MATRIKS - TB - Revisi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MATRIX “ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM TB PUSKESMAS SUMANDA TAHUN 2021” Kepala Puskesmas



Variabel



Petugas TB



Analis TB



Kader TB 1 (Su)



Penderita TB 1 (J)



PMO 1 (G)



INPUT 1. a.



Kebijakan Pedoman yang digunakan



a.



Kebijakan dibuat



b.



Pelaksanaan kebijakan



yang



2. Tenaga a. Tenaga yg terlibat



Ada kebijakan dari Permenkes 67 tahun 2016 yang mengatur tentang Penanggulangan penyakit Tuberkulosis Pada awal tahun 2020, itu ada kebijakan inovasi TB yang diberi nama Juru Pemantau Batuk yaitu menggunakan peran kader TB dalam penemuan kasus. Belum sepenuhnya berjalan, karena dukungan Pekon yang rendah serta kinerja kader TB yang tidak maksimal



Permenkes No 67 Tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberkulosis, dan modul pelatihan kader



Saya selaku kepala Puskesmas, dan yang utama itu petugas TB, analis, dokter, promkes dan bidan desa, serta petugas di layanan Puskemsas tentunya



Petugas TB, analis, dokter, bidan desa, P2, petugas gizi, promkes, kesling, dan petugas layanan BP, KIA, ranap



Kebijakan inovasi, yaitu Jumantuk (Juru Pemantau Batuk) untuk penemuan kasus secara aktif melalui peran kader dengan mengirimkan dahak setiap bulan.



Kebijakan TB belum terimplementasi sepenuhnya dengan baik, karena kurangnya dukungan dan komitmen lintas sektor.



1



Kepala Puskesmas



Variabel



Petugas TB



Analis TB



b.



Kecukupan tenaga



cukup untuk menangani masalah TB



Cukup dengan melibatkan berbagai profesi dan programprogram yang terlibat dalam penanggulangan TB



c.



Kesesuian tenaga dengan kualifikasi



Sudah sesuai dengan kompetensi dan kualifikasi yang dibutuhkan di program TB



d.



Pelatihan diterima



Untuk pelatihan itu ada untuk analis dan pemegang program tentunya. Namun karena petugas TB sekarang baru jadi belum ada pelatihan khusus dari Dinas, hal ini juga karena masa pandemi.



Sudah sesuai, saya selaku petugas program basic nya perawat, petugas laboratorium itu lulusan analis kesehatan, ada dokter, ada bidan desa. Pelatihan yang di terima belum pernah karena saya masih baru yaitu baru 3 bulan megang program TB.



yg



3. Dana a. Sumber dana



b.



Kecukupan dana



c.



Penanggungjawab



Sumber dana untuk kegiatan itu bertumpu pada dana BOK Saya rasa dana BOK cukup untuk kegiatan TB Penanggungjawab nya itu tentu bendahara BOK dan petugas program TB sendiri.



Dari dana Puskesmas



Kader TB 1 (Su)



Penderita TB 1 (J)



PMO 1 (G)



BOK



Kecukupan dananya dari BOK dirasa cukup untuk menjalankan kegiatan TB. PJ nya adalah bendahara BOK Puskesmas bersama saya selaku petugas programnya.



2



Kepala Puskesmas



Variabel



d.



Kegiatan kendala dana



Kendala nya itu di dana insentif kader TB oleh Pekon. Ada beberapa kader yang belum digaji. Tentu hal ini pengaruhnya besar untuk kinerja kader.



4. Sarana & Prasarana



a.



Jenis sarana prasarana



b.



