Memantau Kesejahteraan Janin Tk2A [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PEMANTAUAN KESEJAHTERAAN JANIN Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Kehamilan Dosen Pengampu : Neneng Widaningsih, SST., M.Keb



.



Disusun oleh : Kelompok IV Tingkat II-A Aulia Nur Insanni



P17324118051



Katrina Sifa Nurahmah



P17324118042



Mutiara Putri Horison



P17324118016



Nur Syifa Yudhiani



P17324118029



POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG JURUSAN KEBIDANAN BANDUNG TAHUN 2019



KATA PENGANTAR



Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Penyusunan makalah ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Semester III yaitu Asuhan Kebidanan Kehamilan dengan judul makalah “Pemantauan Kesejahteraan Janin” di Poltekkes Kemenkes Bandung Jurusan Kebidanan Bandung. Dengan tersusunnya makalah ini, kami mengucapkan terimakasih kepada : 1. Ibu Wiwin Widayani, SST., M.Keb selaku koordinator mata kuliah Asuhan Kebidanan Kehamilan 2. Ibu Neneng Widaningsih, SST., M.Keb selaku dosen pengampu mata kuliah Asuhan Kebidanan Kehamilan 3.



Rekan-rekan kelompok 4 yang telah berkontribusi dalam menyelesaikan makalah ini.



Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Kami menyadari bahwa dalam tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, hal ini karena adanya kekurangan dan keterbatasan kemampuan pengalaman maupun pengetahuan kami. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan tugas makalah ini.



Bandung, Juli 2019



Penyusun



2



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR .......................................................................................................... 2 DAFTAR ISI ........................................................................................................................ 3 BAB I KAJIAN PUSTAKA.................................................................................................. 4 A.



Konsep Dasar Pemantauan Kesejahteraan Janin .................................................. 4



B.



Tujuan Pemantauan Kesejahteraan Janin .............................................................. 4



C.



Manfaat Memantau Kesejahteraan Janin ............................................................... 4



D.



Tata Cara Pemantauan Kesejahteraan Janin ......................................................... 4



E.



EFM (Electronic Fetal Monitoring)........................................................................... 6



F.



NST (Non Stress Test) .......................................................................................... 10



BAB II PENUTUP ............................................................................................................. 11 A.



Simpulan ............................................................................................................... 12



B.



Saran ..................................................................................................................... 12



DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 13



3



BAB I KAJIAN PUSTAKA



A. Konsep Dasar Pemantauan Kesejahteraan Janin Pemantauan penatalaksanaan



kesejahteraan kehamilan



dan



janin



merupakan



persalinan.



bagian



Teknologi



penting



yang



begitu



dalam cepat



berkembang memberikan banyak harapan akan semakin baiknya kualitas pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, melahirkan dan nifas. Kemajuan ini tidak mudah untuk diikuti oleh Negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, selain mahalnya harga peralatan, juga terbatasnya sumber daya manusia yang handal dalam pengoperasionalan alat canggih tersebut. B. Tujuan Pemantauan Kesejahteraan Janin Sebagai deteksi dini adanya komplikasi seperti hipoksia, gangguan pertumbuhan, cacat bawaan, dan infeksi. C. Manfaat Memantau Kesejahteraan Janin Mencegah terjadinya komplikasi seperti hipoksia, gangguan pertumbuhan, cacat bawaan, dan infeksi. Dengan melakukan beberapa beberapa tindakan dalam upaya pemantauan kesejahteraan janin. D. Tata Cara Pemantauan Kesejahteraan Janin Banyak cara yang dapat dipakai untuk melakukan pemantauan kesejahteraan janin, dari cara sederhana hingga yang canggih. Pembahasan ini memang dibuat sederhana agar mudah dipahami. Beberapa hal yang diperiksa selama pemantauan kesejahteraan janin (aktifitas fisik janin) : 1. Gerakan Janin a. Vindla dan James (1995): aktivitas janin pasif tanpa rangsangan sudah dimulai sejak minggu ke-7 dan menjadi lebih canggih dan terkoordinasi pada akhir kehamilan. b. De Vries dkk., (1985): mulai 8 minggu setelah haid terakhir, gerakan janin tidak pernah berhenti dengan periode waktu lebih dari 13 menit. c.



