Medtek Kel 6 (Cara Mengubah Insecure Dengan Teori CBT Dan Menggunakan Teknik CBM) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Cara mengubah Insecure dengan teori Cognitive Behavioral Therapy (CBT) dan menggunakan teknik Cognitive Behavior Modification (CBM) Aloysius Selo Aryobimo Oentarto, Febri Rahmat, Skolastika Hapsari, Anastasia Hariyanti Widiastuti, Esther Kristine Gabriella Bimbingan dan Konseling Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jakarta [email protected] [email protected] [email protected] [email protected] [email protected] ABSTRAK Latar belakang: Insecure merupakan istilah untuk menggambarkan perasaan yang kurang nyaman dan membuat seseorang merasa cemas, takut, malu hingga tidak percaya diri. Cognitive Behavior Therapy (CBT) merupakan model intervensi yang bertujuan untuk mengurangi tekanan psikologis dan perilaku maladaptif dengan mengubah cara berpikir. Tujuan: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan individu merasa insecure, dampak, dan cara mengatasinya. Metode: Metode penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survey dalam mengumpulkan data subjek, dengan jumlah subjek sebanyak 38 orang. Hasil penelitian: Hasil penelitian menunjukan bahwa subjek lebih dominan jenis kelamin perempuan dan subjek dominan pernah merasakan insecure. Faktorfaktor yang menyebabkan subjek mengalami insecure antara lain adalah ketika berinteraksi dengan orang lain atau teman yang membuat individu selalu memikirkan hal-hal atau kata-kata ketika berinteraksi dan individu merasa tidak percaya diri. Cara subjek mengatasi insecure lebih dominan melakukan hal-hal positif atau menyibukkan diri. Kesimpulan: Faktor-faktor yang menyebabkan individu mengalami insecure, yaitu faktor internal dan eksternal. Dampak dari insecure adalah menurunnya tingkat kepercayaan diri pada individu. Cara mengatasinya bisa menggunakan teknik CBM dari teknik CBT. Kata Kunci: Insecure, CBT, CBM, dan Psikologis



PENDAHULUAN Insecure dapat digambarkan sebagai perasaan individu yang kurang nyaman, cemas, takut, malu, dan tidak percaya diri. Ada banyak hal yang dapat menyebabkan seseorang merasa insecure baik faktor internal maupun eksternal. Rasa insecure ini yang membuat orang memiliki sisi lain pada masyarakat dan mempunyai sisi yang berbeda pada saat dirinya sedang sendiri atau sedang bersama lingkungan lain. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori Cognitive Behavioral Therapy (CBT). Teori Cognitive Behavioral Therapy (CBT) pertama kali dibuat oleh Aaron T Beck, pada tahun 1921. Cognitive Behavioral Therapy (CBT) adalah salah satu pendekatan psikoterapi yang sering digunakan dan terbukti efektif untuk mengatasi macammacam gangguan, termasuk kecemasan dan depresi. Cognitive Behavior Therapy (CBT) merupakan psikoterapi yang berfokus pada kognisi yang dimodifikasi secara langsung, yaitu ketika individu mengubah pikirkan maladaptifnya (maladaptive thought) maka secara tidak langsung juga mengubah tingkah lakunya yang tampak (overt action) (Siregar & Siregar, 2013). Asumsi yang mendasari Cognitive Behavioral Therapy (CBT), terutama untuk kasus insecure, yaitu bahwa gangguan emosional berasal dari distorsi (penyimpangan) dalam berpikir. Perbaikan pada keadaan emosi dapat memakan waktu lama jika dicapai perubahan pola pikir selama proses terapi berlangsung. Demikian pula pola berpikir yang maladaptive (disfungsi kognitif) dan gangguan perilaku. Dengan memahami dan merubah pola tersebut, kita diharapkan mampu perubahan cara berpikirnya dan mampu mengendalikan gejala gejala dari gangguan yang dialami. CBT melihat bahwa masalah bukan disebabkan oleh situasi, tetapi bagaimana individu melihat masalah itu dalam pikirannya. Hal ini berpengaruh pada perasaan individu dan tindakannya pada kehidupan sosial. Penelitian ini menggunakan teknik “Cognitive Behavioral Modification”. Modifikasi perilaku kognitif atau Cognitive Behavioral Modification merupakan teknik menggabungkan terapi kognitif dan bentuk modifikasi perilaku (Kanfer & Goldstein, 1986). Cognitive Behavioral Modification merupakan cara modifikasi kognitif yang dilakukan untuk mengubah perilaku manusia. (Lestari, 2015) dalam penelitiannya menyatakan bahwa modifikasi perilaku-kognitif efektif untuk menurunkan perilaku malu. Manusia memiliki perasaan Insecure, salah satu faktornya adalah karena merasa malu. Penulis ingin dapat merubah perasaan Insecure dengan menggunakan teknik Cognitive Behavioral Modification. Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan bahwa responden dalam penelitian berjumlah 38 orang.



TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan individu merasa insecure, dampaknya, dan cara mengatasinya. Penelitian ini mengaitkan dengan teori Cognitive Behavioral Therapy (CBT) dan menggunakan teknik Cognitive Behavior Modification (CBM) untuk mengatasi permasalahan individu dalam menangani perasaan insecure pada dirinya. METODE PENELITIAN Jenis penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survey, yang disebarkan menggunakan Google Forms dengan sasaran para pelajar, mahasiswa dan pekerja. Penelitian mendapat responden pada data berjumlah 38 orang, laki - laki sebanyak 16 orang dan perempuan 22 orang. Penelitian dilakukan bertujuan untuk melihat tingkat perasaan insecure pada individu dan faktor-faktor yang mempengaruhi responden. HASIL PENELITIAN Tabel. 1 Jenis kelamin No



Jenis kelamin



Frekuensi



Presentase



1



Laki - laki



16



42,1%



2



Perempuan



22



57,9%



Hasil dari penelitian, penulis menemukan bahwa tabel 1. Jenis kelamin responden lakilaki 16 orang (42,1%) dan perempuan 22 orang (57,9%), pada penelitian ini sampel berdominan perempuan. Tabel. 2 Umur No



Umur



Frekuensi



Presentase



1.



18



4



10,5%



2



19



4



10.5%



3



20



5



13,1%



4



21 - 51



25



65,7%



Hasil dari penelitian, penulis menemukan bahwa Tabel 2. Terdapat usia responden 18 tahun 4 orang (10,5%), usia 19 tahun 4 orang (10,5%), usia 20 tahun 5 orang (13,1%), dan usia 21 sampai 51 tahun 25 orang (65,7%), pada penelitian ini terdapat usia 21 sampai 51 tahun yang berjumlah 25 orang yang lebih dominasi. Tabel. 3 Aktivitas NO



Aktivitas



Frekuensi



Presentase



1



Mahasiswa/Kuliah



20



52,6%



2



Kerja



12



31,5%



3



Pelajar



1



2,6%



4



Dan lainnya



5



13,1%



Hasil dari penelitian, penulis menemukan bahwa Tabel 3. Aktivitas responden terdapat mahasiswa atau pelajar 20 orang (52,6%), Kerja 12 orang (31,5%), Pelajar 1 orang (2,6%), dan lain-lainnya 5 orang (13,1%), pada penelitian ini terdapat 20 orang orang mahasiswa yang dominasi. Tabel. 4 Domisili NO



Domisili



Frekuensi



Presentase



1



DKI Jakarta



16



42,1%



2



Bekasi



6



15,7%



3



Tangerang



8



21,1%



4



Bogor



3



7,9%



5



Solo



2



5,2%



6



Yogyakarta



1



2,6%



7



Bangka Belitung



1



2,6%



8



Rantauprapat



1



2,6%



Hasil dari penelitian, penulis mengemukakan bahwa Tabel 4. Domisili responden tinggal di DKI Jakarta 16 orang (42,1%), Bekasi 6 orang (15,7%), Tangerang 8 orang (21,1%), Bogor 3 orang (7,9%), Solo 2 orang (5,2%), Yogyakarta 1 orang (2,6%), Bangka Belitung 1 orang (2,6), dan Rantauprapat 1 orang (2,6%), pada penelitian terdapat responden yang domisili yang banyak di daerah DKI Jakarta yang dominan Tabel. 5 Pernahkah kalian merasa insecure NO



