Materi Tekhnik Pengemasan Obat [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Pengemasan merupakan suatu perlakuan pengamanan terhadap bahan atau produk baik yang sudah mengalami pengolahan atau belum sampai ke tangan konsumen dengan kondisi baik. Dalam dunia farmasi biasa digunakan teknik pengemasan strip untuk sediaan solid. Untuk mengemas barang yang cukup banyak atau bulk material digunakan, multi wall paper sack. Saat ini manusia menggunakan teknologi untuk membuat kemasan plastik sintetik. Banyak faktor yang harus di pertimbangkan dalam memilih komponen-komponen pengemasan untuk bentukbentuk takaran bahan padat, seperti kecocokan produk hingga aspek kemudahan pengaksesan. Kata kunci : pengemasan produk farmasi, teknik pengemasan produk farmasi, packaging pharmaceutical product Pengemasan dalam dunia farmasi mempunyai peran penting, sebab suatu sediaan tidak akan berarti apabila pengemasannya buruk atau tidak sesuai dengan bentuk sediaan tersebut. Hal ini dapat menyebabkan rusaknya bahan yang dikemas baik karena faktor fisik (penyimpanan) maupun faktor kimia (stabilitas bahan yang dikemas). Pada umumnya pengemasan berfungsi untuk menempatkan bahan atau hasil pengolahan atau hasil industri dalam bentuk yang memudahkannya dalam penyimpanan, pengangkutan, dan distribusi sampai ke tangan konsumen. Secara garis besar fungsi pengemasan adalah sebagai berikut : 1. Mewadahi produk selama distribusi dari produsen hingga ke konsumen, agar produk tidak tercecer, terutama untuk cairan, pasta atau butiran. 2. Melindungi dan mengawetkan produk, seperti melindungi dari sinar ultraviolet, panas, kelembaban udara, oksigen, benturan, kontaminasi dari kotoran dan mikroba yang dapat merusak dan menurunkan mutu produk. 3. Sebagai identitas produk, dalam hal ini kemasan dapat digunakan sebagai alat komunikasi dan informasi kepada konsumen melalui label yang terdapat pada kemasan. 4. Meningkatkan efisiensi, misalnya : memudahkan penghitungan (satu kemasan berisi 10, 1 lusin, 1 gross dan sebagainya), memudahkan pengiriman dan penyimpanan. Hal ini penting dalam dunia perdagangan. 5. Melindungi pengaruh buruk dari luar, melindungi pengaruh buruk dari produk di dalamnya, misalnya jika produk yang dikemas berupa produk yang berbau tajam, atau produk berbahaya seperti air keras, gas beracun dan produk yang dapat menularkan warna, maka dengan mengemas produk ini dapat melindungi produk-produk lain di sekitarnya. 6. Memperluas pemakaian dan pemasaran produk, misalnya penjualan kecap dan sirup mengalami peningkatan sebagai akibat dari penggunaan kemasan botol plastik. 7. Menambah daya tarik calon pembeli. 8. Sarana informasi dan iklan. 9. Memberi kenyamanan bagi pemakai (Julianti dan Mimi, 2006). Klasifikasi kemasan berdasarkan struktur sistem kemas (kontak produk dengan kemasan): a) Kemasan primer, yaitu kemasan yang langsung mewadahi atau membungkus bahan pangan. Misalnya kaleng susu, botol minuman.



b) Kemasan sekunder, yaitu kemasan yang fungsi utamanya melindungi kelompok-kelompok kemasan lain. Misalnya kotak karton untuk wadah susu dalam kaleng, kotak karton untuk wadah strip obat dan sebagainya. c) Kemasan tersier, kuartener yaitu kemasan untuk mengemas setelah kemasan primer, sekunder atau tersier. Kemasan ini digunakan untuk pelindung selama pengangkutan. Misalnya botol yang sudah dibungkus, dimasukkan ke dalam kardus kemudian dimasukkan ke dalam kotak dan setelah itu ke dalam peti kemas. Material Gelas



Tipe Primer



Plastik



PrimerSekunder



Wol Logam Papan Kertas Liners



Primer Primer Sekunder Sekunder Primer



Kegunaan Botol, ampul, vial berisi solution atau tablet Botol, ampul, vial berisi solution atau tabletPembungkus yang terdiri dari beberapa kemasan primer Pengisi kosong Penyusun aerosol, penutup bahan Kotak berisi kemasan primer Leaflet, label Penutup yang memberi segel kompresi



(Lund, 1994). Dalam hal material, tidak semua bahan dapat berfungsi sebagai pengemas demikian pula persyaratan dan spesifikasi bahan pengemas untuk keperluan yang satu berbeda dengan yang lain. Beberapa persyaratan bahan pengemas adalah : a)



Memiliki permeabilitas terhadap udara (oksigen dan gas lain) yang baik



b) harus bersifat tidak toksik dan tidak bereaksi (inert), sehingga tidak terjadi reaksi kimia yang dapat menyebabkan atau menimbulkan perubahan warna, flavor dan citarasa produk yang dikemas c) harus mampu menjaga produk yang dikemas agar tetap bersih dan merupakan pelindung terhadap pengaruh panas, kotoran dan kontaminan lain d) harus mampu melindungi produk yang dikemasnya dari kerusakan fisik dan gangguan dari cahaya (penyinaran) e) harus mudah dibuka dan ditutup dan dapat meningkatkan kemudahan penanganan, pengangkutan dan distribusi



f) harus mampu menjelaskan identifikasi dan informasi dari bahan yang dikemasnya, sehingga dapat membantu promosi atau memperlancar proses penjualan. Dengan banyaknya persyaratan yang diperlukan untuk bahan kemas, maka tentu saja bahan kemas alami tidak dapat memenuhi semua persyaratan tersebut sehingga manusia dengan bantuan teknologi berhasil membuat bahan kemas sintetik yang dapat memenuhi sebagian besar dari persyaratan minimal yang diperlukan (Anonim, 2006). Kualifikasi dan Validasi CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi validasi yang perlu dilakukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang dilakukan. Perubahan signifikan terhadap fasilitas, peralatan dan proses yang dapat mempengaruhi mutu Produk hendaklah divalidasi. Validasi adalah tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa tiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau mekanisme yang digunakan dalam produksi maupun pengawasan mutu akan senantiasa mencapai hasil yang diinginkan (Anonim, 2006). Validasi untuk mesin, peralatan produksi dan sarana penunjang disebut kualifikasi. Dimana kualifikasi tersebut adalah langkah pertama dalam melaksanakan validasi di industri farmasi (Priyambodo, 2007). Peralatan Desain dan kontruksi peralatan pengemasan produk hendaklah memenuhi persyaratan sebagai berikut: 



Peralatan hendaklah didesain dan dikontruksikan sesuai dengan tujuannya. Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan awal, produk antara, produk jadi tidak boleh menimbulkan reaksi yang dapat menimbulkan identitas, mutu atau kemurnian di luar batas yang ditentukan.







Bahan yang diperlukan untuk pengoperasian alat khusus, misalnya pelumas atau pendingin tidak boleh bersentuhan dengan bahan yang sedang diolah sehingga tidak mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian bahan awal, produk antara ataupun produk jadi. Peralatan hendaklah didesain sedemikian rupa agar mudah dibersihkan. Peralatan tersebut hendaklah dibersihkan sesuai prosedur tertulis yang rinci serta disimpan dalam keadaan bersih dan kering. Hendaklah tersedia alat timbang dan alat ukur dengan rentang dan ketelitian yang tepat untuk proses produksi dan pengawasan. Peralatan yang digunakan untuk menimbang, mengukur, memeriksa dan mencatat hendaklah diperiksa ketepatannya dan dikalibrasi sesuai dengan prosedur yang ditetapkan. Hasil pemeriksaan dan kalibrasi hendaklah dicatat dan disimpan dengan baik (Anonim, 2006).







Kegiatan pengemasan produk dilaksanakan di bawah pengendalian yang ketat untuk menjaga identitas, keutuhan dan mutu produk akhir yang dikemas. Semua kegiatan pengemasan



dilaksanakan sesuai dengan instruksi yang diberikan dan menggunakan bahan pengemas yang tercantum dalam prosedur pengemasan induk. Rincian pelaksanaan pengemasan dicatat dalam catatan pengemasan batch (Anonim, 2006). Seluruh wadah, yang digunakan untuk penyimpanan obat dan tutupnya tidak boleh mempengaruhi kualitas obat yang tersimpan di dalamnya. Wadah dan tutupnya dibersihkan dulu sebelum digunakan. Dengan menggunakan cara yang cocok dapat dijamin bahwa persyaratan kemurnian mikrobiologis bagi bahan obat dan sediaan obat yang tercantum dalam Farmakope dapat terpenuhi. Setelah pembersihan dan pengeringan wadah, sejauh tidak digunakan, disimpan dalam kondisi tertutup. Wadah harus diberi tanda yang jelas sesuai dengan persyaratannya setelah diisi dengan obat. Wadah dan tutup yang terbuat dari plastik dan elastik, diuji seperti “Pengujian barang terbuat dari plastick dan elastik” (Voight, 1995). Beberapa teknologi pengemasan produk farmasi yaitu : 1.



Strip packaging



Merupakan pengemasan yang menganut sistem dosis tunggal, biasanya untuk sediaan padat (tablet, kapsul, kaplet, dan lain-lain) yang digunakan secara per oral. Metodenya adalah mengemas dengan dua lapisan atas atau bawah, dan kemudian diseal dan dicut. Produk akan jatuh kedalam mold yang panas, kemudian dibentuk kemasan dan mewadahi produk tersebut. Produk yang disegel antara dua lapisan tipis ini biasanya mempunyai segel dan biasanya dipisahkan dari bungkus-bungkus yang bedekatan karena adanya perforasi. Pemilihan dari material harus tepat, agar tidak ada migrasi dari produk keluar. Ukuran dan kedalaman dari mold tersebut harus cukup untuk menampung produk dan membentuk kantong, dan jangan sampai produk tertekan. Contoh : noza, obat generik seperti dextromethorphan (Anandita, 2012).



Gambar contoh kemasan strip



Gambar stripping process Strip terdiri dari berbagai macam tergantung bahan penyusun dari strip. Diantaranya ada PLM (polycellonium), PLO (Polycello) dan PLN (Polynium). PLM merupakan bahan strip yang paling umum, dimana kandungannya adalah polycello atau cellophan dan alumunium. Cellophan adalah sejenis bahan dari serat selulosa yang berbentu tipis transparan, fungsinya dalam kemasan adalah untuk menempelkan pewarna sehingga strip bisa colorfull. Bahan yang biasa dipakai adalah MST / MT dan PT cellophan. Alumunium sendiri berfungsi untuk menjaga obat dari pengaruh kelembapan. Semakin tebal alumunium yang digunakan akan semakin membuat tingkat proteksi menjadi lebih baik. Namun harus dilihat dari sisi mesin strip, apakah kompatibel atau tidak karena bisa jadi semakin tebal akan menggangu proses stripping. Antara selophan dan alumunium ini terdapat satu lapisan yakni PE atau Polyetilen yang berfungsi untuk melekatkan selophan dan alumunium. Lapisan setelah alumunium sendiri adalah PE lagi, fungsinya kali ini adalah untuk membuat dua PLM dapat saling melekat saat distripping. Jadi secara garis besar, ada 4 lapisan dalam PLM yakni selophan (terluar), PE, Alu, PE (terdalam). Pembuatan PLM secara garis besar yaitu selophan dicetak dan diberi warna lalu PE dicairkan. Kemudian Alu dan selophan dipasang dalam masing-masing silindernya, saat akan ditemukan maka diberi cairan PE, sehingga keduanya melekat. Lalu dilapis dengan PE kembali pada bagian dalam. Untuk PLO dan PLN hampir sama dengan PLM. Hanya saja PLO komposisinya adalah selophan dan PE sehingga sifatnya elastis dan tembus pandang (contoh : antimo tablet). Sedangkan PLN kandungannya adalah Alu dan PE (Anandita, 2012). Sistem kerja mesin strip sendiri cukup sederhana yakni dengan menyiapkan dua PLM pada rollernya. kemudian ditengahnya dimasukkan dalam strip dan dipanasi sehingga PE mencair dan akan melekatkan kedua PLM (Anandita, 2012). Pemeriksaan strip juga sederhana. Saat kedatangan barang, cukup diperiksa kesesuaian warna dan teks, lebar PLM dalam satu roll, dan kebersihan PLM. Saat produksi, dilakukan pengecekan kualitas PLM dengan tes kebocoran menggunakan metilen blue dalam presure chamber (Anandita, 2012). 2.