Soronkin, dkk., (1982) antara minggu ke-20 sampai 30, gerakan tubuh umum menjadi lebih teratur & janin mulai memperlihatkan siklus istirahat-aktivitas.



d. Pada trimester ketiga pematangan gerakan janin terus berlanjut sampai sekitar 36 minggu, pada saat ini, 80 % janin normal sudah dapat diketahui keadaan perilakunya. e. Nijhuis dkk. (1982) mempelajari pola frekuensi denyut jantung janin, gerakan tubuh umum, dan gerakan mata serta menjelaskan 4 keadaan perilaku janin : 1) 1F : keadaan diam (tidur tenang), dengan variasi frekuensi DJJ yg sempit.



4



2) 2F : gerakan kasar tubuh janin yg sering, gerakan mata kontinu, dan variasi frekuensi DJJ yg lebih lebar. Analog dengan REM pada neonatus 3) 3F : gerakan mata kuntinu tanpa gerakan tubuh & tdk ada akselarasi denyut jantung 4) 4F : gerakan kasar tubuh disertai gerakan mata kontinu dan akselarasi DJJ. Setara dengan terjaga pada neonatus. 2. Observasi Gerak Janin Pemantauan gerak janin sudah lama dilakukan dan banyak tata cara yang diperkenalkan, tetapi tidak ada satu pun yang lebih superior dibanding lainnya. Gerak janin ini dipantau sejak kehamilan 28 minggu setelah system susunan saraf pusat dan autonom berfungsi dengan optimal. Pemantauan ini terutama dilakukan pada kehamilan resiko tinggi terhadap terjadinya kematian janin atau asfiksia. Misalnya pada kasus pertumbuhan janin terhambat. Ada dua cara pemantauan, yaitu cara : a. Cara Cardiff Pemantauan dilakukan mulai jam 9 pagi, tidur miring kekiri atau duduk, dan menghitung berapa waktu yang diperlukan untuk mencapai 10 gerakan janin. Bila hingga jam 9 malam tidak tercapai 10 gerakan, maka pasien harus segera kedokter/ bidan untuk penanganan lebih lanjut. b. Cara Sadovsky Pasien tidur miring kekiri, kemudian hitung gerakan janin. Harus dapat dicapai 4 gerakan janin dalam satu jam, bila belum tercapai, waktunya ditambah satu jam lagi, bila ternyata tetap tidak tercapai 4 gerakan, maka pasien harus segera berkonsultasi dengan dokter/ bidan. c.



Pernafasan Gambaran pada respirasi janin adalah gerakan dinding pada paradoks. Selama inspirasi dinding dada justru kolaps dan abdomen menonjol. Ada 2 jenis gerakan pernapasan: 1) Nafas tersengal-sengal (gasps atau sighs) yg terjadi dengan frekuensi 1-4/mnt 2) Letupan gerakan nafas irreguler (irreguler bursts of breathing) yang terjadi dengan laju sampai 240 siklus/mnt



3. Produksi Cairan Ketuban a. Pemeriksaan cairan amnion b. Pengkajian antepartum c. Resiko kematian janin d. Penurunan perfusi uteroplasenta e. Proses aliran darah ginjal janin f. Penurunan frekuensi berkemih



5



g. Oligohidramion. 4. Frekuensi Denyut jantung DJJ



dipengaruhi



oleh



faktor



anatomis,



biomedis,



farmakologis,



kemoreseptor dalam arteri karotik & arkus aortik. Reaktifitas DJJ dipengaruhi oleh usia gestasi janin. Minggu ke-24 sampai ke-28 kira-kira 50% dari uji nonstres akan nonreaktif, dan pada minggu ke-32 15% dari uji nonstres tetap nonreaktif. E. EFM (Electronic Fetal Monitoring)



EFM merupakan metode untuk memeriksa kondisi bayi dalam rahim dengan mencatat setiap perubahan yang tidak biasa dalam denyut jantung nya. Menggunakan dua elektrode yang dipasang pada fundus (untuk menilai aktifitas uterus) dan pada lokasi punctum maximum denyut jantung janin pada perut ibu. Dapat menilai aktifitas jantung janin pada saat his / kontraksi maupun pada saat di luar his / kontraksi. Menilai juga hubungan antara denyut jantung dan tekanan intrauterin. 1. Tujuan EFM (Electronic Fetal Monitoring) a. Denyut jantung janin mengalami penyesuaian konstan karena menanggapi lingkungan dan rangsangan lainnya. b. Monitor janin mencatat detak jantung bayi yang belum lahir dan grafik pada selembar kertas. c. Pemantauan janin elektronik biasanya disarankan untuk kehamilan berisiko tinggi, saat bayi berada dalam bahaya kesusahan. d. Alasan khusus untuk EFM meliputi: bayi dalam posisi sungsang, persalinan premature. 2. Indikasi Pemeriksaan EFM (Electronic Fetal Monitoring) a. Oligohidramnion Hipertensi b. FHR abnormal c. Malpresentasi dalam persalinan d. DM, Kehamilan ganda e. Persalinan bekas SC



