Menentukan Teras Sesuai Kemiringan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Menentukan Teras Sesuai Kemiringan



>> Atep Yulianto I Setelah melakukan landclearing dan membuat teras sesuai dengan kontur lahan yang berbukit, maka pada tulisan kali ini bakal mengupas terkait macam-macam teras untuk kemiringan tertentu. Pembuatan teras sangat penting utamanya untuk lahan berbukit yang memiliki kemiringan dengan tingkat kecuraman tertentu. Ini dilakukan supaya pada proses penanaman, pemeliharaan dan pemberian pupuk jadi lebih mudah. Sebab jika dilakukan penanaman dengan cara yang tidak beraturan pada lahan dengan kontur berbukit, dikemudian hari bakal memunculkan berbagai masalah, utamanya dikala umur sawit sudah mencapai diatas 7 tahun. Tutur Direktur PT Global Mapindo, Eddie Purwanto, maka itu keteraturan penanaman menjadi kunci penting, lantaran tatkala pohon sudah beranjak dewasa, proses pemanenan, pemeliharaan dan pemupukan bakal tidak menemukan kesulitan. Maka itu perlu ada perhitungan yang tepat supaya teras yang dibuat sesuai dengan tingkat kemiringan lahan. Misalnya saja untuk kemiringan 5 derajat maka jarak teras yang dianjurkan ialah sepanjang 8,16 meter. Begitupun pada lahan dengan kemiringan diatas 30 derajat maka pembuatan teras mesti berjarak sekitar 9 meter kearah dalam bukit. Pembuatan jarak teras ini mengikuti tingkat kemiringan lahan. Sebab samakin tinggi tingkat kemiringan lahan maka jarak teras yang dibuat pun mesti semakin dalam. Menurut Eddie, kelapa sawit pun bisa saja di tanam dilahan dengan kemiringan 45 derajat, hanya saja menanam sawit di lahan dengan kemiringa 45 derajat tidak bisa dilakukan dengan teknik teras bersambung. Biasanya kata dia, lahan dengan kemiringan 45 derajat bisa dilakukan penanaman dengan membuat teras individu. “Dengan keadaan tertentu dengan melihat dampak kelongsoran dan proses pemanenan dikemudian hari,” papar Eddie kepada InfoSAWIT. Namun demikian potensi longsor yang tinggi dan sulitnya proses pemeliharaan dan pemupukan serta proses infiltrasi yang tidak maksimal di lahan dengan kemiringan 45%, maka sebaiknya lahan itu digunakan sebagai lahan konservasi. Apalagi lahan konservasi memiliki fungis yang tidak sedikit, misalnya saja bisa membantu pertumbuhan, pemeliharaan, dan panen yang efektif, serta mampu meminimalkan erosi dan aliran permukaan.



Dengan membuat lahan konservasi pula bisa meningkatkan infiltrasi, menjaga dan mempertahankan kelembaban tanah dan mengupayakan agar tanaman memperoleh cahaya secara cukup. Macam-macam Teras Perlu diketahui bahwa teras pun bermacam-macam bentuk. Menurut catatan beberapa literatur, teras dibagi menjadi tiga macam, yakni teras bangku, teras gulud dan teras individu. Teras bangku ialah teras yang dibuat memotong lereng dan meratakan tanah di bagian bawah membentuk susunan seperti tangga. Dibuat sedikit miring ke dalam agar air lebih banyak meresap. Tebing teras ditanami rumput, bibir tebing ditanami tanaman penguat teras. Teras bangku tidak cocok untuk tanah mudah longsor, jeluk dangkal dan lapisan bawah mengandung unsur racun tanaman. Selanjutnya teras gulud dibuat dengan memotong lereng sesuai dengan kontur, dilengkapi dengan guludan dan saluran pembuangan. Biasanya pembuatan teras gulud dilakukan pada areal dengan kemiringan < 150 , pembuatan saluran drainasi dilakukan di pinggir sebelah dalam guludan. Kemudian untuk teras individu ialah teras yang dibuat dengan meratakan tanah di sekitar tanaman dengan garis tengah 1 – 1,5 m untuk teras model ini bisa digunakan pada areal dengan kemiringan > 450 lantas untuk piringan teras bisa dibuat agak miring masuk ke dalam. Nah, selain membuat teras, perlu juga membuta rorak yakni galian yang dibuat di sebelah pokok tanaman untuk drainasi, menampung erosi dan menempatkan bahan/pupuk organik. Selunjutnya guna menentukan kemiringan untuk menentukan teras tipe mana yang akan dibuat bisa menggunakan alat bernama theodolit, bisa juga menggunakan alat berupa selang air dengan prinsip bejana berhubungan atau dengan ondol-ondol (frame A). Dengan alat-alat tersebut bisa menentukan titik-titik dengan tinggi tempat yang sama, dengan menghubungkan titik tersebut maka akan diperoleh garis kontur untuk membuat teras. Dan pembeuatan teras pun bisa dilakukan. Selamat mencoba. Kemiringan dan Jarak Teras Kemiringan (0) Jarak Teras (m) 0 8,16 5 8,19 10 8,28 15 8,45