Blister pack



Dalam proses ini lembar plastik yang tebal dilewatkan pada rol yang telah dipanaskan, hingga akan terbentuk ruang untuk diisi produk. Produk yang akan dikemas kemudian dilepas melalui happer, kemudian lembar foil yang sudah dicoat dengan laquer dipakai untuk menutup lembar plastik yang sudah dibentuk dan berisi produk lalu dicut. Strip dibentuk dalam tray, dicut sesuai mold dan dimasukkan dalam karton box. Contoh : panadol atau supra livron (Anandita, 2012).



Gambar contoh kemasan blister



Gambar mesin pengemas blister Kemasan blister terdiri dari dua lapisan kemasan yang berbeda yakni PTP dan Plastik. PTP merupakan singkatan dari Press Trough Packaging. Komposisi PTP ini adalah alu dan PE. Sedangkan plastik yang digunakan bisa PVC atau PVdC, tergantung dari bahan yang akan diblister. jika bahan sensitif dengan kelembapan maka akan lebih disarankan PVDC karena lebih protect. Proses produksi awalnya yaitu PVC dibentuk dengan dipanaskan terlebih dahulu dengan heater namun tidak sampai cair, lalu dibentuk sesuai dengan cetakannya atau nama kerennya “forming”. Proses forming sendiri prinsipnya adalah dengan memberikan tekanan udara untuk membentuk plastik panas dan cooler sehingga plastik yang tertekan udara dalam cetakan akan terbentuk namun tidak bisa kembali ke bentuk semula karena ada proses pendinginan. kemudian tablet dimasukkan dalam forming baik manual atau otomatis dan disealing dengan PTP menggunakan panas pada bagian sampingnya. Baru kemudian dipotong sesuai ukuran blister dengan menggunakan cutting khusus (Anandita, 2012). 3.



Pengemasan bulk produk



Untuk mengemas barang yang cukup banyak atau bulk material digunakan, multi wall paper sack. Heavy duty bag polyethylene, woven sack polipropylene dan jute bags, tetapi sekarang ini jute bags sudah kurang popular. Multiwall paper sack : terdiri dari beberapa lapisan kertas yang saling menunjang, dengan demikian maka beban yang didukung oleh kantong tersebut akan merata keseluruh lapisan. Jumlah lapisan bisa antara 2 sampai dengan 6 lapis. Dengan menggunakan beberapa lapisan kertas yang agak tipis adalah lebih fleksibel dan kuat daripada menggunakan satu atau dua lapisan kertas yang tebal. Multiwall paper bag dapat digunakan untuk berbagai produk terutama yang berbentuk bubuk (Julianti dan Mimi, 2006).



Gambar contoh kemasan bulk



Gambar mesin pengemas bulk 4.



Pengemasan botol



Kaca merupakan penelitian terdekat untuk bentuk botol yang steril. Hanya sumber potensial dari pergeresan gas didalam atau diluar botol kaca melalui segel antara penutup dan leher botol. Teknologi metode-metode evaluasi untuk kaca di dikenal baik dan dikemas dalam UPS/NF. Bagian-bagian yang penting dari botol kaca adalah tipe botol, bentuk, isi keseluruhan (juga dikenal dengan kapasitas yang berlebih), pengakhiran leher botol, warna dan pergeseran bentuk. Hal yang banyak digunakan tipe NP, sebuah kaca bentuk soda untuk produk yang tidak parental, yaitu produk yang didasari dengan penggunaan topikal dan oral. Warna yang banyak digunakan adalah kuning gading (Julianti dan Mimi, 2006).



Gambar kemasan botol



Gambar kemasan botol kaca untuk sediaan injeksi



Gambar mesin pengemas botol 5.



Pengemasan kaleng



Syarat-syarat pengaturan, membutuhkan panduan USP/NF yang mencakup pengalengan dan penutupan, memberikan petunjukan pengemasan dengan bentuk-bentuk takaran bubuk dalam pengalengan takaran yang banyak. Seorang ahli obat-obatan seharusnya tidak mengemas kembali sebuah produk dalam pengalengan yang lemah pertahanan. Pengalengan seharusnya bersih dan aman untuk menjamin identitas kekuatan, kualitas dan kemurnian dari produk-produk obat-obatan untuk ketahanan hidup. Perusahaan-perusahaan obat dibutuhkan untuk melakukan tes untuk menemukan hal yang standar ini. Hal yang kecil akan menjadi sebuah stabilitas penelitian dalam pengalengan bertanda dan penutupan yang digunakan untuk penjualan produk (Julianti dan Mimi, 2006).



Gambar kemasan kaleng Perkembangan Teknologi Pengemasan



Saat ini telah dikembangkan teknologi pengemasan bahan pangan dan produk farmasi yang mencakup : 1. Pengemasan atmosfir termodifikasi (Modified Atmosfer Packaging/MAP) Merupakan pengemasan produk dengan menggunakan bahan kemasan yang dapat menahan keluar masuknya gas sehingga konsentrasi gas di dalam kemasan berubah dan ini menyebabkan laju respirasi produk menurun, mengurangi pertumbuhan mikrobia, mengurangi kerusakan oleh enzim serta memperpanjang umur simpan. Fabrikasi film kemasan dapat menghasilkan kemasan dengan permeabilitas gas yang luas serta tersedianya adsorber untuk O2, CO2, etilen, dan air. Keuntungan dari teknik kemasan aktif adalah tidak mahal (relatif terhadap harga produk yang dikemas), ramah lingkungan, mempunyai nilai estetika yang dapat diterima dan sesuai untuk sistem distribusi. Adanya absorber oksigen dapat menyerap oksigen pada bahan-bahan pangan seperti hamburger, pasta segar, mie, kentang goreng, daging asap (sliced ham dan sosis), cakes, dan roti dengan umur simpan panjang, produk-produk konfeksionari, kacang-kacangan, kopi, herba (dalam farmasi) dan rempah-rempah. Penggunaan kantung absorber O2 memberikan keuntungan khususnya untuk produk-produk yang sensitif terhadap oksigen dan cahaya seperti produk bakery dan pizza, daging yang dimasak dimana pertumbuhan jamur dan perubahan warna merupakan masalah utamanya. 2. Pengemasan aktif (Active Packaging) dan Smart Packaging Merupakan teknik kemasan yang mempunyai sebuah indikator eksternal atau internal untuk menunjukkan secara aktif perubahan produk serta menentukan mutunya. Tujuan dari kemasan aktif atau interaktif adalah untuk mempertahankan mutu produk dan memperpanjang masa simpannya. (Julianti dan Mimi, 2006). KESIMPULAN Pengemasan dalam dunia farmasi mempunyai peran penting, yaitu untuk menempatkan bahan atau hasil pengolahan atau hasil industri dalam bentuk yang memudahkannya dalam penyimpanan, pengangkutan, dan distribusi sampai ke tangan konsumen. Teknologi pengemasan sediaan farmasi meliputi strip, blister, bulk, botol, dan kaleng.



REFERENSI Anindita, Dipta, 2012, Packaging Development at Pharmaceutical Industries-Strip and Blister, http://www.centro.web.id/2012/01/packaging-development-at-pharmaceutical.html Diakses tanggal 15 Mei 2012



Anonim, 2006, Pedoman Penerapan Cara Pembuatan Obat yang Baik, Badan Pengawasan Obat dan Makanan : Jakarta Julianti, Elisa dan Mimi Nurminah, 2006, Buku Ajar Tekologi Pengemasan, Universitas Sumatera Utara Press : Sumatera SEPUTAR TEKNOLOGI PENGEMASAN SEDIAAN FARMASI Disusun Oleh : Ayu Mayangsari



: G1F009022



Rendi Nurhidayat



: G1F009023



Andardian Widiniyah



: G1F009024



Jurusan Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED), Jln. Dr. Soeparno Karangwangkal, Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah.



Abstrak Pengemasan sediaan farmasi dilakukan untuk menyiapkan barang menjadi siap untuk ditransportasikan, didistribusikan, disimpan, dijual, dan dipakai. Kemasan dapat membantu mencegah atau mengurangi kerusakan, melindungi produk yang ada di dalamnya, melindungi dari bahaya pencemaran serta gangguan fisik. Kemasan sediaan farmasi yang kami bahas adalah kemasan strip/blister, kemasan plastik dan kemasan gelas dengan pembuatannya masing-masing. Kemasan strip/blister biasa digunakan dalam sediaan berbentuk tablet atau kapsul. Kemasan gelas biasa digunakan untuk sediaansediaan cair, sedangkan kemasan plastik biasa digunakan dalam sediaan berbentuk cair (tetes mata), ataupun padat (tablet ataupun kapsul). Proses pengemasan sediaan farmasi sendiri dibagi menjadi dua yaitu proses pengemasan secara aseptis dan non aseptis. Dalam sistem pengemasan aseptis, produk dan wadah pengemas disterilisasi secara terpisah, kemudian dilakukan pengisian produk ke dalam wadah dalam lingkungan steril sehingga diperoleh produk steril dalam kemasan yang tahan disimpan dalam jangka waktu lama. Pada proses pengemasan non-aseptik, kontaminasi mudah terjadi, sehingga masa simpan produk umumnya relatif lebih rendah.



Keyword : kemasan strip/blister, kemasan plastik, kemasan gelas PENDAHULUAN Kemasan adalah salah satu komponen penting dari bentuk sediaan farmasi. Menurut ketentuan yang berlaku di seluruh dunia, pengujian stabilitas sediaan farmasi harus dilakukan dalam kemasan akhir yang akan dipasarkan. Kemasan terdiri dari bermacam material (gelas, logam, plastik, material multi lapis, karet dan elstomer sintetik) yang tidak selalu inert terhadap obat yang dikemas, karena secara sederhana dapat menyebabkan terjadinya adsorpsi dan desorpsi dari pengemas menuju obat disamping kemungkinan terjadinya interaksi. Pengemasan merupakan sistem yang terkoordinasi untuk menyiapkan barang menjadi siap untuk ditransportasikan, didistribusikan, disimpan, dijual, dan dipakai. Adanya wadah atau pembungkus dapat membantu mencegah atau mengurangi kerusakan, melindungi produk yang ada di dalamnya, melindungi dari bahaya pencemaran serta gangguan fisik (gesekan, benturan, getaran). Di samping itu pengemasan berfungsi untuk menempatkan suatu hasil pengolahan atau produk industriagar mempunyai bentuk-bentuk yang memudahkan dalam penyimpanan, pengangkutan dan distribusi termasuk produk sediaan farmasi. Tahap pengemasan adalah tahapan yang penting untuk produk sediaan farmasi agar produk tersebut terlihat bagus dan menarik. Menurut Peraturan perundang-undangan nomor 72 tahun 1998 tentang pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan Bab. VI yang mengatur tentang kemasan sediaan farmasi dan alat kesehatan, pasal 1 ayat 6 yang berbunyi kemasan sediaan farmasi dan alat kesehatan adalah bahan yang digunakan untuk mewadahi atau membungkus sediaan farmasi dan alat kesehatan baik yang bersentuhan langsung ataupun tidak. Dan pasal 24 ayat 1 yang berbunyi pengemasan sediaan farmasi dan alat kesehatan dilaksanakan dengan menggunakan bahan kemasan yang tidak membahayakan kesehatan manusia dan/atau dapat mempengaruhi berubahnya persyaratan mutu, keamanan dan kemanfaatan sediaan farmasi dan alat kesehatan. PEMBAHASAN Berdasarkan urutan dan jaraknya dengan produk, kemasan dapat dibedakan atas kemasan primer, sekunder dan tersier. Kemasan primer adalah kemasan yang langsung bersentuhan dengan makanan, sehingga bisa saja terjadi migrasi komponen bahan kemasan ke makanan yang berpengaruh terhadap rasa, bau dan warna. Kemasan sekunder adalah kemasan lapis kedua setelah kemasan primer, dengan tujuan untuk lebih memberikan perlindungan kepada produk. Kemasan tersier adalah kemasan lapis ketiga setelah kemasan sekunder, dengan tujuan untuk memudahkan proses transportasi agar lebih praktis dan efisien. Kemasan tersier bisa berupa kotak karton atau peti kayu. 1. Kemasan Strip/blister Kemasan strip dibentuk dengan mengisi dua rangkaian lapis tipis yang fleksibel dan dapat disegel panas melalui suatu gulungan perekat yang dipanaskan, atau suatu piring yang dapat bergerak dan dipanaskan. Produk dijatuhkan ke dalam kantung yang dibentuk sebelum akhirnya



disegel. Suatu strip yang panjang terbentuk, umumnya terdiri dari beberapa bungkusan, tergantung dari kapasitas mesin kemasannya. Strip berisi kemasan obat dipotong panjangnya sesuai dengan jumlah kemasan yang diinginkan (Kurniawan dan Sulaiman, 2012).



