pertanyan yang memerlukan jawaban “iya” atau “tidak” b. Batasi pilihan dalam pertanyaan seperti, “Apakah kakek mau teh?” bukan, “Apakah kakek mau mium sesuatu?” H. Teknik Komunikasi pada Lansia 1. Knali segera reaksi penolakan manusia 2. Membiarkan lansia bertingkah laku dalam tenggang waktu tertentu 3. Orientasikan klien lansia pada pelaksanaan perawatan diri sendiri G. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam berkomunikasi dengan lansia 1.



Tunjukan rasa hormat, seperti “Bapak” atau “Ibu” atau panggilan sebelumnya.



2.



Hindari menggunakan istilah yang merendahkan pasien



3.



Pertahankan kontak mata denga pasien



4.



Pertahankan langkah yang tidak tergesa-tega dan mendengarkan adalah kunci komunikasi efektif



5.



Beri kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya



6.



berbicara dengan jelas, intonasi jelas dan tidak tergesa-gesa serta sederhana



7.



Mnggunakan bahasa yang dimengerti pasien



8.



gunakan sentuhan lembut sebagai wujud kehangatan



9.



Jangan mengabaikan pasien ketika berinteraksi



11 | M a s a l a h K o m u n i k a s i p a d a L a n s i a



I. Satuan Acara Penyuluhan (SAP) SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PADA LANSIA “PENCEGAHAN KEPIKUNAN (DEMENSIA) PADA LANSIA” Pokok Bahasan: Pencegahan Kepikunan/Demensia Pada Lansia Pelaksanaan



:



Hari/Tgl



: Senin, 19 September 2019



Waktu



: 10 menit



Tempat



: Desa Kauman, Purwodadi, Grobogan RT 21/RW 10



SASARAN & TARGET Sasaran



: Desa Kauman, Purwodadi, Grobogan RT 21/RW 10



Target



: Warga Desa Kauman terdiri dari : bapak, ibu dan lansia.



1. A.



TUJUAN PEMBELAJARAN Tujuan Umum



Setelah mendapat pendidikan kesehatan, diharapkan warga Kauman mengetahui, memahami, mencegah dan mengatasi kepikunan pada lansia dengan baik. Sehingga mengurangi risiko timbulnya kepikunan pada lansia. B.



Tujuan Khusus



Setelah mendapatkan pendidikan kesehatan tentang kepikunan atau demensia selama 10 menit, warga Desa Kauman akan mampu: 1.



Menjelaskan demensia atau kepikunan sesuai dengan bahasa sendiri.



2.



Menguraikan kembali tanda dan gejala yang muncul pada kepikunan/demensia yang



dialami lansia. 3.



Menyebutkan serta menjelaskan faktor penyebab kepikunan/demensia dengan tepat.



12 | M a s a l a h K o m u n i k a s i p a d a L a n s i a



4.



Menjelaskan bagaimana langkah pengobatan apabila ditemukan tanda dan gejala



kepikunan/demensia pada lansia, yaitu siapa yang perlu ditemui dan pengobatannya. 5.



Menjelaskan peran keluarga dalam pencegahan kepikunan/demensia pada lansia.



6.



Menyebutkan kembali hal-hal yang dilakukan untuk pencegahan kepikunan/demensia



pada lansia dengan bahasa sendiri.



2.



MATERI PEMBELAJARAN



A. Pengertian kepikunan atau demensia pada lansia. B.



Tanda dan gejala kepikunan atau demensia pada lansia.



C.



Faktor penyebab kepikunan atau demensia pada lansia.



D. Siapa yang perlu ditemui dan pengobatan yang Tersedia pada kepikunan atau demensia. E.



Peran keluarga pada kepikunan/demensia pada lansia.



F.



Pencegahan dan perawatan demensia (kepikunan) pada Lansia oleh keluarga.



3. METODE PEMBELAJARAN Metode Ceramah Tanya Jawab 4.



KEGIATAN PEMBELAJARAN



No.