Kemiringan (0) 25 30 35 40



Jarak Teras (m) 9,00 9,42 9,96 10,65



20



8,68



45



11,54



Sumber: PT Global Mapindo



Pancang Tanam Kelapa Sawit Pada Area Berbukit Written By Taufik Irawan on Rabu, 10 September 2014 | 08.23 Pada umumnya areal penanaman kelapa sawit di Indonesia terletak pada daerah yang banyak hujannya. dan tidak semuanya datar/flat. Pada bulan tertentu (musim hujan) dapat tejadi lebih air (water excess), tetapi pada beberapa lokasi dimana terdapat perbedaan musim hujan dan kemarau agak tegas terdapat pula kekurangan air (water deficit). Agar air hujan yang jatuh dapat ditampung, ditahan lebih lama agar meresap dalam tanah, persediaan air dalam tanah (water reserve) selalu cukup terutama pada musim kemarau dan untuk mencegah erosi maka dibangunlah teras, rorak, bente4ng, parit dan lain-lain dilapangan. Tindakan pengawetan tanah ini mutlak diperlukan terutama didaerah yang memiliki jumlah dan hari hujan besar pada lahan yang berombak, berbukit.



Pada daerah datar yang diutamakan adalah parit, drainase dan jembatan , sedangkan teras dan benteng tidak banyak diperlukan, Untuk mematahkan aliran air permukaan (run off) dan memperbesar daya infiltrasi air ketanah maka diperlukan teras. Teras ini juga berguna untuk meningkatkan daya simpan air, mempermudah pemeliharaan, tempat pupuk ditabur dan akan mempermudah pengambilan hasil, sampai dengan kemiringan 8 derajat dibuat teras tunggal (individual/tapak kuda) dan diatas ini dibuat teras bersambung. Teras tunggal yang telah dibuat, berukuran 2x 1,5 meter dimana panjang menurut arah kountur dan lebar menurut kemiringan dimulai 50 cm dibawah pancang. I. TERAS KONTUR Permukaanya dibuat miring kedalam dengan sudut 10 derajat, disebelah dalam dibuat rorak kecil guna penampungan air dan benteng kecil. Teras ini harus dapat diperbesar menjadi 3x3 meter. Teras bersambung dibuat berdasarkan derajat kemiringan,jarak antar kontur diambil dari rata-



rata kemiringan, makin tinggi kemiringannya maka makin jauh jaraknya, lebar teras minimum 3,7 meter dan maksimum 4,27 meter dengan asumsi bahwa diameter batang 2,36 meter maka masih tersedia ruang masing-masing sepanjang 1,175 meter didepan maupun dibagian belakang pokok. Terutama pada areal kemiringan 14% maka teras sinambung ini sudah mutlak perlu, untuk kedapatan pokok per HA 128 dan 138 pokok misalnya maka jarak antar kontur dan jarak antar pokok adalah : Tabel Jarak Antar Teras dan Tanaman



Tabel Bentuk Pengawetan Tanah



Tabel Jarak Teras dan Kemiringan Persyaratan Teras



1. Tahap Pembuatan Kontur. Penentuan pancang induk.Pancang induk adalah pancang dengan jarak tertentu dan tetap, tempat dimulainya pembuatan kontur. Penempatan pancang induk dimulai dari puncak lereng kearah kaki lereng, sedangkan lereng yang dipilih adalah lereng dengan kemiringan dominan atau ratarata terbanyak pada suatu areal, bukan lereng yang ekstrim (lereng paling terjal atau paling landai). 2. Penempatan pancang induk



Penempatan Pancang Induk pada lereng yang terjal akan mengakibatkan banyaknya kontur sisipan, sedangkan pada lereng yang landai mengakibatkan banyak kontur terputus, hal ini harus dihindari. Jarak antar pancang induk : 8 m timbang air ( water pass ), Prinsip Kerja. Penentuan titik tanam pada kontur teratas (kontur 1) jarak antar titik tanam 9,2 m dan konstan. Penentuan titik tanam pada kontur berikutnya : • Meletakan ujung tali ditengah-tengah antara dua tanaman pada kontur 1. • Menarik tali vertikal kebawah, ketika sampai pada kontur II dibelokan kekanan dan digesergeser hingga sudut belokannya +/- 90 derajat. • Pada sudut ini merupakan titik tanam pada kontur II. • Ujung tali juga merupakan titik tanam ke2 titik-titik tanam tersebut diberi pancang tanam. Penentuan titik tanam berikutnya adalah : pembawa ujung tali pada kontur 1 menggeser ketanah pada kontur 1 diikuti oleh 2 orang yang berada dikontur II, titik tanam terakhir ada pada kontur II merupakan titik siku-siku, dan ujung tali pada kontur tanam merupakan titik tanam baru.Untuk mendapatkan titik siku-siku pada titik siku pembawa ujung tali pada kontur 1 menggeser kekiri atau kekanan diikuti pembawa ujung tali. Untuk selanjutnya penentuan kontur, berikut prinsipnya sama dengan penentuan pada kontur 1 dan II. Pancang kontur dicabut bila pancang tanam sudah ditancapkan.Pancang induk dicabut jika titik tanam terakhir telah selesai dalam 1 kontur. Pancang dapat digesr 1-2 meter untuk menyesuaikan letak dengan tanaman diatasnya agar tidak terletak segaris atau sejajar. II. BENTENG DAN RORAK • Dibuat pada tanah agak miring : 10 – 15 m/HK • Ukuran : lebar alas = 60 cm, lebar atas = 40 cm, kaki lima = 45 cm, tinggi 30 cm • Pedoman jarak horizontal antar 2 benteng : Tabel Persyaratan Pembuatan Benteng/Rorak