Gambar 1. kemasan strip



Kemasan blister dibentuk dengan melunakkan suatu lembaran resin termoplastik dengan pemanasan, dan menarik (dalam vakum) lembaran plastik yang lembek itu kedalam suatu cetakan. Sesudah mendingin, lembaran dilepas dari cetakan dan berlanjut ke bagian pengisian dari mesin kemasan (Kurniawan dan Sulaiman, 2012). Blister setengah keras yang terjadi sebelumnya diisi dengan produk, dan ditutup dengan bahan untuk bagian belakang yang dapat disegel dengan pemanasan. Bahan untuk bagian belakangnya atau tutupnya, dapat digunakan dari jenis yang bisa didorong atau jenis yang dapat dikelupas (Kurniawan dan Sulaiman, 2012).



Gambar 2. Kemasan Blister



2.Kemasan Gelas Wadah gelas dapat dikelompokan berdasarkan sifat reaktivitas dari komponen (formulasi) gelas. Tabel 1. Komponen (formulasi gelas)



Gambar 3. Kemasan Botol/gelas Pembuatan Gelas Ada empat dasar pembuatan yaitu : 1. Peniupan, menggunakan udara yang ditekan untuk membentuk cairan gelas ke dalam ruang cetakan dari logam. Kebanyakan botol dan wadah yang diperdagangkan dibuat dengan cara ini, menggunakan peralatan otomatis 2. Penarikan, cairan gelas ditarik melalui cetakan atau gulungan yang member bentuk pada gelas yang lunak. Batang gelas, tube gelas, lembaran gelas dan jenis diameter lainnya yang seragam yang terdapat dalam perdagangan, umumnya dibuat dengan cara penarikan. Ampul, selongsong, dan vial yang ditarik dari tube mempunyai dinding yang lebih tipis dan ketebalan yang lebih merata, serta kurang berkerut dibandingkan dengan wadahwadah yang dibuat dengan cara meniup lalu dicetak 3. Penekanan, digunakan kekuatan mekanis untuk menekan cairan gelas pada sisi cetakan 4. Menuang, menggunakan kekuatan gravitasi atau sentrifugal yang menyebabkan cairan gelas terbentuk dalam ruang cetakan (Anonim, 1973). 3.Kemasan plastik Untuk membuat polimer tinggi sering dibutuhkan katalisator dan pengendali polimerisasi. Oleh karena itu, secara umum diperlukan tambahan bahan pembantu untuk menghasilkan material plastik, yang sesuai dengan tujuan penggunaannya. Bahan pembantu tersebut adalah : 1. Pembuat lunak, bahan ini digunakan untuk menghasilkan plastisitas, elastisitas dan fleksibilitas yang diperlukan. 2. Stabilisator, bahan ini digunakan sebagai pelindung terhadap cahaya, panas, oksigen, kelembapan, sinar terionisasi serta perbaikan kemantapan penuaannya. 3. Bahan pengisi, dalam hal ini digunakan misalnya utanium dioksida dan kalsium karbonat. 4. Pengabsorbsi UV, bahan ini menurunkan permeabilitas cahaya UV dalam skala daerah yang luas dan melindungi bahan obat yang peka UV.



5. Bahan pewarna, yang paling penting dalam hal ini adalah pigmen. (Voight, 1995). Teknologi pembuatan Peracikan termoplastik pada hakekatnya dilakukan melalui cetakan semprot, ektrudisasi dan gelembung ekstrusi. 1. Cetakan semprot, granulat bahan dasar mencapai ke dalam suatu silinder yang dipanaskan, ditakar dengan sebuah corong pengisi, dimana didalamnya bahan sintesis dileburkan. Sebuah torak, yang sekaligus memutuskan aliran masuk bahan dasar, kemudian menekan massa plastis ke dalam sebuah pencetak dimana potongan yang tercetak akan membeku. Suhu plastifikasi atau suhu semprotan, pada umumnya sesuai dengan bahan sintetisnya, berkisar antara 100-300˚C disertai tekanan yang singkat selama kira-kira 3 detik (tekanan penyemprotan 20-60 N/mm2, 200-600 kp/cm2, tekanan pemampatan 80-160 N/mm2, 800-1600 kp/cm2). Alat otomat dapat menghasilkan sampai dengan 100.000 cetakan kecil per jam (misalnya tablet). 2. Ekstrudisasi, proses diatas dilakukan dengan sebuah ekstruder, dalam hal ini adalah suatu keong yang berputar (penekan keong). Dalam sebuah silinder yang dipanaskan, material yang dimasukkan ditransportasikan ke depan, dikomprimasi, diplastifikasi melalui sebuah corong pengisi dan ditekan melalui sebuah mulut corong. Panas peleburan, sebagian disuplai dari luar, sisanya terbentuk melalui gesekan bagian dalam silinder. 3. Gelembung ekstrusi, merupakan cara yang paling penting untuk membuat bodi berongga. Ekstruder akan menekan massa plastis melalui mulut pipa melingkar, sehingga terbentuk sebuah pipa, yang kemudian ditekan ke dinding sebuah bodi berongga melalui peniupan udara bertekanan, sehingga membentuk wadah. (Voight, 1995). Jenis plastik yang sering digunakan : 1. Poliolefin jenisnya adalah polietilen (PE), polipropilen (PP), politetrafluoroetilen (PTFE),. 2. Senyawa polifinil jenisnya adalah polifinilklorida (PVC), polivinilidenklorida (PVDC). 3. Poliester jenisnya adalah polietilentereftalat (PETF). 4. Polikarbonat (PK) 5. Poliamida (PA) 6. Polistiren (PS) 7. Poliakrilat, polimetakrilat 8. Harsa fenol, harsa melamin 9. Harsa epoksida 10. Poliuretan 11. Silicon Cara Botol Kemas



Nilai industrial yang tinggi pada pengemasan larutan dalam bidang farmasetik terutama untuk larutan infuse, berhasil diraih oleh cara botol kemas. Cara tersebut merupakan metode rasional dari pembuatan cairan siap pakai. Dalam alat otomat-botol-kemas bisa berlangsung pembuatan wadah bahan sintetis maupun pengisian dan penutupannya. Hal ini dihasilkan melalui tahapan operasi berikut. Sebuah ekstruder yang dimuati dengan material bahan sintetis (misalnya dengan polietilen) akan membentuk tabung bahan sintetis secara kontinyu dengan panjang dan stabilitasyang cocok (gambar I) di dalam sebuah kepala tabung. Di bawah kepala tabung bergerak suatu cetakan peniup botol 4 bagian, yang terdiri dari 2 buah untuk setengah bentuk bawah yang membentuk bodi botol dan 2 cetakan bagian kepala botol. Cetakan bagian bawah akan saling bertemu dan akan membentuk tabung bahan sintetis yang mesih panas. Alat pemotong akan memisahkan tabung dari kepala tabung. Sebuah wagon pengangkut cetakan bergerak menuju stasion pengisi (gambar II), dimana sebuah jarum pengisi akan bergerak masuk ke dalam tabung bahan sintetis yang dibiarkan terbuka dan masih tetap panas, sehingga cetakan botol tetap dapat mempertahankan bagian leher pencetak botol berbentuk krucut.jarum pengisi terdiri dari 3 saluran , pertama saluran peniupan udara (untuk meniup pipa), kedua saluran pengisi ( untuk mengisikan cairan ) dan ketiga untuk saluran udara keluar ( saluran pembuangan udara dan busa). Pembentukkan botol berlangsung dengan benturan udara, dimana tabung bahan sintetis plastis dalam kondisi panas menempel pada cetakan botol. Hal tersebut berlangsung selama 0,5 detik ( gambar III ). Sekarang cairan pengisi yang diukur dalam sebuah mesin penakar dimasukkan ke dalam botol yang telah dibentuk melalui saluran pengisi yang terdapat pada jarum pengisi dan sekaligus mendinginkannya. Udara yang ada di dalam botol dibuang melalui saluran pembuangan udara keluar (gambar IV). Setelah pengisian, jarum pengisi akan terangkat kembali dan membentuk ruang yang bebas pada kepala botol. Ruang tadi akan bertemu bersama melalui 2 silinder penutup sehingga botol tertutup kedap dan sebuah kepala terbentuk pada kondisi hampa udara (gambar V). jika kepala tersebut telah menunjukkan stabilitas bentuk yang memadai, maka pencetak dibuka kembali dan sisa buangan bodinya dipisahkan dari botol. Botol yang telah terisi meninggalkan mesin melalui bagian pembuangan. Pada waktu antara tersebut, ekstruder kembali membentuk tabung, dan peristiwa di atas akan berulang kembali.



Gambar cara botol kemas (fase kerja) Berdasarkan proses pengemasannya, kemasan dibedakan atas kemasan aseptik dan non-aseptik. 1. Pengemasan aseptis Pengemasan aseptis adalah suatu cara pengemasan bahan di dalam suatu wadah yang memenuhi empat persyaratan, yaitu : produk harus steril, wadah pengemas harus steril, lingkungan tempat pengisian produk ke dalam wadah harussteril, dan wadah pengepak yang digunakan harus rapat untuk mencegah kontaminasikembali selama penyimpanan. Sistem pengemasan aseptis digunakan untuk mengemas berbagai macam produk seperti bahan pangan dan obat-obatan. Dalam sistem pengemasan aseptis, produk dan wadah pengemas disterilisasi secara terpisah, kemudian dilakukan pengisian produk ke dalam wadah dalam lingkungan steril sehingga diperoleh produk steril dalam kemasan yang tahan disimpan dalam jangka waktu lama. Dalam sistem pengemasan aseptis, sterlisasi yang dilakukan terhadap wadah lebih bervariasi tergantung dari jenis wadahnya. Beberapa contoh cara sterilisasi terhadap berbagai wadah yang digunakan dalam pengemasan aseptis dapat dilihat pada Tabel 2. Misalnya untuk wadah yang terbuat dari metal digunakan uap panas atau udara panas. Untuk wadah yang terbuat dari plastik dapat digunakan etilen oksida, hidrogen peroksida atau dengan cara radiasi. Wadah gelas dapat digunakan etilen oksida. Masing-masing cara sterilisasi tersebut mempunyai keuntungan dan kelemahan.



Sterilisasi dengan uap panas dan udara panas akan menghasilkan suhu tinggi pada tekanan atmosfir, tetapi mempunyai kelemahan karena mikroorganisme lebih tahan di dalam uap/udara panas daripada di dalam uap jenuh. Sterilisasi wadah menggunakan hidrogen peroksida mempunyai keuntungan karena prosesnya cepat dan efisien, sedangkan radiasi dapat digunakan untuk sterilisasi wadah yang terbuat dari plastik yang sensitif terhadap panas, tetapi mempunyai kelemahan karena biayanya yang mahal dan lokasinya terbatas.



Tabel 2. Berbagai cara sterilisasi wadah pengemas 2. Pengemasan Non Aseptik Pada proses pengemasan non-aseptik, kontaminasi mudah terjadi, sehingga masa simpan produk umumnya relatif lebih rendah. Untuk memperpanjang masa simpan, produk dapat ditambahkan gula, garam atau dikeringkan hingga kadar air tertentu. Daftar pustaka Anonim. 1973. Modern Packaging Encyclopedia and Planning Guide. Vol. 46. McGraw-Hill. New York. Ansel, H.C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi (terjemahan). UI press. Jakarta. Kurniawan, Dhadhang W, dan Sulaiman, Teuku NS. 2012. Teknologi Sediaan Farmasi. Purwokerto: Laboratorium Farmasetika Unsoed. Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia, 1990. Risalah Seminar Pengemasan dan Transportasi dalam Menunjang Pengembangan Industri, Distribusi dalam Negeri dan Ekspor Pangan. S.Fardiaz dan D.Fardiaz (ed). Jakarta. Syarief, R., S.Santausa, St.Ismayana B. 1989. Teknologi Pengemasan Pangan. Laboratorium Rekayasa Proses Pangan, PAU Pangan dan Gizi, IPB. Voight,R.1995.Buku Pelajaran Teknologi Farmasi.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press About these ads



Abstract Pengemasan merupakan suatu metode yang memberikan kenyamanan, identifikasi, penyajian, dan perlindungan terhadap suatu sediaan obat sampai dikonsumsi. Pengemasan produk farmasi dilakukan dengan beberapa teknik yang sesuai dengan peranan dan fungsi dari kemasan produk yang akan diproduksi, seperti Strip packaging, Blister pack, Pengemasan bulk produk dan teknik pengemasan lain yang memiliki fungsi dan kelebihan masing-masing. Keywords : Teknik Pengemasan, Kemasan Strip, Peran Kemasan, Proses pengemasan merupakan salah satu tahapan penting dalam pembuatan sediaan farmasi. Tahapan ini juga ikut mempengaruhi stabilitas dan mutu produk akhir. Bahkan belakangan ini, faktor kemasan dapat menjadi gambaran ukuran bonafiditas suatu produk/perusahaan farmasi (Kurniawan, 2012). Untuk menjamin stabilitas produk, harus ditetapkan syarat yang sangat tegas terhadap bahan kemas primer, yang seringkali menyatu dengan seluruh bahan yang diisikan baik berupa cairan dan semi padatan. Bahan kemas sekunder pada umumnya tidak berpengaruh terhadap stabilitas (Voigt, 1995).