Pernahkah kalian merasa insecure



Frekuensi



Presentase



1



Jarang



7



18,4%



2



Sering



6



15,8%



3



Pernah



24



63,2%



4



Tidak Pernah



0



0%



Tabel 5. Pernah atau tidaknya responden merasakan insecure, hasilnya: pernah sebanyak 24 orang (63,2%), sering 6 orang (15,8%), jarang 7 (18,4%), dan tidak pernah 0 orang (0%). Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa banyak responden yang pernah mengalami insecure. Tabel. 6 Apakah teman - teman sering memikirkan perkataan orang lain NO



Apakah teman - teman sering



Frekuensi



Presentase



memikirkan perkataan orang lain 1



Sangat sering



20



52,6%



2



Jarang



16



42,1%



3



Tidak pernah



2



5,3%



Tabel 6. Responden memikirkan perkataan orang lain, dan hasil yang penulis dapat: sangat sering 20 orang (52,6%), jarang 16 orang (42,1%) , dan tidak pernah 2 orang (5,3%).



Tabel. 7 Siapa yang membuat teman - teman insecure No



Siapa yang membuat teman - teman



Frekuensi



Presentase



insecure 1



Orang lain



17



44,7%



2



Pasangan



4



10,5%



3



Teman



14



36,8%



4



Keluarga



3



7,9%



Tabel 7. Yang membuat responden insecure: orang lain 17 orang (44,7%), pasangan 4 (10,5%), teman 14 orang (36,8%), dan keluarga 3 orang (7,9%). Tabel. 8 Mengapa teman - teman insecure kepada orang tersebut No



Mengapa teman - teman insecure kepada



Frekuensi



Presentase



orang tersebut. 1



Karena Tidak Percaya Diri



35



92,1%



2



Karena Kurangnya Pemahaman



1



2,6%



3



Dan lain-lain



2



5,2%



Tabel 8. Apa yang membuat responden insecure kepada orang tersebut: karena tidak percaya diri 35 (92,1%), karena kurangnya pemahaman 1 (2,6%), dan lain lain 2 (5,2%). Tabel. 9 Pemahaman teman - teman tentang insecure No



Pemahaman teman - teman tentang insecure Frekuensi



Presentase



1



Tidak percaya diri



33



86,8%



2



Lain - lain



5



13,1%



Tabel 9. Pemahaman responden tentang insecure: tidak percaya diri 33 (86,8%) dan lain lain 5 (13,1%).



Tabel. 10 Apa yang teman - teman pikirkan saat merasa insecure NO



Apa yang teman-teman pikirkan saat merasa insecure



Frekuensi



Presentase



1



sedih



20



52,63%



2



kurang percaya diri



10



26,31%



3



kelemahan saya & kelebihan orang lain



8



21,05%



Tabel 10. Yang responden pikirkan saat merasa insecure: sedih 20 orang (52,6%), kurang percaya diri 10 orang (26,3%), dan kelemahan saya & kelebihan orang lain 8 orang (21%). Tabel. 11 Gimana cara kalian mengatasi insecure No



Gimana cara kalian mengatasi insecure



Frekuensi



Presentase



1



Menerima diri



4



10,5%



2



Bersyukur



9



23,6%



3



Melakukan hal positif atau menyibukkan diri



14



36,8%



4



Memotivasi diri sendiri



4



10,5%



5



Meningkatkan rasa percaya diri



7



18,4%



Tabel 11. Gimana cara kalian mengatasi insecure: menerima diri 4 (10,5%), bersyukur 9 (23,6%), melakukan hal positif atau menyibukkan diri 14 (36,8%), memotivasi diri sendiri 4 (10,5%), meningkatkan rasa percaya diri 7 (18,4%). Tabel. 12 Hal apa yang menyebabkan teman - teman merasa insecure No