Ketersediaan



&



Sarana dan prasarana: - Ruangan periksa TB - Mikroskop - Alat dan bahan laboratorium - OAT - Dokumen pencatatan - Media penyuluhan - Dll



Sudah tersedia semua sarana dan parasarana yang dibutuhkan untuk program TB



Petugas TB



Ada seperti pemberian makanan tambahan untuk penderita TB dari keluarga ekonomi ke bawah dan pemberian insentif dan reward untuk kader. Sehingga membutuhkan alokasi dana dari Pekon masingmasing. - Sarana dan parasarana itu yang habis pakai seperti bahan-bahan laboratorium yaitu reagensi, pot dahak, kaca sediaan, tisu, , lysol. Kemudian ada OAT, formulir pencatatan dan pelaporan TB itu ada TB 01 s/d TB 16 - Tidak habis pakai yaitu miskroskop, rak slide, box slide, lemari penyimpanan OAT, buku pedoman, booklet, leaflet, poster, laptop, infokus dan kendaraan. - Tersedia semua, terutama OAT yang selalu ada stok nya di Puskesmas karena kita tidak tahu kapan adanya pasien baru.



Analis TB



Kader TB 1 (Su)



Penderita TB 1 (J)



PMO 1 (G)



Sarana dan prasaran yang digunakan alam pemeriksaan laboraotirum adalah kapas, batang pengaduk dan bahan habis pakai lainnya. Yang tidak habis pakai mikroskrop, buku panduan, Gedung, meja pemeriksaan.



-



Sarana dan prasrana sudah tersedia semua. Bahan habis pakai disediakan oleh Dinkes, yang tidak disediakan dilakukan 3



Variabel



Kepala Puskesmas



Petugas TB -



c.



Penanggungjawab



Penanggungjawab ada bagian pemeliharaan barang, dan tentunya petugas program dan analis laboratorium



d.



Cara pemeliharaan



Cara pemeliharaan yaitu alat-alat dibersihkan dan dirawat dengan baik



Begitu juga bahanbahan lain utama selalu tersedia seperti reagen nya. Kemudian formulir TB nya lengkap mulai dari TB 01TB 16 nya.



Pemegang program yang pasti, lalu analis dan farmasi. Jadi mengajukan pengadaan nya ke dinas kesehatan seperti permintaan OAT, reagen, pot dahak dan lain-lain. Jika bahan habis pakai itu melalui dana JKN. Jadi alat-alat yang tidak tersedia di dinas bisa kita ajukan melalui dana JKN. Pemeliharaan nya ada kalibrasi alat seperti miksroskop secara berkala, 1 tahun sekali seharusnya, namun kadang tidak terlaksana juga 1 tahun di kalibrasi. Alat-alat yang lain dirawat dan dibersihkan.



Analis TB



Kader TB 1 (Su)



Penderita TB 1 (J)



PMO 1 (G)



pengadaan dari JKN (yang kecil-kecil seperti tisu) - Ruangan saat ini dari segi ukurannya belum sesuai standar. Selain itu belum tersedia ruangn khusus untuk pengambilan sampel dahak. Petugas di laboratorium melakukan pengisian kartu stok untuk bahan habis pakai, jika stoknya sudah menipis maka melakukan usulan kebagian Gudang Farmasi Dinkes. Untuk usulan yang melalui dana JKN maka usulan diajukan ke penanggung jawab JKN



Pemeliharaan yang dilakukan utamanya dilakukan pada Mikroskop seharusnya dilakukan kalibarasi secara rutin Perawatan harian mikroskop.Kemudian pembersihan menggunakan disinfektan. Ada pannagna khusus Untuk pengolahan limbah TB. Sampel dari pemeriksaan dicampur dengan lauran disinfektan.



4



Variabel



Kepala Puskesmas



Petugas TB



Analis TB



Kader TB



Komitmen dinas kesehatan dalam memberikan pelatihan itu selama covid-19 belum ada saya terima. Namun saya mendapatkan bimbingan dan dapat konsultasi ke bagian TB Dinkes. Komitmen dari Pekon masih kurang, seperti SK kader banyak yang belum diterbitkan, Terus alokasi dana untuk kesehatan masih kurang, apalagi untuk kegiatan TB nya. Kerja sama belum optimal, karena belum secara tuntas membahas detail masalah TB pada saat lokmin linsek. Sedangkan kerja sama antat lintas programjuga belum optimal, belum terintegrasi.