Berbagai Kemasan Obat Pengemasan adalah wadah atau pembungkus yang dapat membantu mencegah atau mengurangi terjadinya kerusakan-kerusakan pada bahan yang dikemas / dibungkusnya. Pengemas diartikan sebagai wadah, tutup dan selubung sebelah luar, artinya keseluruhan bahan kemas, dengannya obat ditransportasikan dan/atau disimpan (Voigt, 1995). Menurut undang-undang pasal 24 menyatakan bahwa Pengemasan sediaan farmasi dan alat kesehatan dilaksanakan dengan menggunakan bahan kemasan yang tidak membahayakan kesehatan manusia dan/atau dapat mempengaruhi berubahnya persyaratan mutu, keamanan, dan kemanfaatan sediaan farmasi dan alat kesehatan.



Klasifikasi kemasan berdasarkan struktur sistem kemas (kontak produk dengan kemasan) a. Kemasan primer, yaitu kemasan yang langsung mewadahi atau membungkus bahan yang dikemas. Misalnya kaleng susu, botol minuman, strip/blister, ampul, vial dan lain-lain. b. Kemasan sekunder, yaitu kemasan yang fungsi utamanya melindungi kelompok-kelompok kemasan lain. Misalnya kotak karton untuk wadah susu dalam kaleng, kotak kayu untuk buah yang dibungkus dan sebagainya. c. Kemasar tersier, kuartener yaitu kemasan untuk mengemas setelah kemasan primer, sekunder atau tersier. Kemasan ini digunakan untuk pelindung selama pengangkutan. Misalnya jeruk yang sudah dibungkus, dimasukkan ke dalam kardus kemudian dimasukkan ke dalam kotak dan setelah itu ke dalam peti kemas (Julianti dan Nurminah 2006). FUNGSI DAN PERANAN KEMASAN Fungsi paling mendasar dari kemasan adalah untuk mewadahi dan melindungi produk dari kerusakan-kerusakan, sehingga lebih mudah disimpan, diangkut dan dipasarkan. Secara umum fungsi pengemasan pada bahan pangan adalah : 1. Mewadahi produk selama distribusi dari produsen hingga kekonsumen, agar produk tidak tercecer, terutama untuk cairan, pasta atau butiran 2. Melindungi dan mengawetkan produk, seperti melindungi dari sinar ultraviolet, panas, kelembaban udara, oksigen, benturan, kontaminasi dari kotoran dan mikroba yang dapat merusak dan menurunkan mutu produk. 3. Sebagai identitas produk, dalam hal ini kemasan dapat digunakan sebagai alat komunikasi dan informasi kepada konsumen melalui label yang terdapat pada kemasan. 4. Meningkatkan efisiensi, misalnya : memudahkan penghitungan (satu kemasan berisi 10, 1 lusin, 1 gross dan sebagainya), memudahkan pengiriman dan penyimpanan. Hal ini penting dalam dunia perdagangan.. 5. Melindungi pengaruh buruk dari luar, Melindungi pengaruh buruk dari produk di dalamnya, misalnya jika produk yang dikemas berupa produk yang berbau tajam, atau produk berbahaya seperti air keras, gas beracun dan produk yang dapat menularkan warna, maka dengan mengemas produk ini dapat melindungi produk-produk lain di sekitarnya (Julianti dan Nurminah 2006). Hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses pengemasan: 1. 2. 3. 4.



Harus selalu mengikuti dan mematuhi prosedur tertulis yang sudah dibuat. Harus selalu mengikuti dan menjalankan in process control. Pra penandaan pada bahan pengemas harus selalu dilakukan. Sebelum melakukan pengemasan, kesiapan jalur pengemasan harus selalu diperiksa.



5. Hanya obat yang berasal dari satu batch saja yang boleh ditempatkan dalam satu palet. 6. Produk yang rupa dan bentuknya sama tidak boleh dikemas pada jalur yang berdampingan. 7. Pada jalur pengemasan, nama dan nomer batch harus terlihat jelas. 8. Produk antara dan produk jadi yang masih dalam proses pengemasan harus selalu diberi label identitas dan jumlah. 9. Produk yang telah diisikan kedalam wadah akhir tapi belum diberi label, harus dipisah dan diberi tanda. 10. Peralatan pengemasan tidak boleh bersentuhan langsung dengan produk. 11. Bahan untuk pengemasan seperti: pelincir, perekat, tinta, cairan pembersih, ditempatkan dalam wadah berbeda dari wadah untuk produk (Kurniawan, 2012). TEKNIK PENGEMASAN PRODUK FARMASI Bentuk kemasan berikut ini telah disetujui FDA sebagai contoh sistem kemasan yang mampu memenuhi ketentuan kemasan tahan gangguan sebagaimana dijelaskan dalam peraturan FDA 21 C.F.R. Parts 211, 314, dan 700. 1.



Strip packaging (Kemasan Strip)



Kemasan Strip Strip packaging merupakan teknik pengemasan yang sudah berlangsung lebih dari seperempat abad. Semua solid form dibidang farmasi termasuk pill, tablet, capsul, lozenges, dikemas dengan system ini. Tetapi yang paling umum menggunakan cara ini adalah tablet dan capsul. Metodenya adalah mengemas dengan dua



Mesin Pengemas Strip



lapisan atas/bawah, dan kemudian di seal dan di cut. Pemilihan dari material harus tepat, agar tidak ada migrasi dari produk keluar. Produk akan jatuh kedalam mold yang panas, kemudian dibentuk kemasan dan mewadahi produk tersebut. Ukuran dan kedalaman dari mold tersebut harus cukup untuk menampung produk dan membentuk kantong, dan jangan sampai produk tertekan. Perlu dicek bahwa heat seal cukup efektif (Anonim,2007). 2.



Blister pack (Kemasan Blister)



Kemasan Blister Bentuk kemasan ini mampu menyediaakan perlindungan yang sangat baik terhadap keadaan sekitarnya, disertai dengan penampilan estetis yang menyenangkan dan efisien. Juga memberikan kemudahan pemakaian, aman terhadap anak-anak dan tahan terhadap usaha pemalsuan. Kemasan blister dibentuk dengan melunakkan suatu lembaran resin termoplastik dengan pemanasan, dan menarik (dalam vakum) lembaran plastic yang lembek itu kedalam suatu cetakan. Sesudah mendingin lembaran dilepas dari cetakan dan berlanjut ke berbagai pengisian dari mesin kemasan. Blister setengah keras yang terjadi sebelumnya diisi dengan produk dan ditutup



Alat Pengemas Blister dengan bahan untuk bagian belakang yang dapat disegel dengan pemanasan. Bahan untuk bagian belakangnya, atau tutupnya, dapat dari jenis yang bisa didorong atau jenis yang dapat dikelupas. Untuk jenis blister yang bisa didorong, bahan untuk bagian belakangnya biasanya aluminium foil yang diberi lapisan yang dapat disegel panas. Lapisan pada foil harus sesuai dengan bahan blister



untuk memperoleh segel yang memuaskan, baik untuk perlindungan produk maupun untuk perlindungan pemalsuan (Lachman, 1994). 3.



Pengemasan bulk produk



Kemasan Bulk Kemasan ini dapat dibuat dengan berbagai cara, tetapi biasanya dibentuk dengan menumpuk produk seperti sandwich di antara lapisan tipis plastic yang dapat diberi bentuk dengan panas, dapat memanjang atau dapat mengerut dengan pemanasan dan bahan yang kaku untuk bagian belakangnya. Hal ini umumnya dilakukan dengan memanaskan/melunakan lapisan tipis plastik dan membuat kantung dengan menariknya dalam vakum melalui cara yang sama seperti pembuatan blister dalam kemasan blister. Produk dijatuhkan ke dalam kantung, yang kemudian disegel menjadi bahan yang keras seperti piring kertas yang dipanaskan-disegel-diberi lapisan. Jika memakai bahan yang dapat mengerut karena panas, kemasan dilewatkan ke dalam corong panas, yang mengerutkan lapisan tipis menjadi gelembung atau member kulit pada produk, sehingga menempel erat pada karton yang ada di bagian belakangnya (Lachman, 1994). Digunakan untuk mengemas barang yang cukup banyak atau bulk material digunakan,



Mesin Pengemas Bulk multi wall paper sack. Heavy duty bag polyethylene, woven sack polipropylene dan jute bags, tetapi sekarang ini jute bags sudah kurang popular. Multiwall paper sack : terdiri dari beberapa lapisan kertas yang saling menunjang, dengan demikian maka beban yang didukung oleh kantong tersebut akan merata keseluruh lapisan. Jumlah lapisan bisa antara 2 sampai dengan 6 lapis. Dengan menggunakan beberapa lapisan kertas yang agak tipis adalah lebih fleksibel dan kuat daripada menggunakan satu atau dua lapisan kertas yang tebal. Multiwall paper bag dapat digunakan untuk berbagai produk terutama yang berbentuk bubuk (Anonim, 2007).



4.



Pengikat (Ban) yang Mengerut



Konsep ini menggunakan sifat polimer yang dapat mengembang dan mengerut karena pemanasan, biasanya PVC. Polimer yang dapat mengerut karena panas diproses sebagai pipa terarah dalam diameter sedikit lebih besar dari tutup dan lingkar leher botol yang akan disegel. Bahan yang dapat mengerut karena panas dipasok kepada pengisi botol sebagai pipa yang ada cetakan huruf/gambar dan dapat dilipat, baik sudah dipotong menurut panjang tertentu atau dalam bentuk gulungan untuk pekerjaan otomatis. Panjang pipa PVC yang sesuai



Pengikat yang Mengkerut diluncurkan melalui botol yang sudah bertutup cukup longgar, sehingga dapat menyatukan tutup dan lingkar leher botol (Gambar 24-4). Botol kemudian digeser melalui lorong panas, yang mengerutkan pipa dengan erat di sekeliling tutup dan botol, sehingga ban yang mengerut akan rusak bila tutup dibuka. Agar mudah membukanya, ban yang mengerut dapat disertai dengan celah yang dapat dirobek (Lachman, 1994). 5.



Pembungkus Lapisan Tipis



Pembungkus dari lapisan tipis telah digunakan secara luas selama bertahun-tahun untuk produk yang memerlukan kemasan yang utuh, atau perlindungan terhadap keadaan sekelilingnya. Pembungkus Lapisan Tipis dikategorikan dalam tipe-tipe berikut:   



6.



Pembungkus yang ujungnya dilipat Pembungkus yang disegel seperti sirip ikan Pembungkus yang dapat mengerut Kertas Timah, Kertas, atau Kantung Plastik



Kantung yang fleksibel adalah konsep kemasan yang tidak hanya mampu menyediakan



Mesin Vertikal kemasan yang tahan gangguan, tetapi melalui seleksi bahan yang sesuai, juga menyediakan kemasan yang dapat memberi perlindungan yang sangat ampuh terhadap keadaan sekitarnya. Kantung yang fleksibel biasanya dibentuk selama pekerjaan pengisian produk, baik dengan peralatan bentuk pembentukan ventrikal maupun horizontal, mengisi dan menyegel.



