21 0 177 KB
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumothorax didefinisikan sebagai suat penyakit yang berbahaya seperti penyakit jantung, paru-paru, stroke dan kanker banyak dialami oleh orang-orang yang berusia lanjut. Tetapi di era yang modern ini, penyakit- penyakit berbahaya tersebut tidak jarang diderita oleh usia yang masih produktif. Faktor utama penyebab penyakit yang menyerang usia produktif tersebut adalah pola hidup yang tidak seimbang, jarang berolahraga, dan adanya peningkatan konsumsi rokok di kalangan muda. Salah satu penyakit yang sering menyerang adalah penyakit paru. Sehingga diperlukan suatu bentuk rehabilitasi yang dapat memulihkan kondisi kesehatan agar dapat melanjutkan hidup menjadi lebih baik. Salah satu organ vital manusia adalah paru-paru. Oleh
karena
itu
perlu
dilakukan
tindakan
untuk
membantu
mengembalikan fungsi normal saluran pernapasan, salah satunya adalah dengan pemasangan WSD (Water Seal Drainage). Kebutuhan pemasangan WSD (Water Seal Drainage) misalnya, pada trauma (luka tusuk di dada), biasanya disebabkan oleh benda tajam, bila tidak mengenai jantung, biasanya dapat menembus rongga paru-paru.Mekanisme penyebabnya bisa satu tusukan kuat ataupun satu gerakan mendadak yang hebat. Akibatnya, selain terjadi perdarahan dari rongga paru-paru, udara juga akan masuk ke dalam rongga paru-paru. Oleh karena itu, paru-paru pada sisi yang luka akan mengempis. Penderita nampak kesakitan ketika bernapas dan mendadak merasa sesak dan gerakan iga disisi yang luka menjadi berkurang (Kartono, M. 1991). Untuk itu dalam makalah ini akan menjelaskan tentang Intervensi Keperawatan pemasangan WSD (Water Seal Drainage). 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Apa Pengertian WSD ? 1.2.2 Apa saja Macam-macam WSD ?
1
1.2.3 Apa tujuan, indikasi dan lokasi pemasangan WSD ? 1.2.4 Bagaimana Intervensi Keperawatan pada WSD? 1.3 Tujuan 1.3.1 Untuk mengetahui pengertian WSD. 1.3.2 Untuk mengetahui macam-macam WSD. 1.3.3 Untuk mengetahui tujuan,indikasi dan lokasi dari pemasangan WSD. 1.3.4 Untuk mengetahui Intervensi Keperawatan dari WSD. 1.4 Manfaat Dari makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis. Secara teoritis makalah ini dapat memberikan tambahan informasi mengenai WSD (Water Seal Drainage) dan intervensinya pada pasien yang menderita penyakit gangguan nafas. Sedangkan secara praktis makalah ini bermanfaat bagi perawat dalam melakukan praktik keperawatan sehingga dapat melakukan penatalaksanaan dengan WSD.
2
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Water Seal Drainage (WSD) Water Seal Drainage (WSD) merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udara, cairan (darah,pus) dari rongga pleura, rongga thorax; dan mediastinum dengan menggunakan pipa penghubung dari rongga ke botol WSD agar mampu mengembang atau ekspansi secara normal. Dalam keadaan normal rongga pleura memiliki tekanan negatif dan hanya terisi sedikit cairan pleura / lubrican. Water Seal Drainage ( WSD ) merupakan suatu intervensi yang penting untuk memperbaiki pertukaran gas dan pernapasan pada periode pasca operatif yang dilakukan pada daerah thorax khususnya pada masalah paru-paru. Bedanya tindakan WSD dengan tindakan punksi atau thorakosintesis adalah pemasangan kateter / selang pada WSD berlangsung lebih lama dan dihubungkan dengan suatu botol penampung. 2.2 Macam-macam WSD 2.2.1 Single Bottle Water Seal System Ujung akhir pipa drainase dari dada pasien dihubungkan ke dalam satu botol yang memungkinkan udara dan cairan mengalir dari rongga pleura tetapi tidak mengijinkan udara maupun cairan kembali ke dalam rongga dada. Secara fungsional, drainase tergantung pada gaya gravitasi dan mekanisme pernafasan, oleh karena itu botol harus diletakkan lebih rendah. Ketika jumlah cairan di dalam botol meningkat, udara dan cairan akan menjadi lebih sulit keluar dari rongga dada, dengan demikian memerlukan suction untuk mengeluarkannya. Sistem satu botol digunakan pada kasus pneumothoraks sederhana sehingga hanya membutuhkan gaya gravitasi saja untuk mengeluarkan isi pleura. Water seal dan penampung drainage digabung pada satu botol dengan menggunakan katup udara. Katup udara digunakan untuk mencegah penambahan tekanan dalam botol yang
3
dapat menghambat pengeluaran cairan atau udara dari rongga pleura. Karena hanya menggunakan satu botol yang perlu diingat adalah penambahan isi cairan botol dapat mengurangi daya hisap botol sehingga cairan atau udara pada rongga intrapleura tidak dapat dikeluarkan.