Hal apa yang menyebabkan temanteman merasa insecure



Frekuensi



Presentase



1



Lingkungan sekitar



5



13,15%



2



Fisik



9



23,68%



3



Kemampuan akademik



6



15,78%



4



Kesuksesan orang lain



5



13,15



5



Lain-lain



13



34,21%



Tabel 12. Hal apa yang menyebabkan teman - teman merasa insecure: lingkungan sekitar 5 (13,15%), fisik 9 (23,68%), kemampuan akademik 6 (15,78%), kesuksesan orang lain 5 (13,15%) dan lain-lain 13 (34,21%). Tabel. 13 Perasaan yang dominan pada saat kalian insecure No



Perasaan yang dominan pada saat kalian insecure



Frekuensi



Presentase



1



Sedih



5



13,1%



2



Tidak percaya diri



17



44,7%



3



Iri



3



7,8%



4



Kecewa



2



5,2%



5



Takut



4



10,5%



6



Cemas dan khawatir



7



18,4%



Tabel 13. Perasaan yang dominan pada saat kalian insecure: sedih 5 orang (13,1%), tidak percaya diri 17 orang (44,7%), iri 3 (7,8%), kecewa 2 orang (5,2%), takut 4 orang (10,5%), cemas dan khawatir 7 orang (18,4%). Tabel. 14 Saat teman - teman merasakan insecure, pada skala berapa teman - teman menetapkan insecure teman - teman



No



Pada skala berapa teman - teman



Frekuensi



Presentase



3



7,8%



menetapkan insecure teman - teman 1



Skala 2



2



Skala 3



2



5,2%



3



Skala 4



2



5,2%



4



Skala 5



5



13,1%



5



Skala 6



8



21,05%



6



Skala 7



6



15,7%



7



Skala 8



8



21,05%



8



Skala 9



2



5,2%



9



Skala 10



2



5,2%



Tabel 14. Saat teman - teman merasakan insecure, pada skala berapa teman - teman menetapkan insecure teman - teman: skala 2 terdiri 3 orang (7,8%), skala 3 terdiri 2 orang (5,2%), skala 4 terdiri 2 orang (5,2%), skala 5 terdiri 5 orang (13,1%), skala 6 terdiri 8 orang (21,05%), skala 7 terdiri 6 orang (15,7%), skala 8 terdiri 8 orang (21,05%), dan skala 9 terdiri 2 orang (5,2%). PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar responden adalah perempuan 22 orang (57,9%). Usia responden sekitar 21 sampai 51 tahun 25 orang (65,7%). Aktivitas responden domain mahasiswa atau pelajar 20 orang (52,6%). Domisili responden domain tinggal di DKI Jakarta 16 orang (42,1%). Responden yang pernah mengalami perasaan insecure sebanyak 24 (63,2%). Responden memikirkan perkataan orang lain sangat sering sebanyak 20 orang (52,6%). Yang membuat responden insecure ialah orang lain sebanyak 17 orang (44,7%). Yang membuat responden insecure kepada orang ialah karena tidak percaya diri sebanyak 35 orang (92,1%). Yang responden pikirkan saat merasa insecure adalah karena kurang percaya diri 10 orang (26,3%). Dalam mengatasi insecure beberapa responden yang domain ialah melakukan hal positif atau menyibukkan diri sebanyak 14 orang (36,8%). Hal apa yang menyebabkan responden merasa insecure sebagian besar adalah karena fisik 9 orang (23,68%), dan lain-lain 13 orang (34,21%). Perasaan yang dominan pada responden saat kalian insecure terbanyak ialah karena cemas dan khawatir 7 orang (18,4%). Pada skala tes tentang perasaan responden saat merasakan insecure yang domain terbanyak adalah skala 6 terdiri 8 orang (21,05%) dan skala 8 terdiri 8 orang (21,05%).