Pada pelaksanaan membentuk/mengisi/menyegel secara vertical, suatu jaringan lapis tipis ditarik meliputi cincin logam dan mengelilingi pipa pengisi yang vertical, melalui mana produk dijatuhkan kedalam kemasan



Produk mesin vertikal yang terbentuk. Pipa pengisi dari metal juga bekerja sebagai suatu mandrel yang mengontrol keliling dari kantung dan terhadap mana dibuat segel membujur. Pembentukan segel ini, yang dapat merupakan segel sirip maupun segel tumpang-tindih, mengubah lapisan kemasan menjadi pipa dari lapisan yang kotinu. Alat penyegel yang dapat bergerak, segel orthogonal sampai membujur, mengerutkan bagian bawah tube, membentuk segel bawah dari kemasan. Produk dijatuhkan melalui pipa, pembentuk ke dalam kemasan yang terbentuk. Alat penyegel yang dapat bergerak mengangkat pipa lapisan tipis setinggi panjang kemasan, dan membentuk segel paling atas dan paling akhir dari kemasan. Segel kemasan paling atas ini menjadi segel bagian bawah dari kemasan berikutnya, dan proses ini terulang lagi. Karena mesin vertical yang mmbentuk/mengisi/mnyegel diisi sesuai arah gravitasi, mereka terutama digunakan untuk cairan, bubuk dan produk berbentuk granul. Sistem pembentuk/pengisi/penyegel secara horizontal umumnya digunakan untuk produk dengan volume lebih kecil, yang dapat lebih cocok untuk ukuran kemasan yang lebih datar yang dihasilkan mesin jenis ini. Dalam system ini, jaringan lapisan tipis terlipat sendiri dan tidak mengelilingi suatu pipa. Sewaktu lipatan lapisan tipis diisi secara horizontal melalui mesin, suatu pelat yang dapat bergerak membentuk kantung-kantung dalam lapisan itu dengan cara membuat segel pemisah secara vertical. Produk kemudian ditempatkan ke dalam tiap kantung, dan segel atas akhir akan terbentuk (Gambar 24-6). Kemasan yang dibuat dengan mesin pembentuk/pengisi/penyegel secara horizontal biasanya mempunyai segel keliling bersisi tiga, tetapi ada kemungkinan terjadi variasi-variasi lain, tergantung jenis mesin yang digunakan.



Mesin horizontal Untuk menyiapkan tingkat kesempurnaan kemasan yang diperlukan bagi kemasan yang tahan gangguan pada mesin horizontal maupun vertical, maka haruslah digunakan segel permukaandalam-pada permukaan-dalam. Hal ini memungkinkan pemakaian bahan segel yang efektif seperti polietilen, etilen vinil asetat (EVA), dari Surlyn, yang bila disegel dengan layak harus dirobek lebih dulu untuk mendapatkan produknya. Bahan penyegel ini harus digunakan sebagai bagian dari susunan laminasi supaya diperoleh sifat-sifat yang diperlukan bagi penampilan bahan kemasan yang layak. Permukaan luar dari laminasi harus merupakan permukaan yang mudah dicetak dan tahan panas, karena langsung bersentuhan dengan batang-batang pemanas. Bahan permukaan luar juga digunakan sebagai pembawa substrat, yang memberikan sifat-sifat mekanis kepada laminasi yang diperlukan untuk penanganan kemasan dan pengemasan secara maksimal. Lapisan yang paling umum digunakan untuk pembawa substrat ialah kertas. Polyester, nilon dan selofan juga digunakan bila diinginkan suatu keadaan tembus pandang, tahan bocor atau mengkilap. Untuk produk yang peka terhadap lembab dan oksigen, umumnya digunakan kertas timah (foil) sebagai bagian dari laminasi lapisan tipis, dengan foil diapit seperti sandwich antara lapisan luar dan lapisan segel panas. Laminasi seperti kertas/polietilen/foil/polietilen dan polyester/polietilen/foil/polietilen umum digunakan sebagai perintang yang baik. Polyester yang diberi logam digunakan sebagai pengganti foil untuk pemakaian beberapa kemasan perintang karena biayanya lebih rendah, penampilan yang baik sekali dan tahan lekukan (Lachman, 1994). Dan masih ada banyak lagi teknik pengemasan produk farmasi seperti; Penyegel Botol, Segel Berupa Pita, Tutup yang Mudah Dirobek, Tube yang Disegel, Wadah Aerosol dan Kotak Karton yang Disegel (Lachman, 1994). Daftar Pustaka Anonim, 2007, Pelatihan Kemasa Pdf. www.kemenperin.go.id/download/141/PelatihanKemasan-Flexible. . Diakses tanggal 18 mei 2012 Julianti, Elisa dan Nurminah, Mimi, 2006, Buku Ajar Tekologi Pengemasan, Universitas Sumatera Utara Press, Sumatera Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 1998 Tentang Pengamanan Sediaan Farmasi Dan Alat Kesehatan. http://binfar.depkes.go.id/dat/lama/1303889294_PP%20721998%20Pengamanan%20Sediaan%20Farmasi%20dan%20Alat%20Kesehatan.pdf. Diakses tanggal 18 mei 2012 



Search



Beranda



LED Text Scroller        



Home Posluhdes » Downloads » Kelembagaan » Featured Health » music Photo



PENGEMASAN PRODUK 12.25 Ceppi Kersani, SP No comments Kemasan memang bukan yang utama namun memegang peranan penting dalam mendapatkan hati konsumen untuk memilih produk tertentu. Kemasan sangat mempengaruhi penampilan produk sehingga menarik konsumen. Kemasan juga sangat penting dalam menjaga keawetan dan higienitas produk untuk dalam jangka waktu tertentu. Pengemasan merupakan suatu cara atau perlakuan pengamanan terhadap makanan atau bahan pangan, agar makanan atau bahan pangan baik yang belum diolah maupun yang telah mengalami pengolahan, dapat sampai ke tangan konsumen dengan “selamat”, secara kuantitas maupun kualitas. Pengemasan disebut juga pembungkusan, pewadahan atau pengepakan. Pengemasan memegang peranan penting dalam pengawetan dan mempertahankan mutu bahan hasil pertanian.Adanya wadah atau pembungkus dapat membantu mencegah atau mengurangi kerusakan,melindungi bahan pangan yang



ada



di



dalamnya,melindungi



dari



bahay



apencemaran



serta



gangguan



fisik



(gesekan,benturan,getaran). Disamping itu pengemasan berfungsi untuk menempatkan suatu hasil



pengolahan atau produk industri agar mempunyai bentuk-bentuk yang memudahkan dalam penyimpanan,pengangkutan dan distribusi.Dari segi promosi wadah atau pembungkusan berfungsi sebagtai perangsang atau daya tarik bagi konsumen.Karena itu bentuk, warna, ukuran, kekuatan dan dekorasi dari kemasan perlu diperhatikan dalam perencanaannya.



Sebelum manusia membuat kemasan,alam sendiri telah menyajikan kemasan, seperti misalnya jagung yang dibungkus seludang,buah-buahan terbungkus kulitnya,buah kelapa yang terlindungi baik dengan sabut dan tempurung,polong-polongan terbungkus kulit polong.Tidak hanya bahan pangan,kosmetika dan barang industri lainnya,bahkan manusia pun menggunakan kemasan sebagai pelindung tubuhnya dari gangguan cuaca,serta supaya tampak lebih anggun dan menarik. Secara tradisional nenek moyang kita menggunakan bahan kemasan alami untuk mewadahi bahan pangan seperti buluh bamboo,daun0daunan,pelepah atau kulit pohon,kulit binatang,rongga batang pohon,batu,tanah liat,tulang dan sebagainya. Pada industri modern berbagai kemasan dan proses pengemasan telah beragam. Kemasan dengan variasi atmosfir,kemasan aseptic,kemasan transportasi dengan suhu rendah dan lain-lain telah memperluas horizon dan cakrawala pengemasan hasil pertanian.Saat ini perkembangan pengemasan bergerak sangat cepat seirama dengan perkembanganin dustri-industri yang memanfaatkan dan menggunakannya. Interaksi bahan pangan atau makanan dengan lingkungan dapat menimbulkan dampak yang merugikan bagi bahan pangan tersebut, antara lain : 1. Interaksi massa : – Kontaminasi mikrobia (jamur, bakteri, dll). – Kontaminasi serangga. – Penambahan air atau menguapnya air. – Benturan / gesekan. 2. Interaksi cahaya : – Oksidasi terhadap lemak, protein, vitamin, dll.



3. Interaksi panas : – Terjadi gosong, perubahan warna. – Rusaknya nutrisi, case hardening dll.



Fungsi Pengemasan Mengatur interaksi antara bahan pangan dengan lingkungan sekitar, sehingga menguntungkan bagi bahan pangan, dan menguntungkan bagi manusia yang mengkonsumsi bahan pangan. Tujuan Pengemasan 



Membuat umur simpan bahan pangan menjadi panjang.







Menyelamatkan produksi bahan pangan yang berlimpah.







Mencegah rusaknya nutrisi/gizi bahan pangan.







Menjaga dan menjamin tingkat kesehatan bahan pangan.







Memudahkan distribusi/ pengangkutan bahan pangan.







Mendukung perkembangan makanan siap saji. 



Menambah estetika dan nilai jual bahan pangan. Pengemasan bahan pangan harus memenuhi beberapa kondisi atau aspek untuk dapat mencapai



tujuan pengemasan itu, yaitu : 



Bahan pengemasnya harus memenuhi persyaratan tertentu.







Metode atau teknik Pengemasan bahan pangan harus tepat.







Pola distribusi dan penyimpanan produk hasil pengemasan harus baik.



Bahan kemas Bahan kemas baik bahan logam,maupun bahan lain seperti bermacam-macam plastik,gelas,kertas dan karton seyogyanya mempunyai 6 fungsi utama; yaitu : a. Sebagai pelindung terhadap kotoran dan kontaminasi. b. Sebagai pelindung terhadap kerusakan fisik,perubahan kadar air dan penyinaran (cahaya).



c.



Mempunyai fungsi yang baik, efisien dan ekonomis khususnya selama proses penempatan bahan kedalam wadah kemasan.



d.



Mempunyai kemudahan dalam membuka atau menutup dan juga memudahkan dalam tahap-tahap penanganan,pengangkutan dan distribusi.



e.



Mempunyai ukuran,bentuk dan bobot yang sesuai dengan stndart yang ada,mudah dibuang,dan mudah dibentuk atau dicetak.



f.



Menampakkan identitas ,informasi dan penampilan yang jelas agar dapat membantu promosi atau penjualan. Dengan banyaknya persyaratan yang diperlukan bagi bahan kemas,maka tentu saja bahan kemas alami tidak akan dapat memenuhi sebagian besar persyaratan tersebut.Karena itu manusia dengan bantuan teknologi berhasil membuat bahan kemas sintetik yang dapat memenuhi sebagian besar dari persyaratan minimal yang diperlukan (Syarief,1989) Kemasan dapat digolongkan berdasarkan berbagai hal antara lain : frekuensi pemakaian, struktur sistem kemasan,sifat kekakuan bahan kemas, sifat perlindungan terhadap lingkungan, dan tingkat kesiapan pakai (Iskandar,1987)



1. Frekuensi pemakaian ; a.



Kemasan sekali pakai (disposable),yaitu kemasan yang langsung dibuang setelah dipakai (bungkus permen,bungkus daun)



b. Kemasan yang dapat dipakai berulang kali (multi trip),yaitu kemasan yang dikembalikan pada penjual setelah dipakai (beberapa jenis botol minuman) c.



Kemasan yang tidak dibuang atau dikembalikan (semi disposible),kemasan tersebut biasanya digunakan untuk keperluan lain setelah dipakai (kaleng susu)



2. Struktur sistem kemas; a. Kemasan primer,yaitu kemasan yang langsung mewadahi bahan (kaleng susu, botol minuman,bungkus tempe) b.



Kemasan sekunder ,yaitu kemasan yang fungsi utamanya melindungi kemsan primer (kotak karton,keranjang tempe)



c.



Kemasan tersier,kuarter,dst,yaitu apabila diperlukan lagi pengemasan setelah kemasan primer dan sekunder.



3. Sifat kekakuan bahan kemas ; a.



Kemasan fleksibel,yaitu bila bahan kemas mudah dilenturkan tanpa adanya retak atau patah plastik,kertas,foil)



b. Kemasan kaku,yaitu bila bahan kemas bersifat keras,kaku,tidak tahan lenturan(kayu,gelas,logam) c.



Kemasan semi kaku atau semi fleksibel,yaitu bahan kemas yang memiliki sifat-sifat antara kemasan fleksibel dan kemasan kaku (botol plastik).



4. Sifat perlindungan terhadap lingkungan; a.



Kemasan hermitis (tahan uap dan gas),yaitu kemasan yang secara sempurna tidak dapat dilalui oleh gas,udara dan uap air (kaleng dan botol gelas).



b. Kemasan tahan cahaya,yaitu kemasan yang tidak bersifat transparan (logam,kertas,foil) c. Kemasan tahan suhu tinggi,kemasan yang tahan terhadapproses pemanasan (logam dan gelas) 5. Tingkat kesiapan pakai; a.



Kemasan siap pakai, yaitu bahan kemas yang siap untuk diisi dengan bentuk yang telah sempurna sejak keluar dari pabrik (botol, kaleng)



b.