2.2.2 Two Bottle System System ini terdiri dari botol water-seal ditambah botol penampung cairan. Drainase sama dengan system satu botol, kecuali ketika cairan pleura terkumpul, underwater seal system tidak terpengaruh oleh volume drainase.Sistem dua botol menggunakan dua botol yang masing-masing berfungsi sebagai water seal dan penampung. Botol pertama adalah penampung drainage yang berhubungan langsung dengan klien dan botol kedua berfungsi sebagai water seal yang dapat mencegan peningkatan tekanan dalam penampung sehingga drainage dada dapat dikeluarkan secara optimal. Dengan sistem ini jumlah drainage dapat diukur secara tepat.
4
2.2.3 Three Bottle System Pada system ini ada penambahan botol ketiga yaitu untuk mengontrol jumlah cairan suction yang digunakan. Sistem tiga botol menggunakan 3 botol yang masing-masing berfungsi sebagai penampung, "water seal" dan pengatur; yang mengatur tekanan penghisap. Jika drainage yang ingin, dikeluarkan cukup banyak biasanya digunakan mesin penghisap (suction) dengan tekanan sebesar 20 cmH20 untuk mempermudah pengeluaran. Karena dengan mesin penghisap dapat diatur tekanan yang dibutuhkan untuk mengeluarkan isi pleura. Botol pertama berfungsi sebagai tempat penampungan keluaran dari paru-paru dan tidak mempengaruhi botol "water seal". Udara dapat keluar dari rongga intrapelura akibat tekanan dalam bbtol pertama yang merupakan sumber-vacuum. Botol kedua berfungsi sebagai "water seal" yang mencegah udara memasuki rongga pleura. Botol ketiga merupakan pengatur hisapan. Botol tersebut merupakan botol tertutup yang mempunyai katup atmosferik atau tabung manometer yang berfungsi untuk mengatur dan mongendalikan mesin penghisap yang digunakan.
5
2.3 Tujuan, Indikasi dan Lokasi Pemasangan WSD 2.3.1 Tujuan WSD : 1.
Memungkinkan cairan ( darah, pus, efusi pleura ) keluar dari rongga pleura.
2.
Memungkinkan udara keluar dari rongga pleura.
3.
Mencegah udara masuk kembali ke rongga pleura ( reflux drainage) yang dapat menyebabkan pneumotoraks.
4.
Mempertahankan
agar
paru
tetap
mengembang
mempertahankan tekanan negatif pada intra pleura. 2.3.2 Indikasi WSD: a. Pneumothoraks yang disebabkan oleh : 1. Spontan > 20 % karena rupture bleb. 2. Luka tusuk tembus. 3. Klem dada yang terlalu lama. 4. Kerusakan selang dada pada sistem drainage. b. Hemothoraks yang disebabkan oleh : 1. Robekan pleura. 2. Kelebihan antikoagulan. 3. Pasca bedah thoraks. c. Empyema disebabkan oleh :
6
dengan
jalan
1.
Penyakit paru serius.
2.
Kondisi inflamasi.
d. Bedah paru karena : 1.
Ruptur pleura sehingga udara dapat masuk kedalam rongga pleura.
2.
Reseksi segmental. Misalnya : pada tumor paru , TBC.
3.
Lobectomy. Missal : pada tumor paru, abses, TBC.
4.
Pneumektomi.
e.