Pernah mendapatkan - All : pelatihan seadanya pelatihan pemeriksaan saja BTAdi laboratirum Kesehatan provinsi sebagai utusan Kabupaten Tenggamus mewakili Puskesmas Sumanda.



-



-



Penderita TB



PMO



Datang langsung kepuskesmas



All: datang ke puskesmas (puskesmas pasif)



PROSES 1. a.



Komitmen Politis Dinas Kesehatan Kab/Provinsi



Komitmen nya untuk pelatihan belum ada, tapi untuk bimbingan dan monev itu dilakukan rutin baik dari Dinkes kab maupun dari Provinsi



b.



Desa/Pekon



Komitmen dari Pekon masih kurang dalam mendukung penanggulangan masalah kesehatan dan terutama dalam penanggulangan penyakit TB.



c.



Kerjasama lintas program dan lintas sektoral



Kerjasama lintas sektor itu dalam bentuk pertemuan lintas sektoral yaitu 1 kali dalam satu tahun. Untuk lintas program itu kita lakukan setiap bulan dalam lokmin bulanan.



2. Penemuan Kasus a. Pelaksanaan penemuan kasus



-



Dilaksanakan secara pasif yaitu menunggu pasien datang ke Puskemsas



Kalau pasif kita penjaringan di BP. Selama ini penjaringan di BP yang kita andalkan, namun



Sudah dilakukan advokasi All : ada pembentukan SK kepada Desa/Pekon untuk Kader pada tahun 2019 memberikan insentif kepada 1 : ada insentif 100/bulan kader TB. Saat ini sudah ada jika ada tugas desa yang memberikan 1 : tidak ada insentif dari inssetif meskipun belum pekon seluruh desa. Program yang terlibat BP (suspek TB untuk di periksa), Gizi, Kesling (tata laksana lngkungan), dan Promkes (penyuluhan kepada pasien, keluarga, dan kontak erat lainnya)



1: Saling mendukung antara kepala pekon dan kepala puskesmas 1 : belum berjalan lancar antara puskesmas dan pekon -



Untuk lintas sectoral selain desa saat ini belum ada



Pasien masuk dari pendafataran, yang mengarah ke TB Paru dirujuk internal dari BP ke Laboratorium. Setelah dilakukan



All : Menunggu telepon dari warga yang mengalami gejala -



5



-



-



b.



Penemuan kasus selama pandemi



3. Pemeriksaan BTA a. Alur pemeriksaan



b.



Cara pemeriksaan



Aktif dengan memberdayakan kader TB di masing-masing Pekon Selama ini untuk aktif masih kurang



Terkendala terutama untuk pelcakan aktif



Pasien datang, masuk ke B, KIA, lalu di skrining, jika ada keluhan /ciri-ciri TB dirujuk untuk dIperiksa dahaknya



Diambil dahaknya, lalu diperiksa oleh analis dan dilihat hasilnya di mikroskop



juga masih belum optimal karena lemahnya skrining. - Secara aktif ini masih sangat kurang, hanya sedikit kader TB yang aktif dan motivasi yang tinggi untuk melacak mencari suspek/kasus ke lapangan karena tidak digaji. Penemuan kasus selama pandemi tidak terlalu beda dengan sebelum pandemi, jadi selama ini lebih banyak ke pasif daripada yang aktif. Alur nya itu pasien datang dengan keluhan ke BP, lalu dilakukan skrining oleh petugas, jika mengarah ke gejala TB maka akan diarahkan ke laboratorium untuk diperiksa dahak. Bisa juga kalau dahaknya dari hasil skrining kader lalu dibawa ke Puskesmas. Kalau caranya itu dengan pengambilan dahak sewaktu dan pagi. Lalu kegiatannya fiksasi,



-



pemeriksaan, hasil tersebut dibaca oleh dokter. Petugas lab hanya melakukan penenuan kasus secara pasif yaitu menunggu sampel yang datang atau dikirim oleh kader dan menunggu rujukan dari BP.