Kemasan siap dirakit atau disebut juga kemasan, yaitu kemasan yang masih memerlukan tahap perakitan sebelum pengisian (lempengan logam,kertas,foil atau plastik) Bahan – bahan kemasan yang banyak beredar dipasaran dan umum digunakan dalam pengemasan produk-produk hasil pertanin dan bahan pangan olahan adalah gelas, kertas, logam dan plastik.(Osborne,1980) Persyaratan Bahan Pengemas : 



Memiliki permeabilitas (kemampuan melewatkan) udara yang sesuai dengan jenis bahan pangan yang akan dikemas.







Harus bersifat tidak beracun dan inert (tidak bereaksi dengan bahan pangan).







Harus kedap air.







Tahan panas.







Mudah dikerjakan secara masinal dan harganya relatif murah.



Jenis-jenis Bahan Pengemas 1. Untuk wadah utama (pengemas yang berhubungan langsung dengan bahan pangan) : 



Kaleng/logam







Botol/gelas







Plastik







Kertas







Kain







Kulit, daun, gerabah, bambu, dll



2. Untuk wadah luar (pelindung wadah utama selama distribusi, penjualan, atau penyimpanan) : 



Kayu







Karton



1. Gelas Sebagai bahan kemas gelas mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan seperti inert (tidak bereaksi) kuat, tahan terhadap kerusakan,sangat baik sebagai barier terhadap benda padat,cair dan gas. Sifat gelas yang transparan menguntungkan dari segi promosi disamping itu beberapajenis gelas seperti pyrex tahan terhadap suhu yang tinggi. Kelemahan kemasan gelas yaitu mudah pecah dankurang baik bagi produk-produk yang peka terhadap penyinaran (ultra violet). 



Terbuat dari campuran pasir C2O, soda abu, dan alumina.







Bersifat inert (tidak bereaksi dengan bahan pangan)







Kuat (tahan terhadap kerusakan akibat pengaruh waktu)







Transparan (bentuk dan warna bahan pangan dapat dilihat).







Kelemahannya adalah mudah pecah, tidak dapat digunakan untuk bahan pangan yang peka terhadap sinar.







Agar tidak mudah pecah sebaiknya bagian permukaan gelas dilapisi dengan lilin (wax) dan silika yang halus.



Kemasan gelas berkembang terus, mulai dari bejana sederhana hingga berbagai bentuk kemasan yang sangat menarik walaupun kemasan gelas terus bersaing dengan bahan kemasan lainnya (Osborne,1980). Menurut Hanlon (1971),gelas bukan merupakan bahan kristal,sehingga lebih tepat disebut cairan beku. Dalam proses pembuatannya bahan gelas mengalami proses annelling pada suhu 540 570 C. Penggunaan bahan gelas untuk bahan pangan yang memerlukan pasteurisasi dan sterilisasi sangat tepat. Dalam proses pengemasan dengan menggunakan kemasan gelas dalam bentuk botol, kegiatan menutup atau menyumbat botol merupakan satu bagian yang penting dan perlu mendapat perhatian. Bagian penutup atau tutup botol merupakan bagian yang terlemah dari sistem perlindungan terhadap gangguan atau pencemaran dari luar,karena cara penutupan dan jenis/bahan penutup yang kurang tepat dapat menyebabkan pencemaran dan kerusakan bahan yang dikemas. Bahan – bahan yang umum digunakan untuk menutup adalah logam (kaleng ), aluminium, gabus dan berbagai jenis plastik (Syarief,1989)



2.Kertas Selain untuk media komunikasi atau media cetak, kertas digunakan menjadi bahan pengemas.Pada abad ke 19 kertas menggantikan peranan kemasan dari tanah liat, gelas dan kaleng. Pada abad ke 19 itu pula karton mulai berkembang dalam bentuk kantong kertas dan kardus.Kotak kertas yang dibuat pada sekitar tahun 1840 membutuhkan banyak lem karena banyak potongan yang perlu direkat. Penggunaannya terbatas untuk barang-barang mewah (Syarief,1989) Jenis-jenis kertas kemudian lebih beragam mulai dari kertas karton, kertas tulis, kraft,kertas label,kertas tahan minyak (lemak),hingga berbagai jenis karton. Secara berangsur-angsur sebagai bahan kemas, kemasan kertas mendapat saingan dari bahan kemas lain terutama plastik.Kertas dan karton dapat dibuat lembaran – lembaran dan gulungan, karena itu memungkinkan untuk dilakukan proses laminasi sehingga kertas banyak dikombinasikan dengan bahan lain yang kedap udara dan tahan air. 



Kertas “greaseproof” : dapat digunakan sebagai pengemas utama mentega, margarin, daging, kopi, dan gula-gula. Mirip kertas karton namun memiliki kekedapan terhadap perembesan lemak.







Kertas “glassine” : dibuat 80% dari kertas greaseproof namun memiliki ketahanan terhadap udara dan lemak yang kuat, permukaanya halus, serta mengkilat. Sering digunakan untuk mengemas roti yang berkadar lemak tinggi.







Kertas “kraft” : kertas yang dibuat dari bubur sulfat dan kayu kraft (yang berasal dari Swedia dan Jerman). Memiliki sifat yang lebih kuat dari kertas Glassine, sehingga bahan pangan yang



dibungkus dengan kertas ini akan tetap kering lebih-lebih bila permukaannya dilem dengan resin. Kertas ini biasanya digunakan untuk mengemas keju di Negara-negara eropah. Kantung kertas merupakan salah satu kemasan tertua yang masih tetap popular.Sedangkan amplop adalah kantung kertas yang mempunyai bentuk khusus,sangat umum digunakan untuk pembungkus surat. Kedua jenis pembungkus ini dinilai cukup murah, baik harganya maupun ongkos untuk pengangkutannya. Mempunyai rasio bobot (perbandingan antara berat kemasan dengan berat produk yang dikemas) yang rendah. Seperti juga amplop, kantung kertas dapat dibedakan atas beberapa jenis rempah dan berbagai jenis tepung (Syarief,1989). Karton lipat merupakan jenis pengemas yang popular karena mempunyai sifat praktis, murah dan mudah dilipat sehingga hanya memerlukan sedikit ruang dalam pengangkutan dan penyimpanan. Demikian pula dalam pencetakan dan penggrafiran dapat dilakukan untuk meningkatkan penampilan produk.Pemakaian yang luas dari jenis kemasan ini disebabkan oleh banyaknya variasi dalam hal model, bentuk dan ukuran dengan karakteristik yang khusus. Dalam perdagangan karton lipat dikenal dengan nama FC (Folding Carton)



3. Logam Beberapa keuntungan dari kemasan logam (kaleng) untuk makanan dan minuman yaitu mempunyai kekuatan mekanik yang tinggi,mempunyai sifat sebagai barrier yang baik khususnya terhadap gas,uap air,jasad renik,debu dan kotoran sehingga cocok untuk kemasan hermitis. Disamping itu walaupun mempunyai resiko adanya pengikisan atau migrasi unsur-unsur logam,akan tetapi tosisitasnya relatif rendah,tahan terhadap perubahan atau keadaan suhu yang ekstrim dam mempunyai permukaan yang ideal untuk pemberian dekorasi dalam labeling. 



Bahan yang sering dipakai : Kaleng (tin plate) dan almunium.







Tin plate adalah wadah yang terbuat dari baja yang dilapisi timah putih yang tipis, bagian dalamnya juga dilapisi dengan lapisan email.







Lapisan email tersusun atas senyawa oleoresin, fenolik, vinil, dan lilin. Fungsi email adalah untuk mencegah korosi dan mencegah kontak antara metal dengan bahan pangan. Misal email fenolik digunakan untuk melapisi kaleng pengemas bahan ikan dan daging.



Kemasan kaleng,umumnya digunakan untuk berbagai produk yang mengalami proses sterilisasi termal. Pada mulanya kemasan kaleng dibuat dari plat timah (tin plate) yang terdiri dari lembaran dasar baja dilapisi timah putih dengan cara encelupan dalam timah cair panas (hot dipping) atau dengan proses elektrolisa yaitu menggunakan listrik galvanis sehingga menghasilkan lapisan timah yang lebih tipis standar,seperti misalnya kaleng baja bebas timah (tin free steel),kaleng tiga lapis (three piece cans), dan kaleng lapis ganda (two piece cans) (Syarief,1989). Aluminium adalah logam yang lebih ringan dari baja, mempunyai daya korosif oleh atmosfir yang rendah,mudah dilekuk-lekukkan sehingga lebihmudah berubah bentuknya,tidak berbau,tidak



berasa,tidak beracun dan dapat menahan masuknya gas. Aluminium lebih sukar disolder sehingga sambungan-sambungannya tidak dapat rapat. Kemasan yang dibuat dari alumiun dapat menyebabkan patahan – patahan jika terlipat,sehingga dapat menimbulkan lubang-lubang. 



Aluminium memiliki keuntungan sebagai bahan pengemas, yaitu memiliki berat yang lebih ringan dibanding baja.







Aluminium juga mudah dibentuk sesuai keinginan.







Aluminium lebih tahan korosi karena bisa membentuk aluminium oksida.







Kelemahan aluminium adalah mudah berlubang dibanding baja dan lebih sukar disolder sehingga sambungan kemasan tidak benar-benar rapat.



Pada umumnya penggunaan alumium secara komersial memerlukan sifat-sifat khusus yang mungkin tidak menguntungkan bila digunakan aluminium yang murni.Penambahan komponen campuran dapat memperbaiki sifat-sifatnya dan daya tahan korosi. Bahan –bahan yang umum digunakan sebagai campuran diantaranya adalah tembaga,magnesium,mangan khronium,seng,besi dan titanium. Sifat-sifat yang spesifik dari aluminium memungkinkan penmggunaan logam terbebut sebagai tutup kaleng kemasan berbagai jenis makanan dan minuman atau untuk tube logam lunak / collapsible tube ( Iskandar ,1987). Foil adalah bahan kemasan dari logam , berupa lembaran aluminium ayng padat dan tipis dengan ketebalan kurang dari 0,15 mm. Mempunyai kekerasan yang berbeda-beda,yaitu dari mulai yang sangat lunak sampai yang keras. Foil mempunyai sifat yang hermetis,fleksibel,tidak tembus cahaya (cocok untuk kemasan margarin dan yoghurt).Pada umumnya digunakan sebagai bahan pelapis (laminan) yang dapat ditepatkan pada bagian dalam (lapisan dalam) atau lapisan tengah sebagai penguat yang dapat melindungi kemasan (Syarief,1989) 4.Plastik Penggunaan plastik dalam pengemasan sebenarnya sangat terbatas tergantung dari jenis makanannya. elemahan plastik adalah tidak tahan panas, tidak hermetis (plastik masih bisa ditembus udara melalui pori-pori plastik), dan mudah terjadi pengembunan uap air didalam kemasan ketika suhu turun. Penggunaan plastik sebagai kemasan dapat berupa kemas bentuk (flexible) atau sebagai kemas kaku. Makanan padat yang umumnya memiliki umur simpan pendek atau makanan yang tidak memerlukan perlindungan yang hebat dikemas dengan kemasan bentuk. Akan tetapi makan cair dan maka padat yang memerlukan perlindungan yang kuat perlu dikemas dengan kemasan kaku dalam bentuk botol,jerigen,kotak atau bentuk lainnya (Suryati dan Setiawan ,1987) Berbagai jenis kemasan bentuk muncul dengan pesat seperti polietilen,polipropilen,polyester nilon dan film vinil. Sebagai bahan pengemas ,plastik dapat digunakan dalam bentuk tunggal,komposit atau berupa lapisan – lapisan (multi lapis)dengan bahan lain (kertas,aluminium foil ). Kombinasi tersebut



dinamakan laminasi yang diproses baik dengan cara laminasi akstrusi maupun laminasi adhesif. Dengan demikian kombinasi dari berbagai ragam plastik dapat menghasilkan ratusan jenis kemasan. Berdasarkan sifat-sifatnya terhadap perubahan suhu maka plastik dapat dibagi dua,yaitu : 1. Termoplastik: meleleh pada suhu tertentu, melekat mengikuti perubahan suhu,dan mempunyai sifat dapat balik (reversible) kepada sifat aslinya,yaitu kembali mengeras bila didinginkan. 2. Termoset atau Termodursinable : tidak dapat mengikuti perubahan suhu, bila sekali pengerasan telah terjadi maka bahan tidak dapat dilunakkan kembali (non reversible).Pemanasan yang tinggi tidak akan melunakkan termoset melainkan akan membentuk arang dan terurai,karena sifatnya yang demikian sering digunakan sebagai tutup ketel,eperti jenis-jenis melamin. Penggunaan plastik untuk kemasan makanan cukup menarik karena sifat-sifatnya yang menguntungkan,seperti luwes (mudah dibentuk),mempunyai adaptasi yang tinggi terhadap produk,tidak korosif seperti kemasan logam , serta mudah dalam penanganannya. Di dalam perdagangan dikenal plastik untuk kemasan pangan (food grade) dankemasan untuk bukan pangan (non food grade). Kemasan kaku yang terbuat dari plastik paling banyak digunakan untuk mengemas produk susu. Dua jenis bahan dari plastik yang terbaik yaitu LDPE (Low Density Polyethylene ) dan HDPE (High Density Polyethylene). Bentuk-bentuk kemasan plastik kaku dapat dijumpai dengan mudah di pasaran dalam bentuk yang siap pakai seperti botol.jerigen,drum ,gelas ,mangkuk, ember, dan lain-lain (Syarief,1989) Penggunaan plastik dalam pengemasan sebenarnya sangat terbatas tergantung dari jenis makanannya. elemahan plastik adalah tidak tahan panas, tidak hermetis (plastik masih bisa ditembus udara melalui pori-pori plastik), dan mudah terjadi pengembunan uap air didalam kemasan ketika suhu turun. Jenis plastik yang digunakan dalam pengemasan antara lain : polietilen, cellophan, polivinilklorida (PVC), polivinil dienaklorida (PVDC), polipropilen, poliester, poliamida, dan polietilentereptalat (PET). 