Berdasarkan data di atas diketahui bahwa insecure dapat dirasakan oleh siapa saja baik perempuan maupun laki-laki. Perasaan insecure ini timbul karena individu selalu merasa kurang terhadap dirinya dan selalu melihat pencapaian orang lain. Hal itu akan menyebabkan individu kurang menemukan potensi di dalam dirinya karena selalu memandang rendah dirinya. Penelitian ini mengungkapkan bahwa perempuan lebih dominan dalam mengalami insecure. Kebanyakan dari mereka merasa insecure karena tidak percaya diri terhadap dirinya sendirinya. Banyak faktor yang membuat para perempuan merasa tidak percaya diri, salah satunya adalah fisik. Kelemahan kaum perempuan adalah sering terpaku pada standar kecantikan yang dibuat oleh masyarakat. Standar kecantikan yang mewajibkan bahwa perempuan itu harus memiliki tubuh yang langsing, kulit putih, rambut lurus, tidak berjerawat, dan lain-lain. Hal tersebut yang pada akhirnya membuat perempuan sering membandingkan dirinya dengan orang lain sehingga memicu timbulnya perasaan insecure. Hasil penelitian menemukan bahwa penyebab beberapa orang tersebut merasakan insecure, yaitu karena kurang percaya diri 35 orang (92,1%). (Mastuti & Aswi 2008) Individu yang tidak percaya diri biasanya disebabkan oleh individu tersebut, yang dapat tidak mendidik diri sendiri dan hanya menunggu orang untuk melakukan sesuatu kepada dirinya. Semakin individu kehilangan suatu kepercayaan diri, maka akan semakin sulit untuk memutuskan yang terbaik apa yang harus dilakukan kepada dirinya. Ketika seseorang dalam keadaan tidak percaya diri akan munculnya sikap-sikap insecure terhadap keadaan dirinya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi individu memiliki percaya diri yang rendah yaitu salah satunya adalah individu merasa bahwa tidak memiliki eksistensi dalam kelompok teman sebayanya. Hal ini ditunjukkan juga dalam pendapat (Andinny, 2015) mengungkapkan bahwa teman sebaya mempengaruhi pola kepribadian individu dalam dua cara; pertama, konsep diri individu merupakan cerminan dari anggapan tentang konsep teman-teman tentang dirinya, dan kedua ia berada dalam tekanan untuk mengembangkan ciri-ciri kepribadian yang diakui oleh kelompok. Individu yang percaya diri biasanya lebih sering menyedot perhatian banyak orang disekitarnya, hal demikian dikarenakan bahwa orang yang memiliki rasa percaya diri dapat dilihat dari bahasa tubuh yang membantu meningkatkan rasa percaya itu muncul. Faktor yang mempengaruhi perilaku individu merasakan insecure karena interaksi dengan lingkungan sosial budaya yang memiliki nilai-nilai terhadap budaya tertentu. Ketika Individu memiliki merasa insecure dapat disebabkan oleh pola pengasuhan, teknik membesarkan anak, teman sebaya, dan perhatian dari masyarakat luas.