6



f. Trauma abdomen g. Ketuban pecah lama h. Air ketuban kehijauan i. Kehamilan resiko tinggi j. Induksi persalinan. k. Premature 3. Interpretasi EFM (Electronic Fetal Monitoring) a. Pertimbangan interpretasi dipengaruhi 1) Intrapartum/antepartum 2) Fase persalinan (stage of labor) 3) Usia kehamilan b. Presentasi janin Malpresentasi 1) Terapi induksi persalinan 2) Monitoring langsung atau tidak langsung 3) Janin normal : pada saat kontraksi : jika frekuensi denyut jantung tetap normal atau meningkat dalam batas normal, berarti cadangan oksigen janin baik (tidak ada hipoksia). 4) Pada janin hipoksia : tidak ada akselerasi, pada saat kontraksi justru terjadi deselerasi / perlambatan, setelah kontraksi kemudian mulai menghilang (tanda insufisiensi plasenta). 4. Interpretasi Dasar EFM (Electronic Fetal Monitoring) a. Baseline DJJ 1) Normal : 100 – 109dpm 2) Takikardia : 161-180 dpm (sedang) : >180 dpm (abnormal) 3) Bradikardia : 100-109 dpm (sedang) : 30 menit



3) Abnormal



: < 5 bpm selama > 40 menit



5. Kriteria Hasil EFM (Electronic Fetal Monitoring) a. Hasil Normal 1) Detak jantung bayi yang belum lahir ini biasanya berkisar 120-160 denyut per menit (bpm) 2) Seorang bayi yang menerima cukup oksigen melalui plasenta akan bergerak di sekitarnya.



7



3) Strip monitor akan menunjukkan detak jantung bayi meningkat sebentar saat ia bergerak (seperti denyut jantung orang dewasa meningkat ketika ia bergerak). 4) Strip monitor bayi dianggap reaktif ketika detak jantung bayi meningkat setidaknya 20 bpm di atas denyut jantung dasar minimal 20 detik. 5) Hal ini harus terjadi setidaknya dua kali dalam periode 20 menit. 6) Pelacak denyut jantung reaktif (juga dikenal sebagai tes non-stres reaktif) dianggap sebagai tanda baik bayi. b. Hasil Tidak Normal 1) Jika denyut jantung bayi turun sangat rendah atau naik sangat tinggi, hal ini menandakan masalah serius. Dalam kedua kasus ini jelas bahwa bayi dalam kesusahan dan harus disampaikan segera. Namun, banyak bayi yang mengalami masalah tidak memberikan tanda-tanda yang jelas seperti itu. 2) Selama kontraksi, aliran oksigen (dari ibu) melalui plasenta (untuk bayi) untuk sementara dihentikan. Seolah-olah bayi harus menahan napas selama setiap kontraksi. Baik plasenta dan bayi yang dirancang untuk menahan kondisi ini. Antara kontraksi, bayi harus menerima lebih dari oksigen yang cukup untuk melakukannya dengan baik selama kontraksi. 3) Tanda pertama bahwa bayi tidak mendapatkan cukup oksigen antara kontraksi seringkali penurunan detak jantung bayi setelah kontraksi (deselerasi akhir). Detak jantung bayi pulih ke tingkat normal antara kontraksi, hanya untuk drop lagi setelah kontraksi berikutnya. Ini juga merupakan tanda lebih halus dari marabahaya. 4) Bayi-bayi ini akan melakukannya dengan baik jika mereka disampaikan dalam waktu singkat. Kadang-kadang, tanda-tanda berkembang jauh sebelum pengiriman diharapkan. Dalam kasus itu, C-section mungkin diperlukan. 6. EFM (Electronic Fetal Monitoring) Akselerasi a. Akselerasi – peningkatan sesaat FHR 15dpm selama sekurangnya 15 detik b. Arti klinis tidak ditemukannya akselerasi pada KTG normal masih belum jelas c. Ditemukannya akselerasi pada KTG memiliki korelasi dengan outcome janin (bayi) yang baik 7. EFM (Electronic Fetal Monitoring) Deselerasi Perlambatan sementara dibawah tingkat basal 15dpm selama 15 detik. a. Deselerasi Dini: 1) Kompresi kepala pada jalan lahir 2) Penurunan DJJ dimulai saat kontraksi dan kembali ke basal setelah kontraksi berakhir