Polietilen : adalah jenis plastik yang harganya paling murah dan memiliki beberapa varian antara lain : Low Density Polyetilene (LDPE), High Density Polyetilene (HDPE), dan Polietelentereptalat (PET). Polietilen memiliki sifat kuat bergantung variannya, transparan, dan dapat direkatkan dengan panas sehingga mudah dibuat kantong plastik.







Cellophan : sebenarnya terbuat dari serat selulosa yang disulfatasi. Cellophan dapat dipergunakan untuk membungkus sayuran, daging, dan beberapa jenis roti. Cellophan yang dilapisi nitroselulosa mempunyai sifat yang tahan terhadap uap air, fleksibel, dan mudah direkatkan dengan pemanasan. Cellophan yang dilapisi PVDC tahan terhadap uap air dan kedap oksigen sehingga baik untuk mengemas makanan yang mengandung minyak atau lemak.







Polivinilklorida (PVC) : jenis plastik yang kuat, namun memiliki kelemahan yaitu dapat berkerut (Shrinkable) dan sering digunakan untuk mengemas daging atau keju.







Polivinildienaklorida (PVDC) : jenis plastik yang kuat, tahan terhadap uap air dan transmisi udara. Sering dugunakan dalam pengemasan keju dan buah-buahan yang dikeringkan.



5.Kain Blacu 



Digunakan untuk mengemas bahan pangan tepung, seperti tepung terigu atau tepung tapioka. Dibuat dalam bentuk kantung-kantung yang berkapasitas 10 – 50 kg.







Kelebihannya adalah tidak mudah sobek/ kuat kainnya, flesibel, mudah dicetak dan murah harganya.







Kelemahannya : memiliki permiabilitas udara yang jelek dan tidak kedap air.



6.Edible film Edible film adalah bahan pengemas organik yang dapat dimakan sekaligus dengan bahan pangan yang dikemasnya, biasa terbuat dari senyawa polisakarida dan turunan lemak. ahan yang digunakan antara lain polisakarida yang berasal dari rumput laut (agarose, karaginan, dan alginat), polisakarida pati, amilosa film, gelatin, gum arabik, dan turunan monogliserida. Contoh pengemasan edible film adalah pada sosis, permen, kapsul minyak ikan, sari buah dan lain-lain. 7.Karton Karton sebenarnya merupakan bagian dari kertas namun lebih sering berfungsi sebagai wadah luar atau sebagai penyokong wadah utama dalam pengemasan bahan pangan agar lebih kuat, dan rigid. arton memiliki kelebihan antara lain elastisitas lebih baik dibanding kayu, dapat dicetak pada permukaannya, dapat dikerjakan secara masinal, pemakaiannya mudah, dan dapat dilipat sehingga tidak memerlukan ruang luas. 8.Bahan Pengemas Tradisional Daun Digunakan secara luas, bersifat aman dan bio-degradable, yang biasanya berupa daun pisang, daun jati, daun bambu, daun jagung dan daun palem. Lebih aman digunakan dalam proses pemanasan dibanding plastik. Gerabah



Digunakan sejak zaman dahulu, aman bagi bahan pangan asal tidak mengandung timbal. Gerabah yang diglasir bersifat kedap air, kedap udara, mampu menghambat mikrobia, dan bersifat dingin sehingga cocok untuk mengemas bahan pangan seperti saus, madu, anggur, minyak, curd/dadih dll. Proses pengemasan bahan / produk olahan pangan yang dilakukan di industri –industri kecil dan menengah pada umumnya sangat sederhana dan mudah melaukannya, baik cara maupun peralatannya. Perbedaan untuk masing-masing produk hanya terletak ada proses sterilisasi, ada yang memerlukan dan ada yang tidak, ada yang dikemas terlebih dahulu, ada yang disterilisasi terlebih dahulu.



Pengemasan mempunyai peran yang sangat penting baik dalam pengawetan maupun dalam mempertahankan mutu produk-produk pangan atau hasil pertanian. Dengan pengemasan dapat membantu mencegah dan melindungi produk dari kemungkinan kerusakan fisik dan pengaruh pencemaran. Saat ini pengemasan berkembang secara pesat seiring dengan pesatnya perkembangan industri yang menggunakannya dan berbagai macam bahan dan bentuk kemasan sudah banyak tersedia dan dengan mudah dapat diperoleh di pasaran sesuai dengan kebutuhan.



B. DESAIN DAN LABELING Desain merupakan seluruh proses pemikiran dan perasaan yag akan menciptakan sesuatu,dengan menggabungkan fakta,kontruksi,fungsi dan estetika untuk memenuhi kebutuhan manusia.Dengan demikian desain adalah konsep pemecahan masalah rupa,warna,bahan,teknik,biaya,kegunaan dan pemakaian yang diungkapkan dalam gambar dan bentuk. Suatu kemasan yang menarik dan sudah menjadi paten,biasanya telah melalui penelitian yang cukup lama mengenai kemasan dengan menggunakan teknik-teknik pewarnaan dan grafis cetakan..Desain yang berhasil sangat tergantung pada keahliandisainer,jenis tinta,material dan pencetak.Penampilan kemasan menggambarkan sikap laku perusahaan dalam mengarahkan produknya.Kurangnya perhatian akan kualitas produk dan desain kemasan yang tidak menarik akan menyebabkan keraguan konsumen terhadap produk tersebut (Syarief,1989) Desain kemasan perlu diciptakan agar mempunyai nilai estetika yang tinggi. Karena itu diperlukan perencanaan yang baik dalam hal ukuran dan bentuk sehingga efisien dalam proses pengepakan, distribusi dan penyajian.Disain kemasan hendaknya mampu menumbuhkan kepercayaan dan mempengaruhi calon konsumen untuk menjatuhkan pilihan terhadap bahan yang dikemas. Setelah berhasil menarik perhtian dari calon konsumen, kemasan harus menampilkan produk pada suatu keadaan yang siap jual. Gambaran-gambaran yang terbaik dari bahan yang dikemas perlu dotonjolkan. Seakan-akan produk tersebut memang disajikan untuk memenuhi kebutuhan utanma calon konsumen secara memuaskan.



Label kadang-kadang disebut juga etiket. Dalam pengertian perdagangan maka etiket didefinisikan sebagai label yang diletakkan,dicetak,diukir atau dicantumkan dengan jalan apapun pada kemasan.Etiket tersebut harus cukup besar agar dapat menampung semua keterangan yang diperlukan mengenai produk dan tidak boleh mudah lepas,luntur atau lekang karena air,gosokan atau pengaruh sinar matahari (Luky Hartini,1988). Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 79/Menkes/Per/III/1978 tentang Label danPeriklanan Makanan ,maka pada label atau etiket kemasan khususnya untuk makana dan minuman sekurang-kurangnya dicantumkan hal –hal sebagai berikut : 1. Nama makanan dan / merek dagang 2. Komposisi / kandungan bahan, kecuali untk makana yang cukup diketahui komposisinya secara umum. 3. Isi netto 4. Nama dan alamat perusahaan yang memproduksi atau mengedarkan 5. Nomor pendaftaran ( SP atau MD ) 6. Kode produksi , tanggal kadaluarsa dan label halal.



Secara keseluruhan,pernyataan atau keterangan yang terdapat pada etiket harus ditulis dengan jelas, ukuran angka dan huruf harus jelas (. 0,75 mm ) serta warna yang cukup kontras dengan latar belakangnya. Pada makanan yang memerlukan cara penyiapan, penggunaan atau penyimpanan secara khusus, perlu dicantumkan petunjuk mengenai hal tersebut pada etiket.. Untuk menarik konsumen, dibutuhkan label yang menarik, mudah dilihat ddimengerti yang dicantumkan dalam kemasan, hal ini memerlukan perencanaan, penelitian dan pengembangan kemasan dan label secara terus –menerus sesuai dengan tuntutan dan keinginan konsumen. Dengan demikian produk dapat dengan mudah dilihat dan dikenali, sehingga konsumen akan tertarik dan membeli produk tersebut. Posted in: Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda



0 komentar: Poskan Komentar Link ke posting ini



Buat sebuah Link   



Videos Tags Blog Archives



Share



Popular Posts 



PENGEMASAN PRODUK Kemasan memang bukan yang utama namun memegang peranan penting dalam mendapatkan hati konsumen untuk memilih produk tertentu. Kemasan sang...







Nugget Ayam 1. Latar belakang Daging ayam petelur afkir (umumnya berumur 24 bulan) mempunyai sifat lebih alot dari pada daging ayam potong, karena memp...







Pembuatan Mentega Mentega adalah produk yang terbuat dari lemak susu dimana kedalamnya dapat ditambahkan garam untuk mendapatkan rasa yang lebih baik dan untu...







Pengelolaan Air Pada Padi Sawah Irigasi



PENGELOLAAN AIR PADA PADI SAWAH IRIGASI Umumnya pemberian air yang dipraktekkan petani pada padi sawah irigasi adalah dengan digenangi...







Pentingnya Pembentukan Posluhdes Sesuai yang diamanatkan oleh UU NO. 16 Tahun 2006, bahwa organisasi terdepan dan terbawah dalam pelaksanaan Penyuluhan Pertanian berada d...







SL PTT Padi Sawah PENGERTIAN 1. Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu ataudisingkat PTT adalah pendekatan dalam upaya mengelola lahan,air, tanaman, OP...







Bakso Sapi 1. Latar Belakang Bakso atau baso adalah bola daging. Bakso umumnya dibuat dari campuran daging sapi dan tepung, tetapi ada juga bakso...







Yoghurt Yoghurt adalah salah satu produk fermentasi susu yang dibuat dengan menambahkan starter yang terdiri dari dua jenis bakteri yaitu Streptococ...







TAHU SUSU Tahu susu atau dadih adalah produk susu yang diperoleh dari proses curdling susu dengan menambahkan rennet atau asam seperti lemon juice ata...







Dendeng Sapi Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pengolahan dan pengawetan bahan makanan memiliki in...



Web Visitor



Free counters



divine-music.info



go Green



Pengikut Total Tayangan Laman 143,389



Profil



Ceppi Kersani, SP Berasal dari keluarga Petani Hidup dari hasil Bertani Dan bekerja Untuk para Petani Lihat profil lengkapku



Copyright © 2011 Posluhdes Desa Cijambu | Powered by Ceppi Kersanie Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Elf Coupons S [tutup] Ikuti Wikipedia bahasa Indonesia di



Facebook,



Instagram, dan



Telegram



Pengemasan Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Artikel ini membutuhkan lebih banyak catatan kaki untuk pemastian. Bantulah memperbaiki artikel ini dengan menambahkan catatan kaki dari sumber yang terpercaya.