Tahap 1. Pra Interaksi



Kegiatan



Respon Yang Diharapkan



1. Salam Pembukaan



1. Warga menjawab salam



2. Perkenalan



2. Warga menerima



3. Penyampaian tujuan 4. Kontrak waktu 5. Apersepsi



perkenalan perawat 3. Warga mengerti tentang tujuan penkes 4. Warga menyetujui



13 | M a s a l a h K o m u n i k a s i p a d a L a n s i a



kontrak waktu 5. Warga mampu menyampikan pendapat 2. Interaksi



Menjelaskan isi dari materi



Warga mau mendengarkan



yang diberikan:



dengan baik dan kooperatif



Pencegahan Dini Kepikunan (Dimensia) Pada Lansia 3. Terminasi



1. Evaluasi pelaksanaan penkes 2. Kesimpulan dari penkes 3. Kontrak waktu yang



1. Warga mampu menjawab pertanyaan perawat 2. Warga memperhatikan 3. Warga menyetujui 4. Warga menjawab salam.



akan datang 4. Salam penutup



5.



SETTING TEMPAT BELAJAR Membuat barisan dengan posisi kursi ditata berdekatan, perawat yang



menjelaskan/melakukan penes berada ditengah. 6. MEDIA DAN ALAT BANTU BELAJAR A.



Laptop.



B.



Proyektor.



C.



Video mengenai dimensia



7. EVALUASI BELAJAR  Evaluasi Struktur a.



Persiapan warga sudah terlaksana dengan baik berupa : kontrak waktu, topic dan



tempat. b.



Persiapan media dan alat bantu yang digunakan untuk penkes.



14 | M a s a l a h K o m u n i k a s i p a d a L a n s i a



 Evaluasi Proses a.



Warga mau mengikuti penkes dengan baik dan sampai dengan selesai.



b.



Warga kooperatif dalam mengikuti penkes.



c.



Warga dapat bekerjasama dengan perawat.



d.



Media dan alat bantu dapat digunakan dengan baik.



e.



Lingkungan mendukung untuk pelaksanaan penkes.  Evaluasi Hasil



a.



Evaluasi Kognitif



Setelah mengikuti penkes, diharapkan warga mampu menjawab : 1)



Menjelaskan pengertian hingga pencegahan dan perawatan



kepikunan/demensia dalam bahasanya sendiri. 2)



Menyebutkan dan menjelaskan tanda dan gejala pada kepikunan atau demensia.



3)



Mengenali pola makan yang dapat mencegah kepikunan  Evaluasi Afektif



1)



Warga berjanji akan menjaga pola hidup untuk mencegah timbulnya kepikunan



atau demensia. 2)



Warga berjanji akan merawat orang tua yang sudah lansia dengan baik sehingga



terhindar dari kepikunan atau demensia. 3)



Warga berjanji akan merawat orang tua yang sudah lansia dengan baik yang telah



menderita kepikunan atau demensia.  Evaluasi Psikomotor Setiap warga dapat memberikan perawatan guna pencegahan kepikunan atau demensia pada lansia.



15 | M a s a l a h K o m u n i k a s i p a d a L a n s i a



BAB III PENUTUP 1. Kesimpulan Lanjut usia adalah proses penurunan dalam segala aspek kehidupan, mencakup fisiologis, biologis, dan psikologis. Penurunan ini kemudian ditandai dengan kesulitan berkomunikasi yang disebabkan berbagai faktor, seperti gangguan pendengaran, gangguan penurunan kognitif, dan penurunan kesehatan. Gangguan komunikasi ini dapat menjadi hambatan dalam menyampaikan pesan antara perawat dengan pasien lansia. Penurunan komunikasi yang dialami lansia perlu diperhatikan perawat agar proses penyampaian pesan dapat diterima dengan baik. Dengn teknik pendekatan yang baik serta mengetahui kelemahan pasien lansia, kita akan dengan mudah untuk menyeimbangkan diri dalam berkomunkasi dengan lansia. 2. Saran Sebagai perawat kita perlu memahami penurunan keterampilan komunikasi bagi lensia. Maka daripada itu kita perlu melakukan pendekatan secara hangat serta menjalin kepercayaan dengan pasien agar pasien menjadi percaya dan mudah untuk berkomunikasi. Hambatan dalam komunikasi dengan lansia dapat diatasi dengan teknik-teknik khusus seperti, teknik sentuhan hangat, memanggil dengan nama yang disukai dan pandangan terfokus dengan pasien.



16 | M a s a l a h K o m u n i k a s i p a d a L a n s i a



DAFTAR PUSTAKA Nugroho, Wahyudi, 2008. Keperawatan Gerontik dan Geriatri. Jakarta : EGC Azizah, Lilik. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta : Graba Ilmu Kushariyadi. 2017. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta : Salemba Medika Indrawati. 2016. Komunikasi Untuk Perawat. Jakarta : EGC



17 | M a s a l a h K o m u n i k a s i p a d a L a n s i a