Materi Debat [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MATERI DEBAT HOMESCHOOLING LEBIH EFEKTIF DIBANDINGKAN DENGAN PUBLIC SCHOOL TAHUN PELAJARAN 2019-2020 KELAS X-DPIB 1 ANGGOTA KELOMPOK 1. SEKAR DESTIANINGRUM 2. GALUH LUTVIA 3. PUTRI ROSALIA



https://www.games.co.id/permainan_/wormszone#walkthrough



AWALAN Dalam beberapa tahun terakhir, homeschooling telah menjadi semakin populer sebagai alternatif untuk sekolah tradisional. Banyak orang tua, khususnya para ibu, secara serius mempertimbangkan bentuk sekolah ini untuk anak-anak mereka. Banyak anak-anak yang mengalami homeschooling dikarenakan banyak alasan. Sebagai contoh, orang tua pencari nafkah yang selalu bepergian mungkin perlu untuk mentransfer rumah secara teratur. Pendidikan yang layak tidak akan pernah dicapai oleh anak-anak karena gangguan studi mereka setiap kali keluarga harus pindah. Akibatnya, keluarga dapat mempertimbangkan homeschooling sebagai alternatif yang bagus. Meskipun mungkin akan tergoda untuk membandingkan sekolah tradisional dengan homeschooling, dua bentuk pendidikan ini memiliki fitur yang unik dan tak tertandingi. Sederhananya kebutuhan pendidikan anak-anak dalam satu keluarga mungkin berbeda secara signifikan dengan kebutuhan anakanak dari keluarga lain. Dengan demikian, lebih baik untuk memperlakukan kedua praktek pendidikan sebagai khas dan independen satu sama lain. Seperti sekolah tradisional, homeschooling memiliki kelebihan dan kekurangan. Bentuk sekolah ini mempunyai keunikan tersendiri dalam kemampuan khusus dan jumlah. Beberapa hal hebat tentang homeschooling tidak ditemukan dalam bentuk pendidikan lain. Dalam cara yang sama, kelemahannya juga unik untuk homeschooling sendirian. Sebagai ibu dan guru pada saat yang sama, adalah tanggung jawab anda dan peran yang harus diperhatikan dalam pro dan kontra untuk dapat membuat penilaian baik terutama dengan pendidikan anak-anak.



Pro Homeschooling - Berikut adalah beberapa kelebihan dari homeschooling:







Anak-anak anda akan belajar apa yang ingin mereka pelajari. Anda memiliki kendali atas informasi dan informasi atas pelajaran anakanak anda yang akan mendapatkan pelajaran. Tidak seperti sekolah biasa, anda akan berada disana untuk memantau apa yang anak-anak anda akan pelajari. Anda memiliki kebebasan untuk memilih kurikulum homeschooling apa yang ingin anda gunakan untuk anak-anak anda.







Tidak ada banyak waktu dan darmawisata sekolah yang menghabiskan sumber daya. Dengan homeschooling, anank-anak tidak harus membayar mahal lagi untuk keperluan darmawisata sekolah dan berpotensi membahayakan. Dengan mengurangi atau menghilangkan sama sekali darmawisata sekolah, anak-anak dapat lebih fokus pada studi pelajaran mereka dan anda bisa menghemat lebih banyak uang untuk keperluan penting lainnya.







Tidak ada lagi makanan dari kafetaria. Dengan dapur anda sendiri menghidangkan makanan seperti kafetaria sekolah, anak-anak akan memiliki akses terhadap makanan sehat dan lebih memuaskan. Mereka tidak lagi harus jenuh menelan daging olahan dan mengkonsumsi makanan tidak sehat dari kafetaria sekolah. Sekarang, anda dapat menghidangkan makanan yang mereka inginkan kepada anak-anak anda, mewah jika dibandingkan dengan sekolah tradisional. Pikirkan hal ini sebagai insentif lain mengapa anda harus mempertimbangkan homeschooling.







Tidak ada lagi pengganggu. Kekerasan adalah ancaman yang sangat nyata disekolah-sekolah saat ini. Anak-anak yang menjadi korban kekerasan sering kali tidak mau menceritakan masalahnya ke orang tua mereka. Akibatnya, anak-anak ini membina masalah psikologis dan emosional yang kuat pada masa dewasa mereka. Dengan



homeschooling, anak-anak anda akan terlepas dari tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab. Hasilnya ? Anak akan lebih bahagia dan percaya diri. Masalah harga diri yang rendah tidak lagi menjadi masalah bagi anak-anak anda tanpa adanya penganggu.