Efusi pleura yang disebabkan oleh : 1. Post operasi jantung.
2.3.3 Lokasi WSD 1) Apikal a. Letak selang pada intercosta III midclavicula. b. Dimasukan secara anterolateral. c. Fungsi : Untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura. 2) Basal a.
Letak selang pada intercosta V-VI atau intercosta VIII-IX midaksilaler.
b.
Fungsi : Untuk mengeluarkan cairan dan rongga pleura.
2.4 Intervensi Keperawatan pada WSD 1. Ketidak efektifan pola pernapasan yang berhubungan dengan immobilitas, tekanan dan nyeri. Kemungkinan dibuktikan oleh : dispneu, takipneu, perubahan kedalaman
pernapasan,
penggunaan
pengembangan dada, sianosis. Tujuan : pola nafas efektif Kriteria hasil : a. Menunjukkan pola napas normal/efektif b. Bebas sianosis dan tanda gejala hipoksia
7
otot
aksesori,
gangguan
Intervensi : Intervensi Rasional Pertahankan posisi nyaman, biasanya Meningkatkan
inspirasi
maksimal,
peninggian kepala tempat tidur (head up)
meningkatkan ekspansi paru dan ventilasi
Bila selang dada dipasang :
pada sisi yang tak sakit. Mempertahankan tekanan
negative
intrapleural sesuai yang diberikan, yang 1. Periksa
pengontrol
penghisap,
meningkatkan ekspansi paru optimum
batas cairan
dan/ atau drainase cairan
1. Observasi gelembung udara botol
Gelembung
penampung
udara
menunjukkan
selama
lubang
ekspirasi
angin
dari
pneumothorak. Naik turunnya gelembung
c. Klem selang pada bagian bawah unit
udara menunjukkan ekspansi paru
drainase bila terjadi kebocoran
Mengisolasi lokasi kebocoran udara pusat
d. Awasi pasang surutnya air penampung
system
dan water seal
Fluktuasi (pasang surut) menunjukkan
e. Catat karakter/jumlah drainase selang
perbedaan
dada.
tekanan
inspirasi
dan
eksprirasi Berguna dalam menevaluasi perbaikan kondisi/terjadinya perdarahan
yang
komplikasi
atau
memerlukan
upaya
intervensi Berikan oksigen melalui kanul/masker, Alat dalam menurunkan kerja napas; latih napas dalam dan batuk efektif
meningkatkan
Perawatan :
respirasi dan sianosis b.d hipoksemia. Agar pasien tercukupi oksigennya dan pola
Observasi pola napas dan komplikasi
napasnya
penghilangan
efektif,
serta
distress
untuk
mencegah terjadinya komplikasi yang 8
bias memperparah kondisi klien 2. Nyeri dada b.d faktor-faktor biologis (trauma jaringan) dan factor-faktor fisik (pemasangan selang dada) Kemungkinan dibuktikan dengan : RR dan nadi meningkat, raut wajah pasien seperti menahan rasa sakit, pasien merasa tidak nyaman. Tujuan : kenyamanan pasien terpenuhi Kriteria hasil: - nyeri berkurang bahkan hilang RR dan nadi kembali normal yaitu 16-20x/menit dan 60-100x/menit Intervensi : Intervensi - Berikan tehnik relaksasi distraksi
Rasional Mengalihkan perhatian apsien terhadap rasa nyerinya sehingga nyeri pasien
-
Jika
nyeri
berkurang tidak Mengurangi tingakt nyeri yang dirasakan
berkurang,kolaborasikan dengan dokter pasien untuk pemberian obat analgesik Observasi skala nyeri setelah intervensi Sebagai evaluasi terhadap interensi yang yang telah dilakukan
telah dilakukan dan untuk merencanakan intervensi selanjutnya
3. Resiko infeksi b.d terpasangnya benda asing dalam tubuh Kemungkina dibuktikan oleh: adanya inflamasi didaerah yang terpasang WSD, suhu tubuh meningkat, nyeri pada daerah yang terpasang WSD. Tujuan : tidak terjadi infekasi pada pasien Kriteria hasil : a. Tidak terjadi infalamsi pada daerah yang terpasang WSD b. Tidak timbul rasa nyeri
9
c. Suhu tubuh normal (36,5-37,5) Intervensi : Intervensi Rasional Rawat daerah yang terpasang WSD Untuk menjaga kebersihan daerah yang secara teratur
terpasang
WSD
sehingga
dapat