Dalam mengatasi insecure responden domain mengatasi dengan cara melakukan hal yang positif atau menyibukkan diri sebanyak 14 orang (36,8%). Berpikir positif merupakan usaha mengisi pikiran dengan berbagai hal yang positif atau muatan yang positif. Memasukkan muatan positif pada ruang pikiran merupakan tindakan positif namun tindakan tersebut berada pada tingkatan yang masih rendah jika muatan positif tersebut tidak diwujudkan dalam tindakan nyata yaitu seperti menyibukkan diri. Melakukan hal yang positif dengan menyibukkan diri kadang tidak akan membantu karena banyak orang-orang lari dari masalah yang dihadapinya. Oleh karena itu, dalam mengatasi insecure individu perlu memasukkan muatan yang positif ke dalam pikirannya untuk diaktualisasikan ke dalam tindakan agar ada dampak yang ditimbulkan. (Adriansyah et al., 2015) mengatakan hal yang sama, respon-respon maladaptif disebabkan oleh persepsi dan interpretasi yang salah, serta kognisi individu yang disfungsional. Oleh sebab itu, CBT merupakan intervensi terhadap kognisi dan perilaku, yang dapat mengubah pikiran, perasaan, dan perilaku seseorang. CBT dapat membetulkan kesalahan dan bias yang terjadi saat memproses informasi dan mengubah keyakinan utama (core belief) yang dapat memunculkan kesimpulan yang salah. Cara mengubah insecure dapat menggunakan teori Cognitive Behavioral Therapy (CBT) Menggunakan teknik Cognitive Behavior Modification (CBM). Setiap individu memiliki insecure dengan kapasitasnya masing-masing, dan individu pun memiliki caranya sendiri untuk mengatasi insecure, salah satunya dengan merubah pola pikir. Teori Cognitive Behavioral Therapy menjelaskan bahwa manusia yang sehat adalah manusia yang dapat berpikir secara adaptif, saat individu berpikir secara maladaptif, dapat dikatakan bahwa manusia tersebut tidak sehat. Dengan menggunakan teori Cognitive Behavioral Therapy dapat mengubah cara berpikir manusia yang sebelumnya selalu tidak berani dengan publik, menjadi berani dengan menggunakan teknik Cognitive Behavior Modification secara step by step untuk secara perlahan mengubah kebiasaan individu berpikir secara maladaptif. Proses mengubah cara berpikir individu yang maladaptif menjadi adaptif membutuhkan waktu yang tidak sebentar, tetapi jika individu tersebut sudah memiliki dorongan dalam dirinya pasti akan dapat berubah seiring berjalannya waktu. Teknik CBM ini sangat berfokus pada pengubahan pola berpikir dengan menggabungkan antara terapi kognitif dan terapi perilaku. Ketika kognisi individu berubah maka secara otomatis perilakunya juga akan mengalami perubahan. Individu yang mempunyai perasaan insecure ini



diasumsikan memiliki kesalahan secara kognitif sehingga mempengaruhi perilakunya. Oleh karena itu, teknik Cognitive Behavior Modification ini (CBM) mengajak individu untuk membentuk pemahaman baru yang dapat mengubah kognisi mereka. Seperti halnya, apabila individu memiliki pemahaman dan selalu menganggap dirinya rendah maka anggapan tersebut perlu diubah ke arah yang lebih positif bahwa dirinya itu luar biasa agar kepercayaan dirinya meningkat. Keberhasilan teknik CBM ini dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal, yaitu berasal dari dalam individu itu sendiri seperti motivasi untuk berubah. Motivasi dalam diri individu dapat terlihat dengan adanya inisiatif melakukan teknik terapi ini sehingga dapat melakukan evaluasi secara efektif. Nuzula (2015) menjelaskan bahwa motivasi merupakan salah satu faktor yang penting untuk mengubah perilaku individu. Sedangkan, Faktor eksternal adalah yang berasal dari luar individu seperti dukungan dari lingkungan sekitarnya. Perasaan insecure yang dialami oleh individu bisa jadi karena faktornya adalah lingkungan sekitarnya yang tidak suportif dan selalu memberikan judge. Lingkungan seperti itu perlu dihindari untuk mengatasi permasalahan psikologis. KESIMPULAN Insecure dapat digambarkan sebagai perasaan individu yang kurang nyaman, cemas, takut, malu, dan tidak percaya diri. Ada banyak hal yang dapat menyebabkan seseorang merasa insecure baik faktor internal maupun eksternal. Rasa insecure ini yang membuat orang memiliki sisi lain pada masyarakat dan mempunyai sisi yang berbeda pada saat dirinya sedang sendiri atau sedang bersama lingkungan lain. Cognitive Behavior Therapy merupakan pendekatan psikoterapi yang berfokus pada kognisi yang dimodifikasi secara langsung, ketika individu melakukan pengubahan pemikiran yang sebelumnya maladaptif secara tidak langsung mengubah perilakunya yang tampak. Asumsi yang mendasari Cognitive Behavioral Therapy, terutama untuk kasus insecure, yaitu bahwa gangguan emosional berasal dari distorsi dalam berpikir. Hal ini berpengaruh pada perasaan individu dan tindakannya pada kehidupan sosial. Penelitian ini menggunakan teknik Cognitive Behavioral Modification. Modifikasi perilaku kognitif atau Cognitive Behavioral Modification merupakan teknik menggabungkan terapi kognitif dan bentuk modifikasi perilaku. Hal-hal yang membuat individu mengalami insecure adalah sedih, kurang percaya diri, dan merasa orang lain memiliki lebih banyak kemampuan dari pada dirinya.