All : Jika salah satu warga hasilnya BTA +, maka keluarga dan 10 tetangga terdekat di skrining Alur-alur pemeriksaan mengacu pada buku panduan dari Kemenkes dan SOP laboratorium (yang dibuat mengacu pada pendaun kemenkes). Alur Pemeriksaan TB yang dibuat disesuikan dengan alur yang ada di puskesmas.



1: Sama dengan sebelum covid-19, namun butuh pencarian kasus yang lebih ekstra 1 : berbeda, gencar ke calon positif saja -



Diambil dahak, diperiksa dahak, dan pengobatan



Pemerikasaan dilakukan sesuai dengan apa yang didapatkan saat kuliah dan pelatihan. Kriteria pengambilan sampel,



All : kader mengantarkan dahak ke puskesmas, jika hasilnya telah keluar dari laboratorium, kader akan memberitahukan kepada



Diambil sekali hanya pada pagi hari



6



c.



d.



4. a.



Waktu pemeriksaan



Tindakan setelah hasil keluar



Pengobatan Ketersediaan obat



2-3 jam



Ditindaklanjuti bagi yang positif untuk pengobatan 6 bulan sesuai instruksi dokter



Selalu tersedia, obat gratis



dilakukan pewarnaan dan pemeriksaan BTA menggunakan mikroskop.



Pembuatan preparat pada kaca slide dengan diameter dan ketebalan sesuai standar, fiksasi, pewarnaan.



Waktunya kurang lebih 2 jam untuk diketahui hasilnya positif atau negatif



Kendala yang dihadapi adalah kualitas sampel. Kader sudah berikan pelatihan tetapi memang pasien sulit untuk mengeluarkan sampel yang berkualitas Waktu pemeriksaan diambil secara maksimal yaitu 2 jam yang sudah distrandarkan saat pelatihan.



Penyampaian hasil ke pasien. Jika positif maka diberikan penyuluhan tentang penyakit yang diderita, dan rekomendasi pengobatan selama kurang lebih 6 bulan serta menunjuk PMO (Pengawas Minum Obat) Untuk obat itu selalu tersedia, kalau untuk obat gratis. Puskesmas tidak memungut biaya.



Dokter yang akan menyampaikan hasil kepada pasien.



warga yang positif -



1: pemeriksaan dari dahak pagi yang dikumpulkan kader, kemudian diperiksa oleh analis laboratorium 1 : pemeriksaan dari dahak pagi, sewaktu, dan pagi lagi), kemudian diperiksa oleh analis laboratorium



Hasil yang langsung keluar



didapatkan



1 : 2 hari setelah mendeteksi dahak 1 : dalam 2 jam, kadang besok harinya



Petugas kepuskesmas pengobatan rutin



menyuruh untuk



1 : Meminta keluarga pasien untuk mengantar pasien ke puskesmas untuk mengambil obat dan cara pemberitahuan minum obat dengan membawa data lengkap pasien 1 : Kader menjemput,



Obat gratis kerena BPJS



Pasien Positif akan masuk kedalam rekam medis yang kemudian akan dilakkuan pengobatan. Pasien negative akan dirujuk ke pemeriksaan TCM dan Konsultasi ke Dokter Spesialis Paru All : Pengobatan gratis



7



mengantar, menemui dokter, menemui analis lab, sampai dengan pemantaun dan penyembuhan b.



Teknis pengambilan obat



Dilakukan oleh petugas TB, kapan waktu pengambilannya membawa kartu kuning yang selalu dibawa pasien kita mau mengambil obat.



-



-



-



c.



Peran PMO



Peran PMO megawasi minum obat pasien TB, dimana itu biasanya PMO adalah keluarganya sendiri. Hal ini untuk memudahkan dalam pengawasan agar minum obat teratur dan tidak putus obat.