8



3) Perlu diperhatikan terutama bila ditemukan pada awal proses persalinan atau pemeriksaan antenatal 4) Jika ada deselerasi dini : dalam batas normal, observasi. Kemungkinan akibat turunnya kepala, atau refleks vasovagal b. Deselerasi Lambat 1) Penurunan FHR tetap berlangsung meskipun kontraksi uterus telah kembali ke basal 2) Adanya deselerasi lambat yang berulang meningkatnya resiko asidosis arteri umbilikalis dengan nilai Apgar 2 akselerasi dalam waktu 10 menit d) Tidak ada deselerasi (kecuali bila deselerasi dini yang sporadic, ringan dan singkat) 2) Mencurigakan Bila ditemukan salah satu dari tanda-tanda di bawah ini: a) Denyut jantung dasar : 150-170 dpm atau 110-100 dpm b) Variabilitas : 5-10 dpm selama >40 menit atau >25 dpm atau 40 menit d) Deselerasi sporadik 3) Tidak normal Bila ditemukan salah satu dari tanda-tanda di bawah ini: a) Denyut jantung dasar : 40 menit c) Deselerasi yang berulang d) Deselerasi lambat, variabel atau deselerasi memanjang e) Gambaran sinusoidal (frekuensi 10 dpm, lamanya >20 menit b. Intrapartum 1) Normal a. Denyut jantung dasar : 110-150 dpm b. Variabilitas : 5-25 dpm 2) Mencurigakan a. Denyut jantung dasar : 150-170 dpm atau 110-150 dpm b. Variabilitas : 5-10 dpm selama >40 menit 3) Tidak normal a. Denyut jantung dasar : 40 menit c. Deselerasi dini yang berulang dan berat atau deselerasi variabel d. Deselerasi memanjang e. Deselerasi lambat f. Gambaran sinusoidal



11



BAB II PENUTUP



A. Simpulan Pemantauan kesejahteraan janin memegang peranan penting di dalam pengawasan kehamilan dan persalinan. Pemantauan ini seharusnya sudah dilakukan sejak kehamilan trimester pertama hingga trimemester ketiga dan saat persalinan. Metode sederhana seperti pemantauan gerak janin dan mendengarkan DJJ dapat membantu mendeteksi abnormalitas secara dini asalkan dilakukan dengan benar. Alat bantu diagnostik canggih bukan merupakan sesuatu yang harus disediakan karena masih banyak hal penting lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas kesehatan ibu dan janin serta kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia. Pemeriksaan KTG saja tidak cukup untuk menilai kesejahteraan janin. Penambahan pemeriksaan volume cairan amnion merupakan prasyarat minimal yang harus ditambahkan pada pemeriksaan KTG. Pemeriksaan profil biofisik telah terbukti meningkatkan ketepatan evaluasi kesejahteraan janin. Mengingat dampak jangka panjang dari hipoksia intrauterin terhadap janin, maka hasil pemeriksaan KTG beserta interpretasinya disarankan untuk disimpan selama 25 tahun. Pelatihan pemantauan kesejahteraan janin yang terstandarisasi akan meningkatkan kualitas pelayanan berbasis pendidikan dan penelitian. B. Saran Dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dalam pembuatannya baik dari minimnya informasi dan buku maupun keterbatasan waktu untuk pembuatan makalah ini untuk ittu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam pembuatan makalah selanjutnya sehingga dapat membuat makalah yang lebih baik. Dan kami berharap semoga makalah kesejahteraan janin ini dapat dipahami secara jelas dan bermanfaat bagi kita sebagai calon bidan untuk pemberian asuhan pada ibu hamil.



12



DAFTAR PUSTAKA



Cunningham, F. Gary dkk. 2005. Obstetri Williams. Jakarta: EGC Rayburn, William F dkk. 2001. Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Widya Medika Suyono, Y. Joko. 1995. Dasar-Dasar Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Hipokrates Varney, Helen. 2003. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC The International Federation of Obstetrics and Gynecology (FIGO). Guidelines for the use of fetal monitoring. Int J Gynaecol Obstet. 1987;25(2):159–167.



13