Contoh Kemasan



Pengemasan merupakan sistem yang terkoordinasi untuk menyiapkan barang menjadi siap untuk ditransportasikan, didistribusikan, disimpan, dijual, dan dipakai. Adanya wadah atau pembungkus dapat membantu mencegah atau mengurangi kerusakan, melindungi produk yang ada di dalamnya, melindungi dari bahaya pencemaran serta gangguan fisik (gesekan, benturan, getaran). Di samping itu pengemasan berfungsi untuk menempatkan suatu hasil pengolahan atau produk industri agar mempunyai bentuk-bentuk yang memudahkan dalam penyimpanan, pengangkutan dan distribusi. Dari segi promosi wadah atau pembungkus berfungsi sebagai perangsang atau daya tarik pembeli. Karena itu bentuk, warna dan dekorasi dari kemasan perlu diperhatikan dalam perencanaannya. [1] Budaya kemasan sebenarnya telah dimulai sejak manusia mengenal sistem penyimpanan bahan makanan. Sistem penyimpanan bahan makanan secara tradisional diawali dengan memasukkan bahan makanan ke dalam suatu wadah yang ditemuinya. Dalam perkembangannya di bidang pascapanen, sudah banyak inovasi dalam bentuk maupun bahan pengemas produk pertanian. Temuan kemasan baru dan berbagai inovasi selalu dikedepankan oleh para produsen produkproduk pertanian, dan hal ini secara pasti menggeser metode pengemasan tradisional yang sudah ada sejak lama di Indonesia.[2]



Daftar isi      



1 Pengemasan tradisional 2 Persyaratan Bahan Kemas 3 Penggolongan Kemasan 4 Kemasan Fleksibel 5 Peraturan Kemasan makanan dan minuman di Indonesia 6 Referensi



Pengemasan tradisional Ragam kemasan makanan tradisional yang sering dijumpai seperti kemasan dengan menggunakan daun pisang, kelobot jagung (pelepah daun jagung), daun kelapa/enau (aren), daun jambu air dan daun jati. Cara pengemasannyapun dilakukan dengan berbagai macam cara seperti dapat dilihat dalam Tabel berikut



Cara mengemas



Bahan kemasan



Menggulung



Daun pisang Daun bambu Daun/kelobot jagung



Merobek



Daun pisang Daun jambu



Membalut dengan pembalut



Daun pisang Daun kelapa



Menganyam



Daun kelapa



Pengemasan, diatas bertujuan untuk melindungi makanan dari kerusakan, juga merupakan daya pikat-bagi orang agar terpesona untuk menikmatinya.[2]



Persyaratan Bahan Kemas Dalam menentukan fungsi perlindungan dari pengemasan, maka perlu dipertimbangkan aspekaspek mutu produk yang akan dilindungi. Mutu produk ketika mencapai konsumen tergantung pada kondisi bahan mentah, metode pengolahan dan kondisi penyimpanan. Dengan demikian fungsi kemasan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:  







 



Kemampuan/daya membungkus yang baik untuk memudahkan dalam penanganan, pengangkutan, distribusi, penyimpanan dan penyusunan/ penumpukan. Kemampuan melindungi isinya dari berbagai risiko dari luar, misalnya perlindungan dari udara panas/dingin, sinar/cahaya matahari, bau asing, benturan/tekanan mekanis, kontaminasi mikroorganisme. Kemampuan sebagai daya tarik terhadap konsumen. Dalam hal ini identifikasi, informasi dan penampilan seperti bentuk, warna dan keindahan bahan kemasan harus mendapatkan perhatian. Persyaratan ekonomi, artinya kemampuan dalam memenuhi keinginan pasar, sasaran masyarakat dan tempat tujuan pemesan. Mempunyai ukuran, bentuk dan bobot yang sesuai dengan norma atau standar yang ada, mudah dibuang, dan mudah dibentuk atau dicetak.



Dengan adanya persyaratan yang harus dipenuhi kemasan tersebut maka kesalahan dalam hal memilih bahan baku kemasan, kesalahan memilih desain kemasan dan kesalahan dalam memilih jenis kemasan, dapat diminimalisasi. Untuk memenuhi persyaratan-persyaratan tersebut maka kemasan harus memiliki sifat-sifat : 



Permeabel terhadap udara (oksigen dan gas lainnya).



    



Bersifat non-toksik dan inert (tidak bereaksi dan menyebabkan reaksi kimia) sehingga dapat mempertahankan warna, aroma, dan cita rasa produk yang dikemas. Kedap air (mampu menahan air atau kelembaban udara sekitarnya). Kuat dan tidak mudah bocor. Relatif tahan terhadap panas. Mudah dikerjakan secara massal dan harganya relatif murah.[3]



Penggolongan Kemasan Cara-cara pengemasan sangat erat berhubungan dengan kondisi komoditas atau produk yang dikemas serta cara transportasinya. Pada prinsipnya pengemas harus memberikan suatu kondisi yang sesuai dan berperan sebagai pelindung bagi kemungkinan perubahan keadaan yang dapat memengaruhi kualitas isi kemasan maupun bahan kemasan itu sendiri. Kemasan dapat digolongkan berdasarkan beberapa hal antara lain: 1. Frekuensi Pemakaian  







Kemasan Sekali Pakai (Disposable), yaitu kemasan yang langsung dibuang setelah satu kali pakai. Contohnya bungkus plastik es, bungkus permen, bungkus daun, karton dus, makanan kaleng. Kemasan yang Dapat Dipakai Berulang Kali (Multi Trip), seperti beberapa jenis botol minuman (limun, bir) dan botol kecap. Wadah-wadah tersebut umumnya tidak dibuang oleh konsumen, akan tetapi dikembalikan lagi pada agen penjual untuk kemudian dimanfaatkan ulang oleh pabrik. Kemasan yang Tidak Dibuang (Semi Disposable). Wadah-wadah ini biasanya digunakan untuk kepentingan lain di rumah konsumen setelah dipakai, misalnya kaleng biskuit, kaleng susu, dan berbagai jenis botol. Wadah-wadah tersebut digunakan untuk penyimpanan bumbu, kopi, gula, dan sebagainya.



2. Struktur Sistem Kemas Berdasarkan letak atau kedudukan suatu bahan kemas di dalam sistem kemasan keseluruhan dapat dibedakan atas :  







Kemasan Primer, yaitu bahan kemas langsung mewadahi bahan pangan (kaleng susu, botol minuman, bungkus tempe) Kemasan Sekunder, yaitu kemasan yang fungsi utamanya melindungi kelompok kemasan lainnya, seperti misalnya kotak karton untuk wadah kaleng susu, kotak kayu untuk wadah buahbuahan yang dibungkus, keranjang tempe, dan sebagainya. Kemasan Tersier dan Kuartener, yaitu apabila masih diperlukan lagi pengemasan setelah kemasan primer, sekunder dan tersier. Umumnya digunakan sebagai pelindung selama pengangkutan.



3. Sifat Kekakuan Bahan Kemas  



Kemasan fleksibel, yaitu bila bahan kemas mudah dilenturkan, misalnya plastik, kertas, foil. Kemasan kaku, yaitu bila bahan kemas bersifat keras, kaku, tidak tahan lenturan, patah bila dipaksa dibengkokkan. Misalnya kayu, gelas, dan logam.







Kemasan semi kaku/semi fleksibel, yaitu bahan kemas yang memiliki sifat-sifat antara kemasan fleksibel dan kemasan kaku, seperti botol plastik (susu, kecap, saus) dan wadah bahan yang berbentuk pasta.



4. Sifat Perlindungan Terhadap Lingkungan  







Kemasan Hermetis, yaitu wadah yang secara sempurna tidak dapat dilalui oleh gas, misalnya kaleng dan botol gelas. Kemasan Tahan Cahaya, yaitu wadah yang tidak bersifat transparan, misalnya kemasan logam, kertas dan foil. Kemasan ini cocok untuk bahan pangan yang mengandung lemak dan vitamin yang tinggi, serta makanan yang difermentasi. Kemasan Tahan Suhu Tinggi, jenis ini digunakan untuk bahan pangan yang memerlukan proses pemanasan, sterilisasi, atau pasteurisasi.



5. Tingkat Kesiapan pakai  



Wadah Siap Pakai, yaitu bahan kemas yang siap untuk diisi dengan bentuk yang telah sempurna sejak keluar dari pabrik. Contohnya adalah wadah botol, wadah kaleng, dan sebagainya. Wadah Siap Dirakit atau disebut juga wadah lipatan, yaitu kemasan yang masih memerlukan tahap perakitan sebelum pengisian, misalnya kaleng dalam bentuk lempengan dan silinder fleksibel, wadah yang terbuat dari kertas, foil atau plastik.[4]



Kemasan Fleksibel Di samping jenis-jenis kemasan di atas, dewasa ini telah berkembang pesat sistem pengemasan secara fleksibel, yaitu sistem pengemasan yang dapat melentur mengikuti bentuk bahan yang dikemas. Bahan pengemas fleksibel terdiri dari berbagai jenis kertas, cellulose films, film plastik, kertas timah coatings, bonding adhesives, dan kombinasi dari bahan-bahan tersebut. Pengemas fleksibel ini banyak digunakan dalam pembungkusan berbagai komoditas dan produk olahannya seperti buah-buahan (manisan, pisang sale, durian, nangka), daging (abon, dendeng, sosis), ikan (dendeng ikan, krupuk ikan, ikan teri goreng), makanan lengkap (mie, bihun, sambal goreng), bumbu lengkap (gule, opor, rawon, dan sup), rempah-rempah (cabai giling, kunyit, pala, vanili), makanan lainnya (biskuit, kembang gula, dodol, coklat). Cara mengemas komoditas pertanian dan produk olahan dalam pengemas fleksibel dapat dilakukan dengan cara: 



 



Secara manual, dengan menggunakan tangan tanpa bantuan alat/mesin. Contohnya : membungkus tempe dengan daun atau plastik, kembang gula, membungkus teh dalam kemasan kertas, dan sebagainya. Semi mekanik, menggunakan tangan dengan dibantu peralatan tertentu, misalnya menutup botol kecap/minuman, penggunaan heat sealer untuk merekatkan plastik. Mekanis, dengan mesin kemas yang digerakkan oleh tenaga listrik/motor berkecepatan tinggi. Umumnya proses pengemasan bersamaan dengan proses pengisian bahan dalam satu unit mesin seperti pengisian botol minuman ringan, obat-obatan, dan sebagainya.



Pemasaran kemasan ini akhir-akhir ini menjadi populer untuk mengemas berbagai produk baik padat maupun cair. Dipakai sebagai pengganti kemasan rigid maupun kemas kaleng atas pertimbangan ekonomis kemudahan dalam penanganan.[5][6]



Peraturan Kemasan makanan dan minuman di Indonesia



CPPB-IRT



Indonesia memiliki beberapa hal yang harus dicantumkan di kemasan makanan dan minuman. Jika hal ini tidak dipenuhi, maka kemasan tersebut tidak memenuhi peraturan dari BPPOM yang tercantum di dalam CPPB-IRT (Cara pengolahan pangan yang baik - Industri Rumah Tangga).



Referensi 1. ^ [En Carta]. 2010. Packaging. [terhubung berkala]. http://uk.encarta.msn.com/dictionary_1861732789/packaging.html [19 Mar 2010]. 2. ^ a b Imatetani (Juli 2010). Trend Pengemasan Modern Seharusnya Tidak Menggeser Kemasan Tradisional (htm) (dalam Bahasa Indonesia). Siaran pers. Diakses pada 22 Juli 2010. 3. ^ Jaswin M. 2008. Packaging Materials and its Applications. Jakarta:Indonesian Packaging Federation. 4. ^ HSA. 1985. A guide to the classification, packaging and labelling of dangerous substances regulations. [terhubung berkala] http://web.archive.org/web/20080908034223/http://www.hseni.gov.uk/dangerous_substances _regulations.pdf [28 Mar 2010].



5. ^ Sampurno B. 2008. Flexible Packaging Laminates. Jakarta: Meerkats Flexipack. 6. ^ Direktorat Jendral Industri Kecil. 2007. Kemasan Flexible. Jakarta : Departemen Perindustrian. Kategori: 



Pengemasan



Menu navigasi     



Belum masuk log Pembicaraan Kontribusi Buat akun baru Masuk log



 



Halaman Pembicaraan



   



Baca Sunting Sunting sumber Versi terdahulu



Pencarian     



Halaman Utama Perubahan terbaru Peristiwa terkini Halaman baru Halaman sembarang



Komunitas   



Warung Kopi Portal komunitas Bantuan



Wikipedia      



Tentang Wikipedia Pancapilar Kebijakan Menyumbang Hubungi kami Bak pasir



Bagikan   



Facebook Twitter Google+



Cetak/ekspor   



Buat buku Unduh versi PDF Versi cetak



Dalam proyek lain 



Wikimedia Commons



Perkakas        



Pranala balik Perubahan terkait Halaman istimewa Pranala permanen Informasi halaman Item di Wikidata Kutip halaman ini Pranala menurut ID



Bahasa lain        



‫العربية‬ Bahasa Banjar English Español हिन्दी Bahasa Melayu Português Русский







中文



Sunting interwiki  



Halaman ini terakhir diubah pada 10 November 2016, pukul 10.15. Teks tersedia di bawah Lisensi Atribusi-BerbagiSerupa Creative Commons; ketentuan tambahan mungkin berlaku. Lihat Ketentuan Penggunaan untuk lebih jelasnya.







Kebijakan privasi



    



 



Tentang Wikipedia Penyangkalan Pengembang Cookie statement Tampilan seluler