-



-



Pemberian obat nya itu dilakukan setiap 2 minggu sekali atau 1 kali per bulan jika akses nya jauh ke Puskesmas Untuk pertama kali minum obat itu jarang didemokan langsung, tetapi disampaikan cara minum obatnya, jadwal obat yang harus diminumnya. Setiap mengambil obat pasien wajib membawa kartu kendali obatnya. Perannya mengingatkan penderita minum obat agar tidak lupa dan tepat waktu. Selama ini tidak ditemukan pasien yang tidak minum karena PMO nya yang lalai. PMO nya berjalan baik.



Selalu dirumah dan menggunakan kartu berobat



1 : Tidak ada praktek minum obat pertama kali 1 : Menemani ke puskesmas membawa kartu kendali warna kuning



Anak saya dan istri saya mengingatkan minum obat



All : Setiap hari dan setiap pagi mengingatkan untuk minum obat. 1 : Petugas tidak memberi pesan tentang cara mengingatkan pasien untuk minum obat, pokoknya jam 7 pagi harus minum obat. 1 : setiap pengambilan obat diarahkan untuk cara minum obat, penanganan lingkungan tempat tinggal dan perilaku penderita seperti membuang dahak 8



d.



Cara pemantauan pengobatan



Dilakukan dokter analis, dan petugas TB yaitu pemeriksaan fisik dan periksa dahak kembali.



-



Melakukan evaluasi pada bulan ke-2 dan ke-5 pengobatan Yaitu periksa dahak lagi dahaknya.



Saat terakhir berobat dahak diminta kembali



1 : Sebelum dinyatakan sembuh disuruh oleh pihak puskesmas membawakan sampel dahak 1 : bulan ke-6 diperiksa lagi di puskesmas. Bulan ke 9 diperiksa dahak lagi dan dirontgen.



9



Variabel



Kepala Puskesmas



Petugas TB



Analis TB



Kader TB 1 (Su)



Penderita TB 1 (J)



PMO 1 (G)



5. Penyuluhan a.



Petugas penyuluhan



Pertama saya sebagai pemegang program, kedua yaitu dokter terus dari promkes.



1 : kader menerima penyuluhan dari petugas TB 1 : kader menerima penyuluhan dari petugas TB puskesmas, petugas organisasi Aisyiyah, dan terkadang kader juga memberikan penyuluhan ke masyarakat



Saat pertama kali pengambilan obat



dan



saat



All : petugas puskesmas dan bidan desa



b.



Metode penyuluhan



All : metode ceramah, dari mulut ke mulut, pada setiap perkumpulan



Menggunakan gambar paru-paru



1 : Seperti peta gambar paru paru kotor dan paru-paru bersih 1 : Ceramah secara personal



c.



Frekuensi penyuluhan



Metode ceramah/langsung pada saat Posyandu. Penyuluhan pada saat kunjungan rumah penderita dan investigasi kontak. Lalu juga kadang dikombinasikan dengan menggunakan media seperti leaflet, poster dan booklet. Dalam 1 bulan ada minimal 1 kali penyuluhan kelompok, namun saat pandemi selama tahun 2021 belum ada. Hanya penyuluhan personal kepada pasien dan keluarga



All : sebelum pandemi sering, setelah pandemi belum ada



Saat pertama akli tidak ada yang kerumah



1 : Tidak ada yang kerumah hanya dipuskemas saja 1 : Bidan desa ke rumah 2 kali



10



6. a. b. c. d. e. f.