SARAN 1. Sebagai konselor dapat memberikan layanan konseling kelompok atau individu pada seseorang yang sulit mengatasi perilaku insecure dengan menggunakan beberapa teori dan pendekatan konseling. 2. Dengan adanya hasil penelitian ini, diharapkan konselor menguasai dan memiliki keterampilan dalam memberikan teknik CBM kepada konseli dengan mengikuti berbagai pelatihan untuk menambah wawasan guna memperoleh keterampilan tersebut. 3. Bagi individu yang mengalami insecure, intervensi yang dapat direkomendasikan antara lain: a) terus melatih dan menerapkan teknik-teknik yang dapat merekonstruksi kognitif yang telah diperoleh, b) mengingat kembali pemikiran/persepsi baru yang telah dibuat individu dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, c) berkomitmen untuk berubah menjadi lebih baik dan mempertahankan komitmen tersebut, d) melakukan aktivitas atau mencari pengalaman baru yang lebih positif sehingga mampu meningkatkan kepercayaan diri. Misalnya, olahraga, seminar, social project, freelance, dsb 4. Sebagai konselor harus memiliki keahlian dalam building rapport dengan baik, agar pada saat menerapkan teknik CBM konseli akan menerimanya secara penuh dan tidak menentangnya. Jika konseli belum percaya kepada konselornya, akan susah bagi konselor untuk menerapkan teknik CBM kepada konseli yang bertujuan untuk mengubah kebiasaan berpikir maladaptif yang konseli punya.



DAFTAR PUSTAKA -



Siregar, E., & Siregar, R. (2013). Penerapan Cognitive Behavior Therapy (CBT) terhadap pengurangan durasi bermain games pada individu yang mengalami games addiction. Jurnal Psikologi, 9(1), 17–24.



-



Lestari, S. (2015). Efektivitas Cognitive Behaviour Modification (Cbm) terhadap perilaku malu



pada



siswa



Makn



Surakarta.



Jurnal



RAP



UNP,



6(1),



68–79.



http://interaktif.ub.ac.id/index.php/interaktif/article/view/116/116 -



Mastuti, S., & Aswi, M. (2008). Psikologi Keluarga.



-



Andinny, Y. (2015). Pengaruh konsep diri dan berpikir positif terhadap prestasi belajar matematika siswa. Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA, 3(2).



-



Mu’awwanah, U. (2017). Perilaku Insecure Pada Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2(1), 47-58



-



Mayangsari, E, dkk. (2019). Efektivitas Pendekatan Gestalt dengan Teknik Paradoxical Intervention untuk Meningkatkan Rasa Percaya Diri Pada Siswa. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Bimbingan dan Konseling, 4(2), 81-87



-



Adriansyah, MA, Rahayu, D., & Prastika, ND (2015). Pengaruh Terapi Berpikir Positif, Cognitive Behavior Therapy (CBT), Mengelola Hidup dan Merencanakan Masa Depan (MHMMD) terhadap Penurunan Kecemasan Karir pada Mahasiswa Universitas Mulawarman. Psikoislamika: Jurnal Psikologi dan Psikologi Islam , 12 (2), 41-50.



-



Hurlock, Elizabeth B. (1990). Psikologi Perkembangan. Edisi Kelima. Terjemahan oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama



-



Dayakisni, T, & Hudaniah. (2009). Psikologi Sosial. Malang: UMM Press.



-



Feist, Jess & Feist, Gregory J. (2008). Theories of Personality. Edisi Keenam. Terjemahan oleh Yudi Santoso. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.



-



Gea, A. A. (2011). Enculturation Pengaruh Lingkungan Sosial Terhadap Pembentukan Perilaku Budaya Individu. Humaniora, 2(1), 139-150.