Anak-anak anda akan berkembang secara alami. Tidak seperti sekolah biasa yang hanya memberikan waktu terbatas untuk anak-anak belajar, homeschooling memungkinkan anda sebagai seorang ibu dan guru, untuk mengontrol kecepatan dimana anak anda mengembangkan mental dan emosional. Tidak perlu lagi untuk memaksa anak untuk tumbuh tergesa-gesa. Dengan homeschooling, anak anda dapat menemukan akan menemukan ketrampilan dan kecenderungan mereka sendiri.







Tidak ada lagi tekananan untuk anak-anak anda. Dengan tidak adanya ujian yang menegangkan, anak-anak anda tidak akan merasa tertekan atau terpaksa untuk menyelesaikan. Karena anak-anak anda tahu anda menerima keterbatasan dan kekuatan mereka, mereka dapat merasa lebih percaya diri dan tentang diri mereka sendiri dan mengembangkan kepribadian yang lebih baik lagi. Mereka akhirnya akan belajar cara menetapkan tujuan mereka sendiri dan sistematis dalam menghadapi tekanan.



MATERI



1







Dampak Positif 



Kebebasan dalam belajar artinya anak tidak merasa tertekan dengan tuntutan sistem pembelajaran di sekolah formal. anak dapat belajar sesuai dengan keinginan nya dia sendiri dan anak pun tidak selalu dibebani dengan berbagai tugas.







Kebebasan emosional. Tekanan, kompetisi dan kebosanan merupakan bagian yang paling khas dari sekolah. Dengan HomeSchooling, pengaruh negatif ini dapat di hindari.







Hubungan Keluarga semakin dekat. HomeSchooling berperan penting dalam meningkatkan hubungan antar semua anggota keluarga.







Istirahat cukup. Tidur sangat penting bagi kesehatan emosional dan fisik anak, terutama anak berusia belasan tahun. Rutinitas bangun pagi pada sekolah umum terkadang membuat mereka merasa letih. Namun dengan HomeSchooling, mereka bisa mengatur jadwal tidur dengan baik.







Meminimalisir pengaruh lingkungan luar terhadap diri siswa. Home Schooling mengurangi kontak sosial dengan lingkungan luar yang dapat memberikan pengaruh buruk seperti narkoba, tawuran, maupun pergaulan bebas.



MATERI



2



Zaman dulu orangtua menganggap berangkat sekolah bukan kewajiban. Belajar tak harus di sekolah dengan pagar tembok seolah kreativitas dan kebebasan ikut terkungkung. Seperti yang dilakukan ayahanda Buya Hamka.   Beliau ikhlas melepas anaknya merantau ke pulau Jawa di usia remaja untuk mencari jati diri.   Mencari tujuan dan makna hidup yang sesungguhnya. Beliau tak menuntut anaknya mengenyam bangku sekolah. Syekh Abdul Karim bin Amrullah (ayahanda Buya Hamka) melempar anaknya ke surau dan masjid guna memperluas wawasan. Sebaliknya, zaman sekarang orangtua menganggap sekolah sebagai satusatunya jalan menuju kesuksesan.   Homeschooling sebagai pendidikan alternatif pun dianggap kurang maksimal dan tidak efektif bagi pendidikan anak.   Kurang sosialisasi, kurang cakap melatih jiwa kompetisi anak dan kekurangan-kekurangan lainnya. Guna mengubah mindset orangtua mengenai hal ini, berikut kami sajikan 10 tokoh besar dunia yang sukses menjalani hidupnya melalui homeschooling.



tokoh dunia yang homeschooling. 1. Agatha Christie Penulis berbakat yang telah melahirkan banyak novel dengan predikat terlaris ternyata di masa lalu adalah seorang pemalu.Karena itulah sang ibunda memutuskan untuk menerapkan homeschooling bagi Agatha. 2. Alexander Graham Bell Ketika usianya menginjak 10 tahun, Bell dididik sendiri oleh ibunya di rumah. Sang ibu mendidik Bell hingga pendengaran anaknya terganggu dan menjadi tuli. Tapi, ketulian itu justru membuat Bell mendalami ilmu bunyi dan suara. 3. Thomas A. Edison Jika Edison masih hidup hingga hari ini, dia mungkin akan dipanggil anak autis. Dia keluar dari sekolah setelah bertahan selama 3 bulan sebab pikirannya penuh dengan pertanyaan yang tak bisa dijawab oleh pihak sekolah.Jadi, dia putuskan untuk mengungkap sendiri rasa ingin tahunya. Edison begitu mencintai sang ibu yang telah mendidiknya dengan penuh kesabaran. Ia pernah berujar; “Ibuku yang telah menjadikanku seperti ini. Dia begitu yakin padaku dan itu membuatku merasa memiliki kekuatan untuk menjalani sesuatu, seseorang yang tidak boleh aku kecewakan.”   4. Woodrow Wilson Presiden AS ke-28 dan penerima nobel perdamaian pada 1919. Tokoh dunia yang homeschooling ini tidak bisa membaca hingga usia 12 tahun. Akhirnya, dia belajar dari sang ayah, salah seorang pendiri Gereja Presbyterian Selatan. Dan, mengambil kelas khusus di sebuah sekolah di Augusta, Georgia untuk melengkapi pengetahuan yang didapat dari sang ayah.