Pencatatan & Pelaporan Kelengkapan Ketepatan Jadwal Bentuk pencatatan & pelaporan (manual, online) Ditujukan kepada Kendala



-



-



-



-



Untuk kelengkapan, sejauh ini lengkap Selalu tepat melaporkan ke Dinkes Ada manual yang dilaporkan tiap bulam ke SP2TP PKM, dan online yaitu aplikasi SITB Ditujukan kepada kepala Puskes, Dinas Kesehatan Kewalahan dengan entri data pasien satu-satu secara online



-



-



-



-



-



Pencatatan dan pelaporan dilakukan pada register 04, kemudian ada permintaan pemeriksaan (register 05) Pencatatan dilakukan setiap ada permintaan pmeriksaan Bentuk Pencatatan dan palaporan secara manual, kemudian pemegang program yang akan menginput Pencatatatan dan pelaporan ditujukan kepada pemegang program Sampai saat ini belum ada kendala. Kendala biasanya terjadi karena menundanunda mengisi buku 11



register



OUTPUT 1. Capaian TB a. Angka Penemuan kasus (CDR) th 2020 dan Jan-Mei 2021



Pada tahun 2020, angka penemuan kasus TB Sumanda sangat rendah, itu tidak mencapai separoh, sekitar 30%.



Penemuan kasus Tahun 2020 = 17 kasus dari 57 target, ( 29,8%) Jan-Mei 2021 = 5 kasus dari 57 target (8,8%)



b.



Angka kesembuhan (SR)



Untuk kesembuhan, ini di Puskesmas sumanda semua pasien yang berobat itu sembuh, tidak ada saya mendapatkan laporan ada yang gagal pengobatan



Kesembuhan pasien dari 17 pasien th 2020, 15 pasien sembuh, 1 meninggal dan 1 lagi masih berobat



d.



Pengaruh pandemi terhadap capaian



Pandemi sangat mempengaruhi terhadap pelacakan kasus secara aktif yang tentunya mempengaruhi penemuan suspek dan kasus.



Dengan adanya pandemi covid ini membuat capaian kasus semakin rendah



e.



Kendala/hambatan



Kendala selama ini memang dari dukungan dari desa yang kurang dalam pendanaan kegiatan TB, dan masih lemahnya pelacakan kasus secara aktif



Kendalanya yaitu: - Kurangnya jumlah kader TB - Kurangnya komitmen dan dukungan Pekon - Minimnya



Jan-Des 2020 = 17 Jan-Mei 2021 = 5 Jumlah kasus tersebut termasuk yang rujukan dari jejaring (RS).



1 : tahun 2020, 25 sputum, 3 positif Tahun 2021, 8 sputum, semua negatif 1 : tahun 2021, 10 suspek, 2 positif, 2 putus obat



1 : 1 sembuh, 1 meninggal, 1 masih dalam pengobatan 1 : 1 sembuh



Pandemi sangat berpengaruh pada capaian karena sampel yang diperiksa hanya mengandalkan dari pasien yang datang ke puskesmas (pasif) Stigma negative masyrakat pada penyakit TB sehinga takut untuk melakukan pemeriksaan



All : susah untuk mencapai target



1 : transportasi susah dijangkau, karena jarak yang jauh 1 : kurangnya pengetahuan masyarakat, kurangnya koordinasi kader dengan analis laboratorium



All : Tidak ada kendala



12



-



-



f.



RTL/rekomendasi



-



Advokasi ke pekon Penggalangan komitmen lintas sektoral



-



-



-



kuantitas penyuluhan dan pelatihan kader Reward dan punihment untuk kader belum diterapkan Stigma negatif TB di masyarakat Penguatan komitmen dan peran Pekon Dalam alokasi dana dan SK kader TB Meningkatkan kemampuan kader dalam skrining Meningkatkan penyuluhan baik kuantitas maupun kualitas



Melakukan pemeriksaan sampel sebanyakbanyaknya, karena petugas lab hanya bersifat pasif jadi tidak bisa melakukan pemeriksaan sampel diluar gedung.



1 : Peningkatan kemampuan kader dalam menyampaikan informasi TB 1 : Tenaga analis labor ditambah, peningkatan kualitas pelayanan, dan menjalin kerjasama dengan lintas sektor dan lintas program



1 : Kalau ada ditambahkan dokter spesialis



13