Cara pembuatan benteng Tentukan titik pemancangan; pancang-pancang selanjutnya sesuai jaraknya Parit digali, tanah galian di timbun memanjang dan bentuklah benteng sesuai ukuran Parit (rorak) : lebar atas 50 cm, dasar = 35 cm, dalam 60 cm. III. TERAS INDIVIDU (TAPAK KUDA)



  



Dibuat pada tanah agak miring Ukuran lebar = 4 meter Prestasi kerja 2 – 3 st/HK



Cara pembuatan



    



Areal yang harus di buat tapak kuda dipancang menurut pancang tanam Tapak kuda tepat pada pancang tanaman Tanah bagian atas pancang digali Kemiringan tapak kuda 10-15º ke arah bukit Tanah ditumpukan ke belakang pancang kemudian dipadatkan



Syarat dan Norma Dibuat pada tanah agak miring Ukuran lebar = 4 meter Prestasi kerja 2 – 3 st/HK



Kamis, 22 Agustus 2013



Cara Pembuatan Teras kontur (contour terrace) Cara Pembuatan Teras kontur (contour terrace). Perkebunan kelapa sawit tidak selamanya ditanam di daerah yang datar terutama areal baru karena areal yang datar sudah di tanam oleh perkebunan sebelumnya sedangkan tanah yang tersedia saat ini cenderung tanah yang memiliki topografi bergelombang dan berbukit oleh karena itu di perlukan usaha untuk melakukan konservasi tanah agar kegiatan pengelolaan kebun kelapa sawit menjadi lebih efisien dan efektif.



Teras kontur atau terasering di buat pada areal yang miring dengan kemiringan > 15°, hal ini dilakukan untuk mempermudah aktivitas penanaman, perawatan dan pemanenan kelapa sawit nantinya. Untuk areal yang memiliki kemiringan yang sangat curam maka disarankan untuk tidak menanam kelapa sawit tetapi menjadikannya sebagai areal konservasi karena rawan longsor.



Adapu manfaat dari terasan adalah sebagai berikut : 1. Tempat menanam tanaman yang sudah rata Areal yang sebelumnya miring setelah dilakukan teras maka akan menjadi rata dengan lebar minimal 3 m.



2. Menghindari erosi tanah Teras yang sudah rata akan menahan air hujan dan meresapkannya kedalam tanah sehingga laju aliran air hujan dapat berkurang sehingga erosi juga akan berkurang. 3. Menghindari kehilangan unsur hara tanah dan pencucian pupuk Karena teras berbentuk rata dan erosi rendah maka unsur hara yang ada dalam tanah akan lebih bertahan lama sehingga areal akan lambat menjadi tandus. 4. Mempermudah kegiatan perawatan tanaman kelapa sawit Perawatan tanaman akan lebih mudah karena jika miring maka pekerja harus berjalan mendaki sedangkan dengan terasan maka lokasi kerja menjadi datar keduali antar terasan. Hal ini akan mempermudah kegiatan perawatan kelapa sawit seperti pengendalian gulma, pemupukan dan tunas. 5. Mempermudah kegiatan panen dan pengangkutan buah kelapa sawit Kegiatan panen akan lebih mudah dilakukan pemanen karena tempat panen menjadi rata sedangkan jika berbuki maka pekerja beresiko terjatuh dan harus menjaga posisi saat panen. 6. Meningkatkan produktivitas pekerja Produktivitas pekerja akan meningkat karena pekerja berada pada teras dengan lebar 3 meter sehingga lebih leluasa jika dibandingkan dengan tanah yang tidak di teras. 7. Mengurangi kecelakaan kerja Kecelakaan kerja akan berkurang karena lokasi pekerja untuk bekerja lebih nyaman sehingga resiko terpeleset dan terjatuh saat bekerja menjadi lebih rendah. Cara pembuatan teras dilakukan dengan beberapa tahap sebagai berikut ini : 1. Memancang teras • Tentukan satu titik di areal paling curam • Buat satu garis lurus ke arah lembah dengan jarak masing-masing titik 7,3 • Jarak antar teras minimum 7 m dan maksimum 8 m. Apabila jarak antar teras menyempit (< 7m) atau melebar (> 8 m), maka pembuatan teras harus diputus dan dimulai pembuatan teras dengan titik baru dengan jarak 7 m. • Untuk membedakan pancang teras antara satu terasan dengan terasan yang lain, sebaiknya digunakan warna pancang yang berbeda.



2. Pembuatan • Teras kontur yang pertama di buat adalah teras yang paling atas kemudian dilanjutkan teresan di bawahnya • Teras kontur harus dibuat dengan permukaan yang miring ke dinding teras dengan sudut miring 10° – 15° dan tepat pada pancang tanaman • Lebar teras 3 - 4 m, sedangkan teras penghubung antar tanaman 1 m • Permukaan tanah teras harus bersih dari tunggul-tunggul dan kayu • Lakukan pengerasan (penggeblekan) hingga padat.



Jika terasan sudah digunakan maka perlu dilakukan perawatan, pemeriksaan dilakukan secara rutin yaitu setiap tahun dan jika di temukan kerusakan maka dilakukan perbaikan secepatnya untuk menghinari kerusakan yang lebih besar. Kerusakan yang umum terjaidi adalah longsor dan berkurangnya kemiringan karena erosi tanah dari terasan di atasnya.



Perbaikan dilakukan secara manual dengan menggunakan alat cangkul dan karung untuk menimbun teras yang longsor sedangkan jika kemiringan berkurang maka tanah dilakuka pembentukan lemiringan teras lagi hingga membentuk 10° – 15° dan memadatkan pinggiran bila perlu,dilaksanakan setahun sekali.



Demikian informasi tentang cara pembuatan terasan semoga dapat membantu dan bermanfaat buat anda.



Read more: http://konsultasisawit.blogspot.com/2013/08/cara-pembuatan-teras-konturcontour.html#ixzz3qlrPp0Ur



Read more: http://konsultasisawit.blogspot.com/2013/08/cara-pembuatan-teras-konturcontour.html#ixzz3qlrPpHMC



Minggu, 03 April 2011



PEMBUATAN TERAS KONTUR



PEMBUKAAN LAHAN



PEMBUKAAN



LAHAN



Perencanaan



Tata



Ruang



dan



Tata



Letak



Perencanaan Pembukaan Lahan Secara Fisik.



Hal yang sangat penting diperhatikan dalam pembukaan lahan adalah kesesuain lahan yang akan dibuka untuk budi daya tanaman kelapa sawit. Perencanaan







Tata



Ruang



Diperlukan



dan



Penelitian



Yang



Mencakup



1. 3.



Satus



dan



2. Tata 4.



Letak :



Tata



Guna



:



Topografi Iklim Lahan Tanah



5. Jaringan Saluran Air dan Sungai 6. Jaringan Jalan 7. Perkampungan dan Penduduk



Pembukaan



Lahan



Hutan :



► Tindakan pembukaan lahan harus dilakukan dengan konsep yang tepat dan benar karena merombak sistem alam menjadi sistem baru yaitu dari yang heterogen menjadi homogen.



Pembukaan lahan dilakukan dengan tanpa bakar ( zero burning ) :     



Membuka saluran drainase utama Imas dan tumbang Perun dan rumpuk mekanis Memancang Membuat jalur tanam



PEMBUATAN TERAS KONTUR



Melihat aspek pengawetan lahan dan air, menanam kelapa sawit pada areal berbukit yang sudut kemiringannya diatas 22 derajat adalah kurang memadai. Akan tetapi lahan yang tersedia semakin lama semakin berkurang sehingga penanaman kelapa sawit pada areal berbukit menjadi hal yang wajar diusahakan dengan tehnik pembuatan teras bersambung ( teras kountur ). Penentuan pembuatan teras harus lebih dititik beratkan pada aspek panen. Penentuan jumlah kerapatan teras per ha harus ditentukan dengan terlebih dahulu membuat titik pancang. Pertemuan garis kontur dengan garis kemiringan lahan yang tercuram adalah pada jarak horizontal yang tetap yaitu 7,97 m. Jika jarak antar dua teras yang bersebelahan lebih besar dari 12 m menjauhi garis kemiringan lahan yang tercuram, maka perlu dibuat teras tambahan dengan jarak sekitar 7,3 m. Teras tambahan ini akan terpotong jika kemiringan lahan meningkat dan akan bersatu kembali dengan teras utama. Pembuatan teras kontur ini harus dimulai dari teras paling atas, kemudian dilanjutkan teras dibawahnya. Teras kontur dibuat dengan permukaan yang miring ke dinding teras dengan sudut miring 10 - 15 derajat. Lebar teras berkisar antara 3 - 4 meter Pembuatan teras kontur dilakukan dengan menggunakan buldozer, tanah galian disusun untuk tanah bagian yang ditimbun dengan membentuk sudut 10 -15 derajat. Dalam melakukan pembuatan teras, pertama tama ambil sudut 6 derajat dari puncak tertinggi bukit. Kemudian dari titik 6 derajat ukur jarak 9m dengan cara tegak lurus (rata rata air), pada titik ini adalah teras pertama. Demikian selanjutnya untuk pembuatan teras berikutnya. Demikian Uraian Singkat Ini, Semoga Bermamfaat Bagi Pembaca.



Gambar Teras Kountur di Pangkalanbun - Kalteng



Gambar Teras Kountur di Nabire - Papua



Pembuatan Teras dan Pemancangan Tanaman Kelapa Sawit 12:57 AM Posted by Engineer Blog No comments



PEMBUATAN TERAS Berdasarkan bentuk dan manfaatnya teras tanaman kelapa sawit dibagi menjadi dua.



Teras Individu Teras individu disebut juga denga tapak kuda. Teras ini diperuntukan untuk areal dengan kemiringana antara 8 – 15 º. Teras individu dapat dikerjakan setelah sebagian areal selesai dipancang. Dengan berpedoman ada sistem pancang tanaman mata lima yang mengikuti arah pancang utara – selatan sesuai dengan kemiringan areal minimum dan maksimum yang sudah ditentukan.



Teras Bersambung Disebut juga dengan teras kontur. Jenis teras ini untuk areal dengan kemiringa lebih dari 15 – 20 º. Bentuk areal tersebut dikatakan bergelombang sampai dengan berbukit. Berbeda denga teras individu teras kontur dipasang dengan sebelum areal dipancang tanaman. Untuk mempermudah pemancangan, gunakan kawatyang diberi label.



PEMANCANGAN TANAMAN Pemancangan tanaman berkaitan dengan susunan penanaman dan jarak tanam, yang nantinya akan menentukan kerapatan tanaman. Kerapatana tanaman merupakan salah satu faktor yang memepengaruhi produktivitas tanaman kelapa sawit. Pemancangan tanaman pada areal kelapa sawit dapat dilaksanakan dengan dua cara.



Sistem Mata Lima



Disebut juga segitiga sama sisi. Panjang sisinya merupakan jarak tanaman dalam barisan, sedangkan untuk tingginya merupakan jarak antar barisan tanaman. Sistem ini hanya dianjurkan untuk topografi areal yang rata rata bergelombang.



Sistem Kontur Sistem ini digunakan untuk topografi areal yang bergelombang hingga berbukit – bukit. Jarak Antar Tanaman dalam Terasan Jarak Antar Teraskontur 128 batang



138 batang



7.0



11.1



10.3



7.3



10.6



9.9



7.6



10.2



9.5



7.9



9.8



9.2



8.2



9.5



8.8



8.5



9.1



8.5



8.8



8.8



8.2



Antarteras kontur berbanding terbalik dengan jarak antar tanaman di dalam teras kontur. Semakin besar jarak antar teras kontur maka semakin kecil jarak antar tanamannya.



Minggu, 25 November 2012



KONSERVASI TANAH DAN AIR



KONSERVASI TANAH DAN AIR



A. Pengertian Konservasi Tanah dan Air Konservasi tanah adalah penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakkan tanah. Konservasi air adalah penggunaan air hujan yang jatuh ke tanah untuk pertanian seefisien mungkin, dan mengatur waktu aliran agar tidak terjadi banjir yang dapat merusak, dan terdapat cukup air pada musin kemarau. Konservasi tanah dan air memiliki hubungan yang erat dengan konservasi air, karena perlakuanperlakuan yang diberikan pada sebidang tanah akanmempengaruhi tata air dilingkungan tersebut dan tempat-tempai hilirnya.



B. Metode Konservasi Tanah dan Air Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk konservasi tanah dan air : 1. Metode vegetatif, menggunakan tanaman sebagai sarana Beberapa cara konservasi tanah dan air yang tergolong sipil teknis dan sering dilakukan oleh petani yaitu, teras gulud dan teras bangku. a. Teras gulud Teras gulud merupakan guludan yang dilengkapi dengan rumput penguat dan saluran air pada bagian lereng diatasnya. Teras gulud memiliki fungsi sebagai pengendali erosi dan penangkap aliran permukaan dari permukaan bidang olah. Aliran permukaan diresapkan ke dalam tanah di dalam saluran air sedangkan air yang tidak meresap dialirkan ke Saluran Pembuangan Air (SPA). 1) Syarat pembuatan teras gulud







Lahan memiliki kemiringan antara 10-40%, teras gulud juga dapat digunakan pada kemiringan 40-60%, akan tetapi kurang efektif untuk dilakukan







Teras gulud dapat dibuat pada tanah yang memiliki kedangkal kurang dari 20 cm tetapi memiliki kemampuan meresapkan air dengan cepat



2) Pembuatan dan pemeliharaan 



Membuat garis kontur sesuai dengan interval tegak (IV = interval verti-cal) yang diinginkan.







Pembuatan guludan dimulai dari lereng atas dan berlanjut kebagian bawahnya.







Teras gulud dan saluran airnya dibuat membentuk sudut 0,1-0,5% dengan garis kontur menuju ke arah saluran pembuangan air.







Saluran air digali dan tanah hasil galian ditimbun di bagian bawah lereng dijadikan guludan.







Guludan ditanami dengan rumput penguat seperti agar guludan tidak mudah rusak.







Diperlukan Saluran Pembuangan Air yang diperkuat dengan rumput penguat agar aman



b. Teras Bangku Teras bangku atau teras tangga dibuat dengan jalan memotong lereng dan meratakan tanah di bidang olah sehingga terjadi suatu deretan berbentuk tangga. Ada beberapa jenis teras bangku : a. Datar Teras bangku datar adalah teras bangku yang bidang olahnya datar. b. Miring ke luar



Teras bangku miring ke luar adalah teras bangku yang bidang olahnya miring ke arah lereng asli, namun kemiringannya sudah berkurang dari kemiringan lereng asli. c. Miring ke dalam Teras bangku miring ke dalam (gulir kampak) adalah teras bangku yang bidang olahnya miring ke arah yang berlawanan dengan lereng asli. Air aliran permukaan dari setiap bidang olah mengalir dari bibir teras ke saluran teras dan terus ke SPA sehingga hampir tidak pernah terjadi pengiriman air aliran permukaan dari satu teras ke teras yang di bawahnya. Teras bangku gulir kampak memerlukan biaya yang mahal karena lebih banyak penggalian bidang olah. Selain itu bagian bidang olah di sekitar saluran teras merupakan bagian yang kurang/tidak subur karena merupakan bagian lapisan tanah bawah (subsoil) yang tersingkap di permukaan tanah. Namun jika dibuat dengan benar, teras bangku gulir kampak sangat efektif mengurangi erosi.



d. Teras irigasi Teras irigasi biasanya diterapkan pada lahan sawah, karena terdapat tanggul penahan air.



1) Persyaratan 



Tanah memiliki solum dalam dan kemiringan 10-60%. Solum tanah > 90 cm untuk lereng 60% dan >40 cm kalau lereng 10%.







Tanah stabil, tidak mudah longsor.







Tanah tidak mengandung bahan beracun seperti aluminium dan besi dengan konsentrasi tinggi. Tanah Oxisols, Ultisols, dan sebagian Inceptisols yang berwarna merah atau kuning (podsolik merah kuning) biasanya mengandung aluminium dan atau besi tinggi.







Ketersediaan tenaga kerja cukup untuk pembuatan dan pemeliharaan teras.







Memerlukan kerjasama antar petani yang memiliki lahan di sepanjang SPA. 2) Cara pembuatan teras bangku







Pembuatan teras dimulai dari bagian atas dan terus ke bagian bawah lahan untuk menghindarkan kerusakan teras yang sedang dibuat oleh air aliran permukaan bila terjadi hujan.







Tanah bagian atas digali dan ditimbun ke bagian lereng bawah sehingga terbentuk bidang olah baru. Tampingan teras dibuat miring; membentuk sudut 200% dengan bidang horizontal. Kalau tanah stabil tampingan teras bisa dibuat lebih curam (sampai 300%).







Kemiringan bidang olah berkisar antara 0% sampai 3% mengarah ke saluran teras.







Bibir teras dan bidang tampingan teras ditanami rumput atau legum pakan ternak. Contohnya adalah rumput Paspalum notatum, Brachiaria brizanta, Brachiaria decumbens, atau Vetiveria zizanioides dll. Sedangkan contoh legum pohon adalah Gliricidia, Lamtoro (untuk tanah yang pH-nya >6), turi, stylo, dll.







Sebagai kelengkapan teras perlu dibuat saluran teras, saluran pengelak, saluran pembuangan air serta terjunan. Ukuran saluran teras : lebar 15-25 cm, dalam 20-25 cm.







Untuk mengurangi erosi dan meningkatkan infiltrasi, pembuatanrorak bisa dilakukan dalam saluran teras atau saluran pengelak.



 



Kalau tidak ada tempat untuk membuat SPA, bisa dibuat teras bangku miring ke dalam Perlu mengarahkan air aliran permukaan ke SPA yang ditanami rumput Paspalum notatum dan bangunan terjunan air. 3) Pemeliharaan Pemeliharaan saluran teras meliputi, memindahkan/mengeluarkan sedimen dari dalam saluran dan dari rorak ke bidang olah, menyulam tanaman tampingan dan bibir teras yang mati, memangkas rumput yang tumbuh pada saluran, tampingan dan bibir teras untuk dijadikan pakan ternak.



2. Metode mekanik/teknis, menggunakan tanah, batu dan lain-lain sebagai sarana.



Beberapa teknik konservasi tanah dan air yang mampu mengendalikan erosi dapat ditempuh melalui cara mekanik seperti pertanaman lorong (alley cropping), silvipastura, dan pemberian mulsa.



1) Pertanaman lorong Pertanaman lorong (alley cropping) adalah sistem bercocok tanam dan konservasi tanah dimana barisan tanaman perdu leguminosa ditanam rapat (jarak 10-25 cm) menurut garis kontur (nyabuk gunung) sebagai tanaman pagar dan tanaman semusim ditanam pada lorong di antara tanaman pagar. Menerapkan pertanaman lorong pada lahan miring biayanya jauh lebih murah dibandingkan membuat teras bangku, tapi efektif menahan erosi. Setelah 3-4 tahun sejak tanaman pagar tumbuh akan terbentuk teras. Terbentukannya teras secara alami dan berangsur sehingga sering disebut teras kredit. a. Persyaratan 



Kelerengan 3-40% dan kedalaman tanah > 20 cm.







Cocok untuk tanah dengan tingkat kesuburan rendah sampai sedang. b. Pembuatan dan pemeliharaan







Jarak antara barisan tanaman pagar ditentukan oleh kemiringan lahan dan kemampuan tanaman pagar menyediakan bahan organik. Aturan yang umum digunakan adalah dengan memilih IV sekitar 1-1,5 m tetapi untuk kemiringan lahan 3-10%, IV diatur dengan jarak antara 0,3-1,0 m (jarak antar baris tanaman pagar tidak lebih dari 10 m). Hal ini dimaksudkan agar bahan organik yang disumbangkan tanaman pagar cukup banyak jumlahnya.







Biasanya pada lereng bawah dari tanaman pagar yang berbentuk perdu, ditanami rumput yang tahan naungan. Penanaman rumput sejajar dengan barisan tanaman perdu dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas menahan erosi karena jika hanya perdu, masih sering terjadi erosi.







Tanaman pagar dipangkas secara berkala (terutama bila tanaman pagar mulai menaungi tanaman pokok) dan bahan hijauannya digunakan sebagai mulsa atau pakan ternak. Apabila bahan hijauan digunakan untuk pakan ternak maka pupuk kandang yang dihasilkan dikembalikan untuk memupuk tanaman pokok agar kesuburan lahan dapat dipertahankan.



c.



Persyaratan tanaman untuk digunakan sebagai tanaman pagar







Dapat tumbuh dengan cepat dan apabila dipangkas secara berkala dapat cepat bertunas kembali.







Menghasilkan banyak bahan hijauan.







Dapat menambat nitrogen dari udara (jenis leguminosa) sehingga baik untuk pupuk hijau.







Tingkat persaingan terhadap unsur hara dan air dengan tanaman pokok relatif rendah.







Memiliki perakaran vertikal yang kuat dan dalam. Tanaman pagar yang mempuyai penyebaran akar lateral (menyebar pada lapisan permukaan tanah) akan sangat menyaingi tanaman pokok.







Tidak bersifat alelopatik (mengeluarkan zat racun) terhadap tanaman pokok tetapi akan sangat ideal apabila tanaman pagar bersifat alelopatik terhadap hama dan gulma.







Supaya mudah diterima petani, sebaiknya tanaman pagar mempunyai manfaat ganda yaitu disamping sebagai penahan erosi juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber pakan ternak, menghasilkan buah atau untuk kayu bakar.



2) Silvipastura Sistem silvipastura sebenarnya bentuk lain dari tumpangsari, tetapi yang ditanam di sela-sela tanaman hutan bukan tanaman pangan melainkan tanaman pakan ternak, seperti rumput gajah, setaria, dan lain-lain. Ada beberapa bentuk silvipastura yang dikenal di Indonesia antara lain (a) tanaman pakan di hutan tanaman industri (b) tanaman pakan di hutan sekunder (c) tanaman pohon-pohonan sebagai tanaman penghasil pakan dan (d) tanaman pakan sebagai pagar hidup



Persyaratan 



Lereng agak curam dan curam.







Pemilihan jenis tanaman disesuaikan dengan keinginan petani. Jika tidak, akan mematikan motivasi petani menanam dan memelihara tanaman sampai menghasilkan.



3) Strip rumput Strip rumput, hampir sama dengan sistem pertanaman lorong, dibuat mengikuti kontur (sabuk gunung) dan lebar strip 0,5 m atau lebih, dimaksudkan untuk mengurangi erosi dan penyedia pakan ternak. a. Persyaratan 



Terutama bagi rumah tangga yang memiliki ternak ruminansia.







Cocok untuk daerah beriklim kering maupun daerah beriklim basah.







Jenis rumput yang digunakan mempunyai penyebaran perakaran vertikal yang dalam sehingga daya saingnya terhadap tanaman utama menjadi rendah.







Jenis rumput yang tahan naungan dan kekeringan.







Mempunyai daya adaptasi yang tinggi pada tanah yang tidak subur.







Sangat baik jika memberikan efek alelopati terhadap hama. Contohnya, aroma yang dihasilkan vetiver dapat mengusir tikus. b. Penanaman dan pemeliharaan







Rumput ditanam menurut kontur terdiri dari 3 barisan rumput atau lebih dengan jarak antara barisan 20 cm.







Lebar strip rumput 0,5 m atau lebih.







Jarak antara strip rumput tergantung IV yang diinginkan dan HI bervariasi dari 2,5 m untuk kemiringan 60% sampai 40 m untuk kemiringan 5%.







Jika ditanam dari biji memerlukan tenaga kerja lebih sedikit dibandingkan dengan dari stek/tunas hidup/bonggol.



4) Pemberian bahan mulsa Pemberian mulsa dimaksudkan untuk menutupi permukaan tanah agar terhindar dari pukulan butir hujan. Mulsa merupakan teknik pencegahan erosi yang cukup efektif. Jika bahan mulsa berasal dari bahan organik, maka mulsa juga berfungsi dalam pemeliharaan bahan organik tanah. Bahan organik yang dapat dijadikan mulsa dapat berasal dari sisa tanaman, hasil pangkasan tanaman pagar dari sistem pertanaman lorong, hasil pangkasan tanaman penutup tanah atau didatangkan dari luar lahan pertanian. Fungsi lain mulsa adalah : 1)



Jika sudah melapuk dapat meningkatkan kemampuan tanah menahan air sehingga air lebih tersedia untuk pertumbuhan tanaman, dan memperkuat agregat tanah.



2) Mengurangi kecepatan serta daya kikis aliran permukaan. 3)



Mengurangi evaporasi, memperkecil fluktuasi suhu tanah, meningkatkan jumlah pori aerasi sebagai akibat meningkatnya kegiatan jasad hidup di dalam tanah dan meningkatkan kapasitasinfiltrasi tanah.



4) Menyediakan sebagian zat hara bagi tanaman. 5) Dianjurkan menggunakan 6 ton mulsa/ha/tahun atau lebih. Bahan mulsa yang paling mudah didapatkan adalah sisa tanaman. 6) Mulsa diberikan dengan jalan menyebarkan bahan organik secara merata di permukaan tanah. 7) Bahan mulsa yang baik adalah bahan yang sukar melapuk seperti jerami padi dan batang jagung. 8) Mulsa dapat juga diberikan ke dalam lubang yang dibuat khusus dan disebut sebagai mulsa vertikal.



3. Metode kimia, pencegahan erosi dengan cara kimia



Dengan pemanfaatan soil conditioner pemantap tanah untuk memperbaiki struktur tanah sehingga tanah akan tetap resisten terhadap erosi. Bahan kimia memiliki pengaruh terhadap stabilitas tanah dan memiliki pengaruh jangka panjang karena senyawa tersebut tahan terhadap mikroba tanah.



C. Konservasi Tanah dan Air di Daerah Bangka Belitung Konservasi tanah di Bangka Berlitung terutama di Bangka menggunakan metode secara mekanik yaitu pengelolaan secara fisik. Daerah Bangka bukan daerah berbukit bukit atau lahan miring yang harus menggunakan metode vegetatif untuk melakukan konservasi tanahnya. Untuk tanaman jangka pendek seperti palawija, metode mekanik yang digunakan yaitu pencangkulan untuk pembuatan bedengan kemudian dilakukan pemberian mulsa untuk menutup permukaan bedengan. Pemberian mulsa dianggap efektif untuk mencegah erosi. Untuk tanaman keras, seperti Kelapa sawit, karet, dan tanaman keras lainnya tidak ada perlakuan konservasi tanah dan air tertentu yang diberikan, tetapi biasanya pada lahan tanaman industri yang berumur masih muda, adanya tanaman lain yang ditanam disela-sela tanaman industri tersebut seperti tanaman tiga bulanan, agar mendapat sinar matahari yang cukup sementara tanaman industri yang ditaman masih muda/dahan nya belum tinggi.



Sumber : BALAI BESAR LITBANG SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN DEPARTEMEN PERTANIAN 2007



2009/01/31



Konservasi tanah Metode Mekanik Konservasi tanah secara mekanik adalah semua perlakuan fisik mekanis dan pembuatan bangunan yang ditujukan untuk mengurangi aliran permukaan guna menekan erosi dan meningkatkan kemampuan tanah mendukung usaha secara berkelanjutan.Pada prinsipnya konservasi mekanik dalam pengendalian erosi harus selalu diikuti oleh cara vegetatif, yaitu penggunaan tumbuhan atau tanaman dan penerapan pola tanam yang dapat menutup permukaan tanah sepanjang tahun. Pengendalian erosi dan aliran permukanaan merupakan persyaratan utama untuk mencegah terjadinya penurunan kualitas lahan. Metode tersebut ditujukan untuk memelihara, mempertahankan dan meningkatkan produktivitas tanah. Pengendalian erosi dapat dilakukan baik melalui cara vegetatif, mekanik dan kimia. Tindakan tersebut sangat mendesak untuk dilakukan karena : a)Kondisi topografi wilayah dilahan berombak, bergelombang, berbukit dan lereng. b)Kondisi curah hujan relatif tinggi. c)Terjadinya pemadatan tanah khususnya di lahan menyebabkan rendahnya air hujan yang terinfiltrasi ke dalam tanah, sehingga terjadi aliran permukaan yang hebat. d)Lahan masih terbuka dari terpaan hujan secara langsung. Metoda konservasi yang dapat dilakukan diantaranya : a)Pengolahan tanah b)Pembangunan teras. c)Pembuatan saluran disepanjang kontur yang berfungsi sebagai saluran air untuk mengisi persediaan air dalam tanah. d)Penanaman tanaman dalam setrip kontur. BENTUK – BENTUK KONSERVASI TANAH SECARA MEKANIK 1. Teras bangku atau teras tangga Teras bangku atau teras tangga dibuat dengan cara memotong panjang lereng dan meratakan tanah di bagian bawahnya, sehingga terjadi deretan bangunan yang berbentuk seperti tangga. Fungsi utama teras bangku adalah: 1.memperlambat aliran permukaan; 2.menampung dan menyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan yang tidak sampai merusak; 3.meningkatkan laju infiltrasi tanah dan 4.mempermudah pengolahan tanah. Teras bangku dapat dibuat datar (bidang olah datar, membentuk sudut 0o dengan bidang horizontal), miring ke dalam/goler kampak (bidang olah miring beberapa derajat ke arah yang berlawanan dengan lereng asli), dan miring keluar (bidang olah miring ke arah lereng asli). Teras biasanya dibangun di ekosistem lahan sawah tadah hujan, lahan tegalan, dan berbagai sistem wanatani. Teras bangku miring ke dalam (goler kampak) dibangun pada tanah yang permeabilitasnya rendah, dengan tujuan agar air yang tidak segera terinfiltrasi menggenangi bidang olah dan tidak mengalir ke luar melalui talud di bibir teras. Teras bangku miring ke luar diterapkan di areal di mana aliran permukaan dan infiltrasi dikendalikan secara bersamaan, misalnya di areal rawan longsor. Teras bangku



goler kampak memerlukan biaya relatif lebih mahal dibandingkan dengan teras bangku datar atau teras bangku miring ke luar, karena memerlukan lebih banyak penggalian bidang olah. Efektivitas teras bangku sebagai pengendali erosi akan meningkat bila ditanami dengan tanaman penguat teras di bibir dan tampingan teras. Rumput dan legum pohon merupakan tanaman yang baik untuk digunakan sebagai penguat teras. Tanaman murbei sebagai tanaman penguat teras banyak ditanam di daerah pengembangan ulat sutra. Teras bangku adakalanya dapat diperkuat dengan batu yang disusun, khususnya pada tampingan. Model seperti ini banyak diterapkan di kawasan yang berbatu. Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam pembuatan teras bangku adalah: (1)Dapat diterapkan pada lahan dengan kemiringan 10-40%, tidak dianjurkan pada lahan dengan kemiringan >40% karena bidang olah akan menjadi terlalu sempit. (2)Tidak cocok pada tanah dangkal (