meminimalisir peluang terjadinya infeksi. Ajarkan kepada keluarga untuk merawat Untuk melindungi tubuh dari resiko daerah WSD dan instruksikan untuk infeksi merawatnya secara teratur Ajarkan pasien tehnik mencuci tangan Mencegah yang benar
kontaminasi
lingkungan
terhadap pasien yang dapat emmicu terjadinya infeksi
Ajarkan
kepada
pengunjung
untuk
mencuci tangan sewaktu masuk dan Mendeteksi meninggalkan ruang pasien
adanya
infeksi
sedini
mungkin sehingga dapa segera dilakukan tindakan agar infeksi tidak semakin parah
Ajarkan kepada pasien dan keluarga tanda/gejala infeksi dan kapan harus melaporkan ke pusat kesehatan Kolaborasikan untuk member antibiotik Mengendalikan factor pemicu infeksi jika diperlukan Batasi jumlah
pengunjung
jika Meminimalkan pemicu infeksi
diperlukan 4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan informasi. Kemungkinan
dibuktikan
dengan
:
pasien
ketidakakuratan mengikuti instruksi, pasien tampak gelisah. Tujuan : pengetahuan pasien dapat terpenuhi Kriteria hasil:
10
sering
bertanya,
a. Pasien mengungkapkan pemahaman tentang kondisi/ proses penyakit dan rencana pengobatan. b. Pasien berpartisipasi dalam program pengobatan Intervensi : Intervensi Berikan peran
aktif
pasien/
Rasional orang Belajar ditingkatkan bila individu secara
terdekat dalam proses belajar, misalnya: aktif berperan diskusi, partisipasi kelompok Berikan informasi tertulis dan verbal Membantu pasien dan orang terdekat sesuai indikasi. Masukkan daftar artikel membuat pilihan berdasarkan informasi dan buku yang berhubungan dengan tentang masa depan. kebutuhan pasien/ keluarga dan dorong membaca dan memdiskusikan apa yang mereka pelajari Informasikan kepada pasien tentang efek- Mengurangi ras cemas pasien akibat efek pemasangan WSD terpasangnya alat di tubuhnya Tinjau ulang pengetahuan pasien akan Mengetahui keefektifan intervensi yang penyakit dan proses pengobatannya
telah dilakukan
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan WSD merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udara, cairan (darah,pus) dari rongga pleura, rongga thorax; dan mediastinum dengan menggunakan pipa penghubung untuk mempertahankan tekanan negatif
11
rongga tersebut. Dalam keadaan normal rongga pleura memiliki tekanan negatif dan hanya terisi sedikit cairan pleura / lubrican. Tujuan pemasangan WSD antara lain : 1. Mengeluarkan cairan atau darah, udara dari rongga pleura dan rongga thorak. 2. Mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura 3. Mengembangkan kembali paru yang kolaps 4. Mencegah refluks drainage kembali ke dalam rongga dada 5. Mengalirkan / drainage udara atau cairan dari rongga pleura untuk mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut 3.2 Saran Bagi pasien disarankan untuk melakukan terapi secara rutin, serta melakukan latihan-latihan yang diajarkan fisioterapi secara rutin dirumah. Bagi masyarakat umum untuk berhati-hati untuk melakukan aktifitas kerja yang mempunyai resiko untuk terjadinya trauma atau cidera. Disamping itu, jika telah terjadi cidera kecelakaan maka tindakan yang harus di lakukan adalah segera membawa pasien ke rumah sakit buakan alternatif misalnya sangkal putung karena dapat terjadi resiko cidera dan komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA Saryono.2005.Water Seal Drainage. http://fk.unsoed.ac.id/sites/default/files/img/modul%20labskill/modul%20B3/Modul %20B3%20-%20Water%20Seal%20Drainage.pdf. Diakses Tanggal 19 Oktober 2017
12
Sunanto,SKM.,M.kes.2012.SOP merawat pasien dengan WSD.http://nanto14.blogspot.co.id/2012/11/perawatan-wsd.html. Diakses Tanggal 19 Oktober 2017
13