5. Mozart Komposer Austria, penulis lebih dari 40 simfoni, hampir 30 konserto piano, lebih dari 20 string kwartet dan 16 opera. Dia dididik sendiri oleh sang ayah sejak 1763 hingga 1766. 6. Kolonel Sanders Ia menemukan resep ayam goreng terbaik untuk Kentucky Fried Chicken. Proses penemuan resep itu mungkin takkan pernah terjadi jika ia bersekolah dengan jadwal kegiatan padat merayap. Ayahnya meninggal saat ia berusia 6 tahun. Karena tak tega melihat sang ibu bekerja sendiri memenuhi kebutuhan keluarga, Sanders terpaksa memasak untuk keluarganya. Usaha tak bisa mengkhianati hasil. Setelah sukses dengan resep ayam gorengnya, Sanders memperoleh gelar hukum dari sebuah sekolah korespondensi. 7. Walt Disney Multijutawan penggagas Disneyland Park pada 1918 saat duduk di bangku SMA mengambil kursus malam di Academy of Fine Arts di Chicago. Karena terlalu antusias dengan pengalaman barunya itu, Disney drop out dan memilih bergabung dengan organisasi Palang Merah .Sukses dengan karakter-karakter film kartun yang ia ciptakan, pada usia 58 tahun Disney menerima kehormatan ijazah sekolah menengah. 8. K.H. Agus Salim Beliau bukanlah tokoh dunia yang homeschooling. Melainkan, pengajar dan pendidik mandiri alias menerapkan homeschooling bagi putra-putrinya. Agus Salim adalah lulusan terbaik Hogere Burgerschool, tapi tak suka menyekolahkan anaknya. Diriwayatkan, dalam keadaan rumah kontrakan yang bocor, beliau sering mengajak anaknya bermain kapal-kapalan. Bermain sambil belajar menerima dan mensyukuri apa yang dipunya. Agus Salim juga mengedepankan rasa kebangsaan untuk diajarkan pada keturunannya. Hal ini bisa dilihat pada salah seorang anak beliau, Theodora Atia yang disapa Dolly, turut serta dalam Kongres Pemuda II 28 Oktober 1928, yang melahirkan Sumpah Pemuda. 9. Ki Hadjar Dewantara Salah satu pahlawan nasional Indonesia ini juga tidak termasuk tokoh dunia yang homeschooling.



Tapi, nilai-nilai pendidikan yang beliau tebar banyak menjadi dasar dari proses homeschooling. Ki Hadjar Dewantara pernah berujuar; “Pendidikan yaitu: menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada diri anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat.”  Kodrat inilah yang perlu dijadikan tolak ukur orangtua dalam mendidik dan mengajar anak. Bukan menjadikan kurikulum atau nilai akademis sebagai standar keberhasilan. 10. Buya Hamka Di Maninjau, Hamka kecil sering mendengarkan pantun-pantun yang merekam keindahan alam Minangkabau. Beliau belajar membaca Al Quran dan bacaan shalat dengan bimbingan Fatimah, sang kakak. Ketika berusia 12 tahun, Buya Hamka mulai tak bersemangat sekolah sebab perceraian orangtuanya. Beliau sering melakukan perjalanan jauh hingga terbiasa hidup mandiri. Namun, hal ini tak membuat otaknya kering pengetahuan dan hidupnya minim prestasi. Saat ini pendidikan selalu diartikan sebagai sekolah. Orang yang tak sekolah dianggap tak berpendidikan. Inilah yang kemudian membuat orangtua berbondong-bondong menyekolahkan anaknya ke sekolah favorit.Supaya pintar, sukses dan menjadi yang terbaik. Tapi, mereka lupa bahwa hakikat pendidikan adalah mengeluarkan potensi anak. Membantu anak memahami tujuan hidup dan bahagia menjalani hari. Jadi, kegiatan apapun yang mampu mengeluarkan potensi anak seharusnya bisa disebut sebagai proses mendidik.



MATERI



3



Bagaimana cara belajar homeschooling? Apakah sama seperti anak-anak sekolah yang berangkat pagi pulang petang? Kalau belajar di sekolah, anak-anak terbiasa duduk dan mendengarkan. Mereka terbiasa dilayani dan menjadi pasif. Guru lebih sering menjadi pusat perhatian dan subyek di kelas. Murid-murid seolah tak ada kesempatan untuk memberi. Mereka diposisikan hanya untuk MENERIMA apa yang diberikan guru. Lalu, bagaimana cara belajar homeschooling? Homeschooling memiliki pandangan berbeda. “Anak-anak adalah subyek pendidikan yang harus aktif mencari pengetahuan dan informasi secara mandiri.” Guru atau orangtua bertugas merangsang rasa ingin tahu anak. Setelah rasa ingin tahunya terpantik, peran kita berubah menjadi fasilitator yang membantu mereka menemukan jawaban atas pertanyaannya. 



Kita membimbing, bukan menyodorkan jawaban.







Kita menawarkan pilihan, bukan membuat keputusan.



Jawaban, biar dicari tahu sendiri oleh anak. Keputusan, biarkan anak belajar membuatnya. Homeschooling membantu anak-anak bertanggung jawab atas hidupnya sendiri. Itulah gambaran dasar dari cara belajar homeschooling. Lalu, bagaimana detil sistem belajar homeschooling? Berikut adalah penjelasannya untuk Anda.



1. Mengeluarkan Potensi Anak Istilah pendidikan berasal dari bahasa latin ‘educare‘ yang berarti MENGELUARKAN. Cara mengajar anak homeschooling tidak dengan memasukkan sebanyak mungkin informasi dan pengetahuan. 



Kita tidak memaksa anak membaca buku yang tak disukainya







Kita juga tak meminta anak menghafal materi pelajaran



Homeschooling tak menyarankan orangtua memberi instruksi, ‘ayo belajar’ atau ‘ayo baca buku’. Tata cara homeschooling dalam belajar adalah orangtua mengkondisikan lingkungan agar anak SADAR dan INGIN belajar dengan sendirinya. Saat anak berjuang memecahkan masalah, mengerjakan soal, mencoba memahami materi, kita harus aktif memberikan dorongan positif. Dengan cara ini, diharapkan anak akan sadar dengan kemampuannya. 2. Menjadikan Orangtua Sebagai Teladan Cara belajar homeschooling mengharuskan orangtua mencontohkan kebaikan pada anak. Melalui cara pandang dan cara mengambil tindakan dalam menghadapi sesuatu. Homeschooling memungkinkan hubungan yang dalam antara orangtua-anak. Hal ini membuat anak menjadikan orangtuanya sebagai teladan dalam segala hal. Apapun yang kita katakan akan selalu dibandingkan dengan sikap kita. Jika tidak sinkron, anak lebih mencontoh perilaku yang kita tunjukkan. Ya, perilaku orangtua mempengaruhi anak 2X lebih dahsyat dibanding nasihat. Kalau Anda memilih homeschooling, sudah siapkah menjadi teladan bagi anak dalam segala hal? 3. Memperdalam Keterampilan Melalui Pelatihan Anak homeschooling berkesempatan untuk memperdalam ketrampilan khusus.



Kita lebih mengedepankan praktik ketimbang sekedar menghafal teori. Misalnya, untuk pelajaran komputer dimana proses belajar dan evaluasinya HARUS melalui praktik. Kita lebih mendahulukan praktik langsung ketimbang sekedar menghafal fungsi ENTER, KEYBOARD atau CARA MENGHIDUPKAN KOMPUTER melalui buku teks. Ya, kita tidak meminta anak menjelaskan bagaimana caranya menghidupkan komputer. Kita perdalam ketrampilan anak melalui pelatihan atau praktik nyata. Dengan cara ini, pengetahuan atau informasi yang kita sampaikan jadi lebih mudah diterima. Seperti kata Confusius, “Apa yang saya dengar, saya lupa Apa yang saya lihat, saya ingat Apa yang saya kerjakan, saya pahami” 4. Memenuhi Rasa Ingin Tahu Anak Anak-anak adalah pembelajar sejati. Mereka suka bertanya, rasa ingin tahunya tinggi dan selalu bergairah mengeksplorasi banyak hal. Sayangnya, orangtua dan guru sering mematikan antusiasme anak. Saat mereka menaiki meja karena penasaran, kita membentak dan melarang. Kita memang sayang dan khawatir kalau anak jatuh. Tapi, akan lebih baik jika kita mengawasi anak dari jauh. Setelah anak merasakan sensasi menaiki meja, ia pasti akan turun dengan sendirinya. Jika perilaku kurang sopan itu menjadi kebiasaan, barulah orangtua memperingatkan dan menetapkan aturan bagi anak. Jika pengalaman pertama anak langsung direspon orangtua dengan larangan, antusiasme belajar anak akan menurun. Cara belajar homeschooling menganut prinsip menuruti rasa ingin tahu anak. Apa yang membuat anak penasaran, itulah yang menuntun orangtua dalam mengajari anaknya. Kita tidak menjadwal anak harus menyelesaikan materi A dalam sebulan atau menghabiskan buku B dalam seminggu. Cara mengajar anak homeschooling adalah dengan mengikuti rasa ingin tahu mereka.



5. Evaluasi Proses Homeschooling Di sekolah kita mengenal ulangan, tes semesteran dan ujian nasional. 3 hal tersebut adalah cara sekolah menilai kompetensi siswanya. Homeschooling juga mengenal proses evaluasi. 



Apakah anak memahami materi yang disampaikan







Apakah anak mengalami kendala belajar, atau







Seberapa dalam pemahaman anak mengenai materi tertentu



Homeschooling lebih menghargai proses. Jadi, evaluasi yang dilakukan bukan untuk mencari berapa nilai yang bisa diraih anak. Melainkan, seberapa puas anak dengan pencapaian belajarnya. Hal ini bisa kita laakukan dengan cara; 



berdiskusi bersama anak, dan







menyusun portofolio hasil karya anak



MATERI



4



Kelebihan Homeschooling perlu Anda ketahui agar semakin yakin dengan pilihan tersebut. Tapi, Anda juga perlu mengetahui resikonya agar tidak kaget saat menjalankannya. Apa yang dibutuhkan anak-anak bukan kurikulum baru dan lebih baik. Melainkan akses ke lebih banyak dunia nyata. Ungkapan John Holt, seorang pendidik dan penulis Amerika ini begitu menggambarkan ide homeschooling.Kurikulum baru yang disesuaikan dengan perubahan dan perkembangan zaman memang baik. Tapi jika pembaruan yang dilakukan mengabaikan kebutuhan anak, lebih baik tak menggunakan kurikulum dan membiarkan anak belajar secara alami saja.



Inilah yang membuat homeschooling banyak dilirik orangtua. Kita bisa mengobrak-abrik kurikulum yang menahan langkah anak dalam mengembangkan potensinya. Meski begitu, homeschooling tak selalu diliputi dengan kemudahan dan kesenangan. Ianya juga memiliki kelebihan dan resiko. Sebelum menerapkan pendidikan homeschooling, orangtua harus memahaminya lebih dulu. Melihat keuntungan homeschooling memang baik guna menumbuhkan optimistis. Memperhatikan resiko homeschooling pun juga penting. Sebab dalam perjalanannya Anda akan dihadapkan pada masalah dan kesulitan tertentu. Dengan mengetahui kelemahannya, justru Anda bisa menyiapkan diri guna menghadapi kesulitan yang mungkin datang. Pertama, kami jelaskan dulu mengenai kelebihan homeschooling dibanding pendidikan formal. Kelebihan Homeschooling 1. Pendidikan terkustomisasi. Anda bisa menyusun kurikulum sendiri, memilih materi pelajaran dan gaya belajar sesuai kebutuhan atau potensi anak. 2. Mematangkan kemandirian dan kreativitas anak. 3. Kelebihan homeschooling dibanding pendidikan formal yang paling disukai adalah fleksibel secara biaya, waktu dan model belajar. 4. Bisa mengembangkan potensi anak sejak dini sebab kegiatan belajar bisa dilakukan tiap saat. 5. Potensi lebih mudah terlihat sebab fokus pada satu anak. 6. Mudah beradaptasi dan menerapkan teori dalam praktik nyata sebab kegiatan belajar berdasarkan aktivitas keseharian. 7. Lebih mudah menerapkan nilai dan prinsip keluarga sebab banyak menghabiskan waktu bersama. 8. Memperdalam hubungan orangtua-anak sehingga aspek psikologis anak tumbuh dengan baik.



9. Terhindar dari pengaruh buruk lingkungan sekolah; bullying, menyontek, tawuran, pornografi, penyalahgunaan obat terlarang, kebiasaan konsumtif atau jajanan malnutrisi. 10. Sosialisasi lintas usia sebab tak hanya bergaul dengan teman sebaya. Banyak pendapat tentang homeschooling bahwa anak akan sulit bersosialisasi. Itu kurang tepat. Karena faktanya, anak-anak justru bisa meningkatkan kemampuan sosialisasi lintas usia. 11. Alokasi biaya pendidikan terkontrol dan mudah diatur. 12. Mudah menumbuhkan kepercayaan diri sebab tak ada kesempatan membandingkan dengan anak lain di sekolah. 13. Kelebihan homeschooling selanjutnya adalah kemampuan intrapersonal lebih berkembang; memahami diri sendiri, tujuan hidup dan perannya di dunia. Resiko Homeschooling 1. Butuh tanggung jawab dan keterlibatan total orangtua. 2. Kemampuan sosialisasi dengan teman sebaya cenderung kurang. 3. Ada resiko kurangnya memahami proses kompetisi. 4. Ada resiko mengalami kesulitan kerja tim. 5. Orangtua harus siap belajar setiap saat guna menghadapi kompleksitas peran. 6. Kurangnya fasilitas belajar sebab banyak fasilitas pendidikan hanya ditujukan untuk sekolah formal. 7. Jika terjadi perceraian orangtua atau kematian, proses belajar homeschooling bisa terganggu. 8. Cenderung kurang mendapat dukungan dan motivasi pihak luar sebab homeschooling belum banyak dijadikan pilihan. Itulah gambaran umum dari kelebihan dan resiko homeschooling. Pada praktiknya, kelebihan dan resiko homeschooling ini bersifat fleksibel.



Ada praktisi yang mampu mengantisipasi resiko dengan baik, sehingga berubah jadi kelebihan. Misalnya, anak-anak homeschooling yang dianggap tak bergairah belajar sebab tak ada teman berkompetisi. Pandangan ini bisa diubah dengan menjadikan kompetisi sebagai ajang mengalahkan diri sendiri.Terkadang muncul ketidakpercayaan dalam diri, keragu-raguan dengan potensi diri. Inilah yang perlu dikalahkan.Bukan fokus mengalahkan prestasi orang lain. Melainkan, fokus memperbaiki diri.



MATERI



5



Dengan mengetahui perbedaan homeschooling dan sekolah formal, Anda bisa menyimpulkan pendidikan mana yang lebih efektif untuk anakanak Anda. Untuk mendapatkan gambaran mengenai proses kegiatan belajar homeschooling, Anda pun perlu mengetahui perbedaan antara homeschooling dan sekolah formal. Fungsi dari homeschooling dan sekolah formal sebenarnya sama. Yakni, sama-sama sebagai alat untuk meraih tujuan pendidikan. Jika penyelenggaraan sekolah dilindungi oleh hukum, homeschooling pun dipayungi oleh Keputusan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 129 Tahun 2014. Artinya, keluarga dan lingkungan yang menyelenggarakan homeschooling terjamin secara hukum serta mendapatkan pengakuan yang sama seperti murid lulusan sekolah formal. Berikut adalah detil perbedaan homeschooling dan sekolah formal. 1. Jalur Pendidikan Sekolah Formal termasuk jalur pendidikan formal dengan ciri khas terstruktur dan berjenjang. Sekolah formal diatur terpusat oleh pemerintah melalui kurikulum.



Homeschooling termasuk jalur pendidikan informal. Berbasis keluarga dan lingkungan yang dijalankan secara mandiri. 2. Fleksibilitas Perbedaan homeschooling dan sekolah formal yang kedua adalah mengenai fleksibilitas. Sekolah Formal tidak memiliki fleksibilitas. Semua kegiatan belajar, materi pelajaran, alokasi waktu belajar dan evaluasi proses pembelajaran diatur kurikulum yang harus diikuti oleh sekolah. Homeschooling memiliki fleksbilitas tinggi. Visi pendidikan, metode, gaya belajar, materi pelajaran yang ingin diperdalam, waktu belajar dan lain-lain ditentukan sendiri oleh orangtua. 3. Biaya Pendidikan Sekolah formal mengharuskan orangtua membayar semua paket sekalipun ada fasilitas yang tak digunakan. Biaya bulanan pun tak bisa dikendalikan. Jika mengalami kenaikan, kita tetap harus membayar sejumlah tertentu yang telah ditetapkan sekolah. Homeschooling memberikan kemudahan bagi orangtua dalam mengontrol anggaran pendidikan sebab orangtua menjadi penanggung jawab utama proses pembelajaran. Kita hanya mengeluarkan biaya sesuai fasilitas yang digunakan. 4. Pendidikan Terkustomisasi Sekolah Formal mengikuti kurikulum pemerintah. Kita tak bisa memilih pelajaran mana yang bisa dilewatkan atau pelajaran mana yang ingin diperdalam sesuai bakat anak. Semua mata pelajaran harus diikuti dan diselesaikan oleh anak. Homeschooling bebas menentukan materi pelajaran sesuai minat, bakat dan potensi anak.



Proses belajar homeschooling fokus mengembangkan potensi anak, bukan memperbaiki kelemahan anak. Perbedaan homeschooling dan sekolah formal yang ini menjadi daya tarik tersendiri bagi banyak orangtua di Indonesia. Karena mereka bisa melakukan penyesuaian untuk kebutuhan dan kondisi anak. 5. Penerapan Ilmu Sekolah Formal lebih banyak menghabiskan waktu murid di dalam kelas untuk duduk dan mendengarkan penjelasan guru. Homeschooling membuat anak-anak lebih mudah menerapkan teori dalam keseharian. Hal ini memungkinkan mereka lebih cepat menyerap ilmu dan lebih mudah beradaptasi dengan masyarakat sebab langsung mempraktikkan teori. 6. Peranan Orangtua Sekolah Formal tidak banyak melibatkan orangtua dalam kegiatan belajar mengajar. Prestasi dan kebiasaan anak di sekolah sering dianggap sebagai tanggung jawab sekolah serta tak ada hubungannya dengan orangtua.



perbedaan homeschooling dan sekolah formal Homeschooling mengharuskan orangtua terlibat secara total dalam menumbuhkan karakter, pembentukan perilaku hingga prestasi akademis anak. 7. Fasilitas Belajar Sekolah Formal memberikan akses fasilitas lengkap untuk bidang akademis. Untuk bidang di luar akademis, seperti art, bisnis atau teknologi sekolah formal jarang menyediakan fasilitas yang memadai. Kecuali jika anak bergabung di sekolah formal dengan kejuruan tertentu.



Homeschooling lebih simple dan efisien sebab kita dituntut kreatif memanfaatkan fasilitas yang ada. 8. Kurikulum Sekolah Formal memiliki kurikulum ketat yang dirancang dan diatur oleh pemerintah pusat. Homeschooling mendapatkan kebebasan untuk memilih kurikulum. Kita bisa menggunakan kurikulum pemerintah pusat, mengikuti kurikulum luar negeri atau menyusun sendiri sesuai kebutuhan dan potensi anak. Bisa memilih kurikulum sendiri juga menjadi kelebihan homeschooling dibandingkan jenis sekolah lain. 9. Gaya Belajar Sekolah Formal membiasakan murid untuk duduk dan mendengarkan guru. Semua tergantung dari skill guru dalam meracik kegiatan belajar bagi muridnya. Orangtua tak memiliki akses dalam memilih kegiatan belajar yang cocok untuk anaknya. Homeschooling membebaskan orangtua merancang sendiri kegiatan belajar sesuai karakter anak. Kita bisa menyusun ide kegiatan murah, mudah, tapi tetap efektif dan menyenangkan bagi anak. Sekolah umum vs homeschooling, keduanya memiliki peran/fungsi yang sama. Yakni, sebagai alat mencapai tujuan pendidikan. Yang namanya alat, tentu saja keberhasilan dalam memanfaatkannya tergantung dari si pemakai. Tapi, pada kenyataannya homeschooling lebih adil dan ramah bagi anak. Karena tujuan pendidikan sejatinya adalah untuk meningkatkan kemampuan personal dan sosial manusia.



Agar di masa depan mereka menjadi cermat melihat peluang, kritis menemukan masalah dan mau turun tangan menyelesaikan masalah di lingkungan sekitarnya. Untuk bisa menemukan tujuan itu, kita harus fokus menemukan dan mengoptimalkan potensi anak. Bukan sekedar mengajak mereka berlomba-lomba mengejar nilai tinggi dalam ijazah. Kemudian, mengukur dan mendeskripsikan kompetensi mereka berdasarkan ranah kognitif semata. Tapi lupa menunjukkan pada anak akan potensi luar biasa yang Tuhan titipkan dalam diri mereka. Kita lupa mengatakan pada anak bahwa mereka adalah manusia pilihan Tuhan yang dihadirkan di bumi sebagai solusi atas masalah yang ada di sekitarnya. Untuk orangtua yang peduli dengan potensi anaknya, mungkin akan menyimpulkan bahwa homeschooling lebih efektif dari pendidikan formal.



MATERI



6



Menjadi orang tua tentunya merupakan tantangan tersendiri bagi kita semua. Karena cepat atau lambat, orang-orang akan berkeluarga dan memiliki keturunan. Dan menjadi orang tua tentunya tak bisa sembarangan. Kita harus cerdas dalam mendidik dan mengambil keputusan demi kelangsungan masa depan si buah hati. Ketika si buah hati masih berusia batita, mungkin semuanya masih terasa mudah dan menyenangkan. Namun lain halnya saat anak telah memasuki usia sekolah. ADVERTISEMENT Saat si kecil menginjak usia tujuh tahun, sebuah keputusan penting terkait pendidikan anakpun harus dibuat oleh orangtua. "Akan menyekolahkan si kecil di mana?" "Sekolah mana yang terbaik untuk tumbuh kembang dan proses belajarnya?" "Sekolah formal atau homeschooling saja?" Dan segudang pertanyaan lainnya. Yang jadi bahan pertimbangan orang tua biasanya tak akan jauh-jauh dari tiga hal: biaya, kualitas pendidikan, dan jarak.



Sekolah formal jadi pilihan favorit orang tua untuk menyekolahkan anakanaknya. Namun tak sedikit juga orangtua yang menyekolahkan anaknya dengan menempuh cara homeschooling, lho.



Lantas, apa persamaan dan perbedaan keduanya? Mari kita mulai dari persamaan yang dimiliki oleh dua sekolah ini. Baik sekolah formal dan homeschooling, keduanya merupakan lembaga legal yang keberadaannya diakui oleh negara. Sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 27. Keduanya sama-sama merupakan model pendidikan yang bertujuan untuk mendidik anak dengan ilmu pengetahuan. ADVERTISEMENT Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan yang mencakup IPTEK, nasionalisme, kesehatan, olahraga, dan estetika jadi persamaan keduanya. Sekolah formal dan homeschooling juga sama-sama akan mengikuti Ujian Nasional (UN). Sedangkan untuk perbedaan, hal ini terlihat jelas dari sistem yang ditempuh. Untuk sekolah formal, Anda semua pasti sudah cukup paham mengenai aturan mainnya. Semua murid tanpa terkecuali harus datang bersekolah setiap hari, dari Senin hingga Jumat. Murid tersebut akan dibagi perkelas untuk menerima materi yang diajarkan oleh guru mata pelajaran terkait. Semua anak diperlakukan sama, tanpa terkecuali. Jika sekolah formal melakukan segala aktivitas pendidikan di gedung sekolah, lain halnya dengan homeschooling. Homeschooling dilaksanakan di rumah siswa, atau di lokasi yang telah disepakati. Homeschooling juga memiliki aturan yang jauh lebih fleksibel dibanding sekolah formal. Mata pelajarannya bisa diatur sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. Jika sekolah formal memiliki kurikulum yang telah diatur oleh pihak sekolah, berbeda dengan homeshcooling yang diatur oleh orangtua murid. Namun,



orang tua tetap akan mendapatkannya dari Dinas Pendidikan agar kualitasnya tetap setara. Jadwalnyapun bebas, semua tergantung dari kesepakatan dan kebutuhan murid. Peran guru di sekolah formal sama dengan peran orangtua dalam homeschooling. Orangtua memegang kendali utama dalam mendidik anaknya. Kendati demikian, banyak juga orangtua yang mempercayakan guru les sebagai pendidik, atau bahkan mendaftar ke lembaga homeschooling terpercaya. Intinya, dalam homeschooling semua kembali pada minat dan gaya belajar anak. Ada anak yang senang dan mudah belajar dengan visual, ada yang lewat pendengaran, ada juga lewat cara kinestetik atau gerakan. Sekolah formal dan homeschooling tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kunci keberhasilan pendidikan anak adalahpola belajar dan terpenuhinya asupan materi pelajaran yang sesuai dengan minat dan bakat anak. Komitmen dan tekad orangtua dalam memfasilitasi dan membimbing anak juga merupakan hal yang tak